BAB III 3 PEMODELAN SISTEM Adapun kecerdasan-kecerdasan utama yang diinginkan wajib dimiliki oleh model mesin bubut cerdas ini adalah: 1. Memiliki fungsi pengelolaan data pendukung seperti penambahan, perbaikan, dan penghapusan data. 2. Mampu memilihkan alternatif tool set untuk tiap-tiap proses yang akan dilakukan oleh mesin bubut. 3. Mampu memilihkan parameter operasi untuk tiap-tiap proses yang akan dilakukan oleh mesin bubut. 4. Mampu menghitungkan ongkos pemesinan untuk mesin bubut yang akan digunakan. Untuk memenuhi kecerdasan diatas, maka model ini memerlukan 4 modul pengelolaan data pendukung yang saling berhubungan yaitu: 1. Pengelolaan data workshop 2. Pengelolaan data mesin perkakas 3. Pengelolaan data pemesinan 4. Pengelolaan data kelengkapan perkakas potong Modul pengelolaan data dirancang terpisah-pisah, agar data yang ada dapat dimanfaatkan kembali oleh sistem yang lain dengan mudah. Setiap modul di atas mempunyai tanggung jawab untuk mengelola masukan data masing-masing dan menyimpan hasilnya kedalam basis data. Pengelolaan masukan data tersebut berupa penyediaan Graphical User Interface (GUI) agar mudah dimengerti oleh pengguna (user), selain itu juga mengolah masukan data menjadi informasi dengan algoritma tertentu. Penggunaan basis data berguna untuk menyimpan informasi ketika sedang tidak dibutuhkan. Informasi tersebut kemudian dapat dijadikan masukan data bagi modul-modul lainnya. Dengan kata lain, basis data ini juga berfungsi sebagi penghubung antar modul. Hal ini seperti diilustrasikan pada gambar 3.1 berikut:
37
Gambar 3-1 Arsitektur Model Mesin Bubut Cerdas
Sistem diatas akan dimodelkan dengan metode yang merupakan evolusi dari pemodelan berorientasi obyek yang disebut unified modelling language (UML). UML adalah bahasa pemodelan serbaguna yang digunakan untuk membuat spesifikasi, visualisasi, konstruksi, dan dokumentasi hal-hal yang berhubungan dengan sistem perangkat lunak. 3.1 Modul Pengelolaan Data Workshop Pada gambar berikut, diperlihatkan hubungan antara sistem dengan aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
Gambar 3-2 Use-case Diagram Pengelolaan Data Workshop
Modul pengelolaan data workshop ini terdiri dari kelas Workshop, Asset Workshop, dan Overhead Workshop. 1. Workshop Atribut-atribut yang dimiliki oleh workshop adalah: 1. Workshop ID, merupakan suatu identitas workshop yang membedakan di antara workshop lainnya. 2. Workshop Name, merupakan nama dari suatu workshop. 3. Location Code, merupakan kode lokasi dimana workshop tersebut berada dalam suatu pabrik.
38
4. Installed Electric Power, merupakan daya listrik yang terpasang pada workshop tersebut, digunakan untuk menghitung ongkos daya. 5. Electric Power Cost Per kWh, merupakan harga daya listrik per kWh akan menentukan ongkos daya. 6. Work Day A Week, merupakan hari kerja workshop per minggu. 7. Work Day A Hour, merupakan jam kerja workshop per hari. Bersamasama Work Day A Week menentukan jam kerja workshop selama sebulan maupun setahun. 2. Asset Workshop Asset Workshop adalah aset-aset yang dimiliki oleh suatu workshop. Atribut-atribut yang dimiliki oleh Asset Workshop adalah: 1. Asset ID, merupakan suatu identitas aset workshop yang membedakan diantara yang lainnya. 2. Inventory Number, merupakan nomor inventaris aset. 3. Asset Name, merupakan nama dari aset workshop tersebut. 4. Trade Mark, Type, Spesification, merupakan merk, tipe, dan spesifikasi yang dimiliki oleh aset tersebut. 5. Price, Life Time, dan Interest Rate, merupakan harga pembelian, umur produktif, dan bunga suatu aset. Bersama-sama menentukan ongkos tetap kepemilikan aset tersebut. 6. Acquisition Date, merupakan tanggal perolehan/pembelian suatu aset. Apabila, tanggal saat ini telah melewati tanggal perolehan ditambah umur produktif aset, maka ongkos tetap kepemilikan aset tidak diperhitungkan. 3. Overhead Workshop Overhead Workshop adalah beban tak langsung yang dikenakan kepada suatu workshop. Atribut-atribut yang dimiliki adalah: 1. Account Code, merupakan kode akun yang membedakan antara overhead yang satu dengan lainnya. 2. Description, merupakan uraian dari suatu overhead. 3. Charge Cost, merupakan besar beban atau ongkos dari suatu overhead.
39
4. Valid Date Start, merupakan tanggal mulai berlaku dari suatu overhead. 5. Valid Period, merupakan periode pemberlakuan suatu overhead. Apabila tanggal saat ini telah melewati periode pemberlakuan, maka ongkos overhead tidak diperhitungkan lagi. Kelas-kelas di atas akan membentuk modul pengelola data workshop seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Gambar 3-3 Class Diagram Pengelolaan Data Workshop
3.2 Modul Pengelolaan Data Mesin Perkakas Pada gambar berikut, diperlihatkan hubungan antara sistem dengan aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
Gambar 3-4 Use-case Diagram Pengelolaan Data Mesin Perkakas
Modul pengelola data mesin perkakas ini terdiri dari kelas Machine Tool, Expenses, Maintenance, Spare Part, Preventive Maintenance, dan Operating Parameter. 1. Machine Tool Merupakan model dari mesin perkakas, tidak hanya mesin bubut, namun juga mesin-mesin perkakas lainnya. Atribut-atribut yang dimiliki oleh Machine Tool adalah: 1. Machine ID, merupakan identitas mesin perkakas yang membedakan antara mesin yang satu dengan mesin lainnya.
40
2. Workshop ID, merupakan identitas workshop yang menunjukkan kepemilikan terhadap mesin tersebut. 3. Type, merupakan jenis/ tipe mesin perkakas, apakah mesin tersebut merupakan mesin bubut, freis, gurdi, sekrap, gerinda, ataupun lainnya. 4. Inventory Number, Trade Mark, Spesification, merupakan nomor inventaris, merk, dan spesifikasi yang dimiliki oleh suatu mesin perkakas. 5. Swing Over Bed dan Distance Between Center, merupakan tinggi senter dan jarak antar senter. Atribut ini hanya dimiliki oleh mesin bubut. Atribut ini untuk pemilihan mesin perkakas yang sesuai dengan dimensi awal benda kerja (raw-material). Swing Over Bed menunjukkan diameter maksimum benda kerja dan Distance Between Center menunjukkan panjang maksimum benda kerja yang dapat diletakkan pada mesin bubut tersebut. 7. Price, Life Time, dan Interest Rate, merupakan harga pembelian, umur produktif,
dan
bunga
suatu
mesin
perkakas.
Bersama-sama
menentukan ongkos tetap kepemilikan mesin perkakas tersebut. 8. Acquisition Date, merupakan tanggal perolehan/pembelian suatu aset. Apabila, tanggal saat ini telah melewati tanggal perolehan ditambah umur produktif aset, maka ongkos tetap kepemilikan aset tidak diperhitungkan. 9. Nominal Electric Power, merupakan daya listrik nominal suatu mesin perkakas. Digunakan untuk menghitung ongkos daya suatu mesin dan juga akan digunakan dalam perhitungan parameter operasi. 10. Operation Status, merupakan status operasi dari suatu mesin. Digunakan dalam pemilihan mesin bubut yang dapat digunakan. 11. Cumulative Operation Hour, merupakan jumlah jam operasi kumulatif yang akan digunakan dalam menentukan konstanta pembagi ongkos overhead yang akan dibebankan kepada mesin tersebut. 2. Expenses Merupakan bahan habis yang digunakan oleh suatu mesin perkakas. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah:
41
1. Item ID, merupakan identitas barang yang membedakan antara barang yang satu dengan barang lainnya. 2. Item Name, merupakan nama dari suatu barang. 3. Unit, merupakan satuan dari suatu barang. 4. Price Per Unit, merupakan harga barang per satuan. 5. Consumption Level, merupakan tingkat konsumsi suatu mesin perkakas terhadap suatu barang. Bersama-sama Unit dan Price Per Unit menentukan ongkos bahan habis suatu mesin perkakas. 3. Maintenance Merupakan perawatan untuk suatu mesin perkakas. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Maintenance
ID,
merupakan
identitas suatu
perawatan
yang
membedakan antara perawatan yang satu dengan yang lainnya. 2. Description, merupakan uraian dari perawatan tersebut. 4. SparePart Merupakan suku cadang yang digunakan untuk suatu perawatan tertentu. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Spare Part ID, merupakan identitas suku cadang yang membedakan antara suku cadang yang satu dengan yang lainnya. 2. Spare Part Name, merupakan nama dari suatu suku cadang. 3. Unit, merupakan satuan dari suatu suku cadang. 4. Price Per Unit, merupakan harga satuan dari suatu suku cadang. 5. Life Time, merupakan umur dari suatu suku cadang. Bersama-sama Unit dan Price Per Unit menentukan ongkos suku cadang. 5. Preventive Maintenance Merupakan perawatan rutin yang dilakukan untuk suatu jenis perawatan tertentu. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Cost, merupakan besar ongkos untuk perawatan tersebut. 2. Valid Date Start, merupakan tanggal mulai pemberlakuan ongkos. 3. Validation Period, merupakan masa berlaku ongkos suatu perawatan. Apabila tanggal saat ini telah melewati periode pemberlakuan ongkos tersebut, maka ongkos perawatan rutin ini tidak diperhitungkan lagi.
42
6. Operating Parameter Merupakan parameter operasi yang dimiliki oleh suatu mesin perkakas. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Feed Rate, merupakan tingkat gerak makan. 2. Spindel Rotation, merupakan tingkat putaran spindel. Kelas-kelas di atas akan membentuk modul pengelolaan data mesin perkakas seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Gambar 3-5 Class Diagram Pengelolaan Data Mesin Perkakas
Pada saat memulai penggunaan sistem pengelolaan data mesin perkakas diperlukan suatu urutan tertentu, karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putus-putus memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-6 Hubungan Pengelolaan Mesin Perkakas dengan Modul Lain
3.3 Modul Pengelolaan Data Pemesinan Pada gambar berikut, diperlihatkan hubungan antara sistem dengan aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
43
Gambar 3-7 Use-case Diagram Pengelolaan Data Pemesinan
Di dalam sistem ini terdapat pula modul-modul lain diantaranya adalah pengelolaan data material benda kerja, pengelolaan data material pahat dan pengelolaan data parameter pemesinan. Masing-masing modul akan dijelaskan pada sub bab berikut. 3.3.1 Pengelolaan Data Material Benda Kerja Adapun kelas-kelas yang dibutuhkan pada modul ini adalah: 1. Workpiece Material Classification Merupakan klasifikasi material benda kerja. Atribut
yang dimilikinya
adalah: 1. Workpiece Material Classification ID, merupakan identitas klasifikasi yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Workpiece Material Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Workpiece Material ID, merupakan identitas material benda kerja yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Name, merupakan nama dari suatu material. 3. Condition, merupakan kondisi dari suatu material. 4. Brinell Hardness, merupakan kekerasan brinell suatu material. 5. Ultimate Strength, merupakan kekuatan tarik suatu material. 6. Spesific Cutting Force, merupakan gaya pemotongan spesifik suatu material. Dari kelas-kelas di atas, maka dapat digambarkan suatu modul pengelolaan data material benda kerja sebagai berikut:
Gambar 3-8 Class Diagram Pengelolaan Data Material Benda Kerja
44
3.3.2 Pengelolaan Data Material Pahat Adapun kelas-kelas yang dibutuhkan pada modul ini adalah: 1. Tool Material Classification Merupakan klasifikasi material pahat. Atribut yang dimilikinya adaah: 1. Tool Material Classification ID, merupakan identitas klasifikasi yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Tool Material Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Tool Material ID, merupakan identitas material pahat yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Vendor ID, merupakan pabrik pembuat material pahat. Dari kelas-kelas di atas, maka dapat digambarkan suatu modul pengelolaan data material pahat sebagai berikut:
Gambar 3-9 Class Diagram Pengelolaan Data Material Pahat
3.3.3 Pengelolaan Data Parameter Pemesinan Adapun kelas yang dibutuhkan pada modul ini adalah: 1. Machining Parameter Data Merupakan tempat menyimpan data-data parameter pemesinan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat material pahat. Atribut-atribut yang dimilikinya adalah: 1. Process Type, merupakan tipe proses pemesinan. 2. Workpiece Material ID, merupakan identitas material benda kerja . 3. Tool Material ID, merupakan identitas material pahat. 4. Feed Rate Min, merupakan rekomendasi gerak makan minimum. 5. Feed Rate Max, merupakan rekomendasi gerak makan maksimum. 6. Cutting Speed Min, merupakan rekomendasi kecepatan potong minimum. 7. Cutting Speed Max, merupakan rekomendasi kecepatang potong maksimum.
45
2. Roughness Level Merupakan parameter kehalusan yang diinginkan untuk produk akhir. Atribut-atribut yang dimiliki oleh Roughness Level adalah: 1. Roughness Level ID, merupakan identitas yang dimiliki oleh suatu roughness level. 2. Ra, merupakan mean roughness index yang dimiliki oleh suatu Roughness Level ID. 3. Rz, merupakan nilai ekuivalen terhadap Ra. 4. Rt, merupakan peak to valey height yang dimiliki oleh suatu Roughness Level ID. 5. Description, merupakan uraian tambahan dari suatu Roughness Level ID. Dari kelas-kelas diatas dapat digambarkan modul pengelolaan data parameter pemesinan ini sebagai berikut:
Gambar 3-10 Class Diagram Pengelolaan Data Parameter Pemesinan
Dari ketiga modul diatas dapat digambarkan modul pengelolaan data pemesinan sebagai berikut:
Gambar 3-11 Class Diagram Pengelolaan Data Pemesinan
46
Pada saat memulai penggunaan sistem pengelolaan data pemesinan diperlukan suatu urutan tertentu, karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putus-putus memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-12 Hubungan Antar Modul Pengelolaan Data Pemesinan
3.4 Modul Pengelola Kelengkapan Perkakas Potong Pada gambar berikut, diperlihatkan hubungan antara sistem dengan aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
Gambar 3-13 Use-case Diagram Pengelolaan Kelengkapan Perkakas Potong
Berdasarkan uraian sebelumnya pada sub bab 2.6, perkakas potong (tool set) merupakan susunan dari komponen-komponen penyusun perkakas potong yaitu cutting unit, clamping unit, extension atau reduction, dan adaptor. Untuk membentuk suatu sistem kelengkapan perkakas potong diperlukan modul-modul diantaranya adalah pengelolaan data shank, pengelolaan data ukuran sisipan, pengelolaan data sisipan dan pemegang pahat, pengelolaan data tool set, dan pengelolaan data shank mesin. Masing-masing modul akan dijelaskan pada sub bab berikut. 3.4.1 Pengelolaan Data Shank Komponen-komponen penyusun suatu tool set (clamping unit, extension atau reduction, adaptor, dan cutting unit) dapat dirangkai jika kedua hal dibawah ini dipenuhi: 1. Shank yang dipegang mempunyai bentuk standar yang sama dengan pemegang, dan 2. Dimensi shank memungkinkan untuk dipasang pada bagian pemegang. Pada suatu sistem pemerkakasan, informasi tentang shank suatu komponen perkakas potong akan digunakan untuk menentukan apakah komponen tersebut 47
dapat dipasangkan dengan komponen yang lain. Untuk itu, suatu shank harus memiliki atribut sebagai berikut: 1. Identitas (Shank ID) 2. Jenis/tipe (Shank Type) 3. Ukuran/dimensi (Size) Atribut terpenting yang harus dimiliki sebuah shank yaitu identitas. Sebuah shank harus memiliki identitas yang standar karena ketika dua buah komponen perkakas potong akan dirakit maka komponen tersebut akan mencari pasangannya dengan identitas shank yang sama. Pada kasus ini shank betugas membaca dan menerjemahkan informasi yang dimiliki shank yang lain dan memberikan jawaban apakah bisa saling berpasangan. Sementara atribut lain yang penting adalah jenis (tipe) dari shank tersebut. Jenis (tipe) shank sendiri tersedia bermacam-macam dipasaran tergantung pabrik pembuatnya, sehingga diperlukan model suatu sistem yang dapat memfasilitasi semua produk yang tersedia di pasar. Untuk memenuhi semua kriteria di atas maka diperlukan suatu modul pengelolaan data shank yang dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 3-14 Class Diagram Pengelolaan Data Shank
3.4.2 Pengelolaan Data Ukuran Sisipan Pada mesin bubut, ada dua tipe cutting unit (pahat) yang dapat digunakan, yaitu pahat dengan sisipan ataupun pahat tanpa sisipan. Atribut penting yang harus dimiliki oleh sebuah cutting unit antara lain material pahat, jenis proses pemesinan yang dapat dilakukan, geometri pahat, shank, dan harga pembelian. Untuk pahat dengan sisipan, maka cutting unit tersebut membutuhkan dua komponen lainnya, yaitu sisipan dan pemegang sisipan. Walaupun kodifikasi sisipan dan pemegang sisipan telah distandarkan oleh ISO, namun sisipan dan pemegang sisipan saat ini tersedia bermacam-macam di pasaran tergantung pabrik pembuatnya. Maka diperlukan suatu model yang dapat memfasilitasi semua produk sisipan dan pemegang sisipan yang tersedia di pasar. Suatu sisipan dapat dicekam pada pemegangnya apabila:
48
1. Sisipan yang dicekam mempunyai bentuk standar yang sama dengan pemegangnya, 2. Dimensi
sisipan
memungkinkan
untuk
dipasang
pada
bagian
pemegangnya, dan Atribut terpenting yang harus dimiliki oleh sebuah sisipan dan pemegang sisipan agar sisipan tersebut dapat dicekam pada pemegangnya adalah ukuran sisipan. Ketika sebuah sisipan akan dicekam oleh pemegang sisipan, maka sisipan tersebut akan mencari pemegangnya dengan identitas ukuran sisipan yang sama. Untuk mengatasi hal ini, maka dibutuhkan pengelolaan data ukuran sisipan. Suatu ukuran sisipan harus memiliki atribut sebagai berikut: 1. Identitas (Insert Size ID) 2. Jenis/tipe (Insert Size Type) 3. Ukuran (Size) Sama halnya dengan shank, jenis (tipe) ukuran sisipan pun bermacammacam. Maka model pengelolaan data ukuran sisipan dapat dijelaskan dengan gambar berikut:
Gambar 3-15 Class Diagram Pengelolaan Data Ukuran Sisipan
3.4.3 Pengelolaan Data Sisipan dan Pemegang Pahat Kelas-kelas yang dibutuhkan pada modul ini adalah: 1. Insert (Sisipan) Selain atribut ukuran sisipan, suatu sisipan (insert) dan pemegang sisipan (tool holder) pun harus memiliki atribut lainnya yang merujuk kepada atribut yang dimilik dalam sebuah cutting unit, karena suatu cutting unit dapat terdiri dari sisipan dan pemegang sisipan. Atribut-atribut yang dimiliki oleh sisipan adalah: 1. Insert ID, merupakan kode suatu sisipan yang membedakan antara satu sisipan dengan sisipan lainnya. 2. Process Type, merupakan tipe proses yang direkomendasikan untuk penggunaan suatu sisipan.
49
3. Insert Size ID, merupakan ukuran sisipan. Bersama-sama Process Type menentukan Tool Holder yang sesuai. 4. Tool Material, merupakan material dari suatu sisipan. 5. Cutting Edge Number, merupakan jumlah mata potong suatu sisipan yang dapat digunakan. 6. Cutting Edge Length, merupakan panjang mata potong suatu sisipan. 7. Nose Radius, merupakan radius ujung dari suatu sisipan. 8. Feed Direction,merupakan arah gerak pemakanan. 9. Price, merupakan harga pembelian dari suatu sisipan. 10. Rack ID, merupakan kode tempat penyimpanan suatu sisipan. 11. Vendor ID, merupakan kode pabrik pembuat suatu sisipan. 12. Description, merupakan uraian tambahan untuk sisipan tersebut. 2. Tool Holder (Pemegang pahat) Atribut-atribut yang dimiliki oleh Tool Holder adalah: 1. Tool Holder ID, merupakan kode suatu pemegang sisipan yang membedakan antara satu pemegang sisipan dengan yang lainnya. 2. Process Type, merupakan tipe proses yang direkomendasikan untuk penggunaan suatu pemegang sisipan. 3. Insert Size ID, merupakan ukuran sisipan. Bersama-sama Process Type menentukan Insert (sisipan) yang sesuai. 4. Entering Angle, merupakan sudut potong utama dari suatu pemegang sisipan. 5. Shank ID, merupakan tipe shank yang dimiliki oleh suatu pemegang sisipan. Atribut ini akan menentukan kesesuaian dengan komponen perkakas potong lainnya. 6. Length, merupakan panjang badan pemegang sisipan pahat. 7. DMM or H, merupakan diameter bila shank berbentuk round dan panjang sisi shank bila berbentuk square. 8. Tool Direction, merupakan arah gerak pahat. 9. Price, merupakan harga dari suatu pemegang sisipan. 10. Rack ID, merupakan kode tempat penyimpanan suatu pemegang sisipan.
50
11. Vendor ID, merupakan kode pabrik pembuat suatu pemegang sisipan. 12. Description, merupakan uraian tambahan untuk pemegang sisipan pahat tersebut. Dari kelas-kelas diatas, maka dapat digambarkan suatu model pengelolaan data sisipan dan pemegang pahat.
Gambar 3-16 Class Diagram Pengelolaan Data Sisipan dan Pemegang Pahat
3.4.4 Pengelolaan Data Tool Set Suatu kombinasi perkakas potong atau tool set merupakan pola susunan komponen perkakas yang membentuk sistem pemerkakasan (tooling system). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya suatu tool set dapat terdiri dari: 1. Kombinasi clamping unit – extension – adaptor – cutting unit 2. Kombinasi clamping unit – adaptor – cutting unit 3. Kombinasi clamping unit – extension – cutting unit 4. Kombinasi clamping unit – cutting unit Maka suatu tool set dapat terdiri dari cutting unit, adaptor, extension, dan clamping unit. Sehingga pada modul ini pun terdiri dari 4 kelas, yaitu: 1. Cutting Unit Cutting unit (pahat) sangat penting untuk menentukan apakah sebuah pahat dapat digunakan pada suatu proses pemesinan tertentu. Atributatribut yang dimiliki oleh suatu cutting unit adalah: 1. Cutting Unit ID, merupakan identitas pahat yang membedakan antara pahat yang satu dengan yang lainnya.
51
2. Process Type, merupakan proses yang dapat dilakukan oleh suatu pahat. 3. Insert ID, merupakan identitas sisipan pahat. 4. Tool Holder ID, merupakan identitas pemegang sisipan pahat. 5. Tool Material, merupakan material suatu pahat. 6. Cutting Edge Number, merupakan jumlah mata potong dari suatu pahat yang dapat digunakan. 7. Cutting Edge Length, merupakan panjang mata potong dari suatu pahat. 8. Nose Radius, merupakan radius ujung dari suatu pahat. 9. Entering Angle, merupakan sudut potong utama dari suatu pahat. 10. Shank ID, merupakan tipe shank yang dimiliki oleh suatu pahat. Atribut ini akan menentukan kesesuaian dengan komponen perkakas potong lainnya. 11. Length, merupakan panjang badan pahat. 12. DMM or B, merupakan diameter bila shank berbentuk round atau panjang sisi shank bila berbentuk square. 13. Price, merupakan harga pembelian dari suatu pahat. 14. Rack ID, merupakan kode tempat penyimpanan suatu pahat. 15. Vendor ID, merupakan kode pabrik pembuat suatu pahat. 16. Description, merupakan uraian tambahan untuk pahat tersebut. 2. Clamping unit, Extension, dan Adaptor Sementara itu, model untuk komponen penyusun perkakas potong lainnya selain cutting unit, yaitu clamping unit, extension, dan adaptor pada umumnya sama. Atribut-atribut yang dimiliki oleh komponen perkakas potong adalah: 1. ID, merupakan identitas komponen perkakas potong yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Shank ID, merupakan atribut yang paling penting untuk ketiga komponen ini. Setiap komponen perkakas potong mempunyai 2 buah shank untuk kedua sisinya yaitu t_shank_id dan m_shank_id. Awalan t_ merujuk kepada shank untuk sisi komponen perkakas potong yang dekat dengan
52
pahat potong sementara awalan m_ merujuk kepada shank untuk sisi komponen perkakas potong yang dekat dengan mesin perkakas. Dua buah komponen penyusun perkakas potong dapat dipasangkan apabila t_shank_id salah satu sisi komponen perkakas potong bersesuaian dengan m_shank_id sisi komponen perkakas potong lainnya. 3. Length, merupakan panjang badan komponen perkakas potong. 4. Diameter shank untuk sisi mesin (dmm) apabila shank berbentuk round atau panjang sisi (hm) apabila shank berbentuk square dan diameter shank untuk sisi pahat (dmt) apabila shank berbentuk round atau panjang sisi (ht) apabila shank berbentuk square. 5. Price, merupakan harga suatu komponen perkakas potong. 6. Rack ID, merupakan kode tempat penyimpanan komponen perkakas potong. 7. Vendor ID, merupakan kode pabrik pembuat komponen perkakas potong. 8. Description, merupakan uraian sebagai tambahan informasi untuk suatu komponen perkakas potong. Dari keempat kelas diatas, maka dapat digambarkan suatu sistem pengelolaan data tool set sebagai berikut:
Gambar 3-17 Class Diagram Pengelolaan Data Tool Set
53
3.4.5 Pengelolaan Data Shank Mesin Merupakan jenis-jenis shank yang dimiliki oleh suatu mesin perkakas. Satu mesin perkakas dapat memiliki lebih dari satu jenis shank, sehingga beberapa clamping unit dapat dipasangkan pada satu mesin perkakas. Kelas yang dibutuhkan pada model ini adalah: 1. Shank Machine Atribut-atribut yang dimiliki oleh kelas ini adalah: 1. Machine ID, merupakan identitas mesin perkakas yang memiliki jenisjenis shank. 2. Shank ID, merupakan identitas shank. Maka, sistem pengelolaan data shank mesin dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3-18 Class Diagram Pengelolaan Data Shank Mesin
Dari kelima modul diatas dapat digambarkan suatu sistem pengelolaan data kelengkapan perkakas potong yang lengkap sebagai berikut:
Gambar 3-19 Class Diagram Pengelolaan Kelengkapan Perkakas Potong
54
Pada saat memulai penggunaan modul pengelolaan data kelengkapan perkakas potong diperlukan suatu urutan tertentu karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putus-putus pada gambar berikut memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-20 Hubungan Antar Pengelola Kelengkapan Perkakas Potong
3.5 Modul SmartLathe Seperti yang telah dikemukakan di awal ada empat kecerdasan yang wajib dimiliki oleh sistem ini. Kecerdasan yang pertama telah dipenuhi oleh keempat modul diatas. Sementara 3 kecerdasan lainnya akan dipenuhi oleh ketiga sistem berikut, yaitu: 1. Penghitung ongkos pemakaian mesin per menit. 2. Pengelolaan proses (data input tiap-tiap proses) dan pemilihan tool set yang sesuai. 3. Penghitung parameter tiap-tiap proses dan ongkos pemesinan. Ketiga sistem diatas pun akan memiliki kecerdasan-kecerdasan spesifik. Ketiganya akan dijelaskan oleh subbab berikut. Pada gambar berikut ini, diperlihatkan hubungan antara sistem dengan aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
55
Gambar 3-21 Use-case Diagram SmartLathe
3.5.1 Penghitung Ongkos Pemakaian Mesin Per Menit Adapun kecerdasan yang dimiliki oleh sistem ini adalah: a. Memiliki fungsi penghitungan ongkos pemakaian mesin dengan metode (rumus) yang diberikan pada subbab 2-8. b. Memiliki logika untuk tidak memperhitungkan kembali ongkos yang terjadi bila periode pemberlakuan telah terlewati. Sistem ini terdiri dari satu kelas yaitu Machine Rate. Atribut-atribut kelas ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut:
56
Gambar 3-22 Class Diagram Penghitung Ongkos Pemakaian Mesin
Pada saat memulai penggunaan sistem penghitung ongkos pemakaian mesin per menit diperlukan suatu urutan tertentu karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putus-putus pada gambar berikut memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-23 Hubungan Penghitung Ongkos Mesin dengan Modul Lain
3.5.2 Pengelola Proses dan Pemilihan Tool Set Adapun kecerdasan yang dimiliki oleh sistem ini adalah: a. Memiliki fungsi pengelola urutan proses dan pemasukan input data-data yang diperlukan tiap-tiap proses. b. Memiliki fungsi pemilihan alternatif tool set untuk tiap-tiap proses berdasarkan mesin dan material benda kerja yang digunakan. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SmartLathe ini dibatasi menjadi sembilan tipe proses (process type). Proses-proses tersebut yaitu: 1. Turning 2. Facing 3. External Grooving
57
4. Internal Grooving 5. Cutting 6. Drilling 7. Boring 8. External Threading 9. Internal Threading Masing-masing proses dibuat dalam satu kelas. Atribut-atribut penting yang dimiliki masing-masing kelas adalah: 1. Machine ID, merupakan identitas mesin yang digunakan untuk melakukan proses tersebut. 2. Workpiece Material ID, merupakan identitas material benda kerja yang akan diproses. 3. Dimensi awal dan akhir proses pemesinan, yaitu: -
Initial Diameter (do), merupakan diameter awal benda kerja untuk proses turning dan boring.
-
Finished Diameter (dm), merupakan diameter akhir benda kerja.
-
Depth of Cut (a), merupakan kedalaman potong yang diinginkan untuk proses facing, grooving, cutting, dan drilling.
-
Pitch (p), untuk proses threading.
-
Length (lw), merupakan panjang pemesinan.
-
Roughness Level (Rt), merupakan tingkat kehalusan permukaan akhir benda kerja yang diinginkan untuk proses turning dan boring.
4. Tool Set, merupakan set pahat yang akan digunakan untuk melakukan suatu proses, yaitu: -
Clamping Unit ID, merupakan identitas clamping unit yang tersedia berdasarkan mesin yang digunakan.
-
Extension ID, merupakan identitas extension yang tersedia berdasarkan clamping unit yang digunakan.
-
Adaptor ID, merupakan identitas adaptor yang tersedia berdasarkan clamping unit atau extension yang digunakan.
-
Cutting Unit ID, merupakan identitas cutting unit yang tersedia berdasarkan clamping unit, extension atau adaptor yang digunakan.
58
Berikut merupakan gambaran dari sistem ini. Kelas process type ini merupakan generalisasi dari kesembilan proses diatas.
Gambar 3-24 Class Diagram Pengelola Proses dan Pemilihan Tool Set
Pada saat memulai penggunaan sistem pengelola proses dan pemilihan tool set diperlukan suatu urutan tertentu karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putus-putus pada gambar berikut memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-25 Hubungan Pengelola Proses dan Tool Set dengan Modul Lain
3.5.3 Penghitung Parameter Proses dan Ongkos Pemesinan Adapun kecerdasan yang dimiliki oleh sistem ini adalah: a. Memiliki fungsi penghitungan parameter proses dengan metode (rumus) yang diberikan pada subbab 2-9. b. Memiliki fungsi penghitungan ongkos pemesinan. c. Memiliki fungsi penyajian hasil penghitungan. Sistem ini terdiri dari satu kelas yaitu Process Parameter. Atribut-atribut kelas ini dapat dilihat pada dengan gambar berikut:
59
Gambar 3-26 Class Diagram Penghitung Parameter Proses
Pada saat memulai penggunaan sistem penghitung parameter proses dan ongkos pemesinan ini diperlukan suatu urutan tertentu karena terdapat ketergantungan data dari modul satu terhadap modul lainnya. Tanda panah putusputus pada gambar berikut memberikan arti ketergantungan modul yang menunjuk terhadap modul yang ditunjuk.
Gambar 3-27 Hubungan Penghitung Parameter Proses dengan Modul Lain
Dari model diatas maka dapat dirancang suatu database (basis data) yang terdiri dari tabel-tabel untuk menyimpan data. Tabel-tabel ini disusun menjadi sebuah struktur yang pada akhirnya membentuk sebuah PDM (physical data model) untuk model ini. PDM tersebut kemudian diterjemahkan dalam DBMS (Database Management Server) MySQL.
60