BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dipikiran manusia. Tanpa ada pemikiran tersebut, maka pengetahuan tidak akan ada (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah kesatuan atau perpaduan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui atau dengan kata lain subjek itu memandang objek sebagai sesuatu yang diketahuinya. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan kekuatan dasar dalam berbagai kegiatan kebudayaan pada zaman modern sekarang ini. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu prestasi besar dari pemikiran manusia. Tanpa pengetahuan perkembangan atau pertumbuhan ilmu adalah sukar untuk mengerti sejarah modern dewasa ini (Notoatmojo, 2010).
7
8
2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) ada enam tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif yang meliputi: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil.
d. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (Sintesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
9
f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau objek penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Usia Dengan bertambahnya usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua usia seseorang akan makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah untuk menerima informasi, menerima halhal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menetukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut.
10
c. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang.Untuk menjadi
dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, sehingga penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas.
d. Informasi Informasi merupakan fungsi yang penting sebelum dilakukan sesuatu tindakan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut.Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana kominikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
e. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
B. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
11
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti et al, 2010).
Batasan remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun.Menurut Depkes RI antara 10-19 tahun dan belum kawin.Menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widyastuti et al, 2010). Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (Widyastuti et al, 2010).
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional).Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. (Widyastuti et al, 2010).
Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara
10-19
tahun,
sedangkan
Perserikatan
Bangsa
Bangsa
(PBB)
menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun);
12
dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011). Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (dalam Kusmiran, 2011) , yaitu : a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun; b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual; c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupa manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011).
2. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda- tanda sebagai berikut (Widiyastuti, 2010) : a. Tanda-tanda seks primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.Namun tingkat kecepatan antara organ satu lainnya berbeda.Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang
13
hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan. b. Tanda-tanda seks sekunder 1) Rambut Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid.Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
2) Pinggul Pinggulpun menjadi berkembang, membesar dan membulat.Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.
3) Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
4) Kulit Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar.Akan tetapi kulit pada wanita lebih lembut. 5) Kelenjer lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak ddan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.Sumbatan kelenjar lemaki dapat menyebabkan jerawar.Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
14
6) Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7) Suara Suara berubah semakin merdu.Tetapi suara serak jarang terjadi pada wanita.
3. Masa Transisi Remaja Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi tersebut menurut Gunarsa (dalam Kusmiran, 2011) adalah sebagai berikut: a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya
menempilkan
bentuk
tubuh
orang
dewasa.
Hal
ini
menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan
kehidupan
emosi.
Remaja
sering
memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.
c. Transisi dalam kehidupan sosial Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan dengan keluarga).
15
d. Transisi dalam nilai-nilai moral Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilainilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman Remaja mengalami pperkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
C. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (2008) Sehat adalah “suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Pinem, 2009).Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiliki kemampuan untuk reproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi.” (Pinem, 2009).
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2011), yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi Sehat Sejahtera, dengan defenisi:“ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, berdakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, spritual memiliki hubungan serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan “ (Pinem, 2009).
16
2. Hormon Dan Reproduksi Wanita Sistem reproduksi merupakan kesatuan kerja dari otak, kelenjar hipofisis, ovarium, dan uterus.Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi tak hanya satu atau dua melainkan lebih dari itu. Hormon-hormon seperti esterogen, progesteron, LH, dan FSH bekerja untuk menyampaikan pesan dari satu organ ke organ lain. Tujuannya adalah untuk mengubah kadar hormon tertentu. Dengan demikian, terjadilah proses, seperti pematangan telur, pelepasan telur, penebalan endometrium untuk menerima hasil konsepsi dan peluruhan dinding rahim yang berwujud sebagai haid. Hormon-hormon tersebut bekerja pada satu siklus penuh, sejak hari pertama menstruasi, ovulasi, hingga menjelang menstruasi berikutnya, begitulah seterusnya.
Sistem reproduksi wanita yang normal melibatkan interaksi antara berbagai hormon dan organ, yang diatur oleh hipotalamus.Pada wanita, hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut releasing faktor (RH).RH berjalan ke hipofisa,
yaitu
kelenjar
yang
terletak
di
bawah
hipotalamus,
lalu
merangsangnya untuk melepaskan hormon lainnya.Misalnya, gonadotropin releasing hormones yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang dapat merangsang hipofisa untuk menghasilkan luteininzing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).
LH dan FSH merangsang pematangan kelenjar reproduksi dan pelepasan hormon seksual.Pertama, ovarium pada wanita melepaskan androgen.Kedua, testis pada pria melepaskan androgen.Kedua, testis pada pria melepaskan androgen, misalnya testosteron.Hormon seksual juga dilepaskan oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal (Prayitno, 2014).
Pada pelepasan hormon dan kadar hormon di dalam darah merupakan petunjuk dari adanya perangsangan maupun penghambatan dalam pelepasan LH dan FSH oleh hipofisa. Misalnya, penularan kadar hormon seksual merangsang
17
hipofisa untuk melepaskan lebih banyak LH dan FSH. Hormon dilepaskan selama 1-3 jam. Oleh karena itu, biasanya kadar hormon di dalam darah akan naik turun.
D. Tindakan Kebersihan Menstruasi 1. Pengertian Tindakan Tindakan adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2012).
Tindakan kebersihan menstruasi adalah kebiasaan atau perbuatan bebas dari kotoran dan infeksi. Tindakan kebersihan menstruasi adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, gosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kebersihan seseorang merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wikipedia, 2012).
2. Tujuan Menjaga Kebersihan Menstruasi Tujuan perawatan kebersihan menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang di lakukan selama menstruasi, sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan seseorang.Memelihara tingkat kebersihan
18
selama periode menstruasi membantu meminimalisir bau tidak sedap dan infeksi akibat tidak dijaganya kebersihan genetalia (Laila, 2011).
3. Hal Yang Mempengaruhi Kebersihan Genetalia Saat Menstruasi Di negara yang beriklim tropis, udara panas cenderung membuat tubuh menjadi mudah berkeringat dan lembab, termasuk di daerah vagina pada saat menstruasi. Keadaan lembab menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mudah menimbulkan penyakit (Burhani, 2010). Menurut Proverawati (2009), banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait dengan menstruasi, diantaranya: 1. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan. Pada kenyataannya secara medis justru memakai pembalut merupakan metode yang baik selama pemakaiannya benar, yaitu mengganti pembalut 3-4 kali per hari tergantung banyaknya darah yang keluar. 2. Selama menstruasi tidak boleh mandi karena akan menyebabkan kram pada perut. Pada kenyataannya kram terjadi bukan karena mandi saat periode menstruasi tetapi karena kontraksi otot pada uterus dan abdomen yang kemudian mendorong cairan keluar dari uterus. 3. Selama menstruasi, tidak baik mengganti pembalut terlalu sering karena dengan membiarkan darah menumpuk akan meningkatkan aliran darah dalam tubuh. Pada kenyataanya frekuensi mengganti pembalut yang sering sekitar 3-4 kali sehari sesuai dengan banyaknya darah yang keluar adalah metode yang baik dalam menjaga kebersihan vagina saat menstruasi.
Dilingkungan rumah, orangtua seringkali merasa tidak nyaman membicarakan masalah seksual dengan anaknya, pendidikan mengenai organ seksual jarang didapatkan dari orangtua termasuk tentang kebersihan genetalia saat menstruasi, sehingga menyebabkan remaja putri kurang tahu tentang menjaga kebersihan alat genetalianya dengan benar terutama saat menstruasi (Handoyo, 2010).
19
4. Cara Menjaga Kebersihan Genetalia Saat Menstruasi Menurut Laila (2011), cara menjaga kebersihan genetalia saat menstruasi yaitu sebagai berikut : 1. Harus selalu bersih 2. Membiasakan diri mencukur rambut disekitar daerah kemaluan, untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi tersebut. 3. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan lembut, menyerap dengan serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam. 4. Mengganti pembalut sesering mungkin untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina. Saat darah menstruasi keluar banyak, biasanya pada hari ke 1-3 menstruasi, ganti pembalut setiap 2-3 jam sekali yaitu 5-6 kali sehari. Jika sudah dirasakan berkurang darah menstruasi yang keluar, frekuensi mengganti pembalut yang dianjurkan bisa setiap 4-5 jam sekali yaitu 3-4 kali sehari. Namun semua itu tergantung dari banyaknya darah menstruasi yang keluar. 5. Memilih celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat, sehingga dapat menyerap keringat dan tidak menyebabkan lembab. 6. Hindari pemakaian celana jeans dan celana yang ketat selama menstruasi agar tidak menyebabkan kelembaban yang berlebihan. 7. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari untuk menjaga kelembaban yang berlebihan. 8. Tidak membersihkan bagian liang vagina dengan bahan kimia seperti produk antiseptik daun sirih ataupun sabun karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Bagian dalam vagina biasanya akan mampu menjaga kebersihannya sendiri. Vagina yang sehat dan bersih memiliki keseimbangan kimiawi yang bersifat asam dengan pH 3.8 sampai 4.2, dimana dalam situasi asam ini bakteri baik yang ada di dalam vagin
20
mampu membersihkan vagina secara optimal sehingga keseimbangan kelembaban di vagina selalu terjaga. 9. Mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia dan mengganti pembalut. 10. Melakukan vulva hygiene dengan benar dan hati-hati menggunakan air yang bersih dan mengalir. Caranya membasuh vulva dari arah depan ke belakang. Membersihkan dari labia minora kanan dan kiri, dilanjutkan labia mayora kanan dan kiri, kemudian dari klitoris sampai ke perineum. Tujuannya adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina. 11. Melakukan vulva hygiene setiap sesudah BAK, sesudah BAB, dan setiap ganti pembalut. 12. Mengeringkan vulva dengan handuk bersih dan kering sesudah melakukan vulva hygiene. 13. Mencuci celana dalam dengan detergen yang lembut tidak usah menggunakan pemutih pakaian. 14. Segera rendam celana dalam bekas pakai yang bernoda dengan air hangat bercampur detergen lembut dan cuci setelah beberapa menit. 15. Jangan menumpuk pakaian kotor terlalu lama. Penumpukan pakaian bernoda yang lama akan membuat noda menempel pada pakaian tersebut dan menimbulkan bau yang tidak sedap setelah dicuci. 16. Ganti jenis atau merk pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, mungkin saja iritasi yang terjadi karena pembalut yang digunakan. 17. Jika terjadi radang atau iritasi pada genetalia, hindari pemakaian sabun di daerah genetalia untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi mereda. 18. Jika terjadi iritasi jangan menggaruk daerah iritasi tersebut bila terasa gatal. Sebagai ganti garukan, kompres dengan handuk yang dicelup air es pada bagian yang gatal. 19. Hindari penyebab alergi dan iritasi. Merawat organ intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur dan mandi pagi. Daerah di sekitar vagina harus di bersihkan sabun, sama halnya seperti bagian tubuh yang
21
lainnya. Membersihkan organ intim wanita tidak perlu sampai kebagian dalamnya, cukup pada bagian luar permukaan vagina saja. Terpenting, mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian. Sebab, bila lupa dikeringkan, akan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur (Prayitno, 2014). 20. Saat berada di toilet umum, terutama saat haid, sebaiknya tidak menggunakan air yang berada di ember atau bak. Menurut penelitian, air yang tergenang di tiolet umum mengandung 70% jamur candida albicans, penyebab keputihan. Sedangkan air yang mengalir dari keran toilet umum mengandung kurang lebih 10-20%. Bisa dipastikan jika menggunakan jika menggunakan air di ember toilet umum, keesokan harinya akan muncul rasa gatal. Atau, jika ingin lebih nyaman, sepulang dari toilet umum basuhlah organ intim dengan air hangat (cenderung panas), lalu keringkan dengan handuk lembut. Jamur dan bakteri mudah mati dalam air bersuhu tinggi.
Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitarnya.Tujuannya agar organ intimnya menjadi harum dan kering sepanjang hari. Cara itu tidak dianjurkan karena ada kemungkinan bedak tersebut akan mengumpul di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan. Bila dibiarkan, tumpukan bedak ini lama kelamaan akan mengundang kuman. Ini disebabkan karena struktur vagina yang memiliki banyak lipatan (rugae), sehingga dianjurkan untuk membilas dan menggosok bagian vagina dengan cermat terutama setelah buang air kecil.Hal ini dimaksudkan untuk mencegah tertinggalnya sisa air kemih ataupun kotoran lainnya.Setelah itu, keringkan vagina dengan menggunakan tissue ataupun handuk kecil.Bila celana dalam terkena cipratan air kemih atau air bilasan, usahakan untuk segera diganti dengan celana kering. Yang paling baik, disediakan celana dalam ganti didalam tas kemanapun juga untuk berjaga-jaga.
22
Rok atau celana berbahan kain lebih di anjurkan, terutama bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi dan gemuk.Darah yang keluar saat menstruasi menyebabkan
daerah
sekitar
vagina
menjadi
lebih
lembab
daripada
biasanya.Untuk itu harus diperhatikan lebih cermat dibandingkan pada hari biasa.Idealnya, pembalut saat haid di ganti setiap mandi dan selesai buang air kecil walau hal ini prakteknya sulit dilakukan.
Perlu diketahui darah menstruasi merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab keputihan dan infeksi. Kalau seharian terus menerus memakai pembalut yang sama tanpa diganti akan menimbulkan keluhan gatal disekitar vagina. Kalau gatal itu digaruk, dapat menyebabkan luka lecet. Bisa dibayangkan jika luka lecet tersebut mengalami kontak dengan darah haid yang penuh dengan bakteri, bisa dipastikan akan memperparah keadaan luka tersebut. Untuk itu, biasakanlah membersihkan organ intim disaat haid dengan lebih cermat (Prayitno, 2014).
5. Akibat Kurang Terjaganya Kebersihan Saat Menstruasi Kebersihan daerah genetalia terutama saat menstruasi sering diabaikan oleh wanita.Pada saat menstruasi darah dan keringat yang keluar menempel pada vulva sehingga daerah genetalia menjadi lembab. Jika pada saat itu tidak menjaga kebersihan genetalia dengan benar, maka dalam keadaan lembab, jamur Candida albican, Trichomonas vaginalis, Gardnerella vaginalis yang berada di daerah genetalia tumbuh subur dan menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah tersebut. Infeksi yang sering terjadi yaitu Vaginitis bacterial, Trichomonas
vaginalis,
Kandidiasis
vulvovginitis,
keputihan
dan
sebagainya.Gejalanya yaitu iritasi, pruritus vulva, inflamasi, sekresi vaginal, rasa gatal dan rasa perih pada vulva dan vagina (Prawirohardjo, 2009).
23
Dalam keadaan yang cukup panas tubuh mudah berkeringat, keringat meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organ seksual yang tertutup dan berlipat. Akibatnya mudah sekali bakteri berkembang biak di daerah tersebut. Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang rentan terhadap infeksi, karena batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman dan penyakit seperti jamur, bakteri, parasit dan virus mudah masuk ke liang vagina dan menyebabkan infeksi (Wikipedia, 2012).
Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem dalam vagina.Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dipengaruhi oleh dua faktor yaitu hormon estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Hormon estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula (glikogen) dalam sel tubuh. Glikogen merupakan nutrisi dari laktobasilus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya. Sisa metabolisme menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH berkisar 3.8 sampai 4.2. Pada keadaan ekosistem yang seimbang, tingkat keasaman normal, laktobasilus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati, namun jika kadar estrogen rendah, keseimbangan ekosistem dalam vagina terganggu, laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh subur sehingga tubuh rentan terhadap infekksi (Wikipedia, 2012).
Dalam keadaan normal, vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi, dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat, amis dan rasa gatal di area genetalia terutama pada saat menstruasi untuk menghindari penyakit infeksi reproduksi (Laila, 2011).
Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi bagian luar bila dibiarkan dan tidak diobati dengan sempurna, infeksi akan merambat ke organ reproduksi bagian dalam yaitu rongga rahim, saluran telur, indung telur, dan akhirnya ke rongga panggul, sehingga menyebabkan terjadinya radang panggul, kanker
24
mulut rahim, infeksi saluran telur dan infeksi organ reproduksi lainnya (Prawirohardjo, 2009).
6. Cara Memilih Pembalut Yang Baik Sekarang ini, begitu banyak pilihan merek pembalut wanita, dengan keunggulan masing-masing.Aroma, warna, dan bentuknya pun beragam. Belum lagi banyaknya iklan di media massa yang menawarkan berbagai kelebihan pembalut wanita. Itu membuat kita bingung menentukan pilihan (Prayitno, 2014).Namun waspadalah, sebab tidak semua pembalut aman bagi kesehatan reproduksi organ intim kaum perempuan.Apalagi, jika kebersihan kurang terjaga, pembalut bisa jadi pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis terjaga, pembalut bisa jadi pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis (radang vagina).
Selain pembalut, banyak wanita biasanya memakai panty liner yang tidak mengandung parfum. Mereka yang berkulit sensitf akan lebih mudah terserang alergi akibat zat kimia yang terkandung dalam parfum tersebut. Alergi bisa muncul dalam bentuk rasa gatal dan memperparah keputihan.Bahkan, terkadang muncul iritasi.Namun, kondisi ini bisa diminimalkan dengan sering mengganti panty liner.Meskipun bersifat relatif, ada beberapa hal yang patut dicermati dalam memilih pembalut.Diantaranya, berdaya serap tinggi dan tidak mengerut. Ini akan membantu saat haid sedang banyak. Pembalut pun harus nyaman dipakai, agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.Untuk itu, pilihlah pembalut tipis dengan daya serap yang bisa diandalkan.
Sama seperti panty liner, ada baiknya memilih pembalut yang tidak memiliki aroma tertentu.Wangi-wangian pada pembalut justru mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan gatal dan iritasi pada permukaan kulit.Selain itu pilihlah pembalut dari bahan sangat lembut dan lentur. Ini akan mengurangi faktor iritasi pada daerah kulit vagina.Selain itu jangan lupa memperhatikan tanggal kadaluarsa pada kemasan pembalut. Pembalut yang sudah lewat batas
25
(expire) tentu tidak sehat lagi untuk digunakan. Sebab bagaimanapun, pembalut dan panty liner yang diproduksi saat ini menggunakan sejumlah zat kimia yang dalam batas waktu tertentu sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi efektifitas dan dampaknya (Prayitno, 2014).
E. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan Mirna Ayu 2013 dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja putri di SMA 5 Banda Aceh dengan metode penelitian bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X dan XI yang berjumlah 220 orang. Jumlah sampel sebanyak 69 orang, teknik pengambilan sampel adalahcluster sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p-value 0.021, dan ada hubungan anatara sikap remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p-value 0,007.
Penelitian yang dilakukan oleh Iis Lianawati 2012 dengan judul Tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X SMA islam terpadu AL-Masyur Pati dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan sampel siswi kelas X sebanyak 35 siswi menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner sedangkan teknik analisa statistik deskriptif (menggambarkan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan siswi kelas X tentang personal hygiene saat menstruasi diperoleh pengetahuan baik tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 7 responden (23,33%), pengetahuan cukup tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 25 responden (66,67%), pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (10%).
26
F. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan literatur, secara sistematis dapat disusun kerangka konsep penelitian yang digambarkan dengan skema sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka konsep penelitian Pengetahuan tentang reproduksi
remaja kesehatan
Tindakan menstruasi
kebersihan
G. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan signifikan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan kebersihan menstruasi.