BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1
Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah 767,525 Ha. Saat ini desa Talumopatu terbagi dalam 6 dusun antara lain Dusun Tungo, Dusun Hiyalobohu, Dusun Bintalahe, Dusun Padengo, Dusun Uwabanga, Dusun Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidomukti, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parungi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Musyawarahdan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Iloheluma. Luas wilayah Desa Talumopatu seluruhnya adalah 767,525 Ha. Orbitasi jarak tempuh dari desa ke ibu kota kecamatan 9 Km, jarak ke ibu kota kabupaten 52 Km dan jarak ke ibu kota propinsi 67 Km 1.1.2 Kependudukan Desa Talumopatu di bagi menjadi 6 Dusun dengan jumlah penduduk 1.336 jiwa, terdiri dari laki-laki 716 jiwa (53,60%) perempuan 620 jiwa (46,40%). Jumlah kepala keluarga 372 KK. Data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Talumopatu Tahun 2012 Jumlah
Tingkat Pendidikan TK SD SLTP SLTA PT Jumlah Sumber : Profil Desa Talumopatu
n 25 936 100 160 7 1228
% 2.03 76.22 8.14 13.02 0.58 100,0
Tabel 4.1 menyatakan bahwa jumlah penduduk terbanyak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 936 orang atau 76,22% dari jumlah penduduk keseluruhan 1.336 Jiwa. Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Talumopatu Tahun 2013 Mata pencaharian Petani Buruh tani PNS Pengrajin industri rumah tangga Montir Jumlah Sumber : Profil Desa Talumopatu
Jumlah n 55 45 7 6 1 114
% 48.28 39.47 6.14 5.26 0.88 100,0
Tabel 4.2 menyatakan bahwa distribusi mata pencaharian penduduk Desa Talumopatu yang terbesar adalah Petani sebesar 55 orang atau 48,24%, dari jumlah penduduk keseluruhan 1.336 jiwa. 4.2 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah data dalam bentuk persentase yang meliputi jarak sumur gali dengan sungai dan kualitas air sumur secara fisik dan
bakteriologis. Kualitas air sumur gali secara fisik terdiri dari rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS sedangkan kualitas air sumur gali secara bakteriologis yaitu koliform. Sumur gali yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 sumur.yang ada di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. 4.2.1 Hasil Analisis Univariat 4.2.1.1 Hasil observasi jarak sumur terhadap sungai Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap 20 sumur yang ada di Desa Talumopatu terdapat 13 sumur yang memiliki jarak kurang dari 60,7 meter dan 7 sumur yang memiliki jarak lebih dari 60,7 meter. Penelitian yang dilakukan oleh Isniyati (2004), jarak minimal yang disarankan dalam pembuatan sumur adalah 60,7 meter dari sungai. Ukuran inilah yang menjadi kriteria jarak sumur gali dengan sungai yang memenuhi syarat kesehatan . Data observasi jarak sumur dengan sungai dapat dilihat pada tebel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Distribusi Jarak Sumur Terhadap Sungai di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jarak Sumur dengan Sungai
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Memenuhi syarat (≥ 60,7 meter)
7
35,0
Tidak memenuhi syarat (< 60,7 meter)
13
65,0
Jumlah 20 100,0 Dari tabel 4.3 diatas diperoleh jumlah jarak sumur dengan sungai yang memenuhi syarat 7 sumur (35%), sedangkan jarak sumur dengan sungai yang tidak memenuhi syarat 13 sumur (65%).
4.2.1.2 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Air Sumur Gali Ditinjau Dari Rasa Kualitas air minum dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Sesuai dengan nilai baku mutu dari PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 standar air bersih yang baik yaitu air tidak berasa. Untuk mengetahui kriteria air berasa dapat digunakan indera pengecap. Adapun hasil pengamatan dan pengukuran kualitas air ditinjau dari rasa dicantumkan pada tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas Fisik air (Rasa) Jarak Sumur dengan sungai
Jumlah Sampel
Tidak Memenuhi Syarat (< 60,7 m) Memenuhi Syarat (≥ 60,7 m) Jumlah
Kualitas Fisik air sumur gali (Rasa) Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
n
%
n
%
13
3
23,0
10
77,0
7
0
0,0
7
100,0
20
3
15,0
17
85,0
Berdasarkan tabel 4.4, dari 7 sumur gali yang memenuhi syarat jarak dengan sungai, setelah dilakukan pengujian kualitas air (rasa), semuanya memenuhi syarat (100%) atau airnya tidak berasa. Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, setelah dilakukan pengujian kualitas air (rasa) diperoleh 10 sumur (77%) yang memenuhi syarat atau tidak berasa dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3 sumur (23%). 4.2.1.3 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Air Sumur Gali Ditinjau Dari Bau Sesuai
dengan
nilai
baku
mutu
dari
PERMENKES
RI
No.
416/MENKES/PER/IX/1990 standar air bersih yang baik yaitu air tidak berbau. Untuk mengetahui air berbau yaitu dengan menggunakan indera penciuman. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Adapun hasil pengamatan kualitas air sumur gali ditinjau dari bau air dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4.5 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas Fisik air (Bau) Jarak Sumur dengan sungai
Jumlah Sampel
Kualitas Fisik air sumur gali (Bau) Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat n
%
n
%
Tidak Memenuhi Syarat (< 60,7 m)
13
3
23,0
10
77,0
Memenuhi Syarat (≥ 60,7 m)
7
0
0,0
7
100,0
Jumlah
20
3
15,0
17
85,0
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 7 sumur gali yang memenuhi syarat jarak, semuanya tidak berbau atau 100% memenuhi syarat, Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, diperoleh 10 sumur (77%) yang tidak berbau dan 3 sumur (23%) lainnya berbau atau tidak memenuhi syarat. 4.2.1.4 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Air Sumur Gali Ditinjau Dari Warna Sesuai
dengan
nilai
baku
mutu
dari
PERMENKES
RI
No.
416/MENKES/PER/IX/1990 standar air bersih yang baik yaitu air tidak berwarna. Air berwarna dapat diketahui melalui indera penglihatan. Hasil pengamatan kualitas air sumur gali ditinjau dari warna air dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas Fisik air (Warna) Jarak Sumur dengan sungai
Jumlah Sampel
Kualitas Fisik air sumur gali (Warna) Tidak Memenuhi Syarat n %
Memenuhi Syarat n
%
Tidak Memenuhi Syarat (< 60,7 m)
13
1
8,0
12
92,0
Memenuhi Syarat (≥ 60,7 m) Jumlah
7
0
0,0
7
100,0
20
1
5,0
19
95,0
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 7 sumur gali yang memenuhi syarat jarak, semuanya tidak berwarna atau 100% memenuhi syarat, Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, diperoleh 12 sumur (92%) yang tidak berbau dan 1 sumur (8%) lainnya berbau atau tidak memenuhi syarat. 4.2.1.5 Hasil pengukuran kualitas fisik air sumur gali (Kekeruhan). Kekeruhan pada air dapat disebabkan partikel-partikel tersuspensi seperti lumpur bahan-bahan organik dan tanah liat. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan dilakukan pengukuran menggunakan alat turbidimeter dengan kriteria memenuhi syarat jika kekeruhan air bersih ≤ 25 NTU (Nepnelometrik Turbidity Units). Data hasil pengukuran kekeruhan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas Fisik air (Kekeruhan) Jarak Sumur dengan sungai
Jumlah Sampel
Kualitas Fisik air sumur gali (Kekeruhan) Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat (> 25 NTU) (≤ 25 NTU) n % n %
Tidak Memenuhi Syarat (< 60,7 m)
13
0
0,0
13
100,0
Memenuhi Syarat (≥ 60,7 m)
7
0
0,0
7
100,0
Jumlah
20
0
0,0
20
100,0
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sumur gali yang memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai ≥ 60,7 meter sebanyak 7 sumur dan yang tidak memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai < 60,7 meter sebanyak 13 sumur, setelah dilakukan pengujian kualitas air ditinjau dari kekeruhan dan TDS diperoleh data semuanya memenuhi syarat (100%) 4.2.1.6 Hasil pengukuran kualitas fisik air sumur gali (Total Dissolved Solid). TDS adalah zat padat terlarut dalam air yang ditentukan dengan menggunakan alat TDS (Total Dissolved Solids) meter. Untuk mengetahui Total Dissolved Solid (TDS) digunakan alat ukur TDS (Total Dissolved Solids) meter dengan kriteria memenuhi syarat jika TDS air bersih ≤ 1500 mg/L. Data hasil pengukuran TDS dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas Fisik air (TDS) Jarak Sumur dengan sungai
Jumlah Sampel
Kualitas Fisik air sumur gali (Kekeruhan)
Tidak Memenuhi Syarat (< 60,7 m)
13
0
0,0
13
100,0
Memenuhi Syarat (≥ 60,7 m)
7
0
0,0
7
100,0
Jumlah
20
0
0,0
20
100,0
Tidak Memenuhi Syarat (>1500 mg/L) n %
Memenuhi Syarat (≤ 1500 mg/L.) n %
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 7 sumur gali yang memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai dan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai, setelah dilakukan pengujian kualitas air ditinjau dari kekeruhan tersebut diperoleh data semuanya memenuhi syarat (100%)
4.2.1.7 Hasil pengukuran kualitas bakteriologis air sumur gali (Koliform). Kandungan bakteriologis air adalah kandungan bakteri dalam sumur gali yang menggunakan golongan coli (Coliform total) sebagai indikator. Memenuhi syarat apabila kandungan bakteriologis air sumur ≤ 50/100 mL sampel. Adapun pengukuran dan pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini: Tabel 4.9 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kualitas bakteriologis air (Koliform) Jarak Sumur Jumlah Kualitas Bakteriologis Air dengan sungai Sampel Koliform Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat (> 50/100 mL) (≤ 50/100 mL) N % n % Tidak Memenuhi 13 13 100,0 0 0,0 Syarat (< 60,7 meter) Memenuhi Syarat 7 0 0,0 7 100,0 (≥ 60,7 meter) Jumlah
20
13
65,0
7
35,0
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa dari 7 sumur yang memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai (≥ 60,7 meter), diperoleh hasil pengujian bakteriologis (koliform) sebanyak 7 (100%) sumur atau semuanya memenuhi syarat air bersih. Sedangkan 13 sumur yang tidak memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai (< 60,7 meter), diperoleh hasil pengujian bakteriologis (koliform) sebanyak 13 (100%) sumur atau semuanya tidak memenuhi syarat air bersih. 1.2.2
Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan pengaruh
variabel bebas (jarak sumur gali dengan sungai) dan variabel terikat (kualitas air
yaitu parameter fisik dan parameter bakteriologis). Uji statistik yang digunakan uji statistik Fisher Exact dengan taraf kesalahan α ditetapkan 5% (0,05). 4.2.2.1 Pengaruh Jarak Sumur Gali Dengan Sungai Terhadap Rasa Air Kedekatan sumur gali dengan sungai dapat mempengaruhi kualitas air minum. Air yang rasanya tawar menunjukkan kualitas air yang baik, sedangkan air yang terasa asam, manis, asin, atau pahit menunjukkan kualitas air tersebut tidak baik. Adapun data pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap rasa air dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Rasa Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah Rasa Jarak TMS Jarak (< 60,7 meter) MS Jarak (≥ 60,7 meter) Jumlah
Tidak Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat n % n % 3
23,0
10
77,0
p Value n
%
13
100,0 0,25
0
0,0
7
100,0
7
100,0
17
85,0
3
15,0
20
100,0
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter terdapat 3 sumur yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari rasa air, sedangkan 10 sumur lainnya memenuhi syarat atau tidak berasa. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact
tentang pengaruh jarak
sumur dengan sungai terhadap rasa air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 0,25 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value > 0,05, dengan demikian H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
jarak sumur gali dengan sungai terhadap rasa air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.2.2.2 Pengaruh Jarak Sumur Gali Dengan Sungai Terhadap Bau Air Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air. Hasil analisis pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap bau air dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini: Tabel 4.11 Distribusi Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Bau Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah Bau Jarak TMS Jarak (< 60,7 meter) MS Jarak (≥ 60,7 meter) Jumlah
Tidak Memenuhi Syarat n %
Memenuhi Syarat n %
n
%
p Value
3
23,0
10
77,0
13
100,0
0
0,0
7
100,0
7
100,0
3
15,0
17
85,0
20
100,0
0,25
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter terdapat 3 sumur yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari bau air, sedangkan 10 sumur lainnya memenuhi syarat atau tidak bebau. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact
tentang pengaruh jarak
sumur dengan sungai terhadap rasa air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 0,25 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value > 0,05, dengan demikian H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
jarak sumur gali dengan sungai terhadap bau air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.2.2.3 Pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap warna air Air yang berwarna mengindikasikan mengandung bahan-bahan organik yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning, air buangan dari pabrik, selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain. Hasil perhitungan statistik tentang pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap warna air dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4.12 Data Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Warna Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah Warna Jarak TMS Jarak (< 60,7 meter) MS Jarak (≥ 60,7 meter) Jumlah
Tidak Memenuhi Syarat n % 1
8,0
Memenuhi Syarat n %
n
%
12
13
100,0
92,0
p Value
0,65 0
0,0
7
100,0
7
100,0
1
5,0
19
95,0
20
100,0
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter terdapat 1 sumur yang airnya berwarna, sedangkan 12 sumur lainnya memenuhi syarat atau tidak berwarna. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact tentang pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap warna air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 0,65 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value > 0,05, dengan demikian H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh jarak
sumur gali dengan sungai terhadap warna air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.2.2.4 Pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap kekeruhan air Hasil perhitungan statistik tentang pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap kekeruhan air dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini: Tabel 4.13 Data Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Kekeruhan Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah Kekeruhan Jarak TMS Jarak (< 60,7 meter) MS Jarak (≥ 60,7 meter) Jumlah
Tidak Memenuhi Memenuhi Syarat Syarat (> 25 NTU) (≤ 25 NTU) n % n %
p Value n
%
0
0,0
13
100,0
13
100,0
0
0,0
7
100,0
7
100,0
0
0,0
20
100,0
20
100,0
1
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter, semuanya memenuhi syarat atau airnya tidak keruh. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact
tentang pengaruh jarak
sumur dengan sungai terhadap kekeruhan air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 1 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value > 0,05, hal ini berarti bahwa dari sampel 20 sumur baik yang memenuhi syarat jarak dengan yang tidak memenuhi syarat hasilnya tidak ada airnya yang keruh dengan demikian H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap kekeruhan air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.2.2.5 Pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap TDS air Data hasil analisis pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap TDS (Total Disolved Solid) air sumur dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini: Tabel 4.14 Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap TDS Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah TDS TMS MS Jarak p Value (>1500 mg/L) (≤ 1500 mg/L.) n % n % n % TMS Jarak 0 0,0 13 100,0 13 100,0 (< 60,7 meter) 1 MS Jarak 7 100,0 0 0,0 7 100,0 (≥ 60,7 meter) 20 100,0 0 0,0 20 100,0 Jumlah Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter, semuanya memenuhi syarat atau zat padat terlarut dalam air memenuhi kriteria nilai baku mutu yang diperbolehkan yaitu ≤ 1500 mg/L. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact tentang pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap TDS air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 1 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value > 0,05, hal ini berarti bahwa dari sampel 20 sumur baik yang memenuhi syarat jarak dengan yang tidak memenuhi syarat hasilnya tidak ada zat padat terlarut dalam air sumur dengan demikian H0 diterima atau dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap kekeruhan air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.2.2.6 Pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap bakteriologis (koliform) Jarak pembuatan sumur gali dengan sungai yang disarankan dalam penelitian Isniyati (2004) adalah 60,7 meter dari sungai. Data hasil perhitungan statistik tentang pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap kandungan koliform dalam air dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini: Tabel 4.15 Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Bakteriologis (Koliform) Pada Air Sumur Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Tahun 2013 Jumlah Bakteriologis (Koliform) TMS (> 50/100 MS (≤ 50/100 Jarak p Value mL) mL) n % n % n % TMS (< 60,7 meter)
13
100,0
0
0,0
13
100,0
MS (≥ 60,7 meter)
0
0,0
7
100,0
7
100,0
Jumlah
13
65,0
7
35,0
20
100,0
0,0000129
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 13 sumur yang memiliki jarak dengan sungai < 60,7 meter, semuanya mengandung koliform yang melebihi kadar maksimum yang di perbolehkan yaitu 50/100mL. Perhitungan statistik menggunakan Uji Fisher Exact tentang pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap kandungan koliform air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango, diperoleh nilai p Value adalah 0,0000129 dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) sehingga didapatkan yakni p Value < 0,05, dengan demikian H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
jarak sumur gali dengan sungai terhadap kandungan koliform air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Jarak Sumur Gali dengan Sungai Air sumur adalah air yang diperoleh dari hasil penggalian atau pengeboran tanah. Untuk mendapatkan air sumur biasanya masyarakat membuat sumur gali. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari sumber pencemar disekitar sumur dan salah satunya adalah sungai. Syarat konstruksi pada sumur gali meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali yang dijadikan objek penelitian, memenuhi syarat konstruksi. Dari 20 sumur sebagai sampel yang dipilih semuanya memiliki dinding sumur, bibir sumur dan lantai sumur. Syarat jarak sumur dengan sungai yang menjadi kriteria patokan memenuhi syarat (≥ 60,7 meter) dan tidak memenuhi syarat (< 60,7 meter), (Isniyati, 2004). Hasil observasi yang dilakukan terhadap sumur yang menjadi sampel penelitian diperoleh sumur memenuhi syarat sebanyak 7 sumur (35,0%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 13 sumur (65,0%). Jarak sumur gali dengan sungai dapat berpengaruh terhadap kualitas air sumur. Dari hasil pengujian dan analisa data (lampiran 3) jarak sumur gali dengan sungai dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin jauh jarak sumur gali dengan sungai maka kualitas air sumur semakin baik. Hal ini dapat dibuktikan oleh data yang diperoleh dari 7 sumur gali
(35,0%) yang memiliki jarak dengan sungai ≥ 60,7 meter semuanya memenuhi syarat kualitas air bersih ditinjau dari rasa, bau, warna, kekeruhan, TDS dan koliform. Sedangkan sumur gali yang berjarak < 60,7 meter dari sungai, dari 13 sumur terdapat 1 sumur (8,0%) yang airnya berasa, berbau dan berwana yang memiliki jarak 5,80 meter, 2 sumur (15,4%) yang berasa dan berbau yang memiliki jarak 5,30 m dan 1,5 meter, kekeruhan dan TDS semuanya masih memenuhi syarat dan sumur yang tidak memenuhi syarat kandungan koliform semua sumur yang berjarak kurang dari 60,7 meter. Salah satu faktor mengapa jarak sumur dengan sungai menjadi faktor yang sangat penting dalam pembuatan sumur gali yaitu karena sifat air yang dapat merembes kedalam tanah. Oleh karena itu untuk mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran air sumur dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 60,7 meter dari sumber pencemar dalam hal ini sungai (Isniyati, 2004), lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000). 4.3.2 Kualitas Air Sumur Kualitas air khususnya untuk air minum dan keperluan rumah tangga lainnya (mandi, cuci dan kakus), secara ideal harus memenuhi standar, baik sifat
fisik, kimia maupun mikrobiologinya. Jika kualitas air melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan maupun Keputusan Pemerintah, maka kualitas air tersebut menurun sesuai peruntukkannya, sehingga digolongkan sebagai air tercemar Fardiaz, 1992 dalam (Kurniawan, 2006). Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. 4.3.2.1 Kualitas Fisik Air Sumur Gali (Rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS) Berdasarkan hasil penelitian secara kualitatif terhadap 20 sumur yang memenuhi syarat jarak ≥ 60,7 m yaitu 7 sumur (35,0%), semuanya memenuhi syarat kualitas air ditinjau dari kualitas fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS) dan kualitas bakteriologis (koliform). Sedangkan 13 sumur (65,0%) yang tidak memenuhi syarat jarak < 60,7 m diperoleh 1 sumur (8,0%) yang berasa, berbau dan berwarna dan memiliki jarak 5,80 m dari sungai, 2 sumur (15,4%) yang berasa dan berbau, masing-masing memiliki jarak 1,5 m dan 5,30 m. Penelitian dilapangan untuk mengukur rasa, bau, dan warna di bantu oleh tenaga non ahli 2 orang. Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan dan TDS semuanya memenuhi syarat atau masih memenuhi standar kadar yang diperbolehkan. Hasil pengamatan dan pengukuran tersebut memperlihatkan bahwa pada lokasi sumur yang memiliki jarak 1 – 6 meter, bau dan rasa air sumur gali telah melampaui
ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut PP RI Nomor 82 tahun 2001 untuk air Kelas I yang seharusnya tidak berbau dan tidak berasa. Kandungan koliform sudah melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 50/100mL. Hasil analisis pemeriksaan fisik air berdasarkan rasa, bau, dan warna, terdapat 10 sumur (77%) yang tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai tetapi tidak berasa, berbau dan berwarna, Hal ini disebabkan karena sumur tesebut sudah memiliki konstruksi sumur yang lengkap yang meliputi dinding sumur, lantai sumur, bibir sumur, saluran pembuangan air bekas, dan tidak terdapat sumber pembuangan kotoran disekitar sumur seperti jamban, tempat pembuangan sampah dan sumber pencemar lainnya. Dari 10 sumur tidak satupun yang memiliki jamban dan sumber pengotor lainnnya, disamping itu jaraknya > 11 meter. Hal ini sesuai persyaratan bangunan sumur gali yaitu jarak minimal 11 meter dari sumber pengotor seperti jamban (Waluyo, 2009: 142), sehingga kualitas airnya tergolong baik yaitu tidak berasa, berbau dan berwarna sedangkan untuk 3 sampel (23%) sumur yang berasa, berbau dan berwarna, tidak memiliki syarat konstruksi sumur lainnya seperti lantai sumur dan rata-rata memiliki jarak (5,80 m, 5,30 m, dan 1,5 m) yang sangat dekat dengan sungai. Disamping itu sumur yang berjarak 5,80 meter dari sungai
terdapat
dibawah pepohonan
yang besar sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan warna pada air sumur. Meskipun demikian masyarakat Desa Talumopatu yang memiliki air sumur berasa, berbau dan berwarna tetap menggunakan air tersebut untuk dimasak, karena sebagian kriteria air bersih masih memenuhi syarat.
Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediyaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2002 : 31). Sesuai penelitian tersebut dapat disimpulkan kualitas air sumur di Desa Talumopatu ditinjau dari kekeruhan semuanya memenuhi syarat. Sedangkan TDS air sumur yang ada di desa Talumopatu tidak satupun mengandung zat padat yang melebihi batas normal, hal ini disebakan oleh lokasi penelitian yakni Desa Talumopatu tidak memiliki pabrik-pabrik industri yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air sumur gali karena mengingat limbah-limbah industri tersebut akan menjadi sumber pencemar terhadap sumber air. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 /Menkes/Per/IX/1990 standar nilai baku mutu yaitu 1500mg/L. 4.3.2.2 Kualitas Bakteriologis (koliform) Berdasarkan penelitian
mikroba yang telah dilakukan dari segi jarak
memenuhi syarat semua sampel tidak mengandug Coiliform dan jarak yang tidak memenuhi syarat semuanya mengandung bakteri Coliform. Standar baku mutu air sesuai ketentuan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 Total Bakteri Coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50MPN/100 ml untuk dapat menjadi air yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dipengaruhi kemungkinan adanya mikroba tersebut, karena konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak memiliki lantai, bibir sumur, dinding sumur yang setengah permanen dan umur sumur yang lama. Di
samping itu dekat dengan pembuangan sampah dan semak-semak. Kemungkinan lain adalah memiliki jarak sumur dekat dengan sungai sehingga
air dapat
merembes masuk ke dalam sumur dan mempengaruhi kandungan mikroba air tersebut. Namun demikian masyarakat Desa Talumopatu masih menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari misalnya mandi, mencuci dan memasak. 4.3.3 Pengaruh Jarak Sumur Dengan Sungai Terhadap Kualitas Air Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa dari parameter sumur gali yang meliputi jarak sumur gali dengan sungai dan kualitas air sumur ternyata yang berpengaruh secara signifikan adalah jarak sumur dengan sungai terhadap kandungan bakteriologis (koliform), sedangkan jarak sumur dengan sungai terhadap kualitas fisik yang meliputi rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Isniyati, 2004) bahwa terdapat hubungan jarak sumur gali dengan sumber pencemar (sungai) terhadap kandungan bakteriologis (koliform), sehingga yang disarankan pembuatan sumur gali minimal pada jarak ≥ 60,7 meter. Sedangkan untuk kualitas fisik (rasa,bau, warna, kekeruhan dan TDS) minimal jarak sumur gali dengan sungai berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data 3 sumur yang tidak memenuhi syarat rasa, bau dan warna berjarak 1,5 m, 5,30 m dan 5,80 meter dan 17 sumur lainnya berjarak > 11 meter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak sumur dengan sungai berpengaruh terhadap kualitas air sumur.