BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, PENCATATAN DAN MOTIF KERAJINAN BALI
2.1.
Tinjauan Umum Hak Cipta
2.1.1. Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukum Hak Cipta Hak cipta merupakan salah satu bentuk hak kekayaan intelektual, dimana hak kekayaan intelektual dibagi menjadi 2 yaitu hak kekayaan industri dan hak cipta. Namun,hak cipta tidak sama dengan hak kekayaan intelektual lainnya, yaitu paten, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, indikasi geografis, dan perlindungan varietas tanaman. “Berbeda halnya dengan hak kekayaan industry yang meliputi hak perlindungan di bidang teknologi dan desain, hak cipta memberikan perlindungan atas ciptaan-ciptaan di bidang seni sastra, dan ilmu pengetahuan”.12 Hak cipta tidak bertujuan untuk memonopoli dalam menciptakan sesuatu, tetapi hak cipta merupakan hak untuk mencegah orang lain melakukan ciptaan yang sama dengan sebuah ciptaan yang telah memiliki hak cipta tersebut. Hukum hak cipta bertujuan melindungi hak pembuat dalam mendistribusikan, menjual, atau membuat turunan dari karya tersebut.Perlindungan di dapatkan oleh pembuat (author) adalah perlindungan terhadap penjiplakan (plagiat) oleh orang lain. Hak cipta sering diasosiasikan sebagai jual beli lisensi. Namun distribusi hak cipta tersebut tidak hanya dalam konteks jual beli, sebab bisa saja sang pembuat karya membuat pernyataan bahwa hasil karyanya bebas dipakai dan didistribusikan.13
12 13
Tim Yustisi, op.cit, h. x. Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, h. 116.
22
23
Pengaturan yang mengatur hak cipta hanya mencakup ciptaan yag berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya,atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili didalam sebuah ciptaan itu. “Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yaitu Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum dan dinamakan Hukum HKI”.14 Hak cipta adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang dimiliki Pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang di hasilkannya. Pengertian Hak Cipta di dalam UU Hak Cipta dapat kita lihat pada pasal 1 angka1 yang menyatakan bahwa “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif, setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Hak cipta memberikan perlindungan secara otomatis berdasarkan deklaratif dan diekspresikan dengan karya nyata yang bisa dilihat, didengar dan dibaca. Jadi hak cipta melindungi ekspresi atas gagasan itu sendiri bukan idenya, sedangkan benda itu sendiri sudah berupa lagu, kaset,perhiasan , karya tulis yang sudah dilindungi oleh hukum lain. “Sebuah karya desain dapat mempunyai status hukum yang berbeda didasarkan pada (WIPO) (Gaid to the Berne Convention) yang isinya menyatakan apabila sebuah negara tidak mempunyai ketentuan
14
Prof.em.Dr. Eddy, 2014, Hukum Hak Cipta,PT. Alumni, Bandung, h. 31.
24
khusus yang melindungi desain model, maka harus selalu melindungi karya terapan sebagai karya seni dengan kata lain dilindungi dengan Undang-Undang Hak Cipta”.15 Beberapa kriteria agar ciptaan dapat dilindungi hak cipta adalah: 1. Harus orisinil yaitu hasil kreativitas pencipta sendiri bukan mengcopy; 2. Ada bentuk nyata atau kongkrit misalnya diekspresikan dalam kertas,audio, ukir, video tipe, kanvas dan lain-lain; 3. Harus terdapat beberapa kreativitas artinya harus dapat diproduksi dengan suatu alat oleh seseorang.16 Mengenai dasar hukum pengaturan hak cipta di Indonesia untuk pertama kali peraturan hak cipta yang berlaku ketika Indonesia merdeka adalah Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, peraturan tersebut merupakan peraturan peninggalan zaman penjajahan Belanda dan diberlakukan sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, bahwa sebelum dibentuk peraturan baru maka peraturan-peraturan yang lama masih tetap diberlakukan. Auteurswet 1912 pada pokoknya mengatur perlindungan hak cipta terhadap ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Negara Indonesia baru mempunyai peraturan hak cipta nasional setelah 37 Tahun Merdeka yaitu dengan dibentuknya Undangundang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak cipta. Dengan berlakunya Undangundang Nomor 6 Tahun 1982 maka Auterswet 1912 dinyatakan tidak berlaku lagi.17 Setelah lima tahun berjalan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat. Kemudian Undang-undang Nomor 7 Tahun
1987
diubah
lagi
menjadi
Undang-undang
Nomor
12
Tahun
1997.“Perkembangan di bidang perdagangan dan industri telah berubah sedemikian pesatnnya sehingga diperlukan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait, maka untuk menjawab perkembangan tersebut diperlukan perubahan kembali Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjadi Undang15
Budi Santoso, 2005, Butir-butir yang Berserakan, Mandar Maju, Bandung, h.70. Ibid., h.154. 17 Gatot Supromo, 2010, Hak Cipta dan Aspek - Aspek Hukumny, Rineka Cipta, Jakarta, h.5. 16
25
undang Nomor 19 Tahun 2002”.18 Seiring berjalannya waktu Undang-undang ini dianggap memiliki kekurangan dan maka dua belas tahun kemudian dilakukan perubahan untuk penyempurnaan mengenai hal-hal yang mencakup perlindungan hak cipta dengan menambahkan mengenai ketentuan perlindungan untuk ekspresi budaya tradisional sehingga oleh karenanya maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang sudah disahkan dan sebagai hukum positif yang menjadi landasan hukum mengenai Hak Cipta. 2.1.2. Pengertian Ciptaan, Karya Cipta, dan Pencipta “Mengenai pengertian ciptaan secara garis besar dapat didefinisikan yaitu ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra”.19 Ada pula pengertian yang menyatakan bahwa ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, dari seseorang pencipta atau beberapa orang secara bersama-sama di mana atas inspirasinya lahir suatu ciptaan, berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan atau keahlian yang di tuangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang mendapat perlindungan hukum.20 Dapat kita lihat dalam UU Hak Cipta yaitu dalam pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa “ Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.” Hak cipta tidak melindungi ide, akan tetapi melindungi ekspresi dari hasil karya cipta tersebut, yang dalam hal ini tidak termasuk metode dan rumus-rumus ilmiah. 18 Djamal, 2009, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia, Pustaka Rema Cipta, Jakarta, h. 6. 19 Budi Agus Riswandi,M.Syamsudin, op.cit, h. 2. 20 Sophar Maru Hutagalung,1994, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya di Dalam Pembangunan, Akademika Pressindo, Jakarta, h.89.
26
Bentuk ekspresi karya cipta di antaranya: a. visual, misalnya gambar, sketsa, lukisan, b. suara, misalnya nyanyian, alat musik, c. tulisan, misalnya tesis, novel, puisi, d. gerakan, misalnya tarian, senam, e. tiga dimensi, misalnya patung, pahatan, ukiran f. multimedia, misalnya film, animasi, program televisi.
Sebagai subjek hak cipta, bisa manusia dan badan hukum. Inilah yang oleh UUHak Cipta dinamakan dengan pencipta. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Hak Cipta bahwa “Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendirisendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”. Sedangkan Pasal 1 angka 4 UU Hak Cipta 2014 menyatakan “Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta”. Berdasarkan penjelasan di atas, pencipta hak cipta otomatis menjadi pemegang hak cipta yang merupakan pemilik hak cipta, sedangkan yang menjadi pemegang hak cipta tidak harus pencipta tetapi bisa juga pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari pencipta atau pemegang hak cipta yang bersangkutan. UUHak Cipta membedakan penggolonggan pencipta hak cipta dalam beberapa kualifikasi, sebagai berikut : 1. Seseorang yakni : a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jendral HAKI;
27
b. Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta; c. Seseorang yang berceramah tidak menggunakan bahan atau secara tidak tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya ; d. Seseorang yang membuat ciptaan dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya atau hubungan dinas berdasarkan pesanan.21 Pasal 31 UUHak Cipta : Kecuali tanpa terbukti sebaliknya yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu orang yang namanya : a. disebut dalam Ciptaan; b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan; c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan dan atau d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta Pasal 32 UUHak Cipta menyatakan “Kecuali tebukti sebaliknya, Orang yang melakukan ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa Pencipta ceramah tersebut dianggap sebagai Pencipta”.
2. Dua orang atau lebih “Jika suatu ciptaan diciptakan oleh beberapa orang, maka yang dianggap sebagai penciptanya : a. Orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan yang bersangkutan atau penghimpunannya; b. Perancang ciptaan yang bersangkutan”.22 Pasal 33 UUHak Cipta 2014 menyatakan : (1) Dalam hak ini Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh atau lebih yang dianggap sebagai Pencipta yaitu
21
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, PT Alumni, Jakarta h.114. 22
Ibid, h. 116
28
Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan. (2) Dalam hal Orang yang memimpinnya dan mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu Orang yang menghimpun Ciptaan dengan tidak mengurangi Hak Cipta masng-masing atas bagian Ciptaannya. Pasal 34 UUHak Cipta menyatakan dalam hal ciptaan dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan pengawasan orang yang merancang Ciptaan. 3. Lembaga atau Instansi Pemerintah Pasal 35 UUHak Ciptamenyatakan : (1) Kecuali diperjanjikan lain Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dibuat oleh Pencipta dalam hubungan dinas, dianggap sebagai Pencipta yaitu instansi pemerintah. (2) Dalam hal Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan secara komersial, Pencipta dan Pemegang Hak Terkait mendapatkan imbalan dalam bentuk Royalti. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Royalti untuk penggunaan secara komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 36 UUHak Cipta2014 menyatakan “Kecuali diperjanjikan lain, pencipta dan pemegang hak cipta atas ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan yaitu pihak yang membuat Ciptaan”. 4. Badan Hukum Pasal 37 UUHak Cipta 2014 menyatakan “Kecuali terbukti sebaliknya, dalam hal badan hukum melakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi atas Ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut seseorang sebagai Pencipta, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu badan hukum”.
29
“Dari pengertian ini dapat dikemukakan bahwa pencipta dapat terdiri satu orang atau lebih. Selanjutnya satu orang atau lebih ini mampu melahirkan ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk yang khas dan pribadi”.23
2.1.3. Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta “Hal yang menarik dari UU Hak Cipta
diantaranya adalah bahwa
perlindunganyangditawarkannya bersifat otomatis, berlaku seketika saat karya yang bisa diberikan hak cipta dibuat”.24Lahirnya Hak cipta pada sekitar abad ke 6 sampai ke 5 sebelum Masehi. Penemuan Pehriad yang nampak bersahaja ini ternyata dalam perkembangan ilmu pengetahuan mempunyai nilai dan makna yang penting sekali. Setelah Pehriad meninggal dunia putranya, Apullus sebagai pewaris penemuan itu hijrah dari Yunani kemudian bermukim di Roma. Di negeri itu ternyata ia memperoleh pengakuan perlindungan dan jaminan dari pemerintah Roma atas hasil karya dan cipta ayahnya itu, untuk setiap penggunaan, penggadaan dan pengumuman dari penemuan Pehriad itu, Apulus memperoleh penghargaan dan jaminan sebagai cerminan dari pengakuan hak tersebut. Honorarium dari penggunaan dan pemakaian titik dipakainya untuk kepentingan pribadinya sebagai ahli waris Pehriad, sedangkan imbalan jasa bagi penggunaan koma diserahkan kembali kepada Pemerintahan Roma pengakuan terhadap hak cipta.25
23 Budi Agus Riswadi, Shabhi Mahmashani, 2009, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual dalam Masyarakat Kreatif, Total Media, Yogyakarta, h. 24. 24 Agus Sardjono, 2010, Hak Kekayaan Intelektual & Pengetahuan Tradisional, Alumni, Bandung, h. 464 25 Ramdlon Naning, 1982, Perihal Hak Cipta Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h.10.
30
Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Istilah hak cipta sebenarnya berasal dari beberapa negara yang menganut common law, yakni copyright, sedangkan di Eropa, seperti Prancis dikenal droit d’ aueteur dan di Jerman sebagai Urherberecht. Di Inggris, penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi penerbit bukan untuk melindungi si pencipta. Namun seiring dengan perkembangan hukum dan teknologi maka perlindungan diberikan kepada pencipta serta cakupan hak cipta diperluas, tidak hanya mencakup bidang buku tetapi drama, musik, artistic work, dan fotografi.26 Perkembangan pengaturan hukum hak cipta sejalan dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat
dewasa
ini,
bahkan
perkembangan
perdagangan
internasional, artinya bahwa konsep hak cipta telah sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk mmelindungi hak-hak si pencipta berkenaan dengan ciptaannya, bukan kepada penerbit lagi. Di sisi lain, demi kepentingan perdagangan, pengaturan hak cipta telah menjadi materi penting dalam TRIPs agreement yang menyatu dalam GATT/WTO. Selain itu konsep hak cipta berkembang menjadi keseimbangan antara kepemilikan pribadi (natural justice) dan kepentingan masyarakat/sosial. Konvensi Berne 1886 tentang International Convention the Protection of Literary and Artistic Work yang telah direvisi beberapa kali merupakan basis perlindungan hak cipta secara International. Selanjutnya timbul gagasan untuk menciptakan hukum secara universal yang dikenal dengan
26 Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intelectual Property Rights Kajian Hukum terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, Katalog Dalam Terbitan (KDT), Bogor, h.1.
31
Universal CopyrightConvention. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne pada tahun 1977. Konvensi Berne pada hakikatnya mensyaratkan negara anggotanya untuk melindungi karya-karya yang diantaranya sebagai berikut : 1. Karya tertulis, seperti halnya buku dan laporan 2. Musik 3. Karya drama dan Koreografi 4. Karya arsitektur 5. Karya sinematografi dan video 6. Karya adaptasi, seperti terjemahan dan aransemen musik 7. Koleksi/kumpulan seperti ensiklopedi Demikian juga terdapat konvensi yang hanya mengatur satu aspek saja misalnya mengenai hal berikut : 1. Perjanjian mengenai perlindungan penyiaran televisi tahun 1960, yakni European Agreement on the Protection Television Broadcast. 2. Konvensi Roma mengenai bidang rekaman tahun 1961, yakni Convention for the Protection of Phonograms Against Unauthorized Duplication of Their Phonograms. 3. Konvensi Roma mengenai hak salinan (neighbouring right) tahun 1961 yakni International Convention Protection for Performers, Producers of Phonograms and Broadecasting Organizations. 4. Agreement for the Protection of Type Faces and Their Internasional Deposit Wina Tahun 1973 5. Agreement Relating to the Distribution of Progeamme Carryin Signal Transmitted by Satellite di Brussel tahun 1974. Dengan selesainya Putaran Uruguay, Indonesia juga telah meratifikasi TRIPs tahun 1997, yang mengatur perlindungan karya melalui hak cipta adalah sebagai berikut : 1. Semua karya yang dilindungi berdasar Konvensi Berne 2. Program komputer 3. Database 4. Pertunjukan baik langsung maupun rekaman 5. Rekaman suara 6. Siaran-siaran.27 Seperti halnya jenis-jenis hak yang lainnya dalam lingkungan Hak Kekayaan Intelektual, Hak cipta dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud yang dapat dialihkan kepada orang lain, baik melalui pewarisan, hibah,
27
Ibid, h.3.
32
wasiat, maupun perjanjian yang terakhir ini dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau lisensi.28 Benda menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik (Pasal 499 KUH Perdata). Sementara itu, kebendaan bergerak menurut sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan. Sebaliknya adalah benda tak bergerak/benda tetap. Hak cipta mengandung pengertian ide dan konsepsi hak milik. Apabila dibandingkan dengan “hak milik” maka hak cipta hanya berlaku selama hidup si pencipta dan 70 (tujuh puluh) tahun sesudah ia meninggal dunia (Pasal 58 ayat 2). Hak cipta adalah hak khusus (esklusif) bagi pencipta, ia dilindungi dalam haknya terhadap siapa saja yang merupakan hak absolut (Pasal 4). Ancaman pidana dalam Pasal 112 pertanda adanya adanya absolut dalam hak cipta. Hak Cipta dapat disimpulkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Hak Cipta adalah Hak Khusus Dari definisi hak cipta dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak khusus diartikan sebagai hak khusus karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/ pemegang hak dan orang lain dilarang menggunakan kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak) dan bahwa orang lain tersebut dikecualikan dari penggunaan hak tersebut. 2. Hak Cipta Berkaitan dengan Kepentingan Umum Seperti telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak khusus yang istimewa. Tetapi ada batasan-batasan tertentu bahwa hak cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat yang juga turut memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum hak cipta atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Contoh seorang mahasiswa boleh memfotokopi sebagaian halaman dari sebuah buku tanpa seizin pengarangnya selama perbuatan tersebut untuk kegiatan
28
Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, h.51.
33
belajar/pendidikan yang bersangkutan dan tidak untuk dikomersialkan. 3. Hak Cipta dapat Beralih Maupun Dialihkan Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik sebagian maupun keseluruhan. (Pasal 16 UUHC) Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu : a. Transfer/assignment : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihak/orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, dan perjanjian jual beli. b. License :merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi. 4. Hak Cipta Dapat Dibagi atau Diperinci Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga normaprinciple of specification dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh: a. Waktu : misalnya lama produksi suatu barang ; b. Jumlah : jumlah produksi barang pertahunnya ; c. Geografis, contohnya sampul bertuliskan “for sale in Indonesia Only”. 29 Dalam hak cipta berisikan hak ekonomi (economi right) dan hak moral (moral right). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk Hak terkait. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun. Walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa hak ekonomi dari hak cipta dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain oleh pencipta. Sedangkan hak moral tidak demikian, hak moral ini tetap mengikuti dan melekat pada diri pencipta walaupun hak ekonomi dari hak cipta tersebut telah beralih atau dialihkan kepada orang lain. Dengan
29
Suyud Margono dan Angkasa Amir, 2002, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Gramedia, Jakarta, h.19.
34
demikian yang dapat beralih atau dialihkan itu hanyalah hak ekonomi saja dari hak cipta, sementara hak moralnya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya.30 Hak ekonomi dalam suatu karya cipta adalah berbagai bentuk hak yang dapat dieksploitasi secara ekonomi dan secara gambalang dapat dikatakan bahwa hak ekonomi merupakan hak yang dapat dipisahkan dari penciptanya, sedangkan hak moral berbeda dengan hak ekonomi, yakni merupakan hak yang tidak dapat dipisahkan dan terus melekat secara substansial kepada penciptanya. Hak moral ini tetap berlaku sekalipun hak ekonomi atas suatu karya cipta sudah dialihkan oleh penciptanya kepada pihak lain. Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi morality seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta atau ahli warisnya jika meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Namun jika pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin penciptanya untuk melaksanankan pengerjaannya. Dalam kaitannya dengan hak moral ini. Pasal 5 UUHC menyatakan : (1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk : a. Tetap mencatumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; 30
Rachmadi Usman, op.cit. h.112.
35
b. c. d. e.
Menggunakan nama aliasnya atau samarannya; Mengubah Ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan Mempertahankan haknya dalam hal terjadi disortasi Ciptaan, mutilasi Ciptaan,modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
(2)
Hak moral sebagaiman dimaksud ayat 1 tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meniggal dunia.
(3)
Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
Dalam penjelasan pasal 5 yang dimaksud dengan “distorsi Ciptaan” adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas Ciptaan. Yang dimaksud dengan “mutilasi Ciptaan“ adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagai Ciptaan.Yang dimaksud dengan “modifikasi Ciptaan” adalah pengubahan atas Ciptaan. Pembatasan terhadap hak cipta berdasarkan Pasal 43 sampai Pasal 51 UU Hak Cipta. Fungsi sosial hak cipta secara efektif akan lebih mudah dilaksanakan melalui mekanisme pelinsensian wajib, daripada mekanisme sebelumnya. Hal itu tidak dilakukan sendiri oleh Negara melainkan untuk perseorangan. Dengan perlisensian wajib tersebut tidak memberi kesan bahwa Negara memberikan kesempatan kepada warganya untuk melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap hak cipta. Objek dalam hak cipta merupakan ciptaan yang dilindungi dalam hak cipta berdasarkan Pasal 40 UU Hak Cipta :
36
(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra terdiri atas : a.
Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. c.
Cermah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya; Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu dan atau music dengan atau tanpa teks; e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim; f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan , gambar, ukiran kaligrafi, seni pahat, patungm atau kolase; g. Karya seni terapan h. Karya arsitektur i. Peta j. Karya seni batik atau motif lain; k. Karya fotografi; l. Potret m. Karya sinemotografi n. Terjemahan, adapatasi aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional o. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer maupun media lainnya; p. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r. Permainan video dan; s. Program komputer. Perlindungan hukum terhadap hak cipta ada beberapa pertimbangan digantinya Undang-Undang 19 Tahun 2002 menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang kini berlaku sebagai berikut : -
Indonesia memiliki keanekaragaman etnis/suku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembanganpengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir keanekaragaman tersebut.
-
Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian Internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan
37
hak cipta pada khususnya yang memerlukan sistem hukum nasionalnya. -
Perkembangan di dunia perdagangan, industri dan investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Perlindungan hukum terhadap hak cipta menurut UU Hak Cipta selain bersifat administratif juga bersifat perdata dan pidana. Dimuatnya hak-hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan perdata ke pengadilan niaga dan apa yang dapat dimintakan dalam gugatan (petitum) merupakan wujud perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak cipta dari pelanggaran-pelanggaran yang bersifat perdata terhadap hak cipta. Meskipun tanpa pengaturan secara khusus, gugatan semacam itu dapat diajukan ke pengadilan negeri dengan menggunakan alasan Pasal 1365 BW. Namun karena kini telah ditentukan secara khusus maka sengketa perdata mengenai hak cipta berdasarkan hukum hak cipta berdasarkan hukum hak cipta menjadi kewenangan pengadilan niaga semata.31 Adapun hasil karya cipta yang tidak dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 41 UU Hak Cipta : Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta melindungi : a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata; b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan, dijelaskan atau digabungkan dalam sebuh ciptaan dan;
31
Adami Chazaawi, 2007, Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektualitas, Bayumedia, Malang, h. 14.
38
c.
Alat , benda atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis atau bentuknya hanya ditunjukkan untuk kebutuhan fungsional. Pasal 42 UU HC 2014 : Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa : a. Hasil rapat terbuka lembaga negara; b. Peraturan perundang-undangan; c. Pidato kenegaraan atau pidato penjabatan pemerintah; d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan e. Kitab suci atau symbol keagamaan Dalam Pasal 43 UUHC dinyatakan : Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Ciptameliputi : a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggandaan lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggadaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama Pemerintahan, Kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyatan pada Ciptaan tersebut atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan penggadaan; c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap ; atau d. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak cipta melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait atau pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pemabuatan dan penyebarluasan tersebut; e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret presiden, Wakil Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga Negara, Pimpinan kementrian/lembaga pemerintah non kementrian,dan atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 44 (1) Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan atau pengubah suatu ciptaan dan atau produk Hak Terkait secara keseluruhan atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan : a. Pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan merugikan kepentingan yang wajar dan Pencipta atau Pemegang Hak cipta;
39
b.
Keamanan serta penyelenggaran, pemerintah, legislatif, dan peradilan; c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan atau; d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dan Pencipta. (2) Fasilitasi akses atau suatu Ciptaan atau peyandangan tuna netra, Penyandang kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca dan atas penggunaan huruf braile, bukan audio atau saran lainnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, kecuali bersifat komersial. (3) Dalam hal Ciptaan berupa karya arsitektur pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta jika dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis. Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas akses terahadap Ciptaan bagi penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan dan keterbatasan dalam membaca dan menggunakan huruf Braille, buku audio atau saran lainnya sebagaimana buku audio, atau sarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.2.
Tinjauan Umum Pencatatan Hak Cipta
2.2.1. Pengertian dan Fungsi Pencatatan Hak Cipta Pencatata hak cipta adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pencipta untuk mencatatkan ciptaannya kepada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta dan timbulnya perlindungan hak cipta di mulai sejak ciptaan ada atau terwujud dan karena pencatatan hak cipta. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang dicatatkanhak cipta maupun yang tidak dicatatkan hak cipta nya tetap dilindungi. Selain itu, Prosedur
40
pencatatan hak cipta dalam Daftar Umum Hak cipta tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud/ bentuk dari ciptaan yang didaftarkan hak cipta nya. Fungsi dari Pencatatanan Hak Cipta yaitu untuk memberikan perlindungan serta kepastian hukum terhadap pencipta atas hasil ciptaan yang ia wujudkan sehingga pencatatan hak cipta mampu memberikan bukti tertulis kepada pencipta
yang
sesungguhnya
untuk
melindungi
dirinya
ketika
terjadi
permasalahan pengklaiman atas ciptaan yang ia ciptakan.
2.2.2. Prinsip Pendaftaran Dalam hal pendaftaran hak kekayaan intelektual terdapat jenis-jenis Prinsip pendaftaran dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Pendaftaran Otomatis Pendaftaran otomatis yaitu pendaftaran yang timbul secara langsung atau otomatis tanpa melakukan pendaftaran terlebih dahulu atas karya ciptanya begitu karya tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk karya cipta nyatasering disebut dengan ( automatically protection). 2. Pendaftaran Deklaratif Pendaftaran deklaratif adalah suatu sistem pendaftaran yang hanya akan menimbulkan suatu dugaan atas kepemilikan hak sebagai pemakai pertama pada objekyang di maksudkan atau di sebut dengan istilah ( first to use principle ). Praktis semua permintaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan pula tidak bertentangan dengan ketertiban umum. 3. Pendaftaran Konstitutif Pendaftaran konstitutif adalah suatu sistem pendaftaran yang akan menimbulkan suatu hak kepada seseorang karena seseorang yang dimaksud tersebut merupakan pendaftar pertama atas objek yang di maksudkan atau disebut dengan istilah ( first to file principle ). Jadi
41
diselidiki dulu barunya suatu pendapatn dan kalau ternyata benar kemudian diberikan hak .32 Jadi melihat pada pengertian prinsip pendaftaran deklaratif dan konstitutif maka prinsip pendaftaran deklaratif dianggap kurang menjamin kepastian hukum,lalu dapat menimbulkan halangan dan permasalahan dalam bidang usaha karena perlindungan hukumnya hanya mendasar kepada orang yang menggunakan terlebih dahulu. Sehingga prinsip konstitutiflah yang sering di terapkan untuk memberikan kepastian hukum atas hak suatu objek yang dimaksudkan karena telah dilakukan pendaftaran pertama .
2.3.
Tinjauan Umum Motif Kerajinan Bali
2.3.1.1. Pengertian Motif Sebelum menjelaskan bagaimanakah pengertian dari Motif kerajinan maka dapat dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari Motif. Motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen. Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan suatu karya ornamen. Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias majapahit, jepara, bali, mataram dan lainlain.singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif. 2.3.1.1. Jenis-Jenis Motif Selanjutnya Corak dari motif ini dapat dibagi menjadi berikut: 1. Motif primitif 32
Adrian Sutedi, loc.cit.
42
2. Motif Klasik 3. Motif Tradisional 4. Motif Modern atau Kontemporer Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesiakerajinan dijelaskan suatu hal yang bersifat rajin, kegetolan dalam kegiatan yang bersifat rutinitas yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dikerjakan dengan mengandalkan keutamaan pada keterampilan tangan, bukan pada mesin . Seni kerajinan merupakan bagian dari seni rupa yang memiliki nilai guna praktis, yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga terjadi pergeseran nilai yang juga disesuaikan dengan kebutuhan pemakai yakni masyarakat. Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan kerajinan tangan adalah jenis kesenian yang menghasilkan atau memproduksi berbagai jenis barang hiasan yang terbuat dari kayu, rotan, tulang, gading, porselin, perak dan sebagainya . Begitu pula
dalam
proses
penciptaannya,
perajin
harus
terlebih
dahulu
mempertimbangkan aspek kegunaan dalam rancangan disain, sebab nilai kepraktisan yang menjadi tujuan utama seni terapan. Maka yang dimaksud dengan kerajinan dalam hal ini, adalah aktivitas yang dilakukan seseorang, dikerjakan dengan keutamaan pada keterampilan tangan, dalam menciptakan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan material tertentu. Jadi yang dimaksud dengan Motif Kerajinan adalah bentuk dasar yang memiliki beberapa jenis dan corak ragam hias untuk digunakan dalam menciptakan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan material tertentu.
2.3.2. Pengertian Motif Kontemporer dan Motif Tradisional
43
2.3.2.1.Motif Kontemporer Menurut Bapak Drs. Made Suparta,M.Hum
sebagai Dosen Kriya di
Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar bertempat di Jalan Nusa Indah , Denpasar- Bali (hasil wawancara tanggal 15 Februari 2016) menjelaskan bahwa motif kontemporer yaitu karya seni yang merupakan hasil kreasi atau ciptaan seniman gabungan dari beberapa motif untuk menemukan motif terakhir yang baru tidak mengambil seutuhnya dari kaidah-kaidah tradisi, klasik atau primitif. Motif ini bersifat individu serta lebih banyak kepengembangan lalu melakukan reformasi unsur dan bentuk. Proses dan terciptanya seni ornamen modern terkadang bertolak atau mengambil inspirasi dari seni primitif atau tradisional atau merupakan hasil inovasi/kreativitas seniman secara pribadi, sehingga karya yang tercipta merupakan cerminan pribadi senimannya. Adanya berbagai corak dalam seni ornamen bukan berarti antara corak yang satu dengan yang lainnya mempunyai nilai estetis atau nilai kegunaan lebih tinggi atau lebih rendah, karena masing-masing corak memiliki keunggulan karakter, ciri, dan nilai estetika tersendiri,
perbedaan
corak
tersebut
hanya
berdasarkan
pada
periode
perkembangan, tampilan fisik, dan sifat penciptaannya. Sedangkan menyangkut kegunaan dan nilai estetis pada dasarnya adalah sama. Adanya anggapan bahwa suatu corak lebih baik dari corak lainnya semata-mata karena selera individu.
2.3.2.2.Motif Tradisional Motif tradisional merupakan gambaran dari beberapa bentuk yang di stilirisasi atau di gayakan oleh seniman menjadi sebuah bentuk. Secara umum di gunakan menghias bidang, ruang atau benda. ragam hias yang berkembang
44
ditengah-tengah masyarakat secara turun-temurun, dan tetap digemari dan dilestarikan sebagai sesuatu yang dapat memberi manfaat (keindahan) bagi kehidupan, dari masa ke masa. Motif tradisonal mungkin berasal dari seni klasik atau seni primitif, namun setelah mendapat pengolahan-pengolahan tertentu, dilestarikan kemanfaatannya demi memenuhi kebutuhan, khususnya dalam hal kebutuhan estetis. Oleh sebab itu corak seni ornamen tradisional merupakan pembauran dari seni klasik dan primitif. Hasil atau wujud dari pembauran tersebut tergantung dari sumber mana yang lebih kuat yang akan memberi kesan/corak yang lebih dominan. Misalnya motif tradisonal Majapahit, Bali, Jogyakarta, Pekalongan beberapa daerah lainnya lebih dominan bersumber pada corak motif klasik, sedangkan motif tradisional Irian jaya, toraja, motif suku dayak dan motif Kalimantan corak primitifnya lebih menonjol. Ornamen tradisonal bersifat kolektifmenurut Bapak Drs. Made Suparta,M.Hum( hasil wawancara tanggal 15 Februari 2016).
2.3.3. Ruang Lingkup dan Perlindungan Motif Kontemporer dan Motif Tradisional Jika dilihat berdasarkan urutan tahun berkembangnya motif di Bali maka motif kontemporer atau modern berada di susunan paling akhir dari tahap–tahap perkembangan yang berawal dari pimitif. Sedangkan motif tradisional memiliki urutan sebelum adanya motif kontemporer atau modern. Jenis-jenis motif kontemporer dan tradisional yaitu: a) Motif Geometris.
45
Motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk meander, swastika, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-lain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada berbagai tempat dan berbagai teknik, (digambar, dipahat, dicetak) b) Motif tumbuh-tumbuhan. Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang
dijadikan
lingkungan
obyek/inspirasi
(alam,
sosial,
juga
dan
berbeda
tergantung
kepercayaan
pada
dari waktu
tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya. c) Motif binatang. Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang
46
terkadang hanya diambil pada bagian tertentu ( tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dll. d) Motif manusia. Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan.
e) Motif gunung, air, awan, batu-batuan dan lain-lain. Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dll, dalm penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika. misalnya motif bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut. f) Motif Kreasi/ khayalan Yaitu bentuk-bentuk ciptaan yang tidak terdapat pada alam nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain. Bentuk ragam hias khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya, motif mengambil sumber ide diluar dunia nyata. Contoh motif ini adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya.
47
Perlindungan Motif Kontemporer dan Motif Tradisional Bali dapat dlihat pada penjelasan pasal 38 ayat (1) UU Hak Cipta baik seni music, tari, seni rupa yang berbahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, dan tekstil. Salah satu karya cipta masyarakat Bali adalah motif ornamen yang dapat ditemukan pada bangunan dan hasil karya kerajinan. Motif ornamen Bali adalah motif hias yang telah diungkapkan, diukir,ditatah, di gambar dan lain-lainnya.33 Dari beberapa macam yang telah disebutkan ciri khas yang sangat menonjol yaitu karya seni motif kontemporer dan tradisional. Selanjutnya melihat pada ketentuan pasal 40 ayat (1) huruf j UU Hak Cipta mengatur mengenai “ Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas karya seni batik atau motif lain”. Maksud dari karya seni motif lain ini yaitu bisa motif yang bersifat kontemporer atau pun tradisional lalu diwujudkan dengan bahan yang di inginkan
2.3.4. Bentuk Motif Kontemporer dan Motif Tradisional 2.3.4.1.Bentuk Motif Kontemporer 1. Motif capung dalam berbagai macam perhiasan
33
Made Rinu, 2005, loc.cit.
48
49
2. Motif sudhanalaya
50
3. Motif canang
2.3.4.2 Bentuk Motif Tradisional Bali
51
Bentuk dan motif ornamen Bali yang diungkapkan sebagai hias dalam benda-benda seni bangunan, sarana upacara, benda-benda kerajinan sebagai berikut : 1. FLORA Bentuknya yang mendekati keadaan sebenarnya ditampilkan sebagai latar belakang hiasan-hiasan bidang dalam bentuk hiasan atau pahatan relief. Ceriteraceritera pewayangan, legenda dan kepercayaan, yang dituangkan ke dalam lukisan atau pahatan relief umumnya dilengkapi dengan latar belakang berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang menunjang penampilannya. Berbagai macam flora yang ditampilkan sebagai hiasan dalam bentuk simbolis atau pendekatan bentuk-bentuk tumbuh-tumbuhan dipolakan dalam bentuk-bentuk pepatraan dengan macam-macam ungkapan masing-masing. Ragam hias atau motif yang dikenakan pada bagian-bagian bangunan atau peralatan dan perlengkapan bangunan dari jenis-jenis flora dinamakan sesuai jenis dan keadaannya. 1. Keketusan Mengambil sebagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan yang dipolakan berulang dengan pengolahan untuk memperindah penonjolannya. Keketusan wangga melukiskan bunga-bunga besar yang mekar dari jenis berdaun lebar dengan lengkung-lengkung keindahan. Keketusan wangga umumnya ditatahkan pada bidang-bidang luas atau peperadaan lukisan cat perada warna emas pada lembar-lembar kain hiasan. Keketusan bunga tuwung, hiasan berpola bunga terung dipolakan dalam bentuk liku-liku segi banyak berulang atau bertumpuk menyerupai bentuk bunga terung. Keketusan bun-bunan, hiasan berpola tumbuhtumbuhan jalar atau jalar bersulur, memperlihatkan jajar-jajar jalaran dan sulursulur di sela-sela bunga-bunga dan dedaunan.34 Keketusan berasal dari kata ketus yang artinya mencabut atau memetik, mendapat awalan ke yang menunjukan sifat kebendaan dan akhiran an yang menunjukkan lebih dari satu. Kekatusan artinya hiasan yang diambil atau dipetik dari bagian-bagian tertentu baik tumbuh-tumbuhan, hewan, benda-benda lainnya yang jumlahnya lebih dari satu. Motif-motif kekatusan sebagai berikut : a.
34
Kakul-kakulan
Glebet I Nyoman, 1986, Arsitektur Tradisional Daerah Bali, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Bali, h.331.
52
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Kakul-kakulan merupakan petikan dari stilisasi dari bentuk binatang siput (kakul)bentuknya bulat (pula lingkaran) dibuat berulang-ulang dan diberikan garis melingkar seperti bentuk bagian belakag siput. Batuan Timun Motif batuan timun merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk bijibijian buah mentimun dan disela-selanya diberikan stilasi daun dan bungan serta garisnya. Tiap ujung batuan timun dirangkaikan dengan ujung bijian yang satu dengan ujung biji yang lain sedemikian rupa dan sangat ritmis. Mas-masan Motif mas-masan merupakan motif petikan dan stilisasi dari bentuk bunga dengan garisnya. Bibih Ingka Bibih ingka merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk ingka (tempat makan) yang dibuat dari rajutan lidi daun kelapa yang bentuknya sangat artistik. Rerantaian Rerantaian adalah petikan dan stilisasi dari bentuk rantai yang merupakan jalinan dari hubungan-hubungan mata rantai satu dengan bagaian lainnnya yang sangat ritmis. Bebatuan (batu-batuan) Motif bebatuanmerupakan stilisasi dari bentuk batu kali yang digayakan ke dalam motif hiasan yang artistik motif ini dibuat bervariasi ada yang lebih besar, kecil dan dua sisi batu yang dapat dikombinasikan dengan motif daun-daunnan dan bunga-bungaan lainnya sehingga harmonis. Ganggong-gangggongan Motif ganggong-ganggongan merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk tumbuhan ganggong atau sejenis daun-daunan dalam air yang diulang-ulang dan memanjang. Kuta Mesir Kuta mesir merupakan petikan stilisasi yang rangkaian memanjang dari bentuk patah-patahan garis geometris yang menyerupai bentuk huruf T yang diulang-ulang. Tali Ikut Motif tali ikut merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk dua tiga jalinan tali (ulat tali) yang dibelit-belitkan satu lainnya pada hiasan yang sangat ritmis. Pidpid-pidpidan Motif pidpid-pidpidan merupakan petikakn dan setilisasi dari bentuk tumbuh-tumbuhan (daun pakis) yang diolah oleh seniman secara kreatif sehingga menjadi suatu motif yang sangat menarik. Sulur Picung
53
Motif sulur picung merupakan petikkan dan stilisasi dari tumbuhtumbuhan picung (sejenis tumbuh-umbuhan merambat).35 2. Kekarangan. Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan atau rancangan yang berusaha mendekati bentuk-bentuk flora yang ada dengan penekanan pada bagian-bagian keindahan. Karang simbar, suatu hiasan rancangan yang mendekati atau serupa dengan tumbuh-tumbuhan lekar dengan daun terurai ke bawah yang namanya simbar manjangan. Karang simbar dipakai untuk hiasan-hiasan sudut bebaturan di bagian atas pada pasangan batu atau tatahan kertas pada bangunan bade wadah, bukur atau hiasan-hiasan sementara lainnya. Karang bunga, suatu hiasan rancangan yang berbentuk bunga dengan kelopak dan seberkas daun yang juga digunakan untuk hiasan sudut-sudut bebaturan atau hiasan penjolan bidang-bidang. Karang suring, suatu hiasan yang menyerupai serumpun perdu dalam bentuk kubus yang difungsikan untuk sendi alas tiang tugeh yang dalam bentuk lain dipakai singa bersayap atau garuda. Karangan suring yang diukir dalamdalam, memungkinkan karena tiang tugeh bebas beban. Bentuk-bentuk karangan yang lain mengambil bentuk-bentuk binatang atau jenis fauna yang dikarang keindahannya. 3. Pepatraan. Mewujudkan gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-patern yang disebut Patra atau Pepatraan. Pepatraan yang juga banyak didasarkan pada bentuk-bentuk keindahan flora menamai pepatraan dengan jenis flora yang diwujudkan Pepatraan yang memakai nama yang memungkinkan kemungkinan negara asalnya ada pula yang merupakan perwujudan jenis-jenis flora tertentu. Ragam hias yang tergolong pepatraan merupakan pola yang berulang yang dapat pula diwujudkan dalam pola berkembang. Masing-masing Patra memiliki identitas yang kuat untuk penampilannya sehingga mudah diketahui. Dalam penterapannya dapat bervariasi sesuai kreasi masing-masing seniman Sangging yang merancang tanpa meninggalkan pakem-pakem identitasnya. Patra Wangga Kembang mekar atau kuncup dengan daun-daun lebar divariasi lengkung-lengkung keserasian yang harmonis. Batang-batang bersulur di sela-sela bawah bunga dan daun-daun. Patra Wangga juga tergolong keketusan yang merupakan sebagian dari suatu flora dengan penampilan bagian-bagian keindahannya. - Patra Sari Bentuknya menyerupa flora dari jenis berbatang jalar melingkar-lingkar timbal balik berulang. Penonjolan sari bunga merupakan identitas pengenal sesuai namanya, Patra sari. Daun-daun dan bunga-bunga dilukiskan dalam patern-patern yang diperindah. Patra sari dapat digunakan pada bidang-bidang lebar atas, dan umumnya untuk bidang-bidang sempit tidak banyak dapat divariasi 35
Made Rinu, 2005, op.cit, h.18.
54
-
-
-
-
-
-
karena lingkar-lingkar batang jalar, daun-daun sari kelopak dan daun bunga merupakan pola-pola tetap sebagai identitas. Patra Bun-bunan Dapat bervariasi dalam berbagai jenis flora yang tergolong bun-bunan (tumbuh-tumbuhan berbatang jalar). Dipolakan berulang antara daun dan bunga dirangkai batang jalar. Dapat pula divariasi dengan julur-julur dari batang jalar. Patra Pidpid Juga melukiskan flora dari jenis daun bertulang tengah dengan daun-daun simetris yang dapat bervariasi sesuai dengan jenis daun yang dilukiskan penempatannya pada bidang-bidang sempit. Patra Punggel Mengambil bentuk dasar liking paku, sejenis flora dengan lengkung-lengkung daun muda pohon paku. Bagian-bagiannya ada yang disebut batun poh, kuping guling, util sebagai identitas Patra Punggel. Pola patern patra punggel merupakan pengulangan dengan lengkung timbal balik atau searah pada gegodeg hiasan sudut-sudut atap bangunan.Dapat pula dengn pola mengembang untuk bidangbidang lebar atau bervariasi/combinasi dengan patra lainnya. Patra Punggel merupakan patra yang paling banyak digunakan. Selain bentuknya yang murni sebagai Patra Punggel utuh, Patra punggel umumnya melengkapi segala bentuk kekarangan (patra-patra dari jenis fauna) sebagai hiasan bagian (lidah naga/patra punggel apiapian), ekor singa, dan hiasan-hiasan pelengkap. Untuk patra tunggal puncak atap yang disebut Bantala pada atap yang bukan berpuncak satu. Untuk hiasan atap berpuncak satu. Untuk hiasan atap berpuncak satu dipakai bentuk Murdha dengan motif-motif Kusuma Tirtha Amertha Murdha Bajra yang masing-masing juga dilengkapi dengan patra punggel sebagai hiasan bagian dari Karang Goak di sudut-sudut alas Murdha. Patra Samblung Pohon jalar dengan daun-daun lebar dipolakan dalam bentuk patern yang disebut Patra Samblung. Ujung-ujung pohon jalar melengkung dengan kelopak daun dan daun-daun dihias lengkunglengkung harmonis. Serupa dengan Patra Samblung ada patra Olanda, Patra Cina, Patra Bali masing-masing dengan nama kemungkinan negara asalnya. Ada pula patra Banci yang bervariasi dari gabungan patra yang dirangkai dalam satu kesatuan serasi dengan mewujudkan identitas baru. Patra Pae Mengambil bentuk tumbuh-tumbuhan sejenis kapu-kapu yang dipolakan berulang dalam deretan memanjang. Patra Ganggong
55
Menyerupai bentuk tumbuh-tumbuhan ganggang air yang dipolakan dalam bentuk berulang berjajar memanjang. Patra Batun Timun Bentuk dasar serupa biji mentimun yang dipolakan dalam susunan diagonal berulang. Sela-sela susunan dihias dengan bentukbentuk patra mas-masan setengah bidang. Patra Sulur Melukiskan pohon jalar jenis beruas-ruas dengan daun-daun sulur bercabang-cabang tersusun berulang. Patra sulur dipolakan pula dalam bentuk tiga jalur batang jalar teranyam berulang. Patra bun dengan motif. Mengambil bentuk dasar yang menyerupai patra wangga patra punggel patra Sari, patra Samblung. Bentuk-bentuk dasar divariasi dengan motif-motif ceritera pewayangan, ceritera rakyat, ceritera dari dunia fauna atau dengan gabungan beberapa patra yang disesuaikan.36
-
-
-
2. FAUNA “ Seperti halnya ragam hias atau motif flora, adaptasi motif fauna juga menyerupai keadaan sebenarnya. Biasanya dilengkapi dengan motif flora yang disesuaikan. Pada patung-patung hiasan, umumnya mengambil jenis kera dalamcerita Ramayana.Patung souvenir banyak mengambil jenis garuda, naga, harimau, singa, kuda, kera, sapi, dan berbagai jenis binatang ternak lain”.37 Ukiran fauna pada bidang-bidang relief di dinding, panil atau bidangbidang ukiran lainnya umumnya menterap-kan cerita-cerita rakyat legenda tantri dari dunia binatang. Penampilan fauna dalam bentuk-bentuk patung-patung bercorak expresionis pada kekarangan bercorak abstrak dan realis pada relief. Fauna sebagai hiasan dan juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual ditampilkan dalam bentuk-bentuk patung yang disebut Pratima, patung sebagai bagian dari bangunan berben-tuk Bedawang N ala. Fauna sebagai corak magic, lengkap de-
36 37
I Nyoman Glebet, op.cit, h.332. Arrafiani, 2012, Rumah Etnik Bali, Griya Kreasi, Jakarta, h. 58.
56
ngan huruf-huruf simbol mentra-mentra. Fauna sebagai elemen bangunan yang juga berfungsi sebagai ragam hiasan dikenakan sebagai sendi alas tiang dengan bentuk-bentuk Garuda, singa bersayap atau bentuk-bentuk lainnya. Ragam hias dari jenis-jenis fauna ditampilkan sebagai materi hiasan dalam berbagai macam dengan namanya masing-masing. Bentuk-bentuk penampilannya berupa patung, kekarangan atau relief-relief yang dilengkapi pepatraan dari berbagai jenis flora. 1. Kekarangan. Penampilannya expresionis, meninggalkan bentuk sebenarnya dari fauna yang diexpresikan secara abstrak. Kekarangan yang mengambil bentuk-bentuk binatang gajah atau asti, burung goak dan binatang-binatang khayal primitif lainnya dinamai dengan nama-nama binatang yang dijadikan bentuknya. - Karang Boma Berbentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher keatas lengkap dengan hiasan dan mahkota, diturunkan dari cerita Baomantaka. Karang Boraa ada yang tanpa tangan ada pula yang lengkap dengan tangan dari pergelangan ke arah jari dengan jari-jari mekar. Karang Boma umumnya dilengkapi dengan patra bun-bunan atau patra punggel. Di tempatkan sebagai hiasan di atas lubang pintu dari Kori Agung atau pada Bade wadah dan di beberapa tempat sebagai hiasan elemen lepas seperti papan namadi meja, papan hiasan gamelan dan bentuk-bentuk hiasan serupa. - Karang Sae Berbentuk kepala kelelawar raksasa seakan bertanduk dengan gigi-gigi runcing. Karang sae umumnya dilengkapi dengan tangantangan seperti pada karang boma. Penampilannya dilengkapi dengan hiasan flora patra punggel dan patra bun-bunan. Hiasan karang sae ditempatkan diatas pintu Kori atau pintu rumah tinggal dan juga pada beberapa tempat lainnya. - Karang Asti Disebut pula karang gajah karena asti adalah gajah. Bentuknya mengambil bentuk gajah yang di-abstrakkan sesuai dengan seni hias yang diexpresikan dengan bentuk kekarangan. Karang asti yang melukiskan kepala gajah dengan belalai dan taring gadingnya bermata bulat. Hiasan flora Patra Punggel melengkapi kearah sisi pipi asti. Sesuai kehidupannya gajah di tanah karang asti ditempatkan sebagai hiasan pada sudut-sudut bebaturan di bagian bawah. - Karang Goak Bentuknya menyerupai kepala burung gagak atau goak. Disebut pula karang manuk karena serupa pula dengan kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya. Kamng goak dengan paruh atas bertaring dan gigi-gigi runcing mata bulat. Sesuai dengan kehidupan manuk atau gagak sebagai binatang bersayap, hiasan Karangmanuk
57
yang juga disebut Karang Goak ditempatkan pada sudut-sudut bebaturan di bagian atas. Karang Goak sebagai hiasan bagian pipi dan kepalanya dilengkapi dengan hiasan patra punggel. Karang Goak umumnya disatukan dengan karang Simbar dari jenis flora yang ditempatkan di bagian bawah Karang Goak. - Karang Tapel Serupa dengan Karang Boma dalam bentuk yang lebih kecil hanya dengan bibir atas. Gigi datar taring runcing mata bulat dengan hidung kedepan lidah terjulur, Tapel adalah topeng, bagian muka yang diambil dari jenis-jenis muka yang galak. Hiasan kepala dan pipi mengenakan Patra Punggel. Kearah bawah kepala karang simbar dari jenis flora yang disatukan. Karang tapel ditempatkan sebagai hiasan peralihan bidang di bagian tengah. - Karang Bentulu Bentuknya serupa dengan Karang Tapel lebih kecil dan lebih sederhana. Tempatnya di bagian tengah atau bagian pada peralihan bidang di bidang tengah. Bentuknya abstrak bibir hanya sebelah atas gigi datar taring runcing lidah terjulur. Hanya bermata satu di tengah tanpa hidung. Hiasan kepala dan pipi Patra Punggel yang disatukan. Ke arah bawah. Karang Simbar yang disatukan merupakan suatu bentuk kesatuan Karang Bentulu. Bentuk-bentuk karangan lainnya, Karang Simbar dari jenis flora, Karang Batu dari jenis bebatuan. Karang Bunga dari bunga jenis flora sebagai hiasanhiasan sudut, tepi atau peralihan bidang yang berdekatan atau melengkapi kekarangan dari jenis fauna. 2. Patung. Untuk patung-patung hiasan permanen umumnya mengambil bentukbentuk dewa-dewa dalam imajinasi manifestasinya, manusia dari dunia pewayangan, raksasa dalam expresi wajah dan sifatnya dan binatang dalam berbagai bentuknya. Benda-benda souvenir dari kerajinan seni ukir ada pula yang mengambil bentuk-bentuk binatang yang umumnya realis naturalis. Patung-patung dari jenis-jenis fauna yang dijadikan hiasan atau sebagai elemen bengunan umumnya merupakan patung-patung expresionis yang dilengkapi dengan elemen-elemen hiasan dari jenis-jenis pepa teraan. Patung-patung dari jenis-raksasa untuk elemen-elemen hiasan yang seakan berfungsi untuk menertibkan. Patung-patung modem ada pula yang kembali ke bentuk-bentuk primitip untuk elemen penghias atau taman atau ruang. Patung Garuda Perwujudannya merupakan Garuda dengan sikap tegak siap terbang, sayap dan ekor mengepak melebar Penempatannya pada bangunan sebagai sendi alas tiang tugeh yang menyangga konstruksi puncak atap. Sesungguhnya tiang tugeh bebas beban sehingga memungkinkan ukiran patung Garuda sebagai alas penyangganya. Untuk fungsinya sebagai penyangga tiang tugeh bahannya dari kayu yang diselesaikan tanpa atau dengan pewarnaan. Sesuai dengan
58
-
-
-
penempatannya sebagai sendi tugeh umumnya merupakan Garuda tunggal yang besarnya sekitar empat kali tebal tiang. Patung Garuda yang difungsikan sebagai hiasan ruang umumnya lengkap dengan pijakan Naga atau Kura-kura dan naga serta awataia Wisnu sebagai pengendaranya. Patung garuda sebagai hiasan simbolis pada bangunan Padmasana ditempatkan pada bagian sisi ulu batur sari dengan sikap tegak terbang. Di atas Patung Garuda dilengkapi dengan Patung Angsa, juga dalam posisi terbang layang. Masing-masing dongan filosofi yang mendukung perwujudan Padmasana. Patung Garuda Wisnu juga diwujudkan untuk pratima yang disakralkan berfungsi ritual. Untuk benda-benda souvenir sebagai kerajinan seni ukur Patung Garuda diwujudkan dalam berbagai variasi dan dimensi dari sebesar biji catur sampai setinggi orang tanpa atau dengan pewarnaan. Patung Singa Wujudnya singa bersayap yang juga disebut Sing-ga Ambajra Raja. Dalam keadaan sebenarnya tidak bersayap. Patung Singa bersayap untuk keagungan keadaan setenarnya tidak bersayap. Patung singa difungsikan juga untuk sendi alas tugeh seperti patung Garuda. Bahannya dari kayu jenis kuat, keras dan awet Pitung singa digunakan pula untuk sendi alas tiang pacla tiang-tiang struktur atau tiang-tiang jajar dengan bahan dari batu padas keras, atau batu karang laut yani; putih masif dan keras. Patung singa bersayap juga dibuat sebagai kerajinan seni ukur untuk benda-benda souvenir dari ukuran kecil untuk hiasan meja sampai ukuran besar untuk hiasan ruang. Bahannya dari batu padas kelabu atau kayu jenis keras yang awet, tanpa atau dengan pewarnaan. Patung-patung singa bersayap ada pula yang disakralkan untuk Pratima sebagai simbol-simbol pemujaan. Untuk petualangan sebagai tempat pembakaran mayat dalam upacara ngaben selain patung lembu, patung singa juga dipakai dengan perwujudan dan hiasan sementara yang ikut terbakar bersama pembakaran mayat di badan Petulangan Patung Singa. Patung Lembu. Umumnya dipakai untuk tempat pembakaran mayat pada upacara ngaben. Bade wadah untuk mengusung mayat dari rumah ke kuburan dalam suatu iring-iringan upacara. Patung lembu atau patung sapi dalam dimensi kecil juga banyak dikerjakan sebagai kerajinan seni ukir untuk benda-benda souvenir. Di Geria batu ta-bih Klungkung lembu dalam posisi tidur dipakai untuk sendi alas tiang bale gunung rata. Di sebuah Pura Subak di Mas Gianyar patung Lembu kembar dari pasangan batu dipakai untuk mengapit pintu masuk pekarangan. Patung lembu juga menghias beberapa bangunan lain. Patung Naga.
59
-
-
-
Perwujudan Ular Naga dengan mahkota kebesaran hiasan gelung kepala, bebadong leher anting-anting telinga rambut terurai, rahang terbuka taring gigi runcing lidah api bercabang. Patung Naga sikap tegak bertumpu pada dada, ekor menjulang ke atas gelang dan permata di ujung ekor. Patung naga sebagai penghias bangunan ditempatkan sebagai pengapit tangga menghadap ke depan lekuk-lekuk ekor mengikuti tingkat tingkat tangga ke arah atas. Pemakaian patung Naga sebagai pengapit tangga digunakan pada tangga bangunanbangunan parhyangan sebagai tempat pemujaan. Dalam fungsinya sebagai hiasan dan stabilitas filosofis, Patung Naga yang membelit Bedawang kura-kura raksasa ditempatkan pada dasar Padmasana Bedawang Naga juga sebagai dasar Meru seperti Meru tumpang 11 di Pura Kehen Bangli. Untuk bale wadah pada upacara Ngaben bagi kesatria tinggi juga memakai Bedawang Naga sebagai dasar Bade wadah yang disebut naga Badha. Untuk fungsi ritual Patung Naga bersayap juga digunakan untuk pratima sebagai simbol pemujaan yang disakralkan. Sebagai benda-benda souvenir kerajinan seni ukur juga membuat patungpatung Naga dalam ukuran kecil atau besar yang umumnya disatukan dengan patung Garuda atau Garuda Wisnu yang berpijak pada belitan Bedawang Naga. Patung Kura-kura. Perwujudannya melukiskan Kura-kura raksasa yang disebut Bedawang, sebagai simbol kehidupan dinamis yang abadi,. Keempat kakinya berjari lima kuku runcing menerkam tanah. Kepalanya berambut api hidung mancung, gigi kokoh datar bertaring runcing mata bulat. Wajah angker memandang ke arah atas depan berpandangan dengan Naga yang membelitnya. Kepala Naga di atas kepala bedawang dalam posisi berpandangan galak dinamis. Pemakaian Bedawang tidak berdiri sendiri, selalu merupakan kesatuan berbelit dengan Naga atau Bedawang Naga sebagai pijakan Garuda yang dikendarai awatara Wisnu. Garuda dan Bedawang merupakan kesatuan dalam mithologi yang membawakan filosofi kehidupan ritual. Patung Kera. Perwujudannya merupakan kera-kera yang diex-presikan dilukiskan dalam ceritera ramayana. Patung-patung anoman Subali, Sugriwa merupakan patung-patung kera yang banyak dipakai hiasan sebagi bagian dari bangunan seperti pemegang alas tiaig jajar bangunan pelinggih Untuk hiasan terlepas pada bangunan juga banyak digunakan Patung kera dalam bentuk realis dengan bahan kayu atau sabut kelapa untuk dibuat benda-benda souvenir. Patung binatang untuk souvenir. Kerajinan ukiran untuk benda-benda souvenir juga ada mengambil jenis-jenis binatang yang umumnya dalam bentuknya yang realis. Patung-patung sapi, kuda, babi, itik, burung hantu, ikan dan
60
beberapa jenis lainnya dibuat dalam dimensi kecil atau sedang untuk hiasan meja atau ruang. - Binatang sebagai peragaan seni tari. Perwujudannya serupa patung berbusana lengkap yang menari sebagai topeng orang yang menariknya. Wayang wong atau wayang orang yang mengambil lakon Ramayana memakai topeng berbagai jenis kera seperti sempati. Anoman, Su-baii, Sugriwa dan kera-kera lainnya. Tarian Barong menarikan Barong Ket, Barong Macam, Barong Bangkung, Barong sampi yang merupakan perwujudan binatang. 3. Patra Dasar. Ukiran relief pada bidang-bidang datar menampilkan pula jenis-jenis fauna dalam pola pepatraan yang merupakan pokok dasar hiasan dilengkapi dengan pepatraan pelengkap atau pengisi sisa bidang. Patera-patera pelengkap dari jenis, patra sari, patra punggel atau pepateraan lainnya. Untuk Patra Dasar umumnya juga dari jenis fauna bentuk-bentuk patung. Patra penyu, empas, kura-kura atau Bedawang, Patra naga, Patra Garuda, Patra Singa, Patra Kera dan Patra-patra yang menyajikan ceritera-ceritera wayang atau ceritera-ceritera rakyat sebagai hiasan relief pada bidang-bidang datar atau panil-panil papan juga pada hiasan kain yang dilukis dengan perada gede. Patra Dasar yang melukiskan jenis-jenis fauna umumnya diturunkan dari legenda Tantri sebagai su-atu ceritera dari kerajaan binatang. Patra dasar yang umumnya realis dari dunia binatang dilengkapi dan divariasi dengan bentukbentuk tumbun-tumbuhan dalam bentuk-bentuk pepatraan. Patra Sari, patra punggel, patra bun-bunan dalam berbagai variasi merupakan patra-patra yang dipakai pelengkap patra dasar.Pada bidang-bidang luas yang memanjang atau bidang-bidang bersambungan juga ditampilkan ceritera-ceritera wayang dan ceritera-ceritera rakyat yang merupakan rangkaian ceritera bersambung dari satu bidang ke bidang lainnya. Bidang-bidang pada dinding tembok bangunan atau tembok-tembok penyengker merupakan tempat-tempat penampilan patra-patra dasar dari jenis fauna dan jenis-jenis lainnya yang dilengkapi patra-patra pelengkap dari jenis fauna. Bahan ukiran umumnya memakai batu padas kelabu pada bidang-bidang tembok dan papan-papan panil-panil hiasan atau pemisah ruangan.38 Contoh Motif karang boma
38
I Nyoman Glebet, op.cit, h.366.
61