BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu hamil (Gravida) Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu yang sangat mempengaruhi keadaan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 1998, hlm.158). Menurut Manuaba (1998, hlm.158) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu : 1. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kalinya 2. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan B. Hubungan Seksual 1. Defenisi Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland, 2002, hlm. 105). Selain itu, menurut Kamus Besar Indonesia (2003, hlm, 312), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. 2. Fisiologis Seks Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000, hlm. 55-59), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu : a. Fase kenikmatan atau bangkitnya gairah Fase ini dimulai dari hubungan kontak tubuh dengan pria, bukan oleh rangsangan seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu. xvii Universitas Sumatera Utara
Banyak wanita mengalami minat seksual yang tinggi pada saat tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai puncak, yang lebih lama dari pria. Selama itu, klitoris beraksi, saluran vagina lebih halus dan tebal karena dipenuhi pembuluh darah yang membentuk benjolan halus. Perubahan ini beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain. b. Fase Plateau Pada fase ini wanita akan merasakan penis bereaksi di dalam vaginanya. Banyak wanita mengatakan, bagian yang menyenangkan dari hubungan seksual, terpisah dari orgasme itu sendiri adalah perasaan ketika penis memasuki vagina. Jika wanita tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan
seksual,
wanita
tersebut
mungkin
menginginkan
pria
membantunya mencapai orgasme dengan mengusap daerah klitoris secara lembut atau mengusap dengan lidah dan bibir yang disebut dengan cunnilingus. Wanita mungkin lebih senang mengalami orgasme sebelum mereka memulai senggama atau setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua. c. Fase Orgasme Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di daerah klitoris baik secara langsung ketika wanita bermarturbasi atau dirangsang secara tidak langsung oleh gerakan penis ketika masuk ke dalam vagina. Setiap orang dewasa dan menerima orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa wanita menunjukkan, orgasme adalah perasaan nikmat yang xviii Universitas Sumatera Utara
tertinggi dari bangkitnya nafsu seks. Perasaan ini bisaanya dimulai di bagian pinggul, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Selama orgasme perasaan wanita berpusat pada sensasi dan sebagian besar pada pengeluaran cairan. Ini dimulai dengan saat-saat ketegangan yang tidak terkontrol, pelepasan ketegangan mental dan kelegaan. Hamper setiap wanita dapat mencapai orgasme dengan bermarturbasi, atau dengan rileks dan yakin terhadap hubungannya untuk memberitahu pasangan tentang kebutuhan sehingga dapat membantu mencapi orgasme dengan perangsangan. d. Fase Resolusi Pada pria dan wanita, kontraksi otot konklusif dan kenikmatan orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan penis pria, bisaanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme yang lain, tanpa selingan. Banyak wanita merasa cukup dengan hanya dengan satu orgasme. Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase resolusi, jaringan vagina dan vulva kehilangan cairan yang akan membasahi vagina. Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang pada fase plateu tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi lama dan ketegangan jaringan vagina lambat untuk dipulihkan. Rangsangan yang berulang dan kegagalan mencapai orgasme bisa menyebabkan frustasi fisik dan mental. Mungkin juga menyebabakan keluhan ginekologis yang bersifat psikomatis.
xix Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan Seksual Selama Kehamilan Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, atau pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sama membuat pasangan senang (Suririnah, 2004, ¶ 2, Berbahayakah Melakukan Hubungan Seksual dan Orgasme Selama Kehamilan. http://www.infoibu.com,
diperoleh tanggal 8
Oktober 2009). Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Kissanti, 2009, hlm. 93). Seperti yang dikemukan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multiple dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan
xx Universitas Sumatera Utara
responsif (http://www.ayahbunda.online.com, diperoleh tanggal 13 Oktober 2009). Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap perilaku seksual, dan dapat sebaliknya pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi (Pangkahila, 2002, ¶ 1, Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan. http://www.kompas.com, diperoleh tanggal 5 Oktober 2009). 4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Melakukan Hubungan Seks Menurut Eisenberg (2006, hlm. 308), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu: a. Kondisi fisik 1). Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama. 2). Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda. 3). Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak xxi Universitas Sumatera Utara
nyaman karena terhalang dengan perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah. 4). Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya. 5). Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara. 6). Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapai dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi. 7). Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua. (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).
xxii Universitas Sumatera Utara
b. Kodisi Psikologis 1). Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim. 2). Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature. 3). Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual. 4). Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka. 5). Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun
xxiii Universitas Sumatera Utara
sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi). 6). Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam. 7). Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu
terakhir
kehamilan,
maka
seringkali
dokter
menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature. (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310). 5. Beberapa Efek Kondisi Kehamilan terhadap Minat untuk Berhubungan Seksual pada Setiap Trismester. a. Trimester Pertama 1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu Pada trimester pertama, kemungkinan akan mengalami beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon ibu xxiv Universitas Sumatera Utara
merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala pun. Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan kondisi sebelum kehamilan. a). Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari. b). Produksi air ludah meningkat. c). Tubuh mudah lelah dan mengantuk. d). Payudara membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba. e). Mulut terasa pahit. f). Sering buang air kecil. g). Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan. h). Menginginkan atau menolak makanan tertentu (ngidam). i). Sembelit j). Sakait kepala atau pusing. k). Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak suka melihat seuami, sensitif pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain. l). Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m). Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain. 2). Efek terhadap Berhubungan Seksual Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi xxv Universitas Sumatera Utara
penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami. Rasa mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang. Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi. b. Trimester Kedua 1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua di antaranya : xxvi Universitas Sumatera Utara
a). Pergerakan janin yang mulai terasa. b). Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang. c). Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak berbau yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan hormon selama kehamilan. d). Nafsu makan mulai meningkat. e). Payudara tidak lagi nyeri. f). Produksi hormon progesteron meningkat. g). Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormon kehamilan dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya. h). Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih mudah berubah. i). Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya. 2). Efek terhadap Hubungan Seksual Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi Anda dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan. Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta xxvii Universitas Sumatera Utara
memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat. Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi. Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan rambut yang semakin bercahaya karena pengaruh hormon kehamilan. Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah karena khawatir berhubungan intim dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa si janin menyaksikan acara bercinta tersebut. c. Trimester Ketiga 1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu Mendekati masa persalinan, kemungkinan ibu hamil masih akan mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini xxviii Universitas Sumatera Utara
akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan. Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala yang biasanya masih dirasakan pada trimester terakhir ini. Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi masingmasing. a). Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari. b). Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab. c). Semakin mudah lelah dan napas pendek. d). Kram kaki, terutama di malam hari. e). Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol. f). Kemungkinan mengalami varises. g). Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang. h). Sering buang air kecil. i). Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions). j). Sulit tidur. 2). Efek Terhadap Hubungan Seksual Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali xxix Universitas Sumatera Utara
merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin. Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat
menjelang persalinan. Secara medis,
sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat. Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai, sebaiknya kunjungi dokter segera. Menurun atau meningkatnya keinginan untuk berhubungan seksual dengan pasangan di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena hal penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran, bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo, 2008, hlm. 46-52).
xxx Universitas Sumatera Utara
6. Mitos yang Telah Dianut oleh Ibu Hamil a. Posisi kanan dan kiri Mitos ini mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon, jika posisi pria ketika melakukan hubugan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-lakilah yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi yang akan lahir ialah bayi perempuan. Tentu saja informasi ini salah dan tidak rasional karena jenis kelamin bayi tidaklah ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual. Melainkan ditentukan oleh jenis spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Namun, jika spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur maka bayi laki-laki yang akan terbentuk. Akan tetapi, ternyata tidak sedikit orang yang memercayai mitos itu dan melakukannya. b. Boleh tidaknya berhubungan Anggapan lain yang juga tidak bisa dibenarkan tetapi beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama kehamilan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual mengganggu perkembangan bayi. Sebaliknya, ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan, sehingga tetap boleh dilakukan seperti sebelum masa kehamilan. Namun, anggapan ini juga tidak dapat dibenarkan. Karena, boleh tidaknya hubungan seksual dilakukan selama masa kehamilan lebih ditentukan oleh kondisi xxxi Universitas Sumatera Utara
kehamilan yang ada serta tentunya menurut hasil konsultasi Anda dengan dokter kandungan atau bidan yang menangani kehamilan (Suryoprajogo, 2009, hlm. 73-75). c. Harus sering Salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat ialah hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka sel jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi (Pangkahila, 2007, ¶ 1, Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan. http://www.kompas.com, diperoleh tanggal 5 Oktober 2009). 7. Cara untuk Mempertahankan Hubungan Seksual Menurut Einberg (2006, hlm. 313), hubungan seksual yang baik dan tahan lama seperti hubungan pernikahan yang dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun dalam satu hari (atau satu malam yang sangat indah sekalipun). Hubungan ini tumbuh bersamaan dengan pengalaman, kesabaran, saling xxxii Universitas Sumatera Utara
pengertian, dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan yang mengalami banyak tekanan fisik dan emosional. Berikut ini beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual kehamilan yaitu : a. Jangan tergantung dari keharusan dan berapa seringnya anda melakukan hubungan seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari pada jumlahnya, terutama selama hamil. b. Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain untuk mempertahankan keintiman, misalnya berciuman atau mencium leher, berpegangan tangan, mengusap punggung, memijat kaki, membagi minuman susu di tempat tidur, menonton TV. c. Bicarakan setiap masalah secara terbuka, jangan disembunyikan atau dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri, mintalah bantuan keluarga atau bantuan professional. d. Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan. e. Mencoba poisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan. f. Bila dokter anda melarang hubungan seksual selama kehamilan, tanyakan apakah orgasme diperbolehkan (melalui masturbasi mutual). Anda masih dapat menikmati hubungan seksual ini dengan tidak mencapai klimaks. Bila anda tidak diperbolehkan mengalami orgasme, setidaknya anda mendapatkan kepuasan dari memberikan kepuasan kepada pasangan anda.
xxxiii Universitas Sumatera Utara
8. Posisi-Posisi dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama kehamilan Kehamilan bukan berarti tidak dapat melakukan hububan seks, tetapi saat kehamilan membesar perlu memilih memilih hubungan seks yang aman. Prinsipnya ibu hamil tetap bisa melakukan hubungan suami istri selama kehamilan, dengan alasan secara medis dan atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seks. Pada saat kehamilan sudah semakin membesar maka perut pun akan semakin membesar dan saat itu perlu melakukan dan mencari posisi seks yang nyaman saat melakukan hubungan seks (Suryoprajogo, 2008, hlm. 63-69). a. Posisi misionaris Pria menindih wanita dari atas dan saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri. b. Saling berhadapan, istri diatas Suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok diatasnya dan membantu memasukkan kemaluan dengan lengan, atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengn lengan, atau melingkarkan tangan disekeliling pinggang istri. Posisi ini yang paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik. c. Posisi penetrasi dari belakang Wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan xxxiv Universitas Sumatera Utara
bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya mengontrol dalamnya penetrasi dengan dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan-bulan terakhir kehamilan. d.
Posisi duduk Suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling memangkul. Posisi ini bisaanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.
e. Posisi berlutut atau berdiri Dengan agak melipat lutu, suami dapat memasukkan penis dari belakang istri melingkarkan lengannya pada leher suami dan melingkarkan kaki suami antara kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta. 9. Komplikasi Hubungan Seksual pada Kehamilan Wanita yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama selama 3-4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu, prostaglandin yang ada di dalam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran (Pangkahila, 2002, ¶ 1, Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan. http://www.kompas.com, diperoleh tanggal 5 Oktober 2009). Menurut Westheimer (2002), ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus kehamilan sebagai berikut; xxxv Universitas Sumatera Utara
a. Placenta Previa karena dapat mengganggu plasenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kehaliran premature. Jika posisi plasenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan dengan operasi caesar. b. Afasemen dan dilatasi pada serviks. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa serviks yang mengalami efasmen atau dilatasi dalam awal kehamilan, memiliki resiko besar melahirkan bayi premature. Walaupun kebanyakan peneliti tidak meyakinkan, penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya kantong amnion. Jika dokter melarang anda berhubungan seks, diskusikan semua faktor diatas dan tanyakan apakah boleh berhubungan seks menggunakan kondom. c. Serviks lemah, berarti serviks tidak cukup kuat Manahan kehamilan hingga saat persalinan tiba. Wanita yang telah di diagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan operasi yang disebut stitch. Walaupun tidak ada bukti ilmiah bahwa hubungan seks bisa membahayakan, kebanyakan dokter sepakat untuk membatasi hubungan seks jika terdapat jahitan pada rahim anda. d. Perdarahan, khususnya jika kehamilan anda belum memasuki minggu ke 37 dari kehamilan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk puasa dari hubungan seks hingga perdarahan berhenti. Jika pendarahan terjadi lagi dan khususnya setelah hubungan seks, dokter akan menyarankan anda untuk sama sekali tidak berhubungan seks. e. Cairan amniotic bocor atau ketuban pecah, kaena hubungan seks pada kondisi ini menambah resiko infeksi.
xxxvi Universitas Sumatera Utara
Selain itu pasangan suami istri juga tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus-kasus kehamilan seperti : riwayat kelahiran premature, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahuinya penyebabnya, suami atau istri yang menderita penyakit menular, pasangan menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat hubungan seksual, janin multiple (Suririnah, 2004, ¶ 2, Berbahayakah Melakukan Hubungan Seksual dan Orgasme Selama Kehamilan. http://www.infoibu.com, diperoleh tanggal 8 Oktober 2009). 10. Hasil Penelitian Lain yang Berhubungan Dalam melakukan hubungan seks pada Ibu hamil: Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cikmah yang berjudul “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Menolak dalam Berhubungan Seks di BPS Karang Rejo Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Tahun 2008”, yang mana menjelaskan hasil dari penelitiannya diketahui, berdasarkan hasil survei awal didapatkan sebanyak 10 orang ibu hamil dengan 7 orang (70%) tidak melakukan hubungan seksual, sementara dari 10 orang 7 orang di antaranya (70%) tidak mengerti tentang hubungan seksual yang aman selama kehamilan. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa faktor adat istiadat dan mitos tidak mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan seks selama hamil, sedangkan faktor keadaan atau kondisi ibu sangat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan hubungan seks selama hamil.
xxxvii Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55). Variabel independen
Variabel dependen
• Kondisi fisik ibu hamil • Psikologis ibu hamil • Mitos yang dianut ibu hamil
Hubungan Seks
Skema. 3.1 Skema kerangka konsep B. Hipotesis 1. Adanya hubungan kondisi fisik ibu hamil dengan melakukan hubungan seks. 2. Adanya hubungan psikologis ibu hamil dengan melakukan hubungan seks. 3. Adanya hubungan mitos yang dianut ibu hamil dengan melakukan hubungan seks.
xxxviii Universitas Sumatera Utara
C. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional
N Variabel
Defenisi
Cara Ukur
Alat
Hasil
Skala
o
1.
2.
Hubungaan
Hubungan
Wawancara Kuesioner Menolak
seks
persetubuhan antara
(7 < Median di
pria dan wanita yang
atas total skor)
dilakukan pada saat
Tidak menolak
wanita dalam
(7 > Median di
keadaan hamil
bawah total skor)
Kondisi
Perubahan-perubahan
Wawancara Kuesioner Berpengaruh
fisik ibu
fisik yang dialami ibu
(3 < Median di
hamil
selama hamil di lihat
atas total skor)
dari kondisi tubuh
Tidak
dan bentuk fisik
berpengaruh
tubuh seperti:
(3 > Median di
mual muntah,
bawah total skor)
Nominal
Nominal
keletihan, perut buncit, menyempitnya genital, kebocoran kolostrum,
xxxix Universitas Sumatera Utara
perdarahan dll. 3.
Psikologis
Prilaku atau cara
Wawancara Kuesioner Berpengaruh
ibu hamil
berfikir ibu hamil
(2 < Median di
yang bersifat secara
atas total skor)
kejiwaan dan
Tidak
emosinal yang
berpengaruh
dialami selama hamil.
(2 > Median di
Nominal
bawah total skor) 4.
Mitos
Suatu asumsi atau
Wawancara Kuesioner Percaya
persepsi yang dianut
(2 < Median di
dan dijalani oleh ibu
atas total skor)
selama hamil seperti:
Tidak percaya
posisi dalam
(2 > Median di
melakukan hubungan
bawah total skor)
Nominal
seks menentukan jenis kelamin bayi.
xl Universitas Sumatera Utara