BAB II PTPP. LONSUM Sei Rumbia: Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Baru
2.1. Keberadaan PTPP. LONSUM Sei Rumbia Desa Perk. Sei Rumbia terletak di dalam wilayah Kec. Kotapinang, Kab. Labuhanbatu Selatan Prov. Sumatera Utara yang berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan Desa Sisumut, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sosopan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kotapinang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Nagodang. Luas wilayah Desa Perk. Sei Rumbia adalah 3000 Ha, dimana 2998 Ha milik perkebunan dan 2 rante milik desa. Iklim Desa Perk. Sei Rumbia sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai ilkim kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan perkebunan yang ada di Desa Perk. Sei Rumbia Kec. Kotapinang. Jumlah penduduk desa perkebunan ini berdasarkan profil desa tahun 2015 sebesar 2.690 jiwa, yang terdiri dari 1.392 jiwa laki-laki dan 1.298 jiwa perempuan. Desa Perk. Sei Rumbia adalah nama suatu wilayah di Kec. Kotapinang, Kab. Labuhanbatu Selatan menurut beberapa tokoh masyarakat Desa perk. Sei Rumbia dikenal karena keberadaan sebuah mata air berbentuk sumur di wilayah tersebut. Konon sumur tersebut tidak pernah kering walaupun musim kemarau, dan diyakini sumur tersebut terhubung dengan sungai-sungai kecil di bawah tanah yang pada musim hujan dapat dengan cepat meresapkan air hujan
Universitas Sumatera Utara
yang menggenangi wilayah tersebut. Konon juga wilayah tersebut dikeramatkan oleh sebagian orang untuk keperluan ritual tertentu misalnya meminta petunjuk tentang siapa yang bakal menjadi calon Bupati, Walikota, dan petunjuk untuk pengobatan ataupun nomor undian berhadiah. Wilayah tersebut lambat laun menjadi nama sebuah desa yang pada saat sekarang ini bernama Desa Perk. Sei Rumbia. Desa Perk. Sei rumbia mulai terbentuk pada tahun 1965, yang pada saat itu berjumlah 100 KK dan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Penan Transmigrasi (KUPT) dari departemen sosial yang bernama Agus Salim. Pada tahun 1976, pengelolaan desa diserahkan kepada pemerintah daerah Prov. Sumatera Utara dan selanjutnya dilakukan pemerintah Kepala Desa yang pertama dan terpilih Bapak Wargo. Tanah yang digunakan untuk lokasi Desa Perk. Sei Rumbia berasal dari penyerahan Marga Proatin XII. Pada masa pemerintahan kepala desa pertama ini, kegiatan Desa Perk. Sei Rumbia banyak digunakan untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu dan nantinya berkembang menjadi dusun dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok masyarakat ini banyak bekerja pada sektor pertanian dan pada kelompok kecil pada sektor perkebunan. Namun, para pendatang pada waktu itu bersal dari Desa Perk. Sei Rumbia ini.Selanjutnya setelah dua priode masa pemerintahan Pak Hasibuan, masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia memilih pemimpin baru pada tahun 1977 yang bernama Pak Zainuddin Rambe, pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung yang diikuti oleh dua orang calon. Selanjutnya pada tahun 1991,
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia untuk kedua kalinya melakukan adu visi dan misi dalam Rencana Pembangunan Desa Perk. Sei Rumbia pada pemilihan kepala desa tahun 2009 lalu. Kemudian yang terpilih menjadi kepala desa adalah Pak Katmen, rata-rata kepala desa ini menjabat selama dua priode masa pemerintahan desa 10. Sebagaimana diketahui bahwa PTPP. LONSUM Sei Rumbia memiliki Rumah “Pintar” (Rumpin) 11 sebagai fasilitas untuk anak karyawan dalam proses belajar. Fasilitas tersebut berupa sentra bermain untuk anak-anak bermain, sentra buku untuk anak-anak membaca dan meulis, sentra audio visual untuk anak-anak yang belajar komputer dan piano.Pada umumnya anak-anak yang datang belajar adalah anak Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Rumpin Desa Perk. Sei Rumbia berdiri pada tahun 2013 yang diresmikan oleh Ibu Ani Yudhoyono selaku Ibu Negara pada masa itu. Menurut penuturan Pak Dirman, Rumpin ini didirikan oleh LONSUM dan anak perusahaan LONSUM lainnya di beberapa daerah merupakan bentuk kegiatan atau arisan para Ibu Pejabat. Awalnya yang bekerja di Rumpin adalah Kak Irma dan Kak Dian yang mengejar anak karyawan yang datang ke Rumpin. Kemudian semenjak Pak Dirman mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi stand Indofood, karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak Dirman dan 10
RPJM Desa Perk. Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016-2021. 11 Rumah “Pintar” (Rumpin) merupakan wadah yang disediakan oleh PTPP. LONSUM Sei Rumbia Labusel kepada seluruh anak karyawan untuk belajar membaca, menulis, bernyanyi, bermain musik, komputer secara gratis. Rumpin juga merupakan wadah untuk mengembangkan kreatifitas yang dimiliki oleh karyawan seperti Pak Dirman. Dimana rumpin adalah salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik secara sosial, ekonomi, lingkungan masyarakat dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan tangan lidi kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan DEMO 12. Dalam acara tersebut Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut kabarnya langsung sampai ke perusahaan. Akhirnya pada tahun 2013 juga saat Rumpin yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut.
2.2. Berkah Lidi Dalam Berita Kerajinan tangan Berkah Lidi yang didirikan oleh Pak Dirman dipercayai sebagai perlengkapan yang penting bagi peminatnya. Dikatakan penting karena produk kerajinan Pak Dirman seperti piring, tempat sendok, tempat aqua dan lainnya
merupakan
perkembangannya.
perlengkapan Bentuk-bentuk
alat
rumah
kerajinan
tangga.
Berkah
Lidi
Seiring tersebut
dengan terus
berkembang yang dikemas sesuai dengan tren masa kini. Hal tersebut berlaku secara universal, termasuk di Kotapinang. Meski tidak seperti Kota Bandung yang terkenal sebagai sentranya industri kreatif yang didukung dengan adanya slogan Bandung Creative City, dan terpilih sebagai pilot project kota kreatif se-Asia Timur di Yokohama tahun 2007 13, namun perlahan anak-anak muda di
12
Demo adalah proses pembuatan kerajinan tangan yang langsung diperaktekkan di lapangan saat pelatihan. 13
“BandungjadikotakreatifSeAsiaTimut”,http://bandungcreativecityblog.w ordpress.com.
Universitas Sumatera Utara
Kotapinang mulai bermunculan meramaikan bursa persaingan industri kreatif, salah satunya di bidang seni anyam klasik dan tradisional Berkah Lidi. Kegiatan tersebut sesuai dengan visi dan misi dari pemerintahan Kotapinang, yaitu memberikan yang terbaik kepada masyarakat “Labusel” dalam pembangunan untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Visi dan misi ini merupakan
salah
satu
strategi
dari
pemerintah
Kotapinang
untuk
mengkomunikasikan kepada masyarakat agar ikut serta dalam mengembangkan usaha swadaya tersebut. Hal ini dilakukan karena sangat membantu pemerintah daerah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru. Melalui UKM (Usaha Kecil Menengah) juga banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenagatenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga khususnya masyarakat Kotapinang. Selain itu, kegiatan tersebut juga berperan penting dalam segi sosial budaya, yaitu sebagai salah satu sarana untuk memperkenalkan produk karya anak Kotapinang, industri budaya pariwisata, dan potensi daerah kepada dunia luar. Salah satu tempat jual-beli produk Berkah Lidi berada di PTPP LONSUM Sei Rumbia
tepatnya
di
Rumah
Pintar
(Rumpin)
Kecamatan
Kotapinang
Labusel.Berdasarkan observasi di Rumah Pintar (Rumpin) PTPP LONSUM Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel, penulis menemukan banyak orang yang berminat untuk melihat dan membeli kerajinan tangan Berkah Lidi tersebut dari kalangan remaja, dewasa sampai ibu rumah tangga. Bahkan ada di antara mereka yang dengan sengaja memesan beberapa produk-produk Berkah Lidi tersebut. Motif pesanan bisa dibuat sesuai dengan permintaan si pembeli atau sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat atau yang sedang laku dipasaran. Kondisi seperti ini menurut Pak Sudirman merupakan peluang usaha yang harus dimanfaatkan, permintaan dari pembeli menjadi masukan untuk mengembangkan bentuk-bentuk atau motif dari kerajinan tangan yang beliau buat. Seni Anyam dan Klasik Tradisional milik Pak Sudirman ini sudah sampai ke luar negri saat mengikuti pameran. Produk kerajinan lidi kelapa sawit dipamerkan di Australia. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) berupa kerajinan tangan berbahan dasar lidi kelapa sawit dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) dipamerkan di Canberra Australia. Buah karya tangan itu, milik Sudirman, warga perkebunan Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Karyanya diikutkan dalam pameran antar negara di kota Canberra Negara Australia. Berlangsung sejak tanggal 25 September sampai 1 Oktober 2014. Kadisperindagkom dan UKM Labusel Dozer Hutapea, Jum’at (26/9) mengatakan saat ini ada produk hasil kerajinan tangan milik warga Labusel sedang mengikuti pameran antar negara di Canberra Australia. Sebelumnya, keikutsertaan ini karena undangan dari duta besar Indonesia yang berada di negara Australia. Melalui Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi Sumatera Utara, yang menggelar kerajinan tangan tingkat kabupaten/kota dengan seluruh perajin sesumut di Lapangan Merdeka Medan, tanggal 19-20 September 2014. Saat menghadiri acara tersebut, karya kerajinan tangan dari Labusel dilihat duta besar Indonesia di Australia bersama ketua Dekranasda provsu, bahwa kerajinan tangan dari Labusel sangat layak diikuti pameran antar negara di
Universitas Sumatera Utara
Canberra Australia, meskipun bahan bakunya terbuat dari lidi kelapa sawit,” ungkapnya. Di sisi lain, kata Dozer provsu mempunyai peranan penting untuk ikut mendorong kreativitas para perajin lokal agar mampu bersaing di tingkat global. Sesuai tujuan perlu dilakukan fasilitas melalui peningkatan kualitas, desain, kemasan dan branding serta pembinaan terhadap para perajin sebgai bentuk upaya meningkatkan daya saing kedepannya. Sedangkan pameran itu, berlangsung selama sepekan dimulai 1 Oktober 2014 di kota Canberra negara Australia. Selain itu juga, kata Dozer sesuai visi dan misi Bupati Labusel, tugas berat pemkab melalui SKPD harus memberikan yang terbaik kepada masyarakat Labusel dalam pembangunan untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran. “Dalam arti keberadaan, Pemkab Labusel dan Dekranasda Sumut harus bisa membertikan peluang untuk mengenalkan produk lokal di tingkat global saat pasar bebas ASEAN diberlakukan 2015. Jadi, perlu dorongan kreativitas para perajin lokal agar bisa bersaing” sebut Dozer. Sementara Sudirman, warga perkebunan Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel mengatakan sangat bersyukur hasil kerajinan tangan yang digelutinya selama tiga tahun bisa mengikuti pameran kerajinan tangan antar negara di kota Canberra Australia tersebut. Selama ini untuk mengembangkan kerajinan tangan, dia hanya memiliki tiga orang karyawan meskipun sudah banyak yang dihasilkan dengan berbagai bentuk yang telah dibuatnya. Misalkan seperti kerajinan tangan sebuah piring, bakul, tempat aqua, bakul buah, lampion, lepekan, baki, pot bunga, yang semuanya terbuat dari bahan baku lidi kelapa sawit. Sedangkan dari kerajinan tangan yang diambil untuk mengikuti pameran yaitu tempat aqua dan
Universitas Sumatera Utara
lampion.Tanpa dorongan dari pemkab Labusel ataupun Dekranasda Sumut, belum tentu kerajinan tangan beliau dapat diikuti pameran di kota Canberra Australia. Jadi, beliau sangat bersyukur sekali”, ujarnya Sudirman 14.
2.3.
Pendiri Kelompok Berkah Lidi Pendiri Berkah Lidi adalah seorang pria berusia 45 tahun yang bernama
Sudirman. Beliau lahir di Iubedouh Aceh Barat tanggal 16 Maret 1972. Saat ini pria yang akrab disapa Dirman ini tinggal di PTPP LONSUM Sei Rumbia bersama ke dua (6) anaknya beserta istrinya (Bu Mujilah). Di tempat itu jugalah beliau menjalankan usahanya.Beliau menempuh pendidikan formal dimulai dari tingkat sekolah dasar, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Aceh, kemudian melanjut ke tingkat menengah diSanawiyah Negri Jeram di Kabupeten Nagan Raya Aceh, lalu menempuh sekolah menengah atas di Aliyah di Ioubeduh Aceh Barat. Sejak kecil Pak Dirman memang sudah senang dengan hal-hal yang berbau seni, terutama seni rupa, seperti lukisan-lukisan, kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Bahkan sejak di bangku sekolah beliau mulai lebih mengasah kemampuan melukisnya, walaupun hanya untuk sekedar menyalurkan hobinya saja.Setelah lulus sekolah Aliyah, beliau pun mulai mencari pekerjaan sekitar Aceh Timur Langsa tepatnya di Sarakayu, kemudian pindah keperkebunan di PT. Wira Perca bekerja sebagai pembuhakaan lahan baru PT tersebut. Setelah daerah Aceh, Beliau mencoba peruntungan dengan mengadu nasib ke daerah Sumatera
14
http://mdn.biz.id/n/120038/.
Universitas Sumatera Utara
Utara tepatnya di Teluk Panji sebagai tukang Senso, lalu ke Palembang tepatnya di Muara Inim bekerja sebagai pengaspalan jalan. Selanjutnya dengan pekerjaan yang baru pula,beliau ke Pekanbaru bekerja bagian pepling yaitu penyambungan pipa minyak dan pengeboran. Setelah itu ke Riau tepatnya di Kijang Mati di perkebunan setelah beberapa bulan beliau balik ke Sumatera Utara menikah dengan istrinya tepatnya di Blok Songo Kecamatan Kotapinang, Labusel dan juga tinggal di rumah mertuanya untuk beberapa bulan. Setelah itu beliau merantau lagi bersama istrinya ke Teluk Panji bekerja sebagai membuat bahan, seperti papan sampai anak-anaknya lahir sampai tahun 1995, beliau kebanyakan bekerja bagian perkebunan dan bangunan. Foto.2 Foto Pak Sudirman
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Awal tahun 1996 dahulu, ada masalah mandoran div IV kebetulan abang Pak Sudirman yang div III menginformasikan kepada beliau pekerjaan untuk
Universitas Sumatera Utara
bekerja di PT PPP LONSUM LONSUM Sei Rumbia Estate di Dusun 84, Desa Rumbia, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Saat itu ada lowongan pekerjaan, selama tiga minggu beliau bekerja di bagian pegawai harian tetap setelah itu diangkat sebagai SKU. Awal beliau bekerja di perusahaan ini sebagai tukang deres karet, dimana perusahaan ini terdiri atas karet dan kelapa sawit, terkadang kalau dibutuhkan untuk menyinso beliau kerjakan juga. Pak Sudirman menderes sampai awal tahun 2009, kemudian beliau menjadi satpam sampai tahun 2010, tahun 2011 beliau bekerja dibagian kantor bagian logistik atau bagian material barang perusahaan. Pada tahun 2013 di khususkan pihak perusahaan untuk pengembangan kerajinan tangan lidi kelapa sawit. 2.2.1. Sejarah Berdirinya Berkah Lidi Pada tahun 2011 Pak Sudirman pergi jalan-jalan ke daerah Bandung dengan suatu organisasi yang dipimpinnya, organisasi lokal yang jaringannya internasional. Organisasi tersebut bernama Pergerakan Buruh Perkebunan Independen.Terkadang, Pak Dirman melakukan pertemuan dalam organisasi yang dipimpimnya, seperti diJakarta, Bogor dan tahun 2011 kemaren di Bandung. Selesai pertemuan mereka biasanya membentuk tim atau kelompok diberikan dan untuk refreshing kemana pun mereka mau sebelum waktunya pulang. Kebetulan, saat itu Kelompok Pak Dirman memilih ke tempat makan restoran besar. Di sana, beliau melihat semua wadah makananya terbuat dari kerajinan tangan lidi kelapa biasa atau pohon kelapa makan atau jawa. Melihat hal tersebut, beliau merasa tertarik akan bentuknya yang unikdan berfikir alangkah bagusnya dikembangkan di Sumatera Utara. Dengan bahan baku lidi kelapa sawit yang melimpah
Universitas Sumatera Utara
diSumatera Utara khususnya Labuhanbatu Selatan, yang merupakan penghasil kelapa sawit terbesar se-Indonesia dan akan sangat bagus dikembangkan dan akan maju karena produk tersebut masih sangat langkah. Pak Dirman langsung mengambil satu piring kerajinan tersebut dengan niat membelinya, namun tidak diperboleh oleh pihak restoran. Ketika pihak restoran bertanya untuk apa di beli, Pak Dirman langsung menjawab untuk belajar membuat sendiri. Dikarenakan untuk belajar, Pak Dirman dikasih 3 produk piringnya secara gratis. Produk kerajinan tersebut berupa piring tempat makan, yang kemudian dibawa pulang oleh Pak Dirman. Beliau mulai penasaran dengan produk tersebut. Pak Dirman pun membuka atau membongkar satu produk piring tetapi beliau belum mengerti. Sampai akhirnya beliau membuka piring lalu mempelajarinya sampai beliau mengeri dan bisa memperaktekkannya dengan lidi kelapa sawit. Dahulu Pak Dirman tidak berfikir ide ini bisa menjadi omset besar artinya tidak berfikir ekonomi, melainkan hanya sekedar hoby dalam hal kerajinan. Saat itu untuk permulaan beliau membuat produk kerajinan ini berbentuk piring. Kemudian dengan ide kreativitas, beliau dan istri menjadi berkembang seperti tempat nasi, tempat buah, tempat sendok, mangkok buah besar dan lain-lain. Melihat produknya semakin bertambah Pak Dirman mengajarkan ilmu yang beliau miliki kepada orang lain. Awalnya kepada anak-anak remaja sekitar rumahnya. Namun karena masih remaja, mereka tidak berfikir produksi. Jadi tidak dikembangkan oleh mereka. Tetapi, ada juga orang tua anak remaja tersebut yang senang dan tertarik akan produk lidi kelapa ingin belajar kepada beliau. Produk
Universitas Sumatera Utara
kerajinan ini beliau berikan kepada tetangga, saudara, teman-temannya, dan kepada orang-orang yang beliau kenal yang mempunyai ideologi untuk kemajuan, seperti diberikan ke kantor Dewan, kantor Kepala Desa. Beliau tidak memberi tarif harga. Tetapi, kalau ada yang memberi uang dia ambil kalau tidak ada tidak masalah. Pada suatu hari, Pak Dirman ditantang oleh kantor Dinas untuk membuat bentuk baru, yaitu tempat buah berbentuk motor atau truk. Dengan bantuan istrinya, produk tersebut bisa dibuat dengan bagus. Tempat buah berbentuk motor atau truk tersebut diperkenalkan oleh Bupati Labuhanbatu Selatan. Melihat produk tersebut, respon Bupati kepada Pak Dirman sangat bagus. Beliau langsung disuruh untuk mengembangkan produk-produk tersebut. Saat itu Pak Dirman diberi uang oleh Bupati atas nama ia pribadi bukan atas
nama
pemerintah.
Dana
tersebut
sebesar
Rp
5.000.000
untuk
mengembangkan usaha beliau. Dari dana tersebut, Pak Dirman mengajak anakanak remaja setempat setiap malam minggu di rumah beliau untuk belajar membuat produk tersebut. Terkadang, Pak Dirman membelikan makanan dan minuman untuk mereka, bahkan yang suadah bisa membuat produk tersebut beliau kasih uang. Ada kalanya lidi yang dicari oleh remaja-remaja tersebut beliau bayar, untuk menambah semangat mereka. Hingga akhirnya, dana yang diberikan oleh Bupati sedikit demi sedikit bartambah. Beliau juga memperkenalkan produk Berkah Lidi daerah Labusel. Tepatnya diDinas Pendidikan, kantor Kepala Desa sei Rumbia, Disperindag ada event provinsi dan kabupaten, acara ulang tahun koperasi, pemdes yaitu PTG (pameran teknologi tepat guna) dan setiap ada event-event dari pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
prosuk Berkah Lidi diikutsertakan. Seiringan dengan itu, produk kerajinan tangan tradisional beliau yang di Kantor Kepala Desa di lihat oleh Kak Irma dan Kak Dian yang bekerja di Rumah Pintar (Rumpin). Kak Dian sebagai ketua Kordinasi Rumpin,apabila ada acara bukan melalui manejer perusahaan ini tetapi langsung ke Pusat perusahaan LONSOM di Medan. Saat itu,Kak Irma bertanya kepada Kepala Desa siapa yang membuat produk tersebut. Setelah diberitahu bahwa itu adalah karya Pak Dirman, Kak Irma langsung menelepon Pak Dirman untuk memastikan kebenarannyainformasi tersebut. Setelah menghubungi Pak Dirman, Kak Irma langsung memberitahu kepada pihak perusahaan atas karya beliau. Respon dari pihak perusahaan pun sangat bagus, khususnya menejer perusahaan yang sangat tertarik dengan produk beliau. Pihak perusahaan mengijinkan produk-produk Pak Dirman diletakkan di bagian perusahaan sebagai bentuk hiasan dinding. Jadi ketika tamu perusahaan dari luar datang, mereka melihat produk tersebut. Apabila ada yang tertarik bisa langsung dipesan oleh pak Dirman. Dengan diketahuinya bantuan dari perusahaan tersebut, beliau senang karena karyanya masih ada yang mendukung dan diminati orang lain. Kemudian, Pak Dirman dianjurkan mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi stand Indofood karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak Dirman dan kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan tangan lidi kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan demo. Dalam acara tersebut Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut kabarnya langsung sampai ke perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Peresmian Rumpin pertama di Bagerpang, Deli Serdang yang dihadiri oleh Bu Ani Yudhoyono. Meraka meminta produk-produk kerajinan tangan Pak Dirman dipamerkan di sana yang dibawakan oleh Kak Irma. Respon mereka pun sangat bagus melihat produk kerajinan tangan tersebut. Saat peresmian Rumpin yang kedua di Pulau Rambong, dihadiri oleh Bu Oke Hatarajasa. Saat itu, Pak Dirman mengikuti acara tersebut dan produk kerajinan tangan beliau juga dipamerkan di sana. Mereka juga membawa tim dari Jakarta tentang kerajinan juga. Peresmian Rumpin yang ketiga di Dolok Batu Bara, di sana kerajinan tangan Pak Dirman juga diikut sertakan dalam pameran. Kemudian peresmian Rumpin yang ketiga di Sei Rumbia Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Akhirnya pada tahun 2013 juga saat Rumpin yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut 15. Sebagaimana diketahui rumpin adalah binaan LONSUM untuk karyawan perusahaan yang dibangun melalui program Solidaritas Istri Kabinet Bersatu (SIKIB). Menurut penuturan Pak Dirman bahwa SIKIB tidak ada memberikan bantuan berupa dana kepada Kelompok Berkah Lidi, namun bantuan yang beliau rasakan adalah dengan dibangunnya rumpin melalui SIKIB beliau bisa mengembangkan kerajinan lidi kelapa sawit miliknya. Pak Dirman juga mengatakan bahwa beliau selama ini belum ada menerima bantuan dana dari pihak manpun.
15
Ibid hal 34-35
Universitas Sumatera Utara
Dari pihak perusahaan sama sekali tidak menerima uang dari Pak Dirman, pihak perusahaan berkata bahwa suatu saat apabila produk ini maju dan berkembang ingat bahwa ada pihak perusahaan yang mewadahi dan membantu beliau. Itu saja harapan dari pihak perusahaan kepada Pak Dirman. Mendengar hal tersebut beliau semakin semangat mengembangkan produk kerajinan tangan tradisioanl ini, sampai akhirnya beliau mengajak kawan-kawan dan tetangganya yang sudah beliau ajari sebelumnya untuk membentuk Usaha sebagai syarat untuk mengikuti berbagai pelatihan. Setelah semua berkas syaratnya di urus,kelompok ini diberi nama Berkah Lidi sehingga memiliki izin usaha PO. Berkah Lidi. Diberi nama Berkah Lidi karena Pak Dirman menganggap bahwa dari lidi kelapa sawit ini membawa berkah buat beliau. Artinya selain beliau dikenal banyak orang, dari produk ini juga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran serat dapat membantu perekonomian keluarga sebagai mata pencaharian tambahan. 2.2.2. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi Awalnya Usaha Swadaya Berkah Lidi ini didirikanoleh Pak Dirman mendapat ejekan dari masyarakat setempat. Saat itu beliau menggeluti usaha ini dengan pendapatan dan penghasilan yang belum pasti. Sedangkan tetanggatetangga lainnya setelah pulang bekerja, kebanyakkan darimereka bekerja lagi div III sebagai Reflanting untuk menambah penghasilan mereka. Penghasilannya pun mencapai Rp 60.000 per hari, sehingga saat gajian mereka mencpai Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini juga menjadi komplen dalam rumah tangga Pak Dirman.Istrinya mengeluh masalah ekonomi,karena setiap pulang bekerja dan waktu luang Pak Dirman hanya mengerjakan produk lidi kelapa sawit satiap
Universitas Sumatera Utara
harinya yang belum tau pendapatan dan penghasilannya berapa. Sampai istri Pak Dirman berkata kepada beliau “kalau memang bisa kaya dari situ, saya rela. Tengok suami-suami orang lain itu kerja di Reflantingasal gajian nanti Rp 2.000.000 – Rp 3.000.0000per bulan. Namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh Pak Dirman, beliau tetap memilih fokus pada produk kelapa sawit yang digelutinya, Pak Dirman berfikirbahwa: “Sekecil apapun perbuatan saya, saya tekuni, pasti bermanfaat pasti berguna. Apalagi ini masih unik dan antik. Kalau kita mau berbuat sesuatu pasti ada rintangan, apabila tidak ada rintangan berarti perbuatan itu tidak bagus. Kita mau berbuat baik pasti ada rintangan, kalau tidak ada rintangan berarti itu gak bagus karena gak ada cobaan pasti berjalan di tempat aja, dia gak ada ujiannya. Sesuatu usaha kalau ada ujian pasti ada peningkatan, karena dari ujian itulah tadi pasti ada peningkatan. Jadi penilaian peningkatan dari ujian itulah tadi”. Dengan keyakinan Pak Dirman tersebut, beliau terus menggeluti kerajinan tangan tradisional lidi kelapa sawit ini. Beliau juga sangat terbuka dengan masyrakat sekitar.Dikarenakan produknya yang unik, banyak orang yang ingin belajar dengan beliau. Namun, tidak semua diantara meraka menggeluti kerajinan ini, dikarenakan mereka hanya tertarik akan produknya yang unik saja dan hanya sekedar memuaskan hobi saja dan tidak berjalan lagi. Tetapi yang lebih dominan produktif adalah orang-orang yang niat belajar yang datang ke rumah Pak Dirman. Orang-orang aktif yang dimaksud adalah orang-orang yang membuat produk kerajinan tangan ini secara bekelanjutan. Kelompok Berkah Lidi ini dalam proses pembuatannya dilakukukan di rumah masing-masing atau di sebut dengan Home Industry dan mereka pajangkan di rumah masing-masing. Home Industry (atau
Universitas Sumatera Utara
biasanya ditulis/dieja dengan "Home Industri") adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil, karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah 16. Apabila ada pemesanan, Pak Dirman langsung menelepon anggota atau pengrajin kelompok ini. Seperti halnya ada pemesanan 500 produk, dari setiap anggota di ambil dari rumahnya masingmasing kemudian hasil uangnya diberi sesuai dengan barang yang dijual. Dikarenakan setiap tahunnya pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan mengadakan studi banding, Pak Dirman memintauntuk melakukan studi banding ke Ciamis, karena di Ciamis pusat lidi terbesar di Indonesia. Tahun lalu beliau mengikuti studi banding di Semarang, namun hasilnya tidak sesuai karena bahan bakunya lidi kelapa sawit tidak mendukung. Jadi tidak berjalan lancar, begitu juga saat di Magelang, Seleman, dan Yogyakarta. Pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan pun memberi kabar akan diadakannya studi banding untuk tahun depan, namun Pak Dirman berkata bahwa: “Terus terang kalau studi banding ke daerah-daerah yang tidak dominan, buat apa? Menghabiskan uang negara aja dan sia-sia. Jadi pulang studi banding gak ada hasilnya, yang dari kita pelajari itu gak ada”. Menurut Pak Dirman studi banding yang bagus itu di Ciamis dan India karena lidi kelapa sawit dikirim ke India. Sebelumnya saat Pak Dirman bertemu dengan Bupati Labuhanbatu Selatan, beliau memberi saran kepada Bupati Labusel tersebut dan berkata: “Kirimkan orang kita ke India karena konsumen terbesar lidi adalah India, jadi satu minggu ada teman beliau mengirm lidi sampai depalan kontenar, 16
http://ketrampilanhomeindustry.blogspot.co.id/2009/07/pengertian-home-industry.html.
Universitas Sumatera Utara
untuk dijadikan antinyamuk. Pelajari semua itu bagaimana sampai jadi antinyamuk, baru pulang ke Labusel. Ya pemerintahlah bangunlah pabrik antinyamuk, jadi dapat mengurangi pengangguran”. Menurut penuturan Pak Dirman, respon Bupati pun saat itu iya-iya saja. Beliau menegaskan kembali: “Studi banding itu jangan hanya mau jalan-jalan menghabiskan uang negara, begitu pulang hanya oleh-oleh yang dapat, hal tersebut pernah dialami oleh Pak dirman sendiri. Padahal setidaknya kan kita bisa membandingkan bagaimana hasil di sana dan di sini, oo maju di sana, kenapa kita tidak bisa maju, kan seharuskan kita bisa memajukan daerah kita”. Hal itu lah saran dan harapan dari pak Dirman kepada Bupati labusel saat bertemu secara langsung. Pak Dirman menegaskan bahwa berbicara tentang kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit yang terluas seindonesia adalah di Sumatera Utara. Sumatera Utara yang terluas adalah Labusel, Labusel yang terluas adalah Torgamba sehingga harus dimanfaatkan dengan baik. Perlahan tapi pasti, dengan semangat kerja keras serta keberanian Pak Dirman memberi kritikan, saran serta masukan kepada pemerintah, akhirnya ada perkembangan tindak lanjut dari keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selamai ini beliau banyak mengeluh kepada pemerintah tentang pembinaan.Dikarenakan selama ini beliau mengikuti pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini beliau lakukan untuk kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Dukungan dari pemerintah saat ini, seperti setiap diadakannya pameran Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) produk-produk Kelompok Berkah Lidi diikutsertakan dalam acara tersebut dan juga dalam acara Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU).
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses pemasarannya, yang dahulunya pak Dirman sendirian memperkenalkan produk lidi kelapa sawit secara langsung kepada masyarakat maupun pemerintah, dengan keluhan dan kerja keras Pak Dirman, saat ini pemasarannya sampai ke Batu Bara, Labusel, Medan Dan Langkat. Dukungan dari perusahaan LONSUM kepada Pak Dirman adalah beliau difokuskan pada kerajinan lidi kelapa sawit di Rumpin, pihak perusaahan juga membantu mereka masalah pemasaran. Sebagaimana diketahui setiap ada tamu perusahaan dari luar negri seperti Singapore dan Jepang, Kelompok Berkah Lidi membawa produkproduk mereka ke perusahaan LONSUM. Tidak jarang tamu dari perusahaan tersebut tertarik untuk membelinya sebagai buah tangan mereka dari Indonesia dan pemesanannya paling banyak sekitar seratus proruk Berkah Lidi. Awal tahun 2015, ada acara pameran ulang tahun Dekranas (dewan kerajinan nasional), roduk-produk Berkah Lidi ikut serta dalam pameran tersebut. Di sinilah Kelompok Berkah Lidi ada hubungan komunikasi dengan ke Malaysia yang dikenalkan oleh teman Pak Dirman. Dikarenakan orang Malaysia berlangganan kepada temannya dalan kerajinan lukisan timbul dari sisa bubuk teh, semacam pemanfaatan limbah juga atau daur ulang. Semenjak saat itu orang Malaysia sering membawa pulang produk-produk Berkah Lidi. Saat orang Malaysia tersebut datang kembali, mereka memesan produk-produk Berkah Lidi sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000 produk lidi kelapa sawit. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya mencapai 2.000 produk. Jadi Kelompok Berkah Lidi tidak bisa memenuhi permintaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut,karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga masih ada masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga. Maka dari itu, saat ini yang menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi adalah di tahun 2017 produk mereka harus gol ekspor ke luar negri. Hal tersebutlah yang yang dipirkan oleh mereka. Semakin banyak pemesanan produk Kelompok Berkah Lidi maka semakin berkembang pula lah usaha kelompok ini. Menurut penuturan Pak Dirman, kelompok ini juga memberdayaakan masyarakat sekitar untuk bahan baku dan proses pemasarannya atau dikatakan dengan pemberdayaan ekonomi. Kelompok ini memberdayakan masyarakat mencari bahan baku lidi kelapa sawit kemudian bahan baku tersebut dibeli oleh Kelompok Berkah Lidi dengan harga Rp. 2.000 per kg. Sedangkan apabila para pencari bahan baku menjual kepada motor pick up dari luar yang datang ke tempat mereka, dibeli dengan harga Rp. 1.800 per kg. Itu pun sudah harus dikeringkan terbih dahulu, sedangkan apabila lidi kelapa sawit dikeringkan akan berkurang timbangannya berkurang 1 ons. Selain itu, menurut penuturan Pak Dirman bahwa pemberdayaan ekonomi lainnya adalah pelatihan pembuatan anyaman lidi kelapa sawit. Sebagaimana diketahui, bahwa Pak Dirman sering mengikuti acara pelatihan pembuatan kerajinan lidi kelapa sawit di beberapa daerah seperti Aceh, Bandung, Riau dan lainnya apabila diminta atau diundang oleh pengrajin lainnya Dikarenakan ilmu yang sudah dibekali dalam pelatihan, nantinya akan bisa dipergunakan oleh para peserta untuk membuka usaha baru yang akan menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Mulai dari awal Pak Dirman sendirian memngembangkan produk lidi kelapa sawit sampai akhirnya terbentuk usaha swadaya yang bernama Berkah Lidi dengan izin usaha SIUP/TDP 503/00448/BPPTPM-LS/SIUPTDP-022952000398. Adapun pengurus Kelompok Berkah Lidi adalah Kasirin sebagai Ketua, Parmohonan Pane sebagai wakil ketua, Arbahari sebagai sekretaris dan Rasyid sebagai bendahara. Sedangkan anggotanya yaitu Joko Darma Asmara, Andi Sanjaya, Sandi, Gina Artiana Sinaga, Malik Abdul Aziz, Nurhasanah, Yati, Angga Alawa, Asma, Mujilah. Sebagaimana diketahui bahwa pengrajin lidi kelapa sawit ini ada yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, seperti Joko Darma, Andi Sanjaya, Kasirin, Parmohonan Pane, Rasyid, Angga Alawa dan Arbahari. Gina Atiana Sinaga merupakan istri dari Ksirin, Mujilah merupakan istri dari Sudirman. Sedangkan yang lain seperti Nurhasanah, Yati, dan Asmah suami mereka bekerja sebagai tukang deres ladang orang lain.Sandi bekerja sebagai penjaga ponsel dan menjaga warung milik keluarga. Malik Abdul Aziz bekerja di toko kedai grosiran. Dengan demikian, pekerjaan kerajinan lidi kelapa sawit ini hanya sebagai mata pencaharian tambahan bagi pengrajin. Dalam hal penghasilan utama dan penghasilan tambahan yang diperoleh para pengrajin berbeda satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui penghasilan dari pekerjaan utama Pak Dirman sebesar Rp. 2.400.000 per bulan, dan penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Mujilah) sebesar Rp. 1.500.00 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama Pak Kasirin sebesar Rp. 2.100.000 per bulan, dan penghasilan tambahan dari
Universitas Sumatera Utara
kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Gina) sebesar Rp. 450.000 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama selaku karyawan perusahaan seperti Pak Joko Darman, Pak Andi Sanjaya, Pak Arbahari, Pak Parmohonan Pane, Pak Rasyid, Pak Angga Alawa sebesar Rp. 2.100.000 per bulan. Kemudian penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit Pak Joko Darman sebesar Rp. 230.000 per bulan, Pak Andi Sanjaya sebesar Rp. 220.000 per bulan, Pak Arbahari sebesar Rp. 200.000 per bulan, Pak Parmohonan Pane sebesar Rp 300.000 per bulan, Pak Rasyid sebesar Rp 400.000 per bulan, dan Pak Angga Alawa sebesar RP. 210.000 per bulan. Dimana penghasilan mereka digunakan untuk keperluana sehari-hari dan selebihnya ditabung. Sedangkan Bu Nurhasanau, Bu Yati, dan Bu Asmah sebagai ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Desa Bunut. Suami mereka bekerja sebagai tukang deres ladang orang yang penghasilannya masing-masing sebesar Rp. 1.500.000 per bulan. Penghasilan tambahan yang diperoleh Bu Nurhasanah dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp. 200.000 per bulan, Bu Yati sebesar Rp. 180.000 per bulan, dan Bu Asmah sebesar Rp 180.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama Bang Sandi sebesar Rp. 1.500.00 per bulan, Bang Malik Abdul Aziz sebesar Rp 1.800.00 per bulan. Penghasilan tambahan Bang Sandi dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp 300.000 Rp per bulan, dan bang Malik Abdul aziz sebesar Rp. 200.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung.
Universitas Sumatera Utara
Alasan para pengrajin ikut Kelompok berkah Lidi adalah untuk menambah wawasan dan mengembangkan jiwa seni yang merupakan hoby seperti yang diungkapkan oleh Bu Gina, Bu Asmah, Bu Mujilah, Bu Yati, Pak Kasiri, Pak Rasyid dan lainnya. Selain itu untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang siasia dan untuk menambah ilmu seperti yang diungkapkan oleh Bang Sandi. Kemudian, pengaruh yang dirasakan oleh pengrajin sesudah ikut Kelompok Berkah Lidi adalah menambah penghasilan keluarga, biaya sehari-hari, buat jajan anak, menjadi banyak jaringan dan teman, untuk beli beras sampai penghasilannya ditabung untuk biaya sekolah anak seperti yang diungkapkan oleh pengrajin. Lain halnya dengan Bang Sandi dan Bang Malik Abdul Aziz yang belum menikah, menurut penuturan mereka pengaruh yang dirasakan setelah ikut Kelompok Berkah Lidi adalah untuk menambah uang saku, uang jajan dan menambah tabungan, banyak teman. Sedangkan sebelum ikut Kelompok Berkah Lidi, menurut penuturan para pengrajin seperti Bu Gina, Pak Kasiri, pak Rasyid, Bu Mujilah, Bu Yati dan lainnya bahwa mereka hanya mengharapkan gaji dari pekerjaan utama mereka untuk keperluan sehari-hari yang pas-passan karena kebutuhan semakin meningkat. Selain itu banyak waktu luang yang sia-sia, dan teman belum bisa mengembangkan jiwa seni mereka. Dari sejumlah orang yang pernah ikut belajar membuat kerajinan lidi kelapa sawit, ada bebarapa yang tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi. Sebagaimana diketahui Mbak Mitra dan Bang Heriyanto pasangan suami istri yang pernah ikut belajar tetapi tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi karena
Universitas Sumatera Utara
menurut mereka cukup sulit untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Selain itu Bang Poniman tidak mau ikut Kelompok Berakah Lidi karena pemasarannya yang belum berkembang dan proses pembuatannya yang lumayan lama. Sedangkan Menurut Bu Erna bahwa beliau pernah belajar membuat kerajinan ini tetapi tidak aktif atau tidak ikut Kelompok Berkah Lidi karena beliau tidak mempunyai jiwa seni dan beliau mengatakan hanya ikut-ikutan karena diajak oleh temannya. Adapun alamat distributornya Kelompok Berkah Lidi adalah JL. Jambi Gg. Jambi IV No 6 Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang Proyek Kabupaten Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Cabang pemasarannya adalah JL. Jambi Gg. Jambi IV No 6 Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang Proyek Kabupaten Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan yang bertugas sebagai pemasaran adalah Mimi Ariyani Siregar, Sudarianto, Aidil Syahputra, Siregar, S.Kom, Ali Warman Setia Pohan, Parmohonan Pane. Kelompok Berkah Lidi juga memberikan garansi produknya apabila ada kerusakan produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan keterangan bahwa untuk semua type produk yang dibeli selama pemakaian kurun waktu 6 bulan rusak diakibatkan karena hal yang dianggap kerusakan pabrik/prosahaan dari PO. Berkah Lidi selama dipakai konsumen, maka pihak dari PO. Berkah Lidi akan
mengganti
kembali
berupa
bentuk
barang
konsumen
dapat
memberikan/menunjukkan kartu garansi tersebut ke setiap Outlet pembelian dan
Universitas Sumatera Utara
pemasaran produk tersebut. Garansi produk hanya berlaku 6 bulan dan dapat memberikan jaminan setiap produk untuk satu (1) kali return product sesuai ketentuan pembelian produk. Demikian pernyataan garansi prosuk ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan sesuai ketentuan yang berlaku. Saat ini Kelompok Berkah Lidi sudah bisa dikatakan mandiri. Setiap ada pelatihan yang diadakan dari tingkat Sumatera Utara kelompok ini yang diajukan oleh pihak pemerintah dan Kelompok Berkah Lidi ini langsung membawa produk-produk mereka ke acara pelatihan tersebut. Dalam mengikuti acara pelatihan tersebut mereka tidak pernah bergantung kepada orang lain, Pak Dirman mengatakan bahwa: “Kami ini tidak pernah berfikir kalau berangkat itu meminta uang untung ongkos, yang penting bagaimana caranya mandiri dan maju”. Sampai saat ini Pak Dirman sudah banyak melatih orang lain bahkan sampai saat ini13 gelombang, seperti gelombang pertama yaitu Pak Rasyid, gelombang kedua ada orang yang bertempat tinggal di Tugu sari Kotapinang, gelombang ke tiga yaitu Pak Kasirin, gelombang ke empat orang Kalangsari Kotapinang seterusnya sampai ke gelombang 13 dan acara pelatihan ini adalah gelombang ke 13. Dari awal gelombang sampai akhir semua Pak Dirman yang langsung turun tangan mengajari mereka dan setelah mereka sudah mahir, mereka juga melatih di tempat mereka masing-masing bagi yang niat dan tertarik dengan produk Berkah Lidi. Namun sangat disayangkan hanya beberapa orang saja yang aktif dalam produksi kerajinan Berkah Lidi ini.
Universitas Sumatera Utara
Untuk perkembangan model produk Berkah Lidi, Bu Mujilah istri Pak Dirman memberi inspirasi produk baru yang akan dibuat, saat ada pertemuan dengan pengurus dan anggota Berkah Lidi, mereka juga memikirkan produk baru yang akan dibuat bahkan kalau ada pemesanan atau tantangan seperti kantor Dinas untuk membuat tempat buah berbentuk mobil truk mereka bisa membuatnya. Seperti halnya membuat mobil truk tempat buah beliau hanya satu kali gagal dalam membuatnya untuk yang kedua kali beliau mencoba langsung bisa dalam waktu dua hari begitu juga produk baru lainnya. Kelompok Berkah Lidi ini juga mengadakan pertemuan atau semacam rapat evaluasi kelompok mereka, pertemuannya diadakan tidak menetap terkadang di rumah Pak Dirman terkadang di rumah pengurus dan anggotanya dan pertemuannya juga tidak menentu terkadang dua minggu sekali bahkan bisa sampai satu bulan sekali. Dari awal terbentuknya Berkah Lidi, kelompok selalu ditutut untuk mandiri dengan tidak bergantung kepada orang atau pihak lain untuk kemajuan usaha Berkah Lidi kedepannya. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi sampai saat ini sudah mulai terlihat, dukungan dan bantuan dari pemerintah setempat sudah ada seperti produk Kelompok Berkah Lidi selalu diikutsertakan dalan acara pameran event dari pemerintah setempat seprti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) dan lainnya dan dukungan dari Disperindag Provinsi berupa pelatihan untuk kelompok ini di Rumpin. Pada akhirnya dengan semangat kerja keras Pak Dirman untuk maju, dari beliau berjuang sendiri memperkenalkan produk lidi kelapa sawit kepada tetangga, teman, kerabat sampai
Universitas Sumatera Utara
kepada pihak pemerintah akhirnya perlahan-lahan hasil kerja keras beliau diminati oleh masyarakat dan pemerintah setempat serta diminati sampai ke luar kota bahkan luar negri. Dalam hal pemasaran juga, apabila ada pesanan dari agen atau tengkulak, Pak Dirman mengambil kerajinan dari setiap pengurus dan anggota untuk dijual ke tengkulak kemudian hasilnya dibagi sesuai produk yang dijual. Sehingga pada akhirnya terbentuknya Kelompok Berkah Lidi ini sebagai mata pencaharian masyarakat dapat tercapai. Saat ini Kelompok Berkah Lidi sedang fokus maslah label, label dari kerajinan lidi tangan ini sedang diurus oleh kelompok untuk hak paten.
2.4. Peemberian Dana Sebagai Bentuk Dukungan dari Pemerintah Dalam menjalankan usahanya, Pak Dirman kerap kali diundang dari pemerintah, perusahaan,maupun temannya untuk ikut serta dalam pelatihan yang diadakan oleh mereka, seperti pelatihan dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), pelatihan di Aceh, Batam, Kalimantan, Bandung sampai beberapa kali mengikuti Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan. Saat itu, selama Pak Dirman melatih ke tempat lain, beliau belum pernah melatih atau mengadakan pelatihan di daerah tempat tinggalnya di Labuhanbatu selatan. Hal ini yang membuat beliau kecewa, karena orang lain dari luar kota sangat tertarik sampai mengundang beliau untuk melatih mereka, namun sangat disayangkan pemerintah Labusel kurangpada saat itu belum mendukung. Perlahan tapi pasti, Pak Dirman selain mengikuti acara pelatihan, beliau juga tetap aktif dalam
Universitas Sumatera Utara
produksi kerajinan produk Berkah Lidi. Sampai akhirnya, karena produk Berkah Lidi terkenal di luar kota, pihak pemerintah setempat baru melirik kelompok Berkah Lidi. Pak Dirman sangat senang karena ada perkembangan tindak lanjut dari keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selama ini beliau banyak mengeluh kepada pemerintah
tentang pembinaan. Sebelumnya, Pak Dirman mengikuti
pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini beliau lakukan untuk kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Respon baik dari pemerintah setempat mulai dirasakan pleh Pak Dirman. Disprindag Labuhanbatu Selatan bekerja sama dengan Disperindag Provinsi memberikan pelatihan kepada Pak Dirman.Pada bulan April tahun 2016, untuk pertama kalinya pemerintah mengadakan pelatihan kepada Pak Dirman yang berlokasi di Rumah Pintar (Rumpin) Sei Rumbia. Foto.3 Kegiatan Pelatihan Kelompok Berkah Lidi
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
Rumpin menyediakan berbagai macam fasilitas belajar untuk anak-anak karyawan PTPP LONSUM Sei Rumbia Labusel. Saat mereka selesai pulang sekolah, mereka bisa bermain sambil belajar di Rumpin dan kebanyakkan yang datang adalah anak taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD). Fasilitasnya pun seperti bebagai macam buku seperti buku agama, sejarah, matematika dan lainnya, komputer, piano, bernyanyi, membaca dan menulis. Rumah Pintar ini buka pada pukul 07.30 wib, kemudian istirahat makan siang dan sholat pukul 12.00 wib.Kemudian buka lagi pukul 14.00 wib sampai tutup pukul 16.00 wib. Rumah Pintar ini diresmikan oleh oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Februari 2013 dan Rumpin di Sei Rumbia ini di bangun paling lama yaitu yang ke empat, sebelumnya yang pertama di Deli Serdang, kedua di Pulau Rambong dan yang ketiga di Dolok Batu Bara dan yang keempat di Sei Rumbia Labuhanbatu Selatan, yang semuanya didirikan pada setiap anak perusahaan LONSUM. Foto.4 Fasilitas Rumpin di PTPP. LONSUM Sei Rumbia
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
Pekerja di Rumpin yang mengajarkan kepada anak-anak ada dua orang, yaitu Kak Irma dan Kak Dian, mereka yang bertugas saetiap harinya di Rumpi., Lain halnya dengan Pak Dirman, beliau memang dikerjakan di Rumpin, namun hanya untuk fokus membuat dan mengembangkan produk Berkah Lidi. Tetapi, apabila ada kaum ibu, kaum bapak ataupun remaja yang datang untuk belajar membuat anyman lidi kelapa sawit, beliau mengajarinya di Rumpin itu juga.Pelatihan
ini
diadakan
oleh
Dinas
Prindustrian
dan
Perdagangan
(Disperindag) Provinsi bekerja sama dengan Dinas perindustrian (Diperindag) Kabupaten yang bertema Penumbuhan WUB melalui pelatihan teknis produksi lidi hias dari pelapah kelapa sawit pada tanggal 13-17 April 2016. Pelatihan ini diikuti oleh peserta yang berasal dari beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Torgamba, Silangkitang dan Kotapinang dan masing-masing peserta sebelumnya dari berbeda kecamtan tidak saling mengenal.Sebelumnya, orang-orang yang mengikuti palatihan ini ada ketua kelompok dari masingmasing desa tersebut, dan mereka berhubungan baik dengan Pak Dirman. Maka dari itu, dalam pelatihan ini Pak Dirman langsung menelpon masing-masing ketua kelompok untuk ikut langsung berpartisipasi dalam pelatihan kerajinan tangan lidi kelapa sawit tersebut 17.
17
Ibid 28
Universitas Sumatera Utara
Foto.5 Pak Dirman Mengajari Peserta Membuat Anyaman Lidi
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Dengan pelatihan ini mereka baru saling mengenal satu sama lain. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pihak Disperindag Provinsi Sumatera Utara dan Disperindag Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Mengenai pelatihan ini, Pak Dirman menjelaskan bahwa program provinsi diserahkan ke kabupaten Labusel untuk menyelenggarakan pelatihan ini. Setiap tahunnya Disperindag Provinsi mengeluarkan anggaran untuk setiap daerah atau kota yang memiliki potensi bagus dalam hal memajukan perekonomian daerah. Dikarenakan produk Klompok Berkah Lidi ini sudah meluas dan mulai dikenal banyak orang, barulah diadakan kegiatan ini pada saat itu. Pelatihan ini didanai oleh Disperindag Provinsi, mulai dari bahan baku membuat produknya yaitu lidi kelapa sawit, peralatan yang digunakan seperti meteran, gunting, benang, pisau dan lainnya, dan ada juga makan siang, snake, air minum serta sertifikat.Sambil mengikuti pelatihan, penulis juga melakukan wawancara dengan Pak Dirman. Pelatihan ini dihadiri
Universitas Sumatera Utara
oleh perwakilan Disperindag provinsi dan Disperindag Kabupaten serta Menejer perusahaan Sei Rumbia yang memberikan arahan. Diharapkan nantinya peserta ini akan menjadi satu kelompok-kelompok di desa mereka masing-masing, kemudian nantinya akan dipantau oleh Kelompok Berkah Lidi dalam produksinya. Foto.6 Foto Bersama Disperindag Provinsi dan Labusel
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Kelompok ini nantinya akan mamantau adakah perkembangan dari peserta pelatihan. Adakah peningkatan mereka dari hasil pelatihan ini dan ada kelanjutannya atau tidak.Dikarenakan peserta ini akan terus berkelanjutan supaya ada penambahan ekonomi mereka. Tujuan diadakannya pelatihan ini menurut Pak Dirman adalah agar bisa penambahan produksi, agar tumbuh lagi wirausahawirausaha baru atau kelompok-kelompok baru. Walaupun tidak 100% peserta yang ikut produktif, setidaknya 45% diharapkan bisa produktif, mereka bisa berkembang di desa mereka masing-masing. Menurut penuturan Pak Dirman, dalam pembuatan produk ini sebenarnya yang terpenting adalah dasarnya. Apabila sudah bisa membuat dasarnya, maka terserah mau bentuknya di buat apa seperti
Universitas Sumatera Utara
piring, tempat buah, tempat sendok, tempat aqua dan lainnya. Pak Dirman menambahkan bahwa sebenarnya lebih bagus lagi kegiatan ini dalam sistem karantina, karena waktu peserta sepenuhnya siang dan malam untuk belajar produk lidi kelapa sawit ini seperti saat beliau pelatihan di Batam selama tiga hari. Namun, tempat para peserta menginap di Rumpin tidak ada karena kalau diadakan di hotel akan mengeluarkan dana yang besar. Foto.7 Suasana Saat Pelatihan Membuat Anyaman Lidi
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Untuk peserta pelatihan yang betempat tinggal di Sei Rumbia sendiri berjumlah lima orang. Hanya beberapa orang saja yang tahu informasi tentang pelatihan ini. Menurut penuturan Pak Dirman, pihak Kelapa Desa tidak memberi informasi kepada kepala dusun Sei Rumbia, jadi tidak semua orang yang tahu. Masyarakat Desa Sei Rumbia pun kurang meminati prmbuatan produk lidi kelapa sawit ini, karena mereka berfikir lebih baik kerja di lapangan setengah hari mendapat gaji Rp. 60.000 per hari. Daripada membuat produk ini yang belum
Universitas Sumatera Utara
tentu penghasilannya dan lama proses pembuatannya. Berkaitan dengan modal, memang kalau modal uang sampai saat ini belum ada diberikan dari pemerintah kepada kelompok ini, Pak Dirman mengatakan bahwa: “Memang kita bukan tidak butuh uang tapi kalau hanya dengan modal uang yang diberikan sama kita apapun ceritanya itu nanti akan hancur karena apabila produksi tidak lancar, uang kita habis maka akan sia-sia”. Kelompok ini sudah mandiri mulai dari terbentuk sampai saat ini, Pak Dirman menambahkan supaya hasil dari peserta yang aktif produksinya bisa ditampung oleh Pak Dirman. Sehingga bisa di kalkulasikan berapa per bulan hasil dari Labusel, disana lah beliau bisa mengkalkulasikan sudah mampukah mereka mengekspor atau belum.Kemudian untuk pemetintah daerah Pak Dirman mengatakan bahwa: “Selama ini seperti Dispora, Pemdes, Disperindag mendapat suatu keuntungan dari kita, artinya dari produk kita ini event-event mereka berjalan naik atau bagus, nama-nama Labusel ini ke beberapa penghargaan allhamdulillah dari kerajinan kita”. Menurut penuturan Pak Dirman, beliau berharap
kepada pihak
Disperindag Provinsi maupun Disperindag Labusel adalah tetap keluhan mereka didengar, artinya jelas kalau berbicara soal UKM, hanya ada tiga hal yang menysngkut dengsn UKM, yaitu 1. Pembinaan 2. Pemasaran, dan 3. Permodalan. Jadi salah satu diantara 3 hal ini tidak ada, maka tidak akan jalan. Walaupun banyak modal kita tetapi kalau tidak ada pembinaan, barangnya tidak ada maka tidak akan jalan. Ada pembinaan pun tetapi tidak ada pemasaran tidak akan jalan juga, maka akan putus di tengah jalan. Maka sangat diharapkan kepada
Universitas Sumatera Utara
pemerintah setempat agar lebih serius memperhatikan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan Kelompok Berkah Lidi. Saat ini produk-produk Berkah Lidi sudah menjadi produk andalan Labusel, Pak Dirman mengatakan bahwa: “Harapan kita ini produk kita memasyarakat di Labusel kemudian apabila orang datang ke Labusel, orang sudah membayangkan oh produk Lidi yang menjadi sesuatu yang identik dengan produk Lidi kelapa sawit, kan gitu harapan kita kedepan”. Sebelumnya kelompok ini juga sudah ada niat untuk gol ekspor tahun 2015 lalu, namun karena kekurangan pekerja, jadi permintaan konsumen tidak bisa terpenuhi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan dari pemerintah ini,mungkin ada harapan besar untuk Kelompok Berkah Lidi untuk tahun 2017 akan gol ekspor. Dikarenakan anak murid Pak Dirman sudah mulai banyak seperti di Batu Bara, anak muridnya mengajarkan produk anyaman lidi kelapa sawit ke sekolahsekolah sebagai ekstrakulikuler di sekolah tersebut. Ada juga yang di Simalungun, Labusel dan yang lainnya. Kelompok ini juga harus memenuhi permintaan lokal terlebih dahulu baru gol ekspor. Target kedepannya kelompok ini tidak hanya mencoba mengekspor ke Malaysia, Singapore, dan Jepang tetapi sampai ke Usbaikistan bahkan ke negara lain. Dengan menggunakan link dari teman beliauPak Soni Wicaksono satu wadah di dalam rumah ekspor di Medan yang mengekspor lidi kelapa sawit untuk dijadikan antinyamuk.Dari pelatihan ini diharapkan juga agar produk unggulan Labusel lebih banyak di daerah Labusel sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa pemasaran produk ini sampai ke Binje karena banyak peminatnya orang Binje
Universitas Sumatera Utara
sampai mengatakan bahwa produk Berkah Lidi adalah produk Binje. Namun pada saat itu Pak Dirman hanya diam saja karena beliau hanya berfikir dari segi untuk kemajuan dan demi kelancaran pemasaran produk Berkah Lidi hal tersebut tidak masalah. Dikarenakan saat itu Kelompok Berkah Lidi memasarkan ke agen atau tengkulak sebelum ada bantuan dari pemerintah. Untuk itu, dengan diadakannya pelatihan ini agar produksi untuk Labusel terpenuhi dan tidak diakui oleh pihak lain. Pemerintah kabupaten sendiri berjanji akan memberikan dua pelatihan lagi kepada Kelompok Berkah Lidi, yaitu yang pertama pelatihan membuat produk lidi kelapa sawit lagi dan yang kedua pemerintah benjanji akan memberialat tenun lidi kelapa sawit pada bulan Juli 2016 yang harganya mencapai Rp. 6.000.000 untuk satu alat. Dalam pelatihan ini, ada juga sitem penilaian dari provinsi kepada peserta di kertas penilaian. Ada dua sistem penilaian yaitu pertama penilaian tempat, materi, makanan, minuman, snake dan kedua penilaian terhadap pengajar atau pelatih yaitu Pak Dirman, seperti gambar di bawah : Foto.8 Kertas Penilaian Peserta Pelatihan
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Kertas penilaian ini kemudian dibawa lagi oleh pihak provinsi sebagai bukti dan hasil bahwa mereka telah menjalankan program pengembangan potensi daerah setiap tahunnya. Menurut Pak Dirman, respon Disperindag Provinsi terhadap Kelompok Berkah Lidi saat ini sudah bagus. Disperindag Provinsi juga sudah tahu kualitas produk Berkah Lidi, keberhasilan dari binaan Pak Dirman mereka sudah memahami dan mengakui bagus. Menurut penuturan Pak Dirman diharapkan kerajinan lidi kelapa sawit ini bisa berkembang di daerah Labusel, Sumatera Utara bahkan sampai luar ngeri.Dikarenakan
saat
ini
sudah
berjalan
MEA
(Masyarkat
Ekonomi
Asia),walapunpun belum lancar, namun yang harus diwaspadai adalah barang dari luar. Artinya jangan sempat deluan orang luar yang menguasai kerajinan lidi kelapa sawit ini dibandingkan masyarakat lokal sendiri. Alangkah lebih bagusnya kita yang menguasai luar, seperti Singapore tidak ada kelapa sawit, jadi kitalah yang menguasai pemasaran di Singapore. Sampai akhirnya saat ini respon pemerintah sudah mulai bagus kepada Kelompok Berkah Lidi, sehingga kelompok ini bisa mengembangkan lagi dari cara pembuatan tenun dapat menciptakan produk baru seperti tas, tempat tisu, sendal, dan lainnya. Bahkan kalau semuanya tercapai di tahun 2017 Pak Dirman berencana akan membuat rompi baju dari lidi kepala sawit. Menurut Pak Dirman, lidi kelapa sawit ini banyak fungsinya. Bukan hanya untuk peralatan rumah tangga, tetapi bisa sampai ke fashion, perhiasan rumah. Akhirnya pada tanggal 17 April 2016 acara pelatihan ini selesai dilaksanakan dan acaranya pun berjalan
Universitas Sumatera Utara
dengan lancar. Banyak harapan yang yang diinginkan untuk Kelompok Berkah Lidi kedepannya dalam mengembangkan serta memajukan kelompok ini. Pak Dirman juga mengatakan bahwa Kelompok Berkah Lidi ini memberdayakan masyarakat setempat dalam bidang ekonomi, seperti masyarakat yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Beliau menyarankan kepada binaannya agar lidi yang dibeli dari masyarakat jangan disamakan dengan lidi yang masyarakat jual ke agen lidi yang datang naik mobil pick up yang untuk dijadikan sapu dan antinyamuk. Kalau agen tersebut menjual dengan harga perkilonya Rp. 1.800, maka Kelompok Berkah Lidi harus membeli di atas harga tersebut dengan harga Rp. 2.000 agar dengan adanya kerajinan Kelompok Berkah Lidi ini, bertambah pendapatan masyarakat sebagai matapencaharian tambahan mereka 18. Sehingga ada keuntungan bagi pencari lidi dan ada keuntungan bagi Kelompok Berkah Lidi tersebut. Dalam pelatihan ini Pak Dirman menuturkan bahwa: “Sebenarnya pelatihan ini tingkat programkabupaten, karena kalau program provinsi bukan ini lagi, program provinsi harus sudah di atasnya, artinya kalau penumbuhan UKM-UKM baru itu seharusnya tugas kabupaten sesudah itu penguatan baru tugas provinsi, tetapi ini malah program provinsi. Dikarenakan program kabupaten tidak ada program seperti ini, makanya provinsilah. Makanya saya sangat gembiralah kayaknya provinsi ke Labusel kayak istimewa kali sebagai prioritas. Jadi tidak seharusnya begini, karena kalau beginipun seharusnya pihak provinsi mewakili kabupaten kota itu yang mereka bina, bukan di kabupaten kotanya. Ini terjun ke kabupaten kota jadinya, seharusnya kalau programnya seperti itu pihak kabupaten malu karena programnya dijalankan pihak provinsi”. 18
Ibid hal 51
Universitas Sumatera Utara
Pak Dirman juga mengatakan bahwasahanya bahasanya kepada pemkab labusel khususnya ke instansi-instansi SKPD yang lalu agak kasar, beliau mengatakan bahwa: “Saya kecewa sama sistem kepemerintahan di Labusel, karena saya ini ada potensi kenapa tidak dipergunakan? Artinya ada kelebihan saya di dalam anyaman lidi, kenapa orang yang di luar kabupaten yang memakai saya, seperti pelatihan ini, yang memakai saya provinsi bukan kabupaten, saya harap ini menjadi tamparan buat pihak kabupaten”. Adapun permasalahan yang menjadi keluhan Kelompok Berkah Lidi saat ini adalah bukan mengenai bahan baku, karena bahan baku lidi kelapa sawit di Labusel sangat melimpah. Tetapi, masalahpertama adalah pememesanan produkproduk Berkah Lidi sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000 produk lidi kelapa sawi. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya mencapai 2.000 produk. Jadi, Kelompok Berkah Lidi tidak bisa memenuhinya karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga masih ada masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga. Maka dari itu saat ini yang menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi adalah di tahun 2017 produk mereka harus gol ekspor ke luar negri 19. Kedua, diharapkan Labuhanbatu Selatan bisa seperti manajemen sistem pola pikir pemerintah Batu Bara. Di Batu Bara, setiap ada acara baik pegawai Dinas maupun Kepala Dinas seandainya ada pesta, mereka ambil barang dari pengrajin masyarakat setempat seperti makanan diambil dari pengrajin makanan, karena di sana sedikit kerajinan lidi. Jadi, Kelompok Berkah Lidi lah mereka 19
Ibid 63
Universitas Sumatera Utara
minta untuk memasukkan produk lidi kelapa sawit ini, seperti saat kepala bidang (kabid) pesta yang lalu, kelompok ini mengirim 400 produk lidi kelapa sawit. Selain itu, di Batu Bara juga ada binaan atau anak murid Pak Dirman langsung dikontrak sama Dinas Pendidikan Batu Bara. Jadi, binaan beliau mengajar ektrakulikuler. Ketiga, sebagaimana diketahui Labuhanbatu Selatan sendiri tidak demikian. Sementara Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Pemdes, Disperindag juga sudah tahu produk Berkah Lidi, namun tidak ada dukungan sama sekali. Manurut penuturan Pak Dirman, kenapa tidak ada kerjasama sesama instansi-instansi ini. Pak Dirman juga menuturkan bahwa saat bertemu dengan Pemdes (Pemerintah Desa) bahasa beliau agak kasar juga. Beliau menuturkan saat ada cara pelatihan di Grandsuma, penyelenggaranya adalah Pemerintah Desa. Pak Dirman mengatakan bahwa kalau bicara UKM kenapa mesti Disperindag aja? Kerja Pemdes ini apa? Seharusnya Pemdeslah yang membuka pertama, karena Pemdes ini yang paling dekat dengan masyarakat, Pemdes yang paling dekat dengan Pemerintahan Desa. Kemudian yang tahu nama kepala desa setiap desa itu ya pemdes, jadi merekalah yang dekat ke desa, seharusnya merekalah yang bina. Setelah menjadi UKM baru diserahkan ke Disperindag, ini gak, seakan-akan Pemdes ini tidak ada urusan mereka di sini. Kalau Pemdes itu kan gampang, panggil Kepala desa, sediakan beberapa orang untuk pelatihan ini, Disperindag kan tidak bisa, karena Disperindag tidak ada hubungannya dengan Kepala Desa. Sedangkan Pemdes bisa langsung Kepala Desa, kemudian Kepala Desa memberi informasi langsung dengan masyarakat. Begitu juga dengan Dinas Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
harapannya ada sekolah-sekolah yang menyediakan ekstrakulikuler binaan Pak Dirman bisa mengajar di sekolah. Harapan pak Dirman yang sudah beliau didik, merekalah yang mendidik orang lain sekarang. Makadari itu, yang lalu bahasaPak Dirman agak kasar kepada Pemdes secara langsung, beliau mengatakan bahwa: “Saya kecewa dengan sistem Labusel, apa kerja pemerintah Labusel itu? Pemdes, apa kerja Pemdes rupanya? Buat yang kayak gini, pulang mereka dari pelatihan ini, pesertanya seratus lebih, pulang dari sini apa yang bisa mereka buat? apa untung bagi mereka selesai acara ini? Kan Kebetulan yang digunakan penggerak PKK dan UKM. Pihak Pemdes menjawab okelah pak kalau begitu nanti penggerak PKK nya nanti kaum ibu mengikuti pelatihan lidi kelapa sawit. Beliau menjawab gitulah solusi yang bagus, karena penggerak PKK itu kan Pemdes yang ngatur, kenapa gak pemdes datang ke ibu-ibu diambil satu desa dua orang diadakan pelatihan kan lebih berguna. Kemudian yang sudah pandai diajari ke anggota PKK nya”. Dengan bahasa Pak Dirman yang kasar tersebut respon Pemdes sudah mulai bagus kepada Kelompok Berkah Lidi yaitu dalam waktu dekat ini ada beberapa ibu-ibu PKK yang akan langsung diajari oleh beliau ataupun anggotanya. Keempat, masalah label atau indentitas pemilik produk Berkah Lidi. Saat ini produk-produk Kelompok Berkah Lidi belum di buat merek atau label di produk lidi kelapa sawit tersebut. Kelompok ini masih bingung bagaimana cara membuat labelnya yang cocok untuk produk lidi kelapa sawit ini.Dikarenakan sudah pernah dicoba dalam bentuk ikat tali lau ada tulisan Berkah Lidi tetapi membuat produknya rusak. Kelompok ini juga brefikiran labelnya seperti disablon saja atau dicat ke produknya, namun untuk itu semua memerlukan dana, dana
Universitas Sumatera Utara
tersebutlah yang menjadi permasalahan kelompok ini dan hal ini yang akan dipikirkan oleh kelompok ini untuk kedepannya. 2.4.1. Tanggapan Disperindag Provinsi Saat penulis mengatakan bahwa membutuhkan data atau informasi dari perwakilan Disperindag Provinsi, Pak Dirman langsung menagatakan bahwa yang datang dari perwakilan Disperindag Provinsi yaitu Pak Arif sebagai Kepala Seksi (KASI) dan penulis langsung dipertemukan dengan Pak Arif. Kemudian Pak Dirman kembali memantau para peserta pelatihan. Tanggapan Pak Arif Lubis selaku Kepala Seksi (KASI) Disperindag Provinsi terhadap pelatihan kerajinan lidi kelapa sawit di Sei Rumbia Kotapinang Labusel sangat bagus. Pak Arif mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan usulan dari Disperindag Kabupaten Labusel yang mereka ajukan ke provinsi. Kemudian Disperindag Provinsi mensortir usulan-usulan dari kabupaten kota sehingga terpilihlah salah satunya Disperindag Kabupaten Labusel dengan pelatihan lidi kelapa sawit. Setelah itu Disperindag provinsi mengajukan ke Kementrian Perindustrian yang kemudian disetujui, usulan ini diajukan pada tahun 2015 baru dilaksanakan untuk anggaran tahun 2016. Dasar dari Disperindag provinsi berfikir adalah potensi lidi kelapa sawit di Labusel sangat besar dan ini bisa dikatakan limbah dari hasil perkebunan kelapa sawit dan warga, dengan memanfaatkan limbah ini bisa meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat Labusel. Dalam anggran tahun ini Disperindag dari provinsi
berharap
kebijakan
dari
kementrian
perindustrian
itu
untuk
menumbuhkan Wirsausaha/UKM baru.Maka dari itu dilakukan pelatihan ini
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat yang belum tahu. Setelah peserta tahu, diharapkan nantinya dari 25 orang peserta ini bisa tumbuh wirausaha/UKM baru, mudah-mudahan dari 25 orang yang dilatih semuanya bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya mereka ini, tentunya akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada peserta itu sendiri. Kalau peserta ini sudah berwirausaha/UKM, mudah-mudahan bisa menampung tenaga kerja yang lain, paling tidak tenaga kerja untuk yang mencari lidi menjadi matapencaharian tambahan. Pak Arif menuturkan bahwa murid binaan Pak Sudirman sebenarnya ada seratus orang, namun hanya 14 orang yang aktif. Dikarenakan mencari uang di Labusel gampang sementara, pembutan kerajinan lidi kelapa sawit ini sulit dan membutuhkan kesabaran, berbeda dengan di Jawa sumber penghidupan sangat sulit, jadi kurang minat masyarakat Labusel sendiri. Masyarakat perkebunan Sei Rumbia ini lebih memilih bekerja setengah hari di lapangan dengan gaji Rp 60.000 daripada membuat anyam lidi kelapa sawit yang sulit dan lama. Di Perkebunan Sei Rumbia ini lidi kelapa sawit menjadi limbah perkebunan, karena hanya sedikit mayarakat perkebunan yang mencari lidi. Padahal limbah lidi kelapa sawit dari yang tidak punya nilai, kalau dibersihkan menjadi lidi perkilonya dihargai oleh agen antinyamuk Rp. 1.800 perkilonya, sedangkanj kalau dijual dengan Pak Dirman dan kawan-kawan bisa dijual dengan harga Rp. 2000 perkilonya yang sudah bersih. Hal tersebut untuk para pencari lidi, kalau untuk anyaman lidinya seperti membuat piring, harga piring itu sekitar Rp. 6.000 di pasaran secara eceran. Tetapi kalau pengrajin atau anggota Berkah Lidi yang menjual ke Pak Sudirman itu dihargai Rp. 3.500 per
Universitas Sumatera Utara
ecerannya. Untuk satu kilo lidi kelapa sawit itu bisa menghasilkan empat buah piring, jadi satu kilo dengan empat piring dapat Rp 14.000. Dari nilai yang hanya Rp. 1.800 setelah dianyam bisa menghasilkan uang menjadi Rp 14.000 sudah ada nilai tambahnya, itu hanya dalam bentuk piring, kalau dikembangkan lagi jadi tempat aqua, lampu hias harganya juga semakin mahal namun dibutuhkan keterampilan yang lebih karena kesulitannya juga lebih tinggi. Disperindag Provinsi juga berharap dengan pelatihan ini ada peningkatan selanjutnya, karena lidi kelapa sawit ini merupakan produk unggulan dari Kabupaten labusel. Dikarenakan produk lidi kelapa sawit ini unggulan, makanya Labusel jangan kalah peroduk anyaman lidinya dengan dengan produk anyam lidi kelapa sawit dengan kabupaten atau provinsi lain. Disperindag provinsi juga berharap agar peran pemerintah dari Disperindag Kabupaten Labusel untuk mengembangkan industri kecil anyaman di Kabupaten Labusel ini. Setiap pelatihan yang dilaksanakan dari provinsi itu merupakan usulan dari pihak kabupaten, karena sistemnya Buttom up bukan Top Down. Jadi semua programprogram yang dibuat, diusulkan dari bawah semua. Kalau dulu Disperindag provinsi yang menentukan daerah kabupaten yang akan dilaksanakan pelatihan, tetapi sekarang sudah tidak bagitu lagi. Tidak ada muncul program yang tiba-tiba, apa potensi daerah kemudian diusulkan kepada Disperindag provinsi dan mereka coba tampung, difasilitasi barulah dilaksanakan programnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Provinsi Sumatera ada 33 Kabupaten Kota, jadi dari 33 Kabupaten Kota ini tidak semua mendapat kegiatan pelatihan setiap tahunnya, karena dilakukan
Universitas Sumatera Utara
secara bergilir. Contohnya saja anggaran 10 pelatihan satiap tahunnya dan dicoba untuk 10 kabupaten, tahun depanya lagi 10 kabupaten lagi dan seterusnya sampai ini bisa mereta di kabupaten kota dan untuk tahun 2016 ini, Labusel mendapat kesempatan pertama untuk pelatihan ini. Pak Arif berharap pelatihan ini bisa diadakan setiap tahunnya di Labusel, karena beliau lahir di Parlabian Labusel. Pelatihan ini diadakan juga karena atas saran Pak Arif kepada Disperindag Labusel untuk mengangkat produk Berkah Lidi ke provinsi karena tidak mungkin beliau langsung yang mengusulkan.Sebelumnya, Pak Arif dahulu turun dan melihat langsung produk lidi kelapa sawit pada saat beliau monitoring ke Disperindag Labusel. Pihak Dinas menyampaikan bahwa di Labusel sendiri ada industri lidi kelapa sawit dan instrukturnya juga orang Labusel. Beliau melihat karyanya sudah cukup bagus lalu berkata kepada Disperindag Labusel: “Kenapa ini gak dikembangkan? Ini instruktur ada, potensi ada, justru malah orang luar yang menggunakan instruktur dari sini kan sayang. Kenapa gak diamnfaatkan? titipan ini kerajinan anyaman lidi itu saya bilang kepada Ibu Aminah selaku Kepada Bidang Perindustrian. Tolong Bu ini diajukan aja mumpung saya di provinsi, saya bukan KKN, tetapi saya melihat potensi di Labusel ini besar”. Setelah itu, pihak Disperindag Provinsi melakukan survei ke Rumpin untuk melihat produk dan lokasi pelatihan. Di setiap tahun Disperindag provinsi melakukan rapat kerja, dimana daerah-daerah mengajukan program mereka masing-masing dalam rapat tersebut mereka tampung, mana yang bisa diserap untuk provinsi ditampung untuk provinsi, mana yang diserap sesuai dengan anggaran. Dikarenakan untuk Sumatera Utara 33 Kabupaten, hal ini terlalu
Universitas Sumatera Utara
banyak sedangkan di Provinsi Bengkulu hanya 6 Kabupaten, jadi kabupaten mereka semuanya dapat sedangkan kesulitan untuk Disperindag Provinsi masalahnya terbatas. Untuk itu anggaran yang turun dari kementrian kepada Disperindag Provinsi dilakukan sacara bertahap setiap tahunnya dengan melihat potensi yang paling besar disetiap kabupaten. Seperti halnya di Dairi, Sidikkalang potensi kopinya sangat besar yang kemudian dikembangkan dari kopi biji menjadi kopi bubuk. Dari kopi bubuk menjadi kopi sacet sampai ke kemasannya, disinilah Disperindag mengadakan pelatihan bagaimana supaya kemasannya menarik konsumen. Pak Arif menambahkan bahwa pihak Perusahaan LONSUM Sei Rumbia tanggap dan mendukung UKM baru di perusahaan tersebut seperti mereka menyediakan tempat untuk acara pelatihan ini dan Menejernya pun berpartisipasi dalam pembukaan pelatihan tersebut memberikan arahan dan motivasi kepada peserta. Dengan tindakan Menejer tersebut, Pak Arif menuturkan bahwa: “Beliau sangat bangga dan senang karena Menejer Peruhaan LONSUM mau berpartisipasi dalam program ini. Pak Arif memberi saran kepada Menejer LONSUM mudah-mudahan kalau ada yang tumbuh nanti wirausaha/Ukm baru dari kegiatan ini, mohon bimbingan dari pihak Menejer LONSUM dan juga Disperindag Labusel, mari sama-sama kita membinan ini pak sehingga industri ini bisa berkembang di Labusel”. Pak Arif juga menantang Pak Dirman, beliau berkata Bahwa: “Jangan pak Dirman melatih orang di tempat lain, di sana berkembang di sini teduh. Ginama ini memotivasi ini agar tetap eksis kalau bisa hebat daripada Bapak latih di tempat lain. Nah bagaimana caranya? Mari sama-sama kita pikirkan, supaya pemerintah daerah dan stakeholder-stakeholder yang
Universitas Sumatera Utara
lain, termasuk anggota dewan, anggota dewan dalam arti untuk peningkatan anggaran untuk industri di Disperindag Labusel ini. Kalau gak ada ketertarikkan pihak dewan untukmeningkaatkan anggaran di sini, ya akhirnya begini-begini aja. Kalau saya selalu berharapan begitu”. Maka dari itu, pihak Disperindag Provinsi mencoba mengadakan pelatihan lidi kelapa sawit ini dan dimonitor dan melihat permasalahan apa yang dialami oleh Kelompok Berkah Lidi kemudian kalau bisa Disperindag Provinsi bantu, mereka mengatakan akan membantu. Bukan bantuan dalam arti langsung, melainkan dalam bentuk fasilitasi dan seperti apa nantinya kesulitan yang dihadapi oleh Kelompok Berkah Lidi ini, Pak Arif mengatakan bahwa: “Contohlah misalnya lidi kelapa sawit ini kan punya perkebunan, bisa aja pihak perkebunan tidak mengijinkan masyarakat masuk ke kebon, bisa aja dilarang masuk ke kebon. Nah Gimana caranya? Ya mungkin dari pihak pemerintah Disperindag Provinsi membuat surat kepada pihak perusahaan, bahwa demi untuk peningkatan industri anyaman lidi di sini ya mohon izin untuk pengambilan ini. Dalam arti ya kita tekankan juga kepada pengambil lidi tidak mengambil yang lain, kan gitu. Kemaren Menejer bilang, katanya dia mengambil pelepah sambil ngambil berondolan satu plastik. Pak Arif menjawab ya kalau cuma satu plastik pak kan bisa tolerir untuk mereka masak, menejer melanjutkan walaupun satu plastik, kalau anak cucunya ngambil semua uda berapa goni? Makanya jangan dirusak kesempatan yang diberikan, kalaumau ambil lidi ya ambillah lidinya saja”. Dalam pelatihan ini pun semangat peserta yang mengikuti acara pelatihan ini sangat bagus, jadi mudah-mudahan ini tidak berhenti sampai di sini, dan diharapkan juga Disperindag Kabupaten Labusel memonitor peserta kedepannya. Dikarenakan keterampilan itu tidak datang sendiri untuk itu harus selalu
Universitas Sumatera Utara
dilatih,karena kegiatan pelatihan ini sangat singkat, namun sampai hari ketiga peserta sudah mulai bisa tinggal merapikannya saja. Pak Arif mengatakan bahwa: “Kalau ibu-ibu mau ya ya kan, sore-sore gak ada kerja, ngeraut lidi kumpulkan lalu jual, Pak Dirman memang sudah punya pengumpul lidi, tapi kalau misalnya ada kebutuhan yang lebih banyak seperti ekspor, dia kan kewalahan katanya kemaren. Dia diminta untuk menyediakan sekian kontener tapi gak sanggup, kalau misalnya kayak begitukan mereka bisa dipakai yang pengumpul lidi jsdi bids menambah pendapatan juga”. Pak Arif juga berharap di Rumah Pintar ini nantinya kalau bisa ada sentra keterampilan
wadah
buat
Kelompok
Berkah
Lidi.Dikarenakan
dengan
terhimpunnya mereka dalam wadah sentra, bantuan-bantuan pemerintah lebih mudah didapatkan, seperti bantuan peralatan dan dalam jangka waktu kedepan. Disperindag provinsi berfikir untuk ada mesin yang membersikan lidi kelapa sawit menjadi bersih supaya lebih cepat. Untuk masalah label atau merek produk Kelompok Berkah Lidi Pak Arif menjelaskan bahwa untuk menggunakan merek itu ada ketentuannya sendiri menurut perundang-undangan dan ditetapkan di dalam departemen hukum yang memerlukan dana. Kelompok Berkah Lidi ini boleh saja menggunakan label/merek sebelum didaftarkan, tetapi label/merek tersebut masih milik umum dan kalau orang lain mau buat label/merek itu juga tidak bisa komplen/protes. Namun, kalau sudah didaftarkan dalam departemen hukum baru bisa komplen/protes begitu juga sebaliknya kare label/erek yang sebelum didaftarkan itu bebas atau milik umum, siapa saja yang mau memakainya itu boleh. Sementara untuk UKM yang baru
Universitas Sumatera Utara
tumbuh, buatlah label/merek yang aneh sehingga tidak ada yang menyerupai dan mudah diingat orang tidak usah panjang-panjang cukup pendek saja sehingga brand nya langsung tertanam dalam ingatan konsumen ketika ada yang melihat dan mendengarnya. Sebagai
contoh adalah aqua, orang-orang sekarang
mengatakan bahwa apa yang dibeli itulah aqua padahal namanya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Tetapi, karena pertama kali AMDK ini menggunakan label/merek aqua sehingga kalau beli ke toko orang-orang bilang ada aqu padahal ada label/merek lainnya dan kelihaian orang dalam membuat label/merek ini ada sendiri. Akhirnya Pak Arif kembali berharap dari selesainya acara pelatihan ini agar industri kecil anyaman lidi yang tumbuh di Labusel semakin banyak yang tumbuh seingga nanti diharapkan di Rumpin ada sentra industri kecil anyaman lidi. Kemudian diharapkan juga industri anyaman lidi kelapa sawit bisa ekspor ke luar negri, atau dikenal paling tidak di provinsi lain. Disenangi di tinggkat lokal, bisa berkembang ke pasar nasional sampai ekspor untuk itu harus optimis. Mudah-mudahan tahun depan apabila Disperindag datang lagi berkunjung ke Labusel sudah ada tumbuh indutri kecil anyaman lidi kelapa sawit selain Pak Dirman, Pak Arif berkata beliau senang sekali dan capek dari pihak Disperindag provinsi pun jadi hilang, berarti apa yang dibuat memang berekembang tetapi semua tergantung kepada niat sumber daya manusia (SDM) nya sendiri. Penilaian Pak Arif kepada Pak Dirman adalah beliau melihat Pak Dirman sosok seorang yang tulus dan ikhlas, ikhlas dalam membagi ilmunya kepada orang lain dan beliau juga bangga dengan Pak Dirman karena dengan kerja kerasnya dapat
Universitas Sumatera Utara
membuat anyaman lidi kelapa sawit menjadi produk unggulan Labusel dan hal ini sebagai contoh yang baik dan menjadi motivasi untuk orang lain. 2.3.1. Tanggapan Disperindag Labusel Pada tanggal 15 April 2016, penulis kembali datang ke Rumpin untuk mencari data atau informasi dari pihak perwakilan Disperindag Labusel terhadap pelatihan anyaman lidi kelapa sawit Berkah Lidi. Pak Dirman menunujuk Bu Aminah selaku Kepala Bidang (KABID) Disperindag Labusel dan membantu penulis untuk bertemu dengan beliau. Penulis memperkenalkan diri dan langsung mewawancarai beliau. Tanggapan Bu Aminah terhadap pelatihan ini sangat baik, beliau berkata bahwa sebenarnya pelatihan ini adalah usulan dari Disperindag Labusel kepada Disperindag Provinsi. Sebelumnya Disperindag Labusel melihat dan menampung potensi atau bakat yang ada mengenai UKM pada masyarakat Labusel. Kemudian dari beberapa kerajinan yang mereka tampung yang terpilih adalah anyaman lidi kelapa sawit Berkah Lidi. Lalu mereka usulkan kepada pihak Disperindag Provinsi, kemudian Disperindag Provinsi mensortir lagi dari 33 Kabupaten Kota yang terpilih anyaman mulik Pak Dirman, Bu Aminah mengatakanbahwa: “Pak Dirman selaku anak daerah Labusel memilki potensi yang bagus.Lidi kelapa sawit yang tadinya hanya sebagai limbah di daerah Labusel dimanfaatkan oleh Pak Dirman sebagai kerajinan anyaman dalam bentuk alat perlengkapan rumah tangga, seperti piring, tempat sendok, parsel dan lainnya”. Bu Aminah juga melihat bahwa ada suatu manfaat besar dari kegiatan Kelompok Berkah Lidi ini dalam memberdayakan ekonomi. Terbentuknya
Universitas Sumatera Utara
kelompok ini dapat mengurangi pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan. Kelompok ini juga menggunakan jasa pada masyarakat sekitar Labusel dalam hal mencari bahan baku lidi kelapa sawit yang kemudian dijual kepada Pak Dirman dengan harga Rp. 2.000 per kg yang basah. Ada juga pihak lainnya yang datang membeli lidi kelapa sawit dengan harga Rp. 1.800 per kg setelah di keringkan. Dengan Kelompok Berkah Lidi ini membeli bahan baku lidi kelapa sawit dengan harga Rp. 2.000 per kg artinya masyarakat setempat yang menjual kepada pak Dirman memiliki untung yang lebih. Dengan memberdayakan masyarakat setempat, kelompok ini juga mendapat keuntungan yakni pemasukan bahan baku yang tetap untuk keberlangsungan kegiatannya agar terus berjalan, jadi mereka sama-sama untung. Saat ini produk anyaman Kelompok Berkah Lidi ini menjadi produk unggulan di Labuhanbatu Selatan. Bentuk dukungan dari Disperindag Provinsi dan Disperindag Labusel adalah pelatihan kerajinan lidi kelapa sawit yang diadakan di Rumpin. Pelatihan ini diadakan dari kerjasama Disperindag Provinsi dan Disperindag Labusel dalam penumbuhan UKM baru Kabupaten Kota. Bu Aminah mengatakan: “Mudah-mudahan selesai dilakukan pelatihan ini, akan tumbuh wirausaha/UKM baru agar bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada peserta yang mengikuti acara pelatihan ini”. Bu Aminah menambahkan bahwa pihak LONSUM Sei Rumbia sangat mendukung pak Dirman dalam pengembangan kerajinan lidi kelapa sawit ini. Dapat terlihat dari pihak perusahaan menyediakan tempat untuk acara pelatihan
Universitas Sumatera Utara
ini dan menejernya pun ikut berpartisipasi dalam pembuakaan pelatihan lalu memberikan arahan dan motivasi kepada para peserta. Bu Aminah juga berkata: “Saya bangga kepada Pak Dirman selaku putra daerah bisa membanggakan nama Labusel dari potensi dan kreativitas yang beliau miliki. Begitu juga pihak perusahaan, saya bangga karena dari perusahaan sangat mendukung Pak Dirman dalam mengembangkan kerajinan lidi kelapa sawit ini”. Pada akhirnya Bu Aminah juga berharap kedepannya ada sentra keterampilan yang merupakan wadah untuk Kelompok Berkah Lidi ini. Dikarenakan terhimpunnya mereka dalam suatu wadah, bantuan dari pemerintah lebih mudah didapatkan dan mudah-mudahan pihak perusahaan bisa menyediakan wadah tersebut untuk para karyawan yang memiliki bakat dan potensi seperti Pak Dirman. 2.4.3. Tanggapan Peserta/anggota Pelatihan Pada tanggal 16 April 2016 hari yang ke empat, penulis kembali pergi lagi ke Rumpin acara pelatihan lidi anyaman kelapa sawit Kelompok Berkah Lidi. Penulis berangkat ke lokasi pukul 14.00 wib,saat itu yang ada difikiran penulis yang cocok jadi informan penulis adalah peserta yang sudah sedikit bisa membuat anyaman lidinya dan yang enak diajak ngobrol agar lebih mudah wawancaranya, begitu yang ada di dalam fikiran penulis. Setelah beberapa penulis memperhatikan, akhirnya penulis ketemu dengan peserta yang diharapkan. Peserta ini kebetulan abang kelas waktu penulis SD di Hadundung yang sebelumnya sudah kenal lama namun jarang ketemu. Peserta ini juga aktif dalam organisasi Karang Taruna, beliau sebagai bendaraha sehingga penulis berfikir pasti peserta ini enak diajak mengobrol. Informan penulis ini seorang laki-laki
Universitas Sumatera Utara
yang bernama Sandi bertempat tinggal di Hadundung yang tidak jauh dari rumah penulis, kebetulan beliau salah satu anggota Kelompok Berkah Lidi.Bang Sandi sebagai anggota dan peserta saat pelatihan ini. Penulis langsung berjalan menemui Bang Sandi yang sedang membuat anyaman ladi kelapa sawit, dan langsung berkata kalau mau wawancara dengan beliau. Bang Sandi langsung menjawab ya sudah, tapi gak dimasukkan ke koran kan, sambil bercanda dan tertawa. Penulis sebelum melakukan wawancara, cerita-cerita kecil mengenai teman lama waktu di SD Hadundung. Setelah itu penulis langsung bertanya kepada Bang Sandi mengenai awal mula beliau kenal dengan Pak Dirman dan pelatihan ini. Bang Sandi menjelaskanawal mula beliau kenal dengan Pak Dirman.Bang Sandi kenal Pak Dirman dari awal tahun 2015, saat itu ada kegiatan di Karang Taruna.Bang Sandidan temannya satu orang diutus dari Karang Taruna Kabupaten ke Rumpin untuk belajar anyaman lidi kelapa sawit ini. Bang Sandi dan temannya dua kali datang ke Rumpin untuk belajar anyaman ini setelah itu mereka belajar di rumah Pak Dirman hampi setiap hari selama seminggu. Bang Sandi dan temannya cukup cepat dalam mempelajari anyaman ini, beliau mengatakan: “Kalau seminggu sudah bisa membuatnya, cuma kan masalah kerapian kan kita bisa perbaiki sendiri, yang terpenting dasarnya tau. Kita tau dasarnya, bagaimana caranya supanya rapi, kan ada tehnik nya masing-masing, kan gitu. Jadi setiap kita belajar kita lihat barangnya apa aja, apa yang bisa kita contoh dari situ, contohnya Pak Dirman punya tempat buah ya kita lihat juga”. Dalam waktu seminggu itu Bang Sandi juga belajar di rumahnya, sampai selesaipun beliau tetap belajar di rumahnya agar hasil yang didapatkan lebih rapi. Teman Bang Sandi yang tidak aktif lagi sekarang, karena beliau kerja di Kisaran.
Universitas Sumatera Utara
Temannya mengatakan bahwa kerajinan ini hanya sebagai keterampilan saja buatnya, tidak untuk matapencaharian. Bagi Bang Sandi, setelah beliau bisa membuat anyaman lidi kelapa sawit dengan mahir, beliau ajarkan kepada seluruh Karang Taruna di Labusel. Namun, sampai sekarang mulai dari waktu beliau kenal dengan Pak Dirman sampai sekarang dari Karang Taruna belum ada respon untuk pelatihan di Karang Taruna. Jadi, Bang Sandi memproduksi anyaman ini sendirian di rumah yang kemudian jika ada yang tertarik dibeli oleh tetangga dan masyrakat sekitar rumahnya. Untuk bahan bakunya, Bang Sandi mencari sendiri di belakang rumahnya. Beliau juga sering mengikuti pameran di daerah-daerah lain saat ada pertemuan atau eventevent Karang Taruna di Kisaran, Siantar kerajinan dan anyaman lidi kelapa sawit ini ada di acara tersebut. Namun memang belum ada respon dari tindak lanjut Karang Taruna dalam hal ini. Bang Sandi mengikuti acara pelatihan ini karena dihubungi oleh Pak Dirman untuk berpartisipasi dalam acara pelatihan ini. Pak Dirman menyuruh Bang Sandi memberitahu kepada anggota Karang Taruna dan masyarakat yang mau belajar anyaman ini. Adapun yang bisa mengikuti dari Karang Tanura berjumlah lima orang pemuda dan dua orang ibu rumag tangga. Bang Sandi mengatakan bahwa namanya pelatihan banyak orang yang gak berminat karena mereka banyak yang tidak mengerti. Menurut penuturan Bang Sandi, kaum ibu rumah tangga yang ikut berpartisipasi dalam pelatihan ini mau ikut karena mereka tidak bekerja, artinya sebagai ibu rumah tangga saja. Jadi, mereka mau belajar untuk mengisi waktu luang mereka dan mereka juga bisa menjadi profesi kerajinan di rumah masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Bagi kaum pemuda yang ikut berpartisipasi dalam penlitian ini karena tertarik peminat anyaman lidi kelapa sawit ini tidak hanya masyarakat lokal saja tetapi sudah sampai luar negri seperti Singapore, Malaysia, Jepang dan lainnya. Jadi para pemuda tersebut merasa anyaman ini cocok dikembangkan makanya mereka tertarik untuk belajar. Bang Sandi sendiri mau belajar membuat anyaman ini karena beliau suka yang berbau kreativitas, apalagi dalam bentuk daur ulang tanpa modal besar untuk menjadikan kerajinan. Beliau sebelum belajar dengan Pak Dirman anyam lidi ini, sudah membuah kerajinan daur ulang dari benang dan kardus yang berbentuk lampion berkarakter/ almpu tidur seperti tokoh kartun Doraemon, Hello Kitty dan lainnya. Bang Sandi mengatakan manfaat yang dirasakan dari pelatihan ini: “Ya alhamdulillah lah bermanfaat, bermanfaatnya kita bisa kreatif, bahwasanya kita diperhatikan oleh pemerintah untuk mengembangkan anyaman ini, jadi gak sia-sia selama ini kerja keras kita dengan adanya pemerintah ini. Kita juga dapat uang tambahan, selain itu juga jadi kenal banyak orang. Semoga sering diadakan, kalau sering diadakan kan kita jadi terpacu”. Bang Sandi berkata bahwa beliau senang dengan diadakan pelatihan seperti ini, selain dapat ilmu, nambah teman, makan gratis, uang saku, uang transport dan dapat sertifikat dari selesainya acara ini. Beliau merasa senang mendapat sertifikat, karena apabila beliau mau mengajukan pelatihan ke daerah lain bisa harus menunjukkan sertifikat bahwasanya sudah terlatih. Bang Sandi pernah melatih/mengajag anyaman lidi kelapa sawit ini di SD Impres Desa Sabungan, beliau di bayar Rp. 100.000 perhari dan saat itu Bang Sandi mengajar selama lima hari, sehingga dapat gaji sebesar Rp. 500.000. Saat itu Kepala
Universitas Sumatera Utara
Sekalah SD Impres Sabungan lewat dari depan rumahnya Bag Sandi, kebetulan rumah Bang Sandi di pinggir jalan raya. Melihat anyaman lidi dari kelapa sawit ini Kelpa Sekolah SD Impres Sabungan tersebut tertarik lalu bertanya siapa yang membuatnya, lalu Bang Sandi yang bertemu langsung dengan Kepala sekolah tersebut dan membuat kesepakatan untuk melatih di SD Impres Sabungan. Bang Sandi mengatakan memang terlihat spele Cuma kalau ditekuni dan dijalani bermanfaat juga. Bang Sandi juga sering mengikuti acara pameran anyaman lidi ini di beberapa daerah yang mewakili Berkah Lidi. Kalau pemuda yang diminta untuk perwakilan dari Berkah Lidi, dalam acara pelatihan di laur, beliau yang diutus. Seperti halnya acara Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Dispora) mewakili kabupaten Labuselyang bertema pengembangan jiwa kewirausahaan tahun 2015 di Hotel Grand Kanaya selama empat hari. Namun, di selama di sana beliau hanya belajar teori saja tidak prakter. Selain itu acara PRSU tahun 2016 dari agen mereka di Binje, dan Pemkab Binje meminta kepala Berkah Lidi ada yang mewakili stand Binje. Jadi, kemaren Bang Sandi mewakili stand Binje bukan stand Labusel. Bang Sandi menjelaskan apabila ada acara pameran dari provinsi, maka akan banyak dari kabupaten lain yang ikut. Jadi, keuntungan yang beliau dapat saat mengikuti acara di beberapa pameran adalah beliau banyak tukar pikiran dengan kerajinan dari kabupaten lain, sekaligus bisa juga menjadi teman dan jaringan untuk pemasaran apabila mereka tertarik dengan kerajian Berkah Lidi. Begitu banyak manfaat yang beliau rasakan selama kenal dengan Pak Dirma
Universitas Sumatera Utara
2.5.Dukungan Dari Kepala Desa Pada tanggal 10 Mei 2016, penulis pergi ke kantor Kepala Desa Sei Rumbia untuk mewawancarai pihak Kepala Desa ataupun Sekretarisnya. Sebelumnya penulis sudah bertanya kepada Pak Dirman apakah kelompok ini menerima bantuan dari Kepala Desa Sei Rumbia dan beliau berkata ternyata tahun ini pihak Kepala Desa akan memberikan bantuan kepada Kelompok Berkah Lidi. Namun, belum diketahui dalam bentuk materi atau peralatan/bahan baku anyaman lidi ini. Penulis bersama ayah dan Pak Dirman langsung menuju Kantor Kepala Desa. Sampai Kantor Kepala Desa, penulis masuk sambil mengucapkan salam ke dalam kantor bersama Pak Dirman dan ayah. Penulis melihat dari pintu masuk Bapak Kepala Desa bersama Sekretaris Desa sedang sibuk. Lalu Pak Dirman langsung masuk dan menyalam Bapak Kepala Desa dan Sekretaris Desa kemudian memberitahu kepada Bapak Kepala Desa tersebut bahwa penulis mahasiswi Antropologi FISIP USU yang menyusun skripsi tentang Kelompok Berkah Lidi membutuhkan data dari kantor Kepala Desa. Sebelumnya,Pak
Dirman
dahulu
pernah
menjadi
ketua
Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Sei Rumbia, beliau dulu sering ke kantor Kepala Desa untuk menjalankan program BPD dan membantu merancang RPJM Des Sei Rumbia. Namun, karena sudah habis masa jabatan, Pak Dirman lebih fokus pada Kelompok Berkah Lidi. Bapak Kepala Desa tersebut bernama Bapak Rahmad dan Sekretaris Desa berenama Kak Mirna. Setelah penulis memperkenalkan diri, saat ini ternyata Pak Rahmad dan Kak Mirna lagi sibuk membuat Rencana
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) untuk tahun 2016 ini, Pak Rahmad berkata: “Apa yang bisa kita bantu dek? Pebulis menjawab ini pak, saya membutuhkan data dari kantor ini yang berkaitan dengan Kelompok Berkah Lidi. Pak Rahmad menjawab oh itu, tapi ini RPJM Des nya lagi diperbaharui dan hari ini pun lagi ada rapat pula, gimana ya dek, kayaknya gak bisa hari ini soalnya lagi sibuk-sibuknya. Penulis menjawab iya pak, gak papa, gak harus hari ini, hari apa kira-kira RPJM Desnya selesai pak?. Pak Rahmad menjawan hari ini sampai hari kamis ada rapat, jadi hari jum’at atau senin depan aja dek bisa kan?. Penulis menjawab iya pak bisa, sambil nanti mau wawancara sedikit tentang Kelompok Berkah Lidi pak. Pak Rahmad menjawab oh iya dek, nanti kalau mau ada apa-apa atau perlu tanda tangan bilang aja, nanti dibantu uruskan semua. Penulis menjawab iya pak, terimakasih ya pak. Pak Rahmad menjawab iya sama-sama dek”. Dikarenakan Pak Rahmad dan Kak Mirna lagi sibuk hari ini, jadi penulis tidak bisa mewawancarai mereka, penulis pun langsung membuat janji untuk bisa ketemu dengan Pak Rahmad atau Kak Mirna. Tepat pada hari senin tanggal 17 mei 2016 penulis pergi bersama ayah pukul 10.00 wib ke kantor Kepala Desa.
Universitas Sumatera Utara
Foto 9 Foto Kantor Kepala Desa Perk. Sei Rumbia
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Sampai di Kantor Kepala Desa, Penulis langsung masuk dan ternyata Kak Mirna saat sudah datang. Saat ini Kak Mirna sendirian berada di Kantor Kepala Desa, ternyata Pak Rahmad tidak masuk, jadi beliau sendirian. Dikarenakan Pak Rahmad tidak masuk, penulis berbincang-bincang dengan Kak Mirna sambil mewawancarai beliau. Kak Mirna berkata: “Pihak Kepala Desa belum memberikan bantuan sebelumnya karena pihak Kelompok Berkah Lidi baru tahun ini mengajukan proposal ke Kantor Kepala Desa. Tahun 2016 ini pihak Kepala Desa dimungkinkan memberikan bantuan berupa peralatan, bahan baku lidi kelapa sawit atau pelatihan kepada Kelompok Berkah Lidi”. Menurut penjelasan Kak Mirna, masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia tidak banyak yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit dan bahkan yang ikut dalam Kelompok Berkah Lidi juga hanya beberapa orang saja. Hal itu dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat perkebunan ini lebih memilih bekerja di luar atau di perusahaan setengah hari dengan gaji Rp. 60.000 per hari daripada mencari lidi kelapa sawit untuk dijual dan membuat kerajinan lidi kelapa sawit yang sulit dan rumit serta belum pasti pendapatannya. Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan Pak Dirman.
2.6.Ketidakpastian Ekonomi Sebagai Salah Satu Alasan Untuk Ikut Kelompok Berkah Lidi Ekonomi
keluarga
kebutuhan-kebutuhannya
merupakan melalui
upaya
manusia
aktivitas-aktivitas
yang
dalam
memenuhi
dilakukan
oleh
seseorang yang bertanggungjawab atas kebutuhan dan kebahagiaan bagi kehidupannya (sekelompok komunitas dari masyarakatnya). Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan manusia dari cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi, seseorang akan dapat hidup sejahtera dan tenang, sehingga orang yang jiwanya tenang akan berpeluang secara baik untuk meraih kehidupan akherat yang lebih baik pula. Hal tersebut ditandai adanya orang yang tenang dapat melakukan ibadah dengan tenang dan dari hartanya pula seseorang melakukan amal jariyah. Dimana orang mengharapkan pahala dari Allah untuk kebahagiaannya kelak di yaumul qiyamah (sebagaimana kewajiban seorang hamba yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan). Jadi, jelas bahwa sosial ekonomi keluarga dari suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan dari anggota keluarga itu sendiri serta masyarakat lingkungan 20.
20
https://www.scribd.com/doc/297694243/Pengertian-Ekonomi-Keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui bahwa Kelompok Berkah Lidi melibatkan keluarga mereka seperti anak dan istri dalam proses pencarian bahan baku serta proses pembuatan kerajinan lidi kelapa sawit ini. Kebutuhan semakin lama semakin
meningkat,
sedangkan
pendapatan
pas-pasan
membuatbeberapa
masyarakat Labusel mencari bahan baku lidi kelapa sawit sebagai mata pencaharian tambahan. Begitu juga para pengrajin Berkah Lidi dituntut untuk mencari mata pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti uang jajan anak, biaya sekolah anak bahkan sampai memenuhi kebutuhan sembako keluarga. Sebagaimana diketahui Bu Irma salah satu warga Desa Sisumut Labusel yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit biasanya dalam satu hari mencapai 5 kg. Untuk yang mencari lidi kelapa sawitnya adalah suami dan anaknya, terkadang Bu Irman yang langsung mengambilnya. Kemudian dalam proses pembersihan dikerjakan oleh Bu Irma dan anaknya, lalu dijual dengan Pak Dirman dengan harga Rp. 2.000 per kg. Pendapatan Bu Irma dalam seminggu paling sedikit sebesar Rp. 100.000, dengan demikian dalam sebulan bisa mendapat penghasilan sebesar Rp 400.000. Adanya kerjasama dalam keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup membuat mereka tetap menggeluti pekerjaan ini.
Universitas Sumatera Utara