36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pagimana Merupakan pusat pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Kecamatan Pagimana mempunyai batasbatas geografis sebagai berikut : a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini c) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pakowa d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Nain Puskesmas Pagimana memiliki 24 wilayah kerja, 3 kelurahan, 32 desa, dan 25 posyandu. Jumlah tenaga kerja Puskesmas Pagimana 55 orang, terdiri dari 43 Pegawai Tetap dan 12 orang pegawai tidak tetap. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Karakterstik Umum Penderita TB Paru Karakteristik yang akan diamati dari penderita BTA/suspek TB terdiri atas beberapa indikator diantaranya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh perbulan.
37
4.2.1.1 Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Penderita TBC Paru Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmass Pagimana
Umur (tahun)
Jumlah
(%)
21 – 25
1
0,5
26 - 30
3
1,6
31 - 35
5
2,7
36 – 40
13
6,9
41 – 45
38
20,2
46 – 50
44
23,4
51 – 55
56
29,8
56 – 60
23
12,2
61 – 65
5
2,7
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut yang lebih banyak terdistribusi adalah responden yang berusia 51 tahun – 55 tahun sebanyak 56 responden (29,8%), dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 21 - 25 tahun sebanyak 1 responden (0,5%).
38
4.2.1.2 Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Penderita TBC Paru Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana
Jenis Kelamin
Jumlah
(%)
Laki-Laki
149
79.3
Perempuan
39
20.7
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase orang yang banyak terdistribusi pada jenis kelamin laki –laki yaitu 149 responden (79,3 %) dan yang paling sedikit terdistribusi pada jenis kelamin perempuan yaitu 39 responden (20,7 %). 4.2.1.3 Alamat Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Penderita TBC Paru Menurut Alamat Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Alamat Responden Pagimana Basabungan Sinampangnyo Taloyon Jaya Bakti Total
Jumlah 44 33 33 12 66 188
(%) 23.4 17.6 17.6 6.4 35.1 100.00
39
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa distribusi orang menurut alamat terbanyak didesa Jaya Bakti yakni sebanyak 66 orang (35.1 %) dan terendah terdapat didesa Taloyon sebanyak 12 orang (6.4 %). 4.2.1.4 Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Penderita TBC Paru Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Pekerjaan
Jumlah
(%)
PNS
13
6.9
Buruh
20
10.9
URT
8
4.3
Pedagang
52
27.7
Petani
28
14.9
Nelayan
67
35.6
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase jenis pekerjaan orang lebih banyak terdistribusi pada pekerjaan Nelayan yaitu 61 sampel (35,6%) dan presentase jenis pekerjaan yang paling sedikit terdistribusi pada pekerjaan URT yaitu 8 sampel (4.3%).
40
4.2.1.5 Pendidikan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Penderita TBC Paru Menurut Tingkat Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(%)
PT SMA/Sederajat SMP/Sederajat SD Tidak Sekolah Total
12 31 63 58 24
6.4 16.5 33.5 30.9 12.8
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut, menunjukan bahwa presentase orang untuk pendidikan terakhir lebih banyak terdistribusi pada SMP sebanyak 63 orang (33,5%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada PT sebanyak 12 orang (6,4%). 4.2.1.6 Pendapatan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana
Pendapatan
Jumlah
(%)
< Rp. 1 juta
95
50.5
Rp. 1 juta - > Rp. 2 juta
93
49.5
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase pendapatan keluarga orang lebih banyak terdistribusi pada pendapatan kurang dari Rp.1.000.000
41
yaitu 95 sampel (50,5%) dan persentase pendapatan yang sedikit terdistribusi pada pendapatan lebih atau sama dengan dari Rp. 2.000.000 sebanyak 93 sampel (49,5%). 4.2.2
Kejadian TBC Paru Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Pemeriksaan
Jumlah
(%)
BTA (+)
18
9.6
Suspek (-)
170
90.4
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut dari jumlah sampel sebanyak 188 terlihat bahwa penderita TBC paru yang terdistribusi BTA positif adalah 18 sampel (9.6%) lebih rendah dari yang tidak mennderita TBC paru sebanyak 170 sampel (90.4 %). 4.2.3
Ventilasi Rumah Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Ventilasi rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Ventilasi
Jumlah
(%)
Memenuhi Syarat
79
42.0
Tidak Sesuai Syarat
109
58.0
Total
188
100.00
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase ketersediaan ventilasi rumah yang banyak terdistribusi adalah ventilasi yang tidak memenuhi
42
syarat sebanyak 109 rumah (58,0%) dan presentase sedikit yaitu pada rumah yang telah memenuhi syarat ventilasi sebanyak 79 rumah (42,0%). 4.2.4 Kebiasaan Merokok Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana No 1 2
Merokok Tidak Ya Total
Jumlah 29 159 188
(%) 15.4 84.6 100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase kebiasaan merokok lebih banyak terdistribusi pada responden yang sering merokok sebanyak 159 sampel (84,6%) dan persentase sedikit terdistribusi pada responden yang tidak sering merokok sebanyak 29 sampel (15,4%).
43
Tabel 4.10 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Umur Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan. Pagimana Kabupaten. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur (Tahun)
21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-65 Jumlah
Menderita TBC paru (BTA) n 1 1 1 0 3 2 5 3 2 18
% 100 33,3 20,0 0 7,9 4,5 8,9 13,0 40,0 9,6
Gejala TBC Paru (Suspek) n 0 2 4 13 35 42 51 20 3 170
% 0 66,7 80,0 100 92,1 95,5 91,1 87,0 60,0 90,4
Jumlah
n 1 3 5 13 38 44 56 23 5 188
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sampel terbesar penderita TB berumur antara 51-55 tahun yakni sebanyak 56 sampel di mana yang menderita (BTA) sebanyak 5 sampel (8,9%) dan suspek 51 sampel (91,1%). Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada umur 21-25 tahun dengan jumlah sampel 1, dimana yang tidak menderita TBC paru (suspek) sebanyak 0 sampel (66,7%) dan yang menderita TBC paru (BTA) sebanyak 1 sampel (100%).
44
Tabel 4.11 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012
No
1 2
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Kejadian TBC Paru Menderita Gejala TBC Paru (BTA) TBC Paru (Suspek) n % n % 13 8,7 136 91,3 5 12,8 34 87,2 18 9,6 170 90,4
Jumlah n 149 39 188
% 100 100 100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa sampel yang lebih banyak terdistribusi adalah pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 149 sampel. Di mana yang menderita TBC paru sebanyak 13 sampel (8,7%) sedangkan yang suspek TBC paru sebanyak 136 sampel (91,3%). Dan pada jenis kelamin perempuan terdapat 39 sampel, dimana yang menderita TBC paru sebanyak 5 sampel (12,8%) dan yang suspek TBC paru sebanyak 39 sampel (87,2%). Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 bahwa yang paling besar penderitanya adalah jenis kelamin laki-laki sebayak 13 sampel yang menderita TBC paru, dan suspek sebanyak 136 sampel. Berdasarkan instrumen penelitian alasan yang mendukung mengapa laki-laki yang banyak dalam hal ini
45
sebagai kepala rumah tangga disebabkan oleh akibat paparan dari pekerjaan mereka dan di akibatka juga oleh rokok yang mana kebanyakan laki-laki yang banyak mengonsumsi rokok.
Tabel 4.12 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Alamat Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
1 2 3 4 5
Alamat (Desa)
Pagimana Basabungan Sinampangnyo Taloyon Jaya Bakti Jumlah
Jumlah Menderita TBC Paru (BTA) n % 4 9,1 3 9,1 3 9,1 2 16,7 6 9,1 18 9,6
Gejala TBC Paru (Suspek) N % 40 90,9 30 90,9 30 90,9 10 83,3 60 90,9 170 90,4
n
%
44 33 33 12 66 188
100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa sampel lebih banyak terdapat di desa Jaya Bakti yaitu sebanyak 66 sampel. Di mana yang menderita TBC Paru sebanyak 6 sampel (9,1%) sedangkan yang tidak menderita TBC Paru (suspek) sebanyak 60 sampel (90,4%). Sedangkan paling sedikit terdapat di desa Taloyon, di mana yang menderita TBC Paru sebanyak 2 sampel (16,7%), dan yang tidak menderita TBC paru (suspek) sebanyak 10 sampel (40%).
46
Berdasarkan jumlah penderita BTA yang tertinggi pada tabel 4.11 terlihat bahwa yang paling banyak terdistribusi pada penderita TBC paru terdapat di desa Jaya Bakti sebanyak 66,kemudian dususul pada desa Pagimana yaitu sebanyak 44, hal ini disebabkan karena desa Jaya Bakti tersebut tempat tinggal sampel memiliki kondisi rumah banyak yang tidak kondusif dimana rumah di tempati sebagai tempat tinggal tidak memenuhi syarat rumah sehat. Selain itu juga faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian TBC paru ini diakibatkan oleh pekerjaan keseharian masyarakat yang di Jaya Bakti seperti nelayan. Dan pengakuan responden bahwa kurangnya informasi yang diperoleh mengenai TBC paru baik dari petugas kesehatan maupun dari media lainnya. Tabel 4.13 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
1 2 3 4 5 6
Pekerjaan
PNS Buruh URT Pedagang Petani Nelayan Jumlah
Jumlah Menderita TBC Paru (BTA) n % 2 15,4 2 10,0 2 25,0 4 7,7 1 3,6 7 10,4 18 9,6
Gejala TBC Paru (Suspek) N % 11 84,6 18 90,0 6 75,0 48 92,3 27 96,4 60 89,6 170 90,4
n
%
13 20 8 52 28 67 188
100 100 100 100 100 100 100
47
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa menderita TBC Paru paling banyak pada nelayan yaitu sebanyak 67 sampel dengan penderita BTA sebanyak 7 orang (10,4%) dan suspek sebanyak 60 orang (89,6%). Dan paling sedikit pada petani dengan jumlah 1 orang (3,6%) yang menderita TBC paru. Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut jenis pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling besar presentasinya adalah nelayan sebanyak 7 sampel penderita BTA positif. Berdasarkan instrument penelitian alasan yang mendukung mengapa jenis pekerjaan nelayan yang paling besar karena dapat terpapar dgn udara yang dingin di malam hari yang dapat menyebabkan gangguan sistem paru-paru. Tapi ada juga mempunyai pekerjaan lain yang harus di lakukan sehingga dapat menyebabkan menderita TBC paru. Tabel 4.14 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
1 2 3 4 5
Pendidikan
PT SMA SMP SD Tidak sekolah Jumlah
Jumlah Menderita TBC Paru (BTA) n % 1 8,3 7 22,6 5 7,9 3 5,2 2 8,3 18 9,6
Gejala TBC Paru (Suspek) n % 11 91,7 24 77,4 58 92,1 55 94,8 22 91,7 170 90,4
n 12 31 63 58 24 188
% 100 100 100 100 100 100
48
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa yang menderita TBC Paru paling banyak pada pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 7 orang (22,6) dan paling sedikit pada PT yaitu 1 sampel (8,3%) sedangkan yang tidak menderita TBC Paru paling banyak pada pendidikan terakhir SMP dengan jumlah sampel 58 sampel (92,1%) dan paling sedikit yang tidak menderita TBC paru pada PT yaitu 2 sampel (66,7%). Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut pendidikan terakhir di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak presentasinya adalah pendidikan terakhir SMK/SMA yaitu sebesar 22,6%. Berdasarkan instrumen penelitian alasan yang mendukung mengapa pendidikan terakhir paling banyak SMK/SMA akibat terpaparnya asap rokok yang mereka hirup setiap hari,ini di sebabkan oleh pergaulan disaat mereka sekolah yang tidak terkontrol dan keadaan lingkungan tidak kondusif. Tabel 4.15 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
1 2
Pendapatan
< Rp. 1 juta Rp. 1 juta - > Rp.2juta Jumlah
Menderita TBC Paru (BTA) n % 10 10,5 8 8,6 18 9,6
Gejala TBC Paru (Suspek) n % 85 89,5 85 91,4 170 90,4
Jumlah
n 95 93 188
% 100 100 100
49
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa sampel lebih banyak didapatkan pada pendapatan keluarga < 1.000.000 yaitu sebanyak 95 sampel. Di mana yang menderita TBC paru sebanyak 10 sampel (10,5%) sedangkan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 85 sampel (89,5%). Sedangkan paling sedikit terdapat pada pendapatan keluarga ≥ 2.000.000 sebanyak 93 sampel, dimana yang menderita TBC paru sebanyak 8 sampel (8,6%) dan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 85 sampel (91,4%). Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak adalah pendapatan keluarga yang < 1.000.000 yaitu sebanyak 95 sampel. Berdasarkan instrumen penelitian
alasan yang mendudukung mengapa
pendapatan keluarga yang < 1.000.000 paling banyak karena banyak responden pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai buruh, tani, dan nelayan. Tabel 4.16 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Ventilasi rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
Ventilasi
Menderita TBC Paru (BTA) n %
Gejala TBC Paru (Suspek) n %
Jumlah
n
%
1
Memenuhi syarat
7
8,9
72
91,1
79
100
2
Tidak memenuhi syarat Jumlah
11
10,1
98
89,9
109
100
18
9,6
170
90,4
188
100
50
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa sampel lebih banyak didapatkan pada tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 109 sampel. Di mana yang menderita TBC paru sebanyak 11 (10,1%) sedangkan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 98 sampel (89,9%). Sedangkan paling sedikit terdapat pada ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 79 sampel, di mana yang menderita TBC paru sebanyak 7 sampel (8,9%) dan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 72 sampel (91,1%). Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut ventilasi rumah di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak presentasinya adalah ventilasi yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 10,10% dengan jumlah sampel 11 rumah. Berdasarkan instrumen penelitian alasan yang mendudukung mengapa ventilasi yang tidak memenuhi syarat yang paling banyak dikarenakan oleh pengetahuan masyrakat/responden yang menganggap ventilasi itu tidak dapat menimbulkan penyakit, sehingga mereka acuh dengan hal itu. Tabel 4.17 Distribusi Kejadian TBC Paru Menurut Kebiasaan Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kec. Pagimana Kab. Banggai Tahun 2012 Kejadian TBC Paru No
1 2
Kebiasaan merokok
Ya Tidak Jumlah
Menderita TBC Paru (BTA) n %
Gejala TBC Paru (Suspek) N %
Jumlah
n
%
16
10,1
143
89,9
159
100
2
6,9
27
93,1
29
100
18
9,6
170
90,4
188
100
51
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa yang paling banyak adalah orang yang aktif merokok dengan jumlah sampel 159 orang. Di mana yang menderita TBC paru (BTA) sebanyak 16 orang (10,1%), dan yang tidak menderita sebanyak 143 orang (89,9%).sedangkan yang paling sedikit adalah sampel yang tidak aktif merokok dengan jumlah 29 orang. Yang mana penderita TBC paru berjumlah 2 orang (6,9%), dan 27 orang (93,1%) tidak menderita TBC paru. Hal ini menunjukan bahwa distribusi menurut kebiasaan meokok di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak angka penderita BTA positif adalah sampel yang sering/biasa merokok dengan jumlah 16 orang (10,1%). Berdasarkan instrumen penelitian yang ada di lapangan bahwa hampir semua rata-rata responden yang di wawancarai mengonsumsi rokok baik laki-kai maupun perempuan. 4.3 Pembahasan Dalam penelitian ini ada beberapa karakteristik yg dapat mempengaruhi terjadinya TBC paru yaitu, Umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, kondisi rumah yang tidak sesuai (ventilasi yang tidak memenuhi syarat), dan kebiasaan merokok. Untuk mengetahui gambaran karakteristik dari TBC Paru maka dapat diuraikan:
52
a. Umur Karakteristik umur dapat mempengaruhi kejadian TBC Paru karena semakin tua umur seseorang maka semakin rentan terkena penyakit TBC paru. Faktor umur dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru. Risiko untuk mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memliki daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua. Penyakit TB Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hiduplansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologisseseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB Paru. b. Jenis kelamin 1. Jenis kelamin dapat juga menyebabkan terjadinya penyakit TBC Paru.Di mana hal ini di karenakan oleh faktor kebiasaan merokok pada laki-laki yang hampir dua kali lipat dibandingkan wanita. Penyakit TB Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan (menurut WHO), tetapi sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TBC Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada penelitian ini menunjukan bahwa sampel
53
yang lebih banyak terdistribusi adalah pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 149 sampel. Di mana yang menderita TBC paru sebanyak 13 sampel (8,7%) sedangkan yang suspek TBC paru sebanyak 136 sampel (91,3%). Dan pada jenis kelamin perempuan terdapat 39 sampel, dimana yang menderita TBC paru sebanyak 5 sampel (12,8%) dan yang suspek TBC paru sebanyak 39 sampel (87,2%). Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkansistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB Paru. Berdasarkan instrumen penelitian yang ada bahwa alasan yang mendukung mengapa laki-laki yang banyak dalam hal ini karena laki-laki sebagai kepala rumah tangga lebih banyak beraktivitas di luar sehingga dapat terpapar oleh paparan dari pekerjaan mereka, selain itu diakibatkan juga oleh rokok karena kebanyakan laki-laki yang banyak mengonsumsi rokok. c. Pekerjaan Pekerjaan dapat juga berperan didalam timbulnya penyakit, hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan telah lama diketahui yang saat ini menjadi perhatian utama ahli hyperkes pada dasarnya hubungan terjadi disebabkan oleh 3 hal pokok yaitu: 1. Adanya pekerjaan tertentu dan karena itulah banyak macam penyakit yang di deritanya akan berbeda pula 2. Adanya seleksi ilmiah
54
Dalam memilih pekerjaan secara alamiah sesesampel yang bertubuh lemah secara naluriah berupaya menghindari macam pekerjaan sedangkan sesesampel yang bertubuh kuat bisa melakukan pekerjaan yang berat. 3.
Adanya perbedaan status sosial ekonomi Perbedaan pekerjaan yang dimiliki seseorang menyebabkan terdapat pula
perbedaan status sosial ekonomi yang dimiliki ( Notoatmodjo 2007). Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud yaitu fisik, mental atau sosial pekerja. Kemampuan para kerja berbeda dari satu dengan lainnya yakni pada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh. Pekerjaan dalam penelitian TBC Paru di wilayah kerja puskesmas Pagimana adalah pekerjaan sehari – hari sampel untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan data yang diolah menunjukan bahwa secara keseluruhan terlihat bahwa pekerjaan nelayan yang dominan terkena penyakit TBC Paru.
Hal ini
mungkin disebabkan oleh paparan udara yang dapat mempengaruhi paru-paru ataupun sistem pernapasan. Sehingga memudahkan proses terjadinya infeksi paru seperti TBC. Para ahli berpendapat bahwa polusi udara dari mobil, pabrik dan pembangkit listrik berkontribusi dalam memicu perkembangan kanker paru. Secara global sebanyak 5 persen polusi udara diperkirakan menjadi penyebab kematian akibat kanker paru.
55
Mengenai para penderita TBC paru tidak berhubungan dengan pekerjaan dikarenakan oleh letak atau lokasi pekerjaan yang tidak menandakan pengaruh untuk terdapat bakteri kuman Tuberculosis. Tetapi lingkungan rumah masyarakat yang tidak kondusif, di mana rumah sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana di gunakan sebagai penampungan hasil panen tani mereka, hal ini bisa menyebabkan adanya gangguan sistem pernapasan akibat abu atau bakteri-bakteri yang ada di dalam rumah masyarakat tersebut. d. Pendidikan Pendidikan seseorang tentang TBC paru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan, hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh (Depkes RI, 2002) bahwa tingkat pendidikan yang relatif rendah pada penderita TBC paru menyebabkan keterbatasan informasi tentang gejala dan pengobatan TBC paru. Pendidikan yang rendah tidak menjamin dapat menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap ksesehatan diri dalam hal ini berupa pencegahan terhadap masalah penyakit. Berdasarkan instrumen penelitian alasan yang mendukung mengapa pendidikan terakhir paling banyak SMK/SMA akibat terpaparnya asap rokok yang mereka hirup setiap hari,ini di sebabkan oleh pergaulan disaat mereka sekolah yang tidak terkontrol dan keadaan lingkungan tidak kondusif. Dalam penelitian ini di terdapat juga beberapa faktor yang menyebabkan keterbatasan masyarakat kecamatan Pagimana tentang TBC paru yaitu kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana proses penularan penyakit TBC paru. Hal
56
ini di karenakan kurangnya penyuluhan yang di lakukan pemerintah dan dinas kesehatan tentang bahaya proses penularan penyakit TBC paru dan bahaya TBC paru. e. Pendapatan Pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TBC Paru (Mohammad 2008). Penelitian ini telah menunjukan bahwa pendapatan keluarga sangat erat hubungannya dengan penularan TBC karena pendapatan yang kecil membuat sampel tidak hidup layak dengan memenuhi syarat – syarat kesehatan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga karena kandungan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap sistem daya tahan tubuh dan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TBC Paru.
57
f. Kondisi rumah (Ventilasi) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain‐lain. Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter. Menurut indikator pengawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Luas ventilasi rumah yang < 10 % dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan)akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasikarbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya prose spenguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri‐bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis. Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri‐bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadialiran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkanterhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalamrumah,
58
akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikutterhisap bersama udara pernafasan. Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untu k menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang d iperlukan oleh penghu ni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen d i dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Pada ventilasi rumah di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak presentasinya adalah ventilasi yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 10,10% dengan jumlah sampel 11 rumah pada penderita TBC Paru BTA positif. Berdasarkan instrumen penelitian
alasan yang mendudukung
mengapa ventilasi yang tidak memenuhi syarat yang paling banyak dikarenakan oleh pengetahuan masyrakat/responden yang menganggap ventilasi itu tidak dapat menimbulkan penyakit, sehingga mereka acuh dengan hal itu. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Megawaty Sinale 2011 dengan judul : “Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamakmur Kecamatan Tolanguhula Kabupaten Gorontalo Tahun 2011” yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat
59
mempengaruhi kejadian TBC paru dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan keluarga dan kondisi rumah yang tidak sehat. g. Kebiasaan merokok Rokok adalah penyebab terbesar penyakit paru-paru, untuk prosentasenya sebesar 87%, sedangkan untuk penyebab lain oleh radiasi, arsen, zat asbes, nikel, klorometil eter, gas mustard, kromat dan pancaran oven. Neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker (Yesner,2003). Dari hasil penelitian menurut kebiasaan meokok di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 yang paling banyak angka penderita BTA positif adalah sampel yang sering/biasa merokok dengan jumlah 16 orang (10,1%). Berdasarkan instrumen penelitian yang ada di lapangan bahwa hampir semua ratarata responden yang di wawancarai mengonsumsi rokok baik laki-kai maupun perempuan. Seperti yang sudah dikemukakan di awal bahwa penyebab terbesar adalah merokok. Untuk penyakit kanker paru-paru ini ada pemicu lain terjadinya penyakit ini yaitu penyakit TBC dan pneumonia. Akibat yang dapat timbul adanya kedua penyakit ini yaitu timbulnya perlukaan pada jaringan sel organ paru sehingga di dalam rongga tersebut terjadi pertumbuhan sel abnormal. Kanker paru-paru yang biasanya berkembang dari kasus ini adalah jenis adenocarcinoma (adenoma).