BAB III ANALISIS DATA
A. Kerangka Komposisi Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk Piano Empat Tangan memiliki tiga bagian, yaitu I, II, dan III. Pada komposisi ini terdapat beberapa perubahan tempo untuk menggambarkan suasana gembira, sedih, dan marah, dimulai dengan tempo Andante, Moderato, Allegro, Largo, Lento, sampai dengan Vivace. Pada bagian I terdapat perubahan tempo, dari Allegro yang menggambarkan suasana gembira dan Andante Con moto yang menggambarkan suasana tenang. Bagian ini diolah dengan menggunakan teknik komposisi retrograsi. Melodi utama pada suasana tenang diubah menjadi minor sebelum menuju bagian II. Bagian II memiliki suasana gelisah, sedih, dan marah. Suasana gelisah menggunakan tempo Largo, suasana sedih menggunakan tempo Lento, dan suasana marah menggunakan tempo Allegro. Suasana marah ditandai dengan perubahan dinamika menjadi fortissimo, sforzando, dan aksen. Bagian II memliki transisi yang menggunakan tempo Andantino Grazioso sebelum menuju bagian III. Bagian III memiliki suasana ceria dengan menggunakan tempo Allgero dan berubah menjadi tempo Vivace. Komposisi musik ini dibuat dalam bentuk piano empat tangan. Tabel 3.1 Kerangka Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk Piano Empat Tangan Bagian
Birama
Tempo
Tonalitas
Introduksi
1–4
Moderato
G Mayor
Bagian I
5 – 71
Allegro
G Mayor
5 – 24
Allegro
-
A
15
-
B
25 – 51
Andante Con moto
-
C
52 – 65
Andante Con moto
G Minor
-
Transisi
66 – 71
Andante Con moto
Atonal
72 – 144
Largo
D Mayor
Bagian II -
A
72 – 91
Largo
-
B
92 – 101
Lento
F# Mayor
102 – 108
Vivace
Atonal G Mayor
-
C
109 – 139
Allegro
-
Transisi
140 – 144
Andantino Grazioso
145 – 183
Allegro
Bagian III -
A
145 – 156
Allegro
-
B
157 – 162
Allegro
163 – 164
Vivace
-
C
165 – 179
Vivace
-
Coda
180 – 190
Vivace
G Mayor
B. Analisis Komposisi Bagian I Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk Piano Empat Tangan memiliki introduksi sepanjang empat birama (birama 1-4) dan menggunakan tempo Andante. Komposisi ini menggunakan sukat 4/4. Secondo memainkan bass dalam akor G Mayor, progresi I – IV – V – I. Primo memainkan block chord untuk menciptakan suasana megah. Cadence yang digunakan adalah perfect authentic cadence.
16
Gambar 3.1 Introduksi
Bagian I memiliki bentuk A-B-C. Bentuk A menggunakan tempo Allegro yang menggambarkan suasana gembira. Secondo memainkan block chord Gsus4 (birama 5-13) dan primo memainkan melodi utama. Melodi utama diolah dengan menggunakan teknik komposisi retrograsi1 (birama 10 ketukan ketiga sampai birama 12).
Gambar 3.2 Melodi Utama Diolah Menggunakan Retrograsi
1
Bergerak mundur.
17
Suasana gembira dalam birama 14 sampai birama 18, terjadi dialog antara notasi pada primo dan secondo. Teknik piano yang digunakan oleh penulis adalah teknik cross-hand untuk memunculkan kervituosoan antara primo dan secondo (birama 14).
Gambar 3.3 Teknik Cross-Hand Pada bagian I bentuk B terdapat perubahan suasana menjadi tenang yang berayun-ayun. Tempo yang digunakan adalah tempo Andante Con moto dan menggunakan ritme triplet. Terdapat teknik piano cross-hand antara primo dan secondo (birama 29-32) dan arpeggio pada primo yang menggunakan akor A7, kemudian dilanjutkan oleh secondo menggunakan akor D Mayor menuju G Mayor (birama 33-35).
18
Gambar 3.4 Teknik Cross Hands dan Melodi Pada Tangan Kiri Pemain Primo
Gambar 3.5 Arpeggio pada primo dan secondo Pada bagian I bentuk B terdapat pengolahan melodi pada primo dengan menggunakan teknik komposisi retrograsi (birama 36-45). Akor yang digunakan adalah G Mayor dan C Mayor.
19
Gambar 3.6 Retrograsi dari birama 36 sampai birama 39 Penggunaan teknik trill pada primo dan ritme not 1/16 pada secondo menggambarkan kesan misterius sebelum menuju pada bagian I bentuk C. Hal tersebut ditandai dengan perubahan dinamika crescendo menjadi fortissimo pada primo dan forte menjadi fortissimo pada secondo (birama 50).
Gambar 3.7 Teknik Piano Trill dan Kesan Misterius Bagian I bentuk C menggunakan tonalitas G Minor yang melodi pada tangan kiri pemain primo diolah dengan teknik retrograsi (birama 5259).
20
Gambar 3.8 Pengolahan Melodi Pada Pemain Primo Dengan Teknik Retrograsi Terdapat transisi pada bagian I sebelum menuju bagian II. Primo dan secondo menggunakan interval minor second (disonan). Hal tersebut dideskripsikan dengan perubahan dinamika crescendo menjadi fortissimo dan diakhiri dengan sforzando, aksen, dan staccato (birama 66-71).
Gambar 3.9 Transisi Pada Bagian I
C. Analisis Komposisi Bagian II Bagian II bentuk A diawali dengan suasana gelisah yang menggunakan akor DM7 dan dinamika pianissimo. Komposisi ini menggunakan sukat 6/8. Teknik komposisi yang digunakan adalah
21
ostinato pada primo untuk menggambarkan suasana gelisah yang terus menerus
terjadi.
Teknik
ostinato2
diolah
dengan
menggunakan
perpindahan melodi pada secondo ke primo. Terdapat perubahan dinamika dari pianissimo, piano, forte pada primo dan dari piano, mezzo piano pada secondo (birama 72-85).
Gambar 3.10 Suasana Gelisah Pada Bagian II Bentuk A Suasana sedih pada bagian II bentuk A menggunakan teknik polychord3 pada primo dari akord Eb Mayor dan D Mayor, F# Mayor dan G Mayor. Pada secondo, menggunakan teknik ostinato dari tangganada AM7 dan C Dorian yang kemudian diolah dengan menggunakan repetisi4 dan dikahiri dengan cluster (birama 86-91). Terdapat perubahan dinamika dari fortissimo menjadi sforzando yang disertai dengan aksen.
2
Latham, hlm 916. Sebuah melodi, ritme, atau frase chordal pendek yang diulang terusmenerus sepanjang satu bagian utuh maupun sebagian. 3 Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice (London: Faber and Faber Limited, 1961), 135. Polychord merupakan kombinasi dari dua atau lebih akor pada area harmoni yang berbeda. 4 Pengulangan yang sama.
22
Gambar 3.11 Suasana Sedih Pada Bagian II Bentuk A Bagian II bentuk B menggunakan teknik interval jarak dua dan jarak setengah untuk menggambarkan suasana sedih. Tempo yang digunakan adalah lento dan sukat yang digunakan adalah 2/4. Dinamika yang digunakan adalah mezzo piano pada primo dan piano pada secondo (birama 92-101).
Gambar 3.12 Suasana Sedih Pada Bagian II Bentuk B Pada bagian II bentuk B, terdapat perubahan tempo dari Lento menjadi Vivace dan perubahan sukat dari 2/4 menjadi 4/4 sebelum menuju bagian II bentuk C yang memiliki suasana marah (birama 102-108). 23
Gambar 3.13 Perubahan Tempo dan Sukat Pada Bagian II Bentuk B Bagian II bentuk C menggambarkan suasana marah dengan tempo Allegro dan sukat 3/4. Teknik piano yang digunakan adalah chromatic scale (tangganada kromatis) dari G Mayor yang diolah dengan perpindahan chromatic scale antara primo dan secondo (birama 109-122).
Gambar 3.14 Teknik Piano Chromatic Scale
24
Terdapat teknik mirror chord by seconds (cluster)5 pada secondo untuk menggambarkan suasana marah (birama 123-124).
Gambar 3.15 Teknik Komposisi Cluster Pada Secondo Terdapat dua polymodal6 (modus) yang digunakan, yaitu C Aeolian dan C Lydian. C Aeolian menggambarkan suasana gelap dan C Lydian meggambarkan suasana terang sebelum menuju transisi yang memiliki suasana tenang (birama 130-133).
5
Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice (London: Faber and Faber Limited, 1961), 126. Kumpulan not dari akor jarak dua. 6 Persichetti, hlm 39. Ketika modus yang berbeda dimainkan secara bersamaan pada tonal yang berbeda, maka hal tersebut dinaakan polimodal dan politonal.
25
Gambar 3.16 C Aeolian (birama 130-131) dan C Lydian (birama 132-133) Transisi pada bagian II menggunakan tempo Andantino Grazioso dengan tonalitas G Mayor untuk menggambarkan suasana tenang. D. Analisis Komposisi Bagian III Bagian III bentuk A memiliki suasana ceria yang diawali dengan tempo Allegro. Sukat yang digunakan adalah 4/4 dengan tonalitas G Mayor. Terdapat teknik piano tremolo dan glissando antara primo dan secondo (birama 145-155).
Gambar 3.17 Teknik Piano Tremolo 26
G Gambar 3.18 Teknik Piano Glissando Bagian III bentuk B menggunakan ritme triplet. Tangan kiri pada secondo menggunakan block chord dari Gsus4 dan Csus4 (birama 157158). Terdapat teknik komposisi akor kuartal 7(akor yang memiliki interval 4) posisi dasar pada birama 159-160. Terjadi perubahan tempo pada bagian III bentuk B, yaitu dari tempo Allegro menjadi Vivace.
Gambar 3.19 Teknik Komposisi Akor Kuartal pada secondo
7
Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice (London: Faber and Faber Limited, 1961), 94. Akor kuartal dibentuk dengan cara menumpukkan beberapa nada dalam interval empat sehingga interval dari masing-masing nada dalam akor tersebut berjarak empat.
27
Bagian III bentuk C, tangan kanan pada primo memainkan quintuplet dan diolah dengan menggunakan teknik sekuens jarak empat yang konsekuen. Secondo memainkan block chord Gsus4 (birama 165168).
Gambar 3.20 Quintuplet Pada Primo Dengan Sekuen Jarak Empat Bagian III terdapat coda yang merupakan penegasan kembali dari melodi utama pada bagian I yang dimainkan oleh primo dan secondo secara bersamaan (birama180-190). Melodi utama diolah dengan menggunakan teknik retrograsi, diminusi8, repetisi, dan imitasi9. Bagian penutup diakhiri dengan dinamika pianissimo untuk memberikan kejutan terhadap penonton.
8 9
Memperkecil nilai nada. Pengulangan yang sama pada oktaf atau instrumen yang berbeda.
28