BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.Menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya >140 mmHg dan tekanan diastoliknya >90 mmHg pada lansia.Kondisi normal untuk tekanan darah yaitu 130 mmHg untuk tekanan sistolik dan 90 mmHg untuk tekanan diastolik pada usia lansia (Suryaningsih,2009). Berdasarkan
defenisi
diatas
dapat
diperoleh
kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Suryaningsih,2009). Hipertensi terdiri dari dua yaitu: hipertensi diastolik dan hipertensi campuran. Penyebab hipertensi yaitu: Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan
arteri
yang
dihasilkan
oleh
ketidakteraturan
mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan dan ada kemungkinan karena
6
faktor
keturunan/
genetik
(Smeltzer,
2001).Hipertensi
sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya : penyakit ginjal, pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain dan gangguan kelenjar tiroid (Sheps, 2005). 2.1.2Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi Menurut TheSeventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC7). Tabel 2 : Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa.
Klasifikasi tekanan darah
Tekanan darah sistol mmHg
Tekanan darah diastol mmHg
Normal
120
Dan 80
Prehipertensi
120-139
Atau 80-89
Hipertensi Stadium 1
140-159
Atau 90-99
Hipertensi Stadium 2
>160
Atau >100
Sumber : Sustrani, S., Alam, S., 2004 2.1.3 Gejala Hipertensi Pada umumnya hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan sering tidak disadari kehadirannya. Ada kalanya secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan 7
darah tinggi. Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala,
gampang marah, sulit tidur, leher belakang terasa kaku, wajah kemerahan, kelelahan. 2.1.4 Diagnosis Mengetahui
adanya
keberadaan
hipertensi,
pengukuran tekanan darah harus dilakukan dalam keadaan duduk rileks atau berbaring selama lima menit. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka 140/90 mmHg atau lebih, hal ini dapat diartikan sebagai keberadaan hipertensi tetapi diagnosis tidak dapat dipastikan hanya berdasarkan satu kali pengukuran saja. Jika pada pengukuran pertama hasilnya tinggi, maka tekanan darah diukur kembali sebanyak dua kali pada dua hari berikutnya untuk menyakinkan adanya hipertensi (Junaidi,2010). Menurut Marliani L. & Tantan S. (2007) ada juga data-data yang dapat menguatkan diagnosis hipertensi antara lain: a. Riwayat penyakit keluarga Adanya
riwayat
penyakit
hipertensi
pada
kedua
orangtua, memperbesar dugaan ke arah hipertensi primer. Selain riwayat hipertensi dinyatakan pula riwayat
8
serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, diabetes, kolesterol tinggi dalam keluarga. b. Umur penderita Hipertensi primer sebagaian besar timbul pada usia 2545 tahun, dan hanya pada sekitar 20% penderita, terdapat peningkatan tekanan darah yang terjadi pada usia kurang dari25 tahun dan lebih dari 45 tahun. c. Data-data mengenai faktor resiko hipertensi Ada tidaknya faktor resiko hipertensi: riwayat merokok, mengkonsumsi
alkohol,
stress,
kebiasaan
makan,
makanan yang banyak mengandung garam dan data mengenai berat badan. 2.1.5 Penatalaksanaan a. Pengobatan Non-Farmakologis. Banyak hal yang dilakukan untuk mengatasi tekanan darah tinggi sebelum berakibat terjadinya pengerasan pada pembuluh darah. Mengatur makanan adalah hal yang paling pertama, khususnya bagi orang-orang yang gemuk, untuk menurunkan tekanan darah, seseorang harus mengendalikan dan menjaga berat badan agar tetap seimbang. Makanan yang mengandung gizi 9
berlebihan,
seperti
gula,
kue,
minuman
yang
mengandung kafein dan makanan yang berlemak dan mengandung garam semua itu harus dihindari atau dijauhi. Selain itu juga perlu mengurangi penggunaan garam dalam masakan (Suryaningsih, 2009). Selain
mencegah
menyebabkan
makanan
hipertensi,
dapat
yang juga
dapat
melakukan
olahragaseperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit terutama bila disertai penurunan berat badan dan penurunan tekanan darah untuk mencegah terjadinya hipertensi. Selain itu juga dapat dilakukan relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat mengontrol
sistem
saraf
yang
akhirnya
dapat
menurunkan tekanan darah (Corwin,2009). Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung, merokok juga dapat meningkatkan risiko komplikasi lain seperti penyakit jantung dan stroke pada mereka penderita hipertensi (Corwin,2009).
10
b. Farmakologis 1. Diuretik Thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. 2. Penghambat Adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker. Beta-blocker dan alfa-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress dengan cara meningkatkan tekanan darah. 3. Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACEInhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. 4. Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-Inhibitor. 5. Antagonis
Kalsium
menyebabkan
melebarnya
pembuluh darah dengan mekanisme yang benarbenar berbeda.
11
6. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagai besar diberikan secara
intravena:Diazoxide,
Nitroprusside,
Nitroglycerin, Labetalol (Sustrani, S., Alam, S., 2004) 2.2 Kebiasaan Hidup Penyebab Hipertensi Kebiasaan hidup penyebab hipertensi yaitu termasuk merokok,
mengkonsumsi
alkohol,
pola
makan
yang
mengkonsumsi kadar garam yang berlebih, dan aktivitas fisik. 2.2.1. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah,
adapun hubungan merokok
dengan hipertensi
adalahnikotinakan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal
pada
kelenjar
adrenal
untuk
melepasefinefrin(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksidadalam asap rokok menggantikan 12
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Astawan, 2002 ). 2.2.2 Mengkonsumsi Alkohol. Alkohol yang dikonsumsi dalam jumlah yang besar dapat menganggu dan merusak fungsi beberapa organ. Salah satu diantaranya adalah hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga mempengaruhi kinerja atau
fungsi
jantung. Gangguan fungsi jantung inilah pada akhirnya menyebabkan hipertensi. 2.2.3. Mengkonsumsi Makanan yang Berlebihan Kadar Garam Garam dapur merupakan faktor dalam patogenesis hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20%.
Pengaruh
asupan
garam
terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam
mempunyai
sifat
menahan
air.
Mengkonsumsi garam lebih atau makanan yang diasinkan
13
dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah, sehingga volume
darah
akan
meningkat
dan
menyebabkan
meningkatkanya tekanan pada dinding pembuluh darah. Inilah yang disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hindari pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang
diasinkan.
Hal
ini
tidak
berarti
menghentikan
pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi di batasi (Wijayakusuma, 2000). 2.2.4. Aktifitas Fisik Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, pada orang yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ). Olahraga atau aktifitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah derajat sedang dan dilakukan sekitar 30-60 menit setiap hari. Aktivitas fisik dapat berupa aktivitas harian yang dilakukan dan olahraga yang bersifat aerobik yang dapat meningkatkan kemampuan jantung, otototot tubuh dan paru-paru. Olahraga yang bersifat aerobik 14
seperti : berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda (Price, 2005). 2.4. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari (tahu) dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia
yang
terdiri
dari:
panca
indra
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo,2005). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga dan kelompok) sudah mengubah sikap dan tingkah laku sesuai dengan
tujuan
yang
ditetapkan.
Sehingga
pendidikan
kesehatan dan pengetahuan mempunyai peranan yaitu jika seseorang meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat dan tahu dalam bertindak dan memilih pelayaan kesehatan yang tepat bagi dirinya (Notoatmodjo, 2003). Tujuan Pendidikan Kesehatan, menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), adalah untuk meningkatkan status kesehatan
dan
mencegah 15
timbulnya
penyakit,
mempertahankan
derajat
kesehatan
yang
sudah
ada,
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan
kesehatan
sebagai
sesuatu
yang
bernilai
dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. 2.5. Metode Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan kelompok dan pendidikan massa. Metode yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu bimbingan, penyuluhan dan wawancara. 1. Metode pendidikan kesehatan yang bersifat pendidikan individual yang terdiri dari: a. Bimbingan dan penyuluhan: Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya, Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh 16
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Wawancara: Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan, dan Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan,
untuk
mengetahui
apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2. Metode pendidikan kesehatan yang bersifat pendidikan kelompok yang terdiri dari: kelompok besar dan kelompok kecil. 3. Metode pendidikan kesehatan yang besifat pendidikan massa yang terdiri dari ceramah umum dan pidato-pidato diskusi tentang kesehatan.
17