BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Teoritis 2.1.1 Konsep Menstruasi 2.1.1.1 Pengertian Menstruasi merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan peluruhan sebagian endometrium (Andrews, 2009). Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (Syaifuddin, 2006 : 258). 2.1.1.2 Siklus Menstruasi Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya siklus panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Wanita yang berevolusi siklus menstruasinya berkisar antara 18-42 hari. Lama menstruasi biasanya anatara 3 – 5 hari, ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc (Wiknjosastro, 2007 : 103). Pada siklus menstruasi, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi (Pudiastuti, 2010 : 11).
Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi peubahan yang berulang selama satu bulan mengalami empat masa / stadium (Syaifuddin, 2006 : 259), yaitu : a. Stadium Menstruasi (desquamasi) Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum basale berlangsung selama empat hari. Dengan haid, keluar darah, potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena ada fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyanya perdarahan selama haid kira-kira 50 cc. Stadium ini berlangsung 3-7 hari. b. Stadium Post-Menstrumm (regenerasi) Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5 mm dan berlangsung selama empat hari. c. Stadium Intermenstruum (proliferasi) Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kirakira 5-14 hari dari hari pertama haid. d. Stadium Praemenstruum (sekresi) Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah. Dalam
endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur. Pada
endometrium
sudah
dapat
dibedakan
lapisan
atas
yang
padat(stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi. 2.1.1.3 Hormon yang Berpengaruh pada Menstruasi Sejumlah hormon yang berpengaruh pada menstruasi (Pudiastuti, 2010 : 12), ialah : 1. Progesterone, yang dikeluarkan oleh indung telur. 2. LH ( Luteinizing Hormone), yang dihasilkan pleh hipofisis. 3. FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dikeluarkan oleh hipofisis lobus depan. 4. Estrogen, yang dihasilkan oleh ovarium. 2.1.1.4 Klasifikasi Gangguan Menstruasi Menurut Wiknjosastro (2007 : 203 ), gangguan menstruasi dapat digolongkan dalam : 1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan :
a. Hipermenorea (menoragia) Hipermenorea ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). b. Hipomenorea Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasanya. 2. Kelainan siklus a. Polimenorea Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). b. Oligomenorea Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. c. Amenorea Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. 3. Perdarahan diluar menstruasi
Metroragia
4. Gannguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid) b. Mastodinia c. Mittelschmers (rasa nyeri pada ovulasi) d. Dismenorea
2.1.2 Konsep Dismenorea 2.1.2.1 Pengertian Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang dan selama menstruasi sampai membuat wanita tersebut tidak dapat beraktifitas seperti biasa. Nyeri menstruasi atau dismenorhea hanya dipakai jika nyeri menstruasi demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Hamilon, 2005).
Disminore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapt menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006). 2.1.2.2 Jenis – Jenis Disminore a. Disminore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di jumpai kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Wiknjosastro, 2007 : 229 ).
b. Disminore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Disminore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis, kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri, dll) (Wiknjosastro, 2007 : 229). Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal). 2.1.2.3 Etiologi (Penyebab) Dahulu disebutkan bahwa penyebab disminore yaitu faktor keturunan, psikis, dan lingkungan. Pada penelitian tahun-tahun terakhir ini menunjukan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang bdisebut prostaglandin. Telah dibukrikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontaksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglan din berlebiham, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertamabah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore. Beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakbiat meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan
gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Widjajanto, 2005). 2.1.2.4 Patofisiologi Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF2α), disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon iskemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi : pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004). 2.1.2.5 Manifestasi Klinik 1. Dismenore Primer a) Usia lebih muda b) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur c) Sering pada nulipara d) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus e) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkatkan pada hari pertama atau kedua haid f)
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
g) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik h) Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa i)
Pemeriksaan pelvik normal
j)
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Arief Mansjoer dkk, 2001 : 373)
2. Dismenore Sekunder a) Usia lebih tua b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur c) Tidak berhubungan siklus dengan paritas d) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul e) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah f)
Berhubungan dengan kelainan pelvik
g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi h) Terdapat kelainan pelvik (Arief Mansjoer dkk, 2001 : 373) 2.1.2.6 Derajat Dismenore Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dismenore ada empat yaitu derajat 0-3 a. Derajat 0 Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi. b. Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang terpengaruh.
c. Derajat 2 Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas sehari-hari terganggu. d. Derajat 3 Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja , kasus ini segera ditangani dokter. 2.1.2.7 Faktor Risiko Dismenore Faktor risiko nyeri menstruasi menurut Proverawati dan Misaroh (2009) adalah :
1) Menstruasi pertama pada usia kurang dari 12 tahun 2) Remaja 1-2 tahun setelah menstruasi pertama 3) Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup 4) Darah menstruasi banyak 5) Merokok 6) Adanyat riwayat nyeri menstruasi pada keluarga 7) Kegemukan 2.1.2.8 Penanganan Dismenore Penanganan nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1.
Penanganan Nyeri Menstruasi Non Obat Penanganan nyeri menstruasi non obat menurut Wylio (2011) adalah : a. Tempelkan bantal pemanas ke perut bagian bawah (di bawah pusar). Bila Anda tidak memiliki bantal pemanas, Anda dapat memasukkan air panas ke dalam botol dan membungkus botol tersebut dengan kain sebelum menempelkan ke perut Anda. Pendapat senada dikemukakan Hembing (2011) bahwa untuk mengurangi nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan kompres
hangat bagian perut yang terasa nyeri dengan handuk kecil. Jika ingin panas lebih lama, gunakan botol atau hot water bag yang telah diisi air panas dan letakkanlah di bagian perut bawah atau pinggang Anda. Rasa hangat yang diberikan akan menstimulus untuk merasa jauh lebih nyaman. Cara ini merupakan cara paling tepat untuk dilakukan saat nyeri itu datang. b. Letakkan kaki Anda lebih tinggi dari jantung dan perut saat anda berbaring, atau berbaringlah miring dengan lutut menekuk. Berbaring telentang sambil mengganjal bagian bawah lutut dengan bantal adalah cara yang tepat untuk merelaksasi perut Anda. Tarik napas panjang dan hembuskanlah dengan perlahan.
Minum
minuman
hangat
juga
dapat
digunakan
untuk
meminimalkan sensasi nyeri yang dirasakan (Hembing, 2011). c. Pijatlah perut bagian bawah dengan pijatan melingkar yang ringan. Cara lain untuk mengurangi nyeri menstruasi adalah dengan pijat dengan lembut daerah perut secara perlahan. Pijatan-pijatan kecil akan melonggarkan sedikit ketegangan otot yang ditimbulkan dari reaksi hormonal dalam rahim (Hembing, 2011). d. Minumlah minuman yang hangat. e. Bila Anda merasa mual sehingga selera makan Anda terganggu, sebar waktu makan Anda. Anda juga dapat mengganti makan besar dengan makanan ringan yang lebih sering. f. Pilihlah diet kaya karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, buahbuahan, dan sayuran yang rendah garam, gula, dan tanpa kafein. g. Perbanyak asupan vitamin B6, kalsium dan magnesium. h. Mandilah dengan air hangat.
i.
Turunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan.
j.
Berolahraga dapat mengurangi nyeri menstruasi. Saat nyeri menstruasi terasa, jangan malas melakukan gerakan-gerakan kecil. Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, atau bersepeda yang dilakukan sebelum dan saat menstruasi sangat penting dilakukan untuk melancarkan aliran darah pada otot di sekitar rahim.
2.
Penanganan nyeri menstruasi dengan Obat Selain beberapa tindakan non obat sebagaimana dijelaskan diatas, solusi obat juga dapat diberikan untuk mengurangi nyeri menstruasi. Wylio (2011) menjelaskan beberapa solusi obat yang dapat digunakan antara lain : a.
Obat anti inflamasi Perawatan utama nyeri menstruasi adalah kelas obat yang disebut obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen. Obat-obatan tersebut bekerja dengan menghentikan produksi prostaglandin oleh tubuh. Obat-obatan tersebut juga dapat mengurangi kehilangan darah dengan mengurangi pembekuan darah di dalam rahim. Ada belasan merek obat berbasis NSAID yang dapat dibeli secara bebas di apotek dan toko obat.
b.
Pil KB Pil KB adalah solusi lain untuk nyeri menstruasi. Pil KB bekerja dengan mencegah terjadinya ovulasi, sehingga juga mencegah aktivitas prostaglandin yang menyebabkan nyeri menstruasi. Namun, pil KB bukanlah pilihan semua orang.
Menurut Wiknjosastro (2007 : 231), penanganan dismenore yaitu : 1. Penerangan dan Nasihat Perlu di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan. 2. Pemberian Obat Analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya. 3. Terapi Hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa ganggutan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. 4. Terapi dengan obat nonstreoid antiprostagladin Terapi dengan obat nonstreoid antiprostagladin memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorea primer. Termasuk disini indometasin,
ibuprofen, dn naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. 5. Dilatasi kanalis servikalis Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. 2.1.3 Konsep Pengetahuan 2.1.3.1 Pengertian Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan tentang dismenore merupakan sejauhmana seseorang khususnya remaja putri mampu mengetahui dan memahami tentang dismenore beserta penanganan yang tepat bila terjadi dismenore. 2.1.3.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Misalnya, remaja putri mempunyai pengetahuan dasar mengenai dismenore dan penangannya berdasarkan pengertahuan yang didapat dari sekolah ataupun dari lingkungan sekitar. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Pengetahuan tentang dismenore dan penanganannya yang didapat oleh remaja putri dari dunia pendidikan maupun lingkungan tersebut harus bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Analisa (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Remaja putri mampu menganalisis penanganan dismenore yang farmakologi dan yang non farmakologi.
5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.1.3.3 Kriteria Pengetahuan Menurut Nursalam (2008) 15egara15a untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai : a) Tingkat pengetahun baik bila skor atau nilai 76-100% b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c) Tingkat pengetahuan cukup kurang bila skor atau nilai ≤ 56% 2.1.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan a. Cara Tradisional 1) Cara coba-coba (trial and error) 2) Cara kekuasaan atau otoritas 3) Berdasarkan pengalaman pribadi 4) Melalui jalan pikiran b. Cara modern 1) Metode berfikir induktif 2) Metode berfikir deduktif
2.1.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subjek adalah : a. Usia Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berfikir dan mudah menerima informasi. b. Tingkat Pendidikan Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang akan diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. c. Intelegensi Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan keputusan masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan disbanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah. d. Sosial-ekonomi Mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya tetapi bagi masyarakat yang social ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil sikap dan tindakan.
e. Sosial-budaya Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai social keagamaan untuk memperkuat super egonya. 2.1.3.7 Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuesioner yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Hal ini tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Wawancara (Interview) Wawancara
adalah
suatu
metode
yang
dipergunakan
untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Gejala-gejala 17egara yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali melalui wawancara ( Notoatmodjo, 2003 ). Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Arikunto, 2006 ) Beberapa jenis wawancara, meliputi : a)
Wawancara tidak terpimpin. Wawancara tidak terpimpin di sini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi 17egar dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan itu
tidak sistematis, melompat-lompat dari atau peristiwa atau 18egar ke 18egar atau peristiwa yang lain tanpa berkaitan. Interview ini hanya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data guna memperoleh data-data khusus yang mendalam, yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara terpimpin ( Notoatmodjo, 2003 ). b) Wawancara terpimpin (structured or interview). Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup 18egara18a-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. ( Notoatmodjo, 2003 ) c)
Wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat 18egara kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara jenis ini mempunyai 18egar fleksibilitas (keluwesan) dan arah yang jelas. Oleh karena itu sering dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psychis antropologis, misalnya latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapanharapan, dan 18egara-unsur terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi ( Notoatmodjo, 2003 )
2.
Kuesioner Kuesioner merupakan laporan diri pribadi, pengetahuan, pendapat, sikap maupun keyakinan responden dari adanya fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat (misalnya terhadap program kesehatan, perilaku kesehatan, persepsi masalah kesehatan). Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket ) dan interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 116) Kuesioner ini menjadi sangat penting apabila peneliti ingin meneliti pendapat atau sikap umum dalam suatu masyarakat. Melalui kuesioner, peneliti dapat mengumpulkan data yang diperlukan dari bermacam-macam responden dengan waktu yang cukup pendek dan dana yang kecil. Namun kuesioner mempunyai sifat yang kaku dan kuesioner kadang-kadang mengungkap jawaban yang dipengaruhi keinginan pribadi, 19egara-unsur yang tidak perlu dan yang dikontruksi seperti logis dan rasional. (Nursalam, 2005 ).
2.2 Kerangka Teori Siswi
Menstruasi
Pengetahuan Dismenore
Upaya Penanganan
Gambar 2.1 Kerangka Teori 2.3 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Tentang
Upaya Penanganan
Dismenore
Dismenore
Dismenore Gambar 2.2 Kerangka Konsep 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah : Ada hubungan antara pengetahuan tentang dismenore dengan upaya penanganannya pada siswi kelas X di SMK Negeri 1 Batudaa.