BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi 2.1.1. Hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui pembuluh darah.7 Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.13 Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat / tenang.14 Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120
mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.8 Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:15 a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg b. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 8089 mmHg c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
Universitas Sumatera Utara
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:16 a. Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg b. Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg c. Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg g. Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan darah. Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.7 Gaya yang menghasilkan kekuatan memungkinkan darah sebagai pembawa oksigen serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh dapat beredar sehingga seluruh jaringan tubuh dapat hidup dan dapat melaksanakan masing-masing tugasnya.17 Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan darah sistolik (TDS) yaitu tekanan di arteri saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi. Tekanan darah diastolik (TDD) yaitu tekanan di arteri saat jantung berelaksasi di antara dua denyutan (kontraksi). Tekanan darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah sistolik berkisar antara 95-140 mmHg. Di lain pihak tekanan diastolik berkisar antara 60-90 mmHg. Walaupun demikian tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua tekanan tersebut di atas merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri secara terputus-putus dan terus-menerus tiada henti-hentinya.7,18
2.2. Klasifikasi Hipertensi 2.2.1. Berdasarkan Penyebab a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial) Hipertensi
primer
atau
hipertensi esensial
adalah
hipertensi
yang
penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
Universitas Sumatera Utara
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.19 Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa tahun setelah kecenderungan ke arah sana di mulai.20 Pada hipertensi yang baru mulai curah jantung biasanya sedikit meningkat dan resistensi perifer normal. Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung cenderung menurun dan resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol. Banyaknya faktor yang mempengaruhi dan mungkin berbeda antar individu menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit.20 b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial) Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). 19 Sekitar 5% prevalensi hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan seperti di bawah ini.20
Universitas Sumatera Utara
b.1.
Penyakit
parenkim
(glomerulonefritis,
ginjal
(3%).
pielonefritis,
Setiap
penyebab
sebab-sebab
gagal
ginjal
penyumbatan)
akan
menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. b.2.
Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang memnyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal.
b.3.
Endokrin (1%). Pertimbangan aldosteronisme primer (sindrom Conn) jika terdapat hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air.
2.2.2. Berdasarkan TDS dan TDD Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:15 e. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg f. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 8089 mmHg g. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
Universitas Sumatera Utara
h. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg
2.3. Gejala Klinis Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.19 Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak.19 Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan organ. Adapun yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:6 2.3.1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat, gangguan panca indera atau gerak 2.3.2.
Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki bengkak
2.3.3. Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria 2.3.4. Arteri perifer: tangan kaki dingin, pincang berkala (claudicatio intermittens)
Universitas Sumatera Utara
2.4. Komplikasi Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.7 Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata, hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.21 Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.22 Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.22 Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksi
Universitas Sumatera Utara
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.22 Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.22
2.5. Epidemiologi Hipertensi 2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a.
Orang Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling
tinggi dijumpai pada usia >40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.23 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%. Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.24
Universitas Sumatera Utara
b. Tempat Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).24 Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).24 Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karana tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.23 c. Waktu Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita
Universitas Sumatera Utara
hipertensi 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak
merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi
ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung
meningkat
menurut peningkatan usia.25 Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2% dan wanita 15,5%.22 Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di Indonesia saat ini mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.24 2.5.2. Faktor Risiko Hipertensi a. Umur Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.7 Pada sebagian besar populasi di Negara barat, TDS cenderung meningkat secara progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg pada usia 70-an atau 80-an.6 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Departemen Kesehatan, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.26 Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).7 b.
Jenis Kelamin Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan
darah antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi.6 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.26 c.
Status sosioekonomi Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi
dan epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi.6
Universitas Sumatera Utara
d. Genetika Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.6 e. Ras atau suku bangsa Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang orang Amerika berkulit putih.6 Sementara itu ditemukan variasi antar suku di Indonesia. Di lembah Baliem Jaya, Papua kejadian hipertensi terendah yaitu 0,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat di Jawa Barat pada suku Suku Sunda yaitu 28,6%.2 f. Lemak dan kolesterol Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana fast food dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara teratur sebagai cara
Universitas Sumatera Utara
mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.27 g. Konsumsi Garam Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada beberapa individu. 28 h. Alkohol Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol.28 Lebih dari dua minuman keras sehari akan menimbulkan peningkatan signifikan. Diperkirakan 510% hipertensi pada laki-laki Amerika disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol. 29
Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum. Peminum harian ternyata
Universitas Sumatera Utara
mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu.6 i. Kelebihan Berat Badan (Overweight) Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia membawa natrium tambahan. 30 Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.6 Secara umum, populasi saat ini cenderung semakin kelebihan berat badan. Massa tubuh dapat dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index) melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan.7 Indeks Massa Tubuh (IMT)= Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT 20 -25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥27. j. Rokok Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi.31 Merokok dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer yaitu tekanan darah sistolik yang
Universitas Sumatera Utara
naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat menghapuskan efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular.6 k. Stress Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.30 l. Status Olahraga Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. 7
2.6. Pencegahan Hipertensi 2.6.1. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya
Universitas Sumatera Utara
ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan. Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat. Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab, dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko kardiovaskular lainnya.6 2.6.2. Pencegahan Primer7,13 Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi. Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut: a.
Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan, menghindari meminum minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan yang berlemak dan berkolesterol tinggi
b.
Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang, diet rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buahbuahan dan sayuran, mengendalikan stress dan emosi
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Pencegahan Sekunder Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan6: a.
Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
b.
Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
c.
Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
d.
Mencari kemungkinan penyebabnya Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses diagnosis
tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan.6 Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.32 Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:7,13 a.
Pemeriksaan berkala
Universitas Sumatera Utara
a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obatobatan anti hipertensi b.
Pengobatan/perawatan b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi dapat segera dikendalikan b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan lain-lain b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ
2.6.4. Pencegahan Tersier13 Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut: a.
Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun
Universitas Sumatera Utara
b.
Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan
c.
Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi
Universitas Sumatera Utara