BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANKA DAN PANTUN MELAYU
2.1. Tanka 2.1.1. Pengertian Tanka Tanka merupakan karya sastra puisi yang dihasilkan oleh bangsa Jepang yang merupakan salah satu dari beberapa jenis waka ( puisi Jepang ). Tanka merupakan bentuk paling tua dari puisi Jepang selama 1300 tahun. Dari tahun ke tahun, bentuk tanka tetap sama yaitu 31 suku kata. Di Jepang tanka tertulis sebagai satu deret puisi dengan 31 suku kata. Jika dilihat dari huruf kanjinya, kata tanka terdiri dari dua kanji yang berbeda . Masing – masing kanji tersebut dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Tan berasal dari kanji mijika ( 短 ) yang berarti pendek. Ka berasal dari kanji uta ( 歌 ) yang berarti nyanyian atau bisa juga puisi. Akan tetapi, kedua kata tersebut digabungkan sehingga menjadi sebuah kata baru yaitu tanka yang berarti puisi pendek dan kedua kanji yang berbeda tersebut juga digabungkan. Dengan bergabungnya kedua kanji tersebut, maka bunyi katanya juga berubah sehingga menjadi tanka yang makna katanya berarti puisi pendek. Tanka merupakan puisi yang bentuknya didasarkan pada pola suku kata. Pola suku kata tanka terdiri dari lima bagian dan sebagai bentuk terpisah bila diterjemahkan atau diromajikan. Pola suku kata tanka yaitu 5-7-5 / 7-7. Bagian 5-
Universitas Sumatera Utara
7-5 disebut kami-no-ku ( ungkapan bagian atas ) dan 7-7 disebut shimo-no-ku ( ungkapan bagian bawah ). Di ujung abad ke-12, penyair-penyair yang membuat bentuk puisi dalam tiga puluh satu suku kata atau tanka telah mulai menyelidiki dengan teknik-teknik yang sedikit berbeda, seperti membagi puisi-puisi dan gambaran-gambaran mereka ke dalam dua bagian yaitu 5/7/5 dan 7/7 suku kata. Akan tetapi, pola puitis dari suku kata (onji) yang telah meningkat dari abad ke-7 adalah penggunaan dari 5 atau 7 suku kata (onji) untuk satu tanka atau puisi pendek yang terdiri dari 31 onji, yang diatur di dalam bentuk percakapan dari 5-7, 5, dan 7-7. Tanka digunakan dalam suatu kebiasaan yang meliputi alam di dalam mengungkapkan perasaan atau pemikiran, walaupun tidak selalu. Di dalam praktek tradisional, dua bagian pertama (5-7) melukiskan sesuatu yang tentang alam, bagian ketiga sebagai penengah dan dua bentuk akhir menyatakan satu kondisi manusia atau perasaan. Tanka pada masa lampau disebut hanka ( puisi kesimpulan ). Hal ini dikarenakan bentuk 5-7-5-7-7 yang diperoleh merupakan kesimpulan dari satu choka atau merupakan puisi yang mewakili keseluruhan isi suatu choka tetapi jumlah suku katanya tidak sebanyak choka. Biasanya satu choka mempunyai dua perwakilan atau dua hanka atau tanka.
2.1.2. Sejarah Tanka Menurut Japan The Official Guide ( hal.159 ), bahwa dahulu, 17 suku pertama pada tanka yaitu tiga deret pertama dibuat oleh seseorang dan deret
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dibuat orang yang baru. Misalnya, dalam sebuah perkumpulan, seseorang yang hadir memulai acara tersebut dengan merangkai 17 suku pertama dari tanka dan orang yang lain melanjutkannya dengan merangkai 14 suku terakhir yaitu dua deret kata – kata penutupnya sehingga dengan begitu selesailah tanka tersebut. Selain itu, penyair-penyair abad ke-7 pada masa kaisar Saimei mulai menciptakan tanka dan choka yang bentuknya ada sampai saat ini. Di dalamnya terdapat nama tempat yang membangkitkan ingatan dan kata-kata bantal atau makurakotoba ( 枕詞 ). Seiring dengan itu, kesusastraan Cina diperkenalkan di dalam Jepang juga pada abad ke-7. Sebenarnya, pada setengah abad sebelumnya, kesusastraan Cina mulai mempengaruhi kesusastraan Jepang. Sejak masa pemerintahan kaisar Temmu, bangsawan telah membuat beberapa usaha untuk menceriterakan puisi Cina. Huruf Cina merupakan simbol pendidikan dan memiliki nilai tinggi sehingga kebanyakan orang istana berpuisi di dalam bahasa Cina. Karya-karya ini dikumpulkan di dalam Kaifuso yaitu kumpulan puisi Cina yang paling awal dalam perpuisian di Jepang yang diterbitkan pada awal periode Heian. Dalam buku ini puisi kematian dari Pangeran Ōtsu masih ada hingga saat ini. Selanjutnya, tanka juga dihasilkan di dalam Kojiki yang merupakan tulisan paling tua yang muncul pada abad ke-8 yang termasuk dalam literatur Jepang. Ōno Yasumaro ( 太 安 万 侶 ) merupakan orang yang menyusun sejarah dan mitologi Jepang yang disusun di dalam Kojiki. Banyak dari potongan-potongan tanka yang terdapat pada Kojiki berasal dari masa Jepang sebelum mempunyai
Universitas Sumatera Utara
tulisan. Akan tetapi, pada masa Kojiki tersebut telah ada sistem penulisan Jepang yang paling awal dan penting yang juga digunakan dalam manyoshu yaitu manyogana. Sistem penulisan ini digunakan pada masa awal Kojiki (712). Sistem penulisan ini cukup berpengaruh dalam sistem menulis yang bernama kana Manyoshu. Sistem ini menggunakan huruf Cina dalam suatu variasi dari fungsifungsi seperti, pikiran, logografik atau ideografik umum mereka untuk merepresentasikan suku kata Jepang secara fonetis. Penggunaan huruf Cina untuk merepresentasikan suku kata Jepang dalam kenyataannya merupakan asal usul sistem penulisan kana silabis modern, yang disederhanakan menjadi hiragana atau katakana yang berasal dari manyogana. Selanjutnya, buku sejarah paling tua dari Jepang yang selesai dua tahun setelah Kojiki, juga berisi potongan-potongan puisi tanka walaupun sebagian besar puisi yang ada di dalamnya tidak panjang dan tidak mempunyai bentuk yang tetap. Puisi pertama terdokumentasikan di dalam buku kedua ini, dihubungkan dengan satu kami (dewa), yang dinamai Susanoo (須佐之男) yang merupakan adik laki-laki dari Amaterasu. Ketika ia menikahi Puteri Kushinada di propinsi Izumo, ia membuat sebuah waka yang berbentuk tanka yaitu sebagai berikut:
八雲立つ
出雲八重垣
妻籠みに
八重垣作る
その八重垣を
Yakumo tatsu / Izumo yaegaki / Tsuma-gomi ni / Yaegaki tsukuru / Sono yaegaki wo.
Universitas Sumatera Utara
Puisi tersebut adalah waka paling tua dan merupakan puisi tertua yang tertulis dalam bahasa Jepang. Puisi tersebut sangat dipuji dan dihormati karena diciptakan oleh seorang kami (dewa). Buku selanjutnya adalah Nihonshoki yang berisi tentang tokoh-tokoh yang lebih baru dan hal-hal baru selanjutnya (hingga pemerintahan kaisar Temmu) dibandingkan dengan Kojiki. Tema-tema dari waka di dalam Nihonshoki yaitu; cinta, duka cita, sindiran, tangis peperangan, pujian dari kemenangan, teka-teki dan sebagainya. Banyak orang yang berkarya di dalam Kojiki tanpa nama. Sebagian orang di dalamnya berhubungan dengan kami (dewa), permaisuri permaisuri, kaisar - kaisar, jendral-jendral ,bangsawan, masyarakat biasa dan kadang-kadang musuh kerajaan. Kebanyakan karya – karya di dalamnya selalu dihubungkan dengan seorang yaitu kami (dewa) Susanoo. Selanjutnya, pada abad 9 di tahun 710 ibukota Jepang pindah ke Nara sehingga dimulailah periode Nara (710-794). Pada periode Nara, pengaruh Cina mencapai puncaknya. Hal tersebut ditandai dengan dibangunnya sebuah kuil budha yang bernama Todaiji. Selain itu, dibuat patung budha besar atas perintah kaisar Shumu. Pada pertengahan periode Nara tepatnya tahun 760 dihasilkan sebuah buku antologi puisi yang dikenal dengan sebutan manyoshu. Manyoshu terdiri dari 4516 puisi. 4173 puisi berbentuk tanka, 260 puisi berbentuk choka, 62 puisi berbentuk sedoka, 21 puisi berbentuk nagauta. Penyair-penyair penting waka yang juga menghasilkan tanka di dalamnya adalah Otomo No Tabito, Yamanoue No Okura, dan Yamabe No Akahito. Di dalamnya juga banyak penyair-penyair wanita yang sebagian besar menulis puisi-puisi cinta yang berbentuk tanka.
Universitas Sumatera Utara
Penyair-penyair manyoshu yang berasal dari kaum bangsawan dilahirkan di Nara. Akan tetapi, kadang-kadang tinggal atau menempuh perjalanan di propinsi - propinsi lain sebagai birokrat - birokrat kaisar. Penyair-penyair ini menuliskan citraan perjalanan mereka dan emosi mereka yang dinyatakan untuk anak-anak
atau
kekasih-kekasihnya.
Kadang-kadang
puisi-puisi
mereka
mengkritik kegagalan politik pemerintahan atau kekejaman dari pejabat-pejabat lokal. Contohnya, Yamanoue No Okura menulis satu choka yang merupakan sebuah tanya jawab dari dua orang pengemis (貧窮問答歌, Hinkyu mondoka). Dalam puisi ini, dua manusia miskin meratapi hidup mereka yang berasal dari kemiskinan. Choka tersebut disimpulkan dalam sebuah hanka tetapi berbentuk tanka sebagai berikut:
世の中を
憂しとやさしと
おもへども
飛び立ちかねつ
鳥にしあらね
Yononaka wo / ushi to yasashi to / omohe domo / tobitachi kanetsu / tori ni shi araneba. Terjemahan : Aku merasakan hidup adalah / tak tertahankan dan sedih / meskipun demikian / aku tidak bisa pergi melarikan diri / karena aku bukan seekor burung.
Manyoshu tidak hanya berisi puisi-puisi dari kaum bangsawan tetapi juga orang-orang biasa yang tidak dikenal. Puisi-puisi tersebut dinamai Yomibito shirazu yang merupakan puisi-puisi yang pengarangnya tidak dikenal. Selanjutnya, pada periode Heian terlihat banyak tanka. Pada awal periode Heian yaitu awal abad 10 choka menjadi kurang populer karena hasil karya puisi
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk choka menjadi jarang dihasilkan. Oleh karena itu, tanka menjadi bentuk utama dari waka. Tanka menjadi populer di kalangan wanita istana, para bangsawan, dan para pendeta. Sejak itulah istilah umum waka menjadi hampir serupa dengan tanka. nada dari puisi tanka selalu mencerminkan nada kebangsawanan kaisar Jepang dan para selirnya. Pada periode Heian juga terdapat suatu penemuan baru permainan tanka yaitu dengan cara seorang penyair menciptakan separuh dari jumlah suku kata sebuah tanka dan penyair yang lainnya membalasnya dan menyelesaikannya. Permainan ini merupakan tanka kolaboratif yang disebut renga ( puisi yang terhubung atau bersambung ). Bentuk dan peraturan tentang renga berkembang selama masa pertengahan. Pada masa selanjutnya, tanka masih ada pada antologi puisi yang bernama kokinshu yang dibuat pada tahun 950 yang dibuat atas perintah kaisar. Tanka terus berlanjut dan masih ada pada masa Kamakura ( 1185-1336 ) yaitu pada antologi puisi yang bernama shinkokinshu yang dibuat pada permulaan masa tersebut. Keberadaan tanka tampaknya masih banyak digemari oleh penyair Jepang hingga saat ini, bahkan penyair barat juga berusaha membuat puisi dengan bahasa Inggris dalam bentuk tanka.
2.1.3. Syarat Tanka Tanka merupakan sebuah puisi yang bentuknya harus dibangun dari 5 bagian (ku) dengan suku kata (onji) dalam jumlah ganjil yaitu 5 dan 7 suku kata (onji) di dalamnya. Ku pertama 5 onji, ku kedua 7 onji, ku ketiga 5 onji, ku
Universitas Sumatera Utara
keempat 7 onji, ku kelima 7 onji. Tanka ditulis dalam satu garis atau deretan yang tidak diberi tanda baca. Suku kata di dalamnya terdiri atas satu huruf vokal, atau huruf konsonan plus huruf vokal. Selain itu, puisi Jepang hanya mempunyai lima huruf hidup, karenanya puisi Jepang tidak tergantung pada sajak. Tidak ada aksen-aksen tekanan puisi. Sebagai gantinya, puisi Jepang tradisional diberi irama dengan menuliskannya pada suatu pola yaitu 5/7/5/7/7 bagian atau penentuan bunyi, dengan bermacam-macam perhentian nafas yang dibuat ketika membacanya. Perhentian napas untuk tanka ada yang dengan dua jarak terpisah yaitu bagian irama utama yang dipisahkan oleh satu perhentian pertama pada ujung suku kata (onji) ke-12. Setelah itu, irama memulai tugas lagi dan berlanjut hingga akhir puisi. Akan tetapi, menurut Richard MacDonald dalam artikelnya yang berjudul What Is A Tanka (1995), menyatakan bahwa tanka memiliki irama dengan pola – pola berikut : 1. Pola awal irama ini adalah: irama bagian (ku) pertama : 5-7 suku kata (onji) irama bagian (ku) kedua : 5-7-7 suku kata (onji). 2. Kemudian, pola irama dominan berubah ke: irama bagian (ku) pertama : 5-7-5 suku kata (onji) irama bagian (ku) kedua : 7-7 suku kata (onji). 3. Variasi lain ada yang dicoba dan dengan sukses digunakan, seperti : irama bagian (ku) pertama : 5 suku kata (onji) irama bagian (ku) kedua : 7-5 suku kata (onji) irama bagian (ku) ketiga : 7-7 suku kata (onji)
Universitas Sumatera Utara
atau: irama bagian (ku) pertama : 5-7 suku kata (onji) irama bagian (ku) kedua : 5-7 suku kata (onji) irama bagian (ku) ketiga: 7 suku kata (onji).
2.1.4. Jenis – jenis Tanka Tanka diklasifikasikan jenis isinya ada tiga yaitu soumonka, banka, dan zouka. Soumonka merupakan tanka yang isinya tentang cinta.Tanka – tankanya adalah sebagai berikut :
MYS IV: 748 ( www.2001wakaforjapan.com )
Kohishinamu / soko mo onaji zo / nani semu ni / hitöme hito goto / kochitami are semu Terjemahan : Mati disebabkan cinta / itu semua ada / oh, mengapa / perlukah kerlingan dan lidah-lidah dengki / sangat menyakitkan aku
Manyoshu IV: 746 ( www.2001wakaforjapan.com )
ikeru yo ni / wa ha imada mizu / koto taete / kaku omosiroku /
Universitas Sumatera Utara
nuheru fukuro wa Terjemahan : Senja dan dinihari / adalah waktu aku melihat / kekasihku / belum melihatnya seolah-olah aku telah melihatnya bukan / Betapa aku mencintainya.
Selanjutnya, banka adalah tanka yang isinya menceritakan tentang hal – hal yang menyebabkan kesedihan misalnya kematian dan perpisahan dan nasib yang menyedihkan. Tanka – tankanya adalah sebagai berikut :
Manyoshu II: 218 ( www.2001wakaforjapan.com )
Sasanami no / shigatsu no kora ga / makarimichi no / kawase no michi wo / mireba sabusi mo Terjemahan : Koncah-koncah / di Shigatsu, rumah mu, nyonya, / alur perpisahanmu / di antara sungai dangkal / satu pandangan sekilas membawa duka cita
Goshuishu X: 575 Izumi Shikibu ( www.2001wakaforjapan.com )
Naki hito no / kuru yo to kikedo / kimi mo nasi / wa ga sumu yado ya / tamanaki no sato Terjemahan :
Universitas Sumatera Utara
Orang mati / kembali malam ini, aku telah mendengar, namun / kau bukan di sini / dengan nyata ditempat hunianku /
sebuah rumah tanpa jiwa Selanjutnya, zouka adalah tanka yang isinya menceritakan di luar dari isi soumonka dan banka misalnya tentang alam, nasehat, perjalanan, religi, dan sebagainya. Contohnya, pada tanka- tanka dan terjemahan tanka berikut :
Manyoshu III : 318 Sepanjang pantai Tago kami tiba di tanah terbuka dan melihat betapa putih ia kerucut agung gunung Fuji gemerlap diselimuti salju yang baru mengendap ( Mengenal Sastra dan SastrawanJepang,Ajip Rosidi, 1989 ) ( tanka alam )
Manyoshu XX: 4468 ( www.2001wakaforjapan.com )
utsusemi wa / kazu naki mï nari / yama kawa no / sayakeki mitsutsu / michi wo tazune na
Terjemahan : Dunia kita ini / tidak lain adalah sesuatu yang melewati / sebuah arus gunung / kemurnian bersih di dalam tatapanku / aku akan temukan jalan ( tanka religi )
Universitas Sumatera Utara
Manyoshu V : 803 銀も金も玉も何せんにまされる宝子にしかめやも Shirogane mo / kogane mo tama mo / Nanisen ni / masareru takara / konishikame yamo. Terjemahan : Apa guna buatku perak, emas dan permata, tidak ada harta yang lebih mulia dari anak – anak kita. ( tanka nasehat )
Tujuh dari delapan puisi Hitomaro ketika melakukan perjalanan
( www.2001wakaforjapan.com )
tamamo karu / minume wo sugite / natsu kusa nö / noshima ga saki ni / punechikatjukinu Terjemahan : Rumput – rumput laut yang dipanen / ketika melewati Minume / di saat rumput-rumput musim panas subur / ketika berhenti di Noshima / kapalku mendekat ( tanka perjalanan )
2.2. Pantun Melayu 2.2.1. Pengertian Pantun Melayu Pantun Melayu merupakan karya sastra puisi yang dihasilkan oleh suku Melayu yang bentuknya terdiri atas empat baris dan memiliki pola bunyi yang berselang-seling yaitu pola bunyi ab-ab ( bunyi terakhir pada baris pertama a,
Universitas Sumatera Utara
bunyi terakhir pada baris kedua b, bunyi terakhir pada baris ketiga a, dan bunyi terakhir pada baris keempat b ). Biasanya jumlah kata pada tiap-tiap baris adalah empat kata. Dua baris pertama pada pantun Melayu merupakan sampiran dan dua baris terakhir pada pantun Melayu merupakan isi dari pantun Melayu. Selanjutnya, mengenai kata ‘pantun’ itu sendiri. Ada berbagai pendapat mengenai asal dan makna kata ‘pantun’. Ada yang berpendapat bahwa makna pantun sama dengan ‘umpama’. Menurut Zuber Usman, kata pantun berasal dari ‘pa-tuntun’ ( pa-tuntun = penuntun ). Sementara itu, A.A. Navis (1985) dalam bukunya Alam Terkembang Jadi Guru menjelaskan bahwa, perubahan bunyi ‘patuntun’ menjadi ‘pantun’ adalah hal yang lazim dalam bahasa Melayu, seperti halnya kata ‘rumput-rumput’ menjadi ‘rerumput’ dan ‘laki-laki’ menjadi ‘lelaki’. Beberapa pantun Melayu sendiri menunjukkan bahwa kata ‘sepantun’ sama dengan ‘seumpama’.
2.2.2. Syarat Pantun Melayu Pantun Melayu merupakan karya sastra puisi lama dan puisi lama memiliki bentuk terikat. Bentuk terikat tersebut dikarenakan adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menciptakan sebuah pantun Melayu sehingga sebuah puisi yang diciptakan dapat dikatakan atau digolongkan sebagai puisi yang berjeniskan pantun Melayu. Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah puisi agar dapat digolongkan atau dikatakan sebagai sebuah pantun Melayu adalah sebagai berikut : a. Ditulis dalam empat baris
Universitas Sumatera Utara
b. Pola bunyi a-b-a-b. Maksudnya, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama adalah a, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua adalah b, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang ketiga adalah a, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang keempat adalah b. Namun, a-b-a-b tersebut hanya umpama. Maksud yang sebenarnya adalah bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama dan ketiga adalah huruf dengan bunyi yang sama. Selanjutnya, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua dan keempat juga huruf dengan bunyi yang sama. Akan tetapi, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama dan ketiga tidak sama dengan bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua dan keempat. c. Baris pertama dan kedua dijadikan sebagai sampiran dari sebuah pantun Melayu. d. Baris ketiga dan keempat dijadikan sebagai isi dari sebuah pantun Melayu. e. Sebuah pantun Melayu haruslah memiliki irama yang baik. Untuk memenuhi irama yang baik inilah, maka pantun Melayu setiap baris harus terdiri dari 8 suku kata dan tidak lebih dari 12 suku kata. f. Menurut Nyoman Tusthi Eddy ( 1991:102 ), menyatakan bahwa pola irama pantun Melayu bersifat tetap yaitu tiap selesai dua kata ada jeda yang ditandai dengan tanda (/ ) yaitu sebagai berikut :
Orang berbangsi / di rumah buruk Anak tiung / melompat – lompat Cintakan buah / tangisan beruk Seumur hidup / bilakan dapat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Sejarah Pantun Melayu Sejarah pantun Melayu tidak dapat dipisahkan dari sejarah kerajaan Pasai karena pantun Melayu mulai dikenal pada masa sejarah kesusastraan Pasai. Kerajaan Pasai ada pada 1250-1524 M atau tepatnya pada pertengahan abad ke-12 hingga abad ke-15. Pada awalnya, Pasai belum memeluk agam Islam.Akan tetapi, raja pertama Pasai yang bernama Sultan Malik Al Saleh memeluk agama Islam pada akhir abad ke-12.Selanjutnya, pada abad ke-13 seluruh Pasai telah memeluk agama Islam. Pada saat itu pula, Pasai pun dijadikan sebagai pusat perkembangan agama Islam.Dengan dijadikannya Pasai sebagai pusat perkembangan agama Islam, maka terjadilah peralihan kesusastraan Melayu kuno dibawah pengaruh kebudayaan Hindu yang menggunakan huruf pallawa dengan bahasa sansekerta menjadi kesusastraan Melayu Islam dibawah pengaruh kebudayaan Islam yang menggunakan huruf Jawi dengan bahasa Melayu atau dikenal dengan tulisan Arab Melayu. Pada masa kesusastraan Melayu Islam, kaum ulama yang memiliki peranan besar dalam perkembangan kesusastraan serta peranan yang kuat dalam istana. Karya – karya sastra yang dihasilkan sebagian besar selalu berhubungan dengan Islam. Akan tetapi, pada masa sebelum abad ke-15, pantun Melayu belum dikenal. Pada masa sebelum abad ke-15, karya – karya sastra yang dihasilkan berupa silsilah raja Pasai, cerita – cerita hikayat, cerita riwayat nabi, karya agama tentang ajaran dan hukum Islam, puisi lama yang menggunakan bahasa berirama tetapi bukan pantun Melayu.
Universitas Sumatera Utara
Barulah pada abad ke-15 muncul karya sastra yang disebut pantun Melayu. Menurut Winstedt ( 1960,195 ) bahwa, pantun Melayu mulai dikenal dalam kesusastraan Melayu klasik sekitar abad ke-15. Ada sebuah pantun Melayu yang ditemukan pada teks – teks sejarah Melayu yang ditulis oleh Raffles MS 18 yang diterjemahkan oleh Winstedt. Pantun Melayu tersebut adalah sebagai berikut :
Cau Pandan anak Bubunnya Hendak menyerang ka-Malaka Ada cincin berisi bunga Bunga berisi air mata
Akan tetapi, ada peneliti lain yang meneliti setelah Winstedt yaitu Shellabear. Dalam teks – teks sejarah Melayu yaitu cerita Hikayat Raja Pasai yang diterjemahkan oleh Shellabear terdapat lebih banyak lagi pantun – pantun Melayu yang ditemukannya. Pantun - pantun Melayu tersebut adalah sebagai berikut :
Telur itik dari Senggora Pandan terletak dilangkahi Darahnya titik di Singapura Badannya terhantar di Langkawi.
Kota Pahang dimakan api Antara Jali dengan Bintan Bukan kularang kamu berlaki
Universitas Sumatera Utara
Bukan begitu perjanjian.
Tidak hanya itu saja, Shellabear juga menemukan pantun – pantun Melayu dalam teks – teks sejarah Melayu dalam cerita – cerita hikayat lainnya. Dalam cerita Hikayat Si Miskin pantunnya sebagai berikut :
Ayam Wolanda terbang ke Haji Sampai di Haji memakan padi Masuk Serani memakan babi.
Dalam Hikayat Langlang Buana, pantunnya adalah sebagai berikut :
Buah sentul buah kecapi Buahnya ada di dalam serahi Berkat Rasul khatam albani Terimalah apa kiranya kami.
Dalam Hikayat Inderapatera, pantunnya adalah sebagai berikut :
Lebah dikarang di dalam hutan Dibakar lagi ditebang Adakah ingat baginda Sultan Sedang disambar dibawa terbang.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti – peneliti pantun Melayu tersebut menemukan teks – teks pantun Melayu di dalam kitab sejarah Melayu yang menggunakan huruf Jawi. Huruf Jawi merupakan tulisan arab tetapi menggunakan fonetik bahasa Melayu. Diperkirakan huruf ini dikenalkan pada zaman permulaan Islam. Pada saat itu pula kerajaan Pasai menjadi pusat kebudayaan dan kesusastraan Melayu ( 1250 – 1524 M ). Oleh karena itu pantun – pantun Melayu klasik yang dihasilkan banyak ditemukan dari peninggalan – peninggalan kerajaan Pasai dan menggunakan huruf Jawi. Selain Winstedt dan Shellabear, ada peneliti lain sebelumnya yang bernama Overbeck yang meneliti mengenai asal mula pantun Melayu. Menurut Overbeck dalam bukunya ( TheMalay Pantun, 1922 ) bahwa, pantun Melayu berasal dari seloka Hindu mendapat pengaruh India yang terdiri dari empat baris dan delapan suku kata dalam setiap barisnya. Hal itu dikarenakan ia menemukan seloka dalam karya Ramayana dan Sakuntala yang memiliki seni kata seperti pada pantun Melayu. Seloka merupakan bentuk puisi yang terkenal pada masa kejayaan kerajaan Hindu yang telah berkembang lebih dahulu sebelum masuknya Budha dan Islam. Akan tetapi, setelah kedatangan Islam di Indonesia dengan kerajaan Pasai sebagai pusat perkembangannya, maka muncullah suatu karya yang seperti seloka milik Hindu yang disebut pantun Melayu. Seloka terdiri dari 4 baris dengan delapan suku kata tiap baris, mendapat pengaruh dari India, menggunakan huruf pallawa yang sekarang digunakan dalam bahasa sansekerta tetapi pada masa itu digunakan untuk menulis bahasa Melayu kuno. Sementara itu, pantun Melayu
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari 4 baris dengan delapan suku kata tiap baris, mendapat pengaruh dari Arab, menggunakan huruf Jawi yaitu huruf arab dengan fonetik bahasa Melayu. Hal itu semua dikarenakan, setelah masuknya Islam ke Indonesia dengan kerajaan Pasai sebagai pusat perkembangannya, maka runtuhlah kerajaan – kerajaan Hindu dan Budha. Dengan demikian, seluruh peninggalan karya – karya sastra Hindu dan Budha ditulis kembali dengan menggunakan huruf Jawi. Oleh karena itu, muncul hikayat klasik Melayu yang menggunakan motif – motif karya Hindu tetapi ada terdapat pantun Melayu dan pantun – pantun tersebut mengandung unsur – unsur Islam. Selanjutnya, sejarah mengenai bentuk pantun. Menurut Noriah Taslim ( Pantun dan Psikodinamika Kelisanan, www.pantun.usm.com ) bahwa, pantun Melayu pada awalnya berbentuk dua baris ( satu baris sampiran dan satu baris isi ). Akan tetapi, banyak pencipta pantun dahulu merasa bentuk tersebut kurang bisa memberi kebebasan bereksperesi sehingga dibuat bentuk empat baris. Tidak hanya itu saja, para pencipta pantun juga mencoba membuat pantun dalam bentuk enam baris, delapan baris, sepuluh baris, sampai dua belas baris. Akan tetapi, bentuk tersebut dirasakan terlalu susah untuk membuat sebuah pantun agar dapat diingat semua orang sehingga terkenal. Dengan demikian, diputuskanlah bahwa bentuk empat baris adalah yang paling tepat untuk mengatasi kesulitan – kesulitan tersebut.
2.2.4. Jenis - jenis Pantun Melayu Menurut Nursito ( 2000:12-13 ), menyatakan bahwa jenis - jenis pantun Melayu yaitu pantun anak – anak yang terbagi atas pantun duka dan pantun suka,
Universitas Sumatera Utara
Pantun remaja yang terbagi atas pantun cinta, perpisahan, jenaka, teka – teki. Pantun orang tua yang terbagi atas pantun agama, adat, nasehat. Pantun anak – anak pada umumnya bertemakan suka dan duka dalam kehidupan anak – anak. Pantun duka digumamkan pada saat sedih. Pantun suka digumamkan pada saat gembira. Contoh pantun suka dan pantun duka adalah sebagai berikut:
www.melayuonline.com Ramai orang bersorak –sorak Menepuk gendang dengan rebana Alangkah besar hati awak Mendapat baju dan celana.
Sri Mersing lagulah Melayu Dikaranglah oleh pujangga dahulu Hatiku runcing bertambahlah pilu Mengenangkan nasib yatim piatu.
Pantun orang tua digunakan dalam pertemuan – pertemuan adat sebagai selingan dalam berdialog atau berdebat. Selain itu, juga digunakan untuk menasehati anak cucunya. Pantun adat merupakan salah satu jenis pantun Melayu yang isinya tentang suatu hal yang menjadi kebiasaan dan adat – istiadat di dalam kehidupan masyarakat Melayu. Biasanya, di dalam pantun adat itu sendiri terdapat kata ‘adat’. Contohnya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
www.melayuonline.com : Lebat daun bunga tanjung Berbau harum bunga cempaka Adat dijaga pusaka dijunjung Baru terpelihara adat pusaka
Selanjutnya, pantun agama. Isi dari pantun jenis ini tentang hal – hal yang berhubungan dengan agama. Misalnya, tentang hal – hal yang diperintahkan dalam agama dalam agama dan yang dilarang dalam agama. Contohnya sebagai berikut: www.melayuonline.com : Anak ayam turun sepuluh mati seekor tinggal sembilan bangun pagi sembahyang subuh minta ampun kepada Tuhan
Selanjutnya, pantun nasehat. Pantun ini berisikan tentang anjuran atau nasehat yang menurut orang tua zaman dulu sangat bermanfaat dalam menjalani kehidupan bila diterapkan dalam kehidupan. Contohnya pada pantun –pantun Melayu berikut : www.melayuonline.com Anak gajah mandi di sumur Ambil galah dalam perahu Anak muda jangan takabur Cobaan Allah siapa tahu.
Universitas Sumatera Utara
Parang ditetak kebatang sena Belah buluh taruhlah temu Barang dikerja takkan sempurna Bila tak penuh menaruh ilmu.
Selanjutnya, pantun remaja yang bertemakan kehidupan remaja yang banyak didominasi pantun cinta. Isi dari pantun jenis ini mengisahkan tentang perasaan cinta seseorang. Dalam sejarahnya, pantun Melayu digunakan sebagai ekspresi dari seorang pemuda yang jatuh cinta pada seorang wanita dalam kehidupan masyarakat Melayu. Jika pemuda tersebut mengungkapkan pantun sebagai tanda ia suka pada seorang gadis ia juga akan berpantun untuk mengharapkan jawaban dari gadis tersebut apakah gadis tersebut menyukainya atau tidak. Oleh karena itu, gadis tersebut juga harus membalasnya dalam bentuk pantun sebagai jawaban bahwa ia suka dan mau menerima pemuda tersebut atau tidak. Contohnya sebagai berikut:
www.melayuonline.com : Coba-coba menanam mumbang moga-moga tumbuh kelapa coba-coba bertanam sayang moga-moga menjadi cinta
Ada juga pantun remaja yang sifatnya berisikan tentang sesuatu yang sifatnya menghibur . Contohnya, pantun ejekan, teka – teki. Tujuan pantun ini
Universitas Sumatera Utara
hanya untuk sebagai hiburan dan untuk menyenangkan hati. Contohnya pantun – pantun Melayu berikut :
www.melayuonline.com Elok-elok menunggang kuda Tebing bertarah tanahnya licin Elok-elok berbini muda Nasi hangus gulainya masin.
Gunting Cina ada pasaknya Gunting Siantan apa besinya Bunting betina ada anaknya Bunting jantan apa isinya.
Selanjutnya, pantun remaja tentang perpisahan. Pantun ini berisikan tentang perpisahan dan biasa dibawakan ketika sepasang kekasih mau berpisah. Selain itu juga dibawakan ketika menutup suatu acara. Contohnya pantun – pantun berikut : www.melayuonline.com Bunga Cina bunga karangan Tanamlah rapat tepi perigi Adik dimana abang gerangan Bilalah dapat bertemu lagi.
Kalau ada sumur di ladang Bolehlah kita menumpang mandi
Universitas Sumatera Utara