8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kehamilan 1.
Pengertian Kehamilan Gravida adalah seseorang wanita yang hamil. Sedangkan Primigravida yaitu ibu yang hamil untuk pertama kalinya. Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan terdiri dari 4 minggu (Saidun, 2001). Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa diketahui pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada masa ovulasi diadakan persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani (sperma) bertemu. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Bobak, Lowdermild, 2004).
2.
Karakteristik Ibu Hamil Ibu hamil yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan rencana dari hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk
9
bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat umumnya dijumpai pada ibu hamil. Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitivitas terhadap orang lain ini membinggungkan
calon
ibu
dan
orang-orang
di
sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata, dan ledakan kemarahan serta perasaan sukacita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali, hal ini diungkapkan oleh pasangannya (Bobak, Lowdermilk, 2004). Calon ibu perlu mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan. Terlebih selama hamil, karena ibu akan mengalami banyak perubahan, secara fisik maupun emosi. Pada trimester pertama, secara fisik memang belum begitu tampak banyak perubahan. Perubahan yang terjadi lebih kearah keluhan akhibat adanya perubahan hormonal. Hal ini tentu akan membuat calon ibu merasa tidak nyaman dengan kehamilannya, oleh sebab itu calon ibu harus memiliki pengetahuan mengenai perubahan yang terjadi didalam dirinya. Dengan demikian calon ibu menjadi lebih percaya diri dan tidak mudah
mengalami
kecemasan
menghadapi
gejala-gejala
umum
kehamilan. Berikut berbagai karakteristik ibu hamil menurut dr. Judi Januadi, SpOG yang dikutip oleh Koesworini dan Kurniasih Dedeh (2004) adalah :
10
a.
Morning sickness Penyebab morning sickness atau mual-muntah dipagi hari adalah peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum darah ibu, biasanya berlangsung sejak kehamilan usia 5-7 minggu dan berhenti saat kehamilan berumur 12-14 minggu.
b.
Mengidam Penyebab ngidam tetaplah misteri. Bisa karena tubuh kekurangan sejumlah nutrien atau zat gizi tertentu. Akibatnya, otak akan mengeluarkan respon dan menimbulkan keinginan untuk mencukupi kekurangan zat gizi tersebut. Dugaan terbesar karena perubahan kadar hormon pada ibu hamil. Hormon HCG meningkat saat kehamilan umur 60 hari atau 2 bulan dan menurun dengan sendirinya setelah kehamilan 4 bulan. Itulah mengapa mengidam kerap terjadi di awal-awal kehamilan. Tetapi bisa juga berlangsung sepanjang kehamilan, biasanya karena masalah psikologis.
c.
Perut kembung Di awal kehamilan tubuh akan memproduksi progesterone dan estrogen yang cenderung melemaskan jaringan otot halus termasuk di pencernaan, akibatnya kadang-kadang makanan berjalan lambat di dalam sistem pencernaan sehingga perut terasa kembung.
d.
Sakit Kepala Sakit kepala sering terjadi pada trimester pertama. Secara sistemik tensi ibu hamil turun sekitar 10-15 mmHg. Sehingga
11
menyebabkan anemia yang juga menimbulkan sakit kepala. Sabab lain karena infeksi kuman atau flu serta migren. e.
Kram Betis Kram betis sering terjadi di bulan-bulan awal dan akhir kehamilan. Saat hamil muda terjadi karena kurangnya beberapa vitamin dan mineral, seperti vitamin E, B kompleks, dan kalsium. Sedangkan pada kehamilan tua disebabkan rahim menekan saluran darah di panggul, sehingga otot-otot kurang mendapatkan darah.
f.
Mimisan Merupakan hal yang wajar bila ibu hamil mengalami mimisan atau epitaksis yang disebabkan pecahnya pembuluh darah di hidung, hal ini dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ibu, ada tidaknya riwayat penyakit kronis dan pemenuhan gizi yang cukup pada ibu hamil.
g.
Perubahan Emosional Masa yang paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester pertama, karena perubahan aktivitas hormonal ibu sedang besar-besarnya. Perubahan ini dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu, termasuk kecemasan berkaitan dengan penampilan fisiknya. Bagi ibu hamil yang hubungannya dengan suami relatif rapuh atau memiliki konsep diri rendah, kehamilan kerap dipersepsikan sebagai keadaan yang mengancam. Cukup banyak ibu yang merasa khawatir bahwa kehamilan akan
12
menurunkan daya tariknya dan membuat pasangan melirik pada perempuan lain. h.
Poliuri atau Sering Kencing Sering kencing disebabkan peningkatan hormonal yang menyebabkan semua sistem di dalam tubuh naik sehingga produksi urine juga naik. Selain itu juga dipengaruhi oleh perubahan posisi rahim, semakin besar kehamilan semakin menekan kandung kemih. Sehingga kapasitas kandung kemih yang semula 500 cc menjadi 200 cc sudah penuh.
i.
Sembelit atau Konstipasi Terjadi pada kehamilan usia 12-14 minggu, yang disebabkan karena usus tertekan rahim yang mulai membesar, selain hal itu juga disebabkan karena penurunan gerak peristaltik di saluran cerna, salah pola makan atau pola makan kurang baik, kurang minum, serta penyakit hirschsprung (penyakit bawaan yang disebabkan kelainan syaraf pada ujung saluran cerna sehingga kotoran susah lewat) dan penyakit wasir.
3.
Komplikasi Kehamilan yang berkaitan dengan hubungan seksual Komplikasi kehamilan yang berkaitan dengan hubungan seksual selama masa kehamilan Menurut Liewellyn Derek & Jones (2005) adalah sebagai berikut : a.
Aborsi Sekitar 1 dalam 6 kehamilan berakhir dengan keguguran. Paling sering antara minggu ke-6 dan ke-10 kehamilan. Keguguran
13
lebih jarang terjadi di antara wanita di bawah usia 25 tahun, di mana kasusnya adalah 1 dalam 10 wanita, dan umumnya pada wanita yang berusia lebih tua. Setelah usia 35, 1 dalam 5 kehamilan berakhir dengan keguguran. Tanda pertama dari keguguran adalah perdarahan. biasanya berupa keluarnya darah sedikit atau secara tidak tetap. Kadang setelah beberapa jam atau hari, diikuti dengan keluarnya cukup banyak darah dari vagina hingga menyerupai haid. Dalam kasus lain perdarahan lebih berat diawal dan mungkin diikuti dengan kram, menyerupai sakit haid sewaktu haid. Jika wanita hamil mulai mengalami perdarahan paruh pada pertama, sebaiknya diperiksakan ke dokter. b.
Kelahiran Prematur Sekitar 1 dalam 15 wanita melahirkan bayinya sebelum minggu ke-37 kehamilan. Ibu biasanya menyadari jika hendak melahirkan premature dengan meningkatnya kontraksi rahim yang teratur dan menyakitkan selama kehamilan. Ibu juga akan merasakan muncul atau pecahnya selaput yang menyebabkan keluarnya air ketuban dari vagina. Jika salah satu tanda tersebut terjadi ibu di haruskan segera menghubungi dokter. Kesulitan utama dalam persalinan perterm adalah perawatan bayi preterm, yang semakin muda usia kehamilan nya semakin besar morbiditas dan mortalitas. Angka kematian neonatal menunjukkan penurunan pada golongan 1000-1500 gram. Hal ini dapat menunjukkan teknologi dapat mempunyai perananan yang
14
banyak, terutama dalam hal perawatan sindrom gawat nafas. Kondisi yang menimbulkan partus preterm : 1)
Hipertensi Tekanan
darah
tinggi
menyebabkan
penolong
cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat. 2)
Perkembangan janin terhambat Perkembangan janin terhambat IUGR (Intra Uterine Growth Retraction) merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3)
Solusio plasenta Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan perterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar yaitu 11%.
4)
Plasenta previa Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan perterm akhibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena janin mengalami hipoksia.
15
5)
Diabetes Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogam umumnya gula darah dapat dikendalikan.
6)
Kontraksi yang berkepanjangan Pada saat wanita mengalami orgasme saat hubungan seksual, terjadi kekejangan otot seluruh tubuh termasuk otot rahim. Kekejangan otot rahim yang terlalu kuat ini bisa menyebabkan keguguran atau bahkan lahir premature atau belum waktunya. Tak jarang wanita yang tengah hamil mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual.
7).
Ketuban pecah dini Ketuban
pecah
mungkin
mengawali
terjadinya
kontraksi atau sebaliknya. Ketuban pecah dini bisa terjadi karena hubungan seksual yang tidak hati-hati selama masa kehamilan dan juga bisa terjadi bila dalam melakukan hubungan seksual tidak mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin yang sedang dukandung, Serta adanya beberapa kondisi yang mungkin menyertai dalam kehamilan seperti; serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan servik dan lain-lain.
16
B.
Aktivitas Hubungan Seksual 1.
Pengertian Seksual Dorongan seksual adalah kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan yang berbau seksual dari seorang lain atau lebih, biasanya dari jenis yang berlawanan. Dorongan tersebut muncul pada awal remaja dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup. Seksualitas meliputi perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan seks baik melalui biologi maupun melalui belajar sosial. Manusia memiliki kesinambungan seksualitas biologis artinya kehidupan seks manusia dapat berlangsung setiap saat (Horton & Hunt, 2003). Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut (Alimul, 2006).
2.
Tinjauan seksual dari beberapa aspek Menurut Aziz Alimul (2006) makna seksual dapat ditinjau dari berbagai aspek di antaranya adalah : a.
Aspek Biologis Aspek ini mendukung dari segi biologis seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuihan seksual.
17
b.
Aspek Psikologis Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuahperasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
c.
Aspek Sosial Budaya Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.
3.
Fase dalam Hubungan Seksual Hubungan Seksual merupakan ungkapan cinta yang paling dalam antara suami istri. Hubungan seksual adalah suci bila dilaksanakan hanya dalam ikatan perkawinan (Halim, 1996). Respon ibu dalam persetubuhan di bedakan menjadi Empat menurut Masters dan Johnson yang dikutip oleh Liewellyn Derek & Jones (2005) adalah sebagai berikut : a. Tahap Suka Cita Pada wanita ditandai dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami penebalan, meningkatnya sensitivitas klitoris, puting susu menegang, dan ukuran buah dada meningkat. Pada ibu hamil terjadi pembengkakan klitoris dan areola, saluran vagina. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada penis dan penebalan atau elevasi pada skortum.
18
b. Tahap Kestabilan. Pada tahap ini vagina dan sekitarnya menjadi basah karena proses lumbrikanase yang terjadi pada kelenjar yang bermuara di vagina bagian bawah. Pada kondisi seperti inilah vagina telah siap untuk dimasuki penis. c. Tahap Orgasme (Puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan sfingter, uretra, dan otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada Sfingter kandung kencing, hiperventilasi, dan meningkatnya denyut nadi. d. Tahap Resolusi (Peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita ditandai adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi, tekanan darah, otot-otot berangsur kembali normal. Pada laki-laki denyut pernafasan dan denyut nadi serta ditandainya melemasnya penis. 4.
Aktifitas Seksual Aktivitas seksual Menurut Liewellyn Derek & Jones (2005) adalah sebagai berikut di bawah ini : a.
Petting adalah istilah Amerika. Artinya suatu percumbuan antara pasangan tanpa persenggamaan. Dalam petting ringan pasangan berciuman, melakukan kontak badani (biasanya berpakaian lengkap). Petting yang berat, ciuman, gigitan cinta, remasan payudara, dan usapan pada klitoris untuk orgasme dan
19
juga pada penis untuk ejakulasi, diterima dengan berbagai tingkatan.
Petting
mempunyai
peran
penting
dalam
perkembangan perilaku seksual karena menawarkan peluang untuk menyelidiki tubuh, alat kelamin, dan interaksi emosional. Pentingnya sentuhan dan bangkitnya nafsu seks merupakan salah satu sarana petting. Tanpa itu kenikmatan seksual akan berkurang bagi kedua pihak. b.
Cunnilingus adalah rangsangan yang lembut di daerah klitoris dengan mengunakan lidah dan bibir untuk membantu mencapai orgasme.
c.
Coitus atau Senggama. Dalam bahasa latin senggama disebut coitus. Senggama sudah dianggap sebagai pelepas ketegangan seksual. Pada tahun-tahun awal pernikahan, senggama sering dilakukan, sekitar satu atau beberapa kali sehari. Namun kemudian berkurang setelah satu atau dua tahun, menjadi dua atau tiga kali seminggu hingga usia 35 tahun. Pada usia setengah baya, frekuensi senggama sering menjadi satu kali seminggu atau kurang tetapi variasinya sangat beragam.
d.
Masturbasi. Satu-satunya dampak yang mungkin adalah perasaan bersalah. Masturbasi mempunyai beberapa nilai positif karena melalui masturbasi suami atau istri bisa mempelajari bagian tubuhnya.
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Hubungan Seksual
20
Terdapat
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
gangguan dalam fungsi seksual Menurut Aziz Alimul (2006) di antaranya adalah : a.
Tidak adanya panutan atau Role model
b.
Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya trauma, obat, kehamilan, atau abnormalitas genetalia.
c.
Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah seksual.
6.
d.
Adanya penyimpangan psikoseksual.
e.
Konflik terhadap nilai.
f.
Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.
Seks Dalam Kehamilan Menurut Wimpie Pangkahila (2006), hubungan seksual selama hamil tetap boleh dilakukan. Tapi pada tiga bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sesering seperti biasanya, pasalnya jika hubungan seksual dipaksakan pada bulan pertama usia kehamilan, dikhawatirkan bisa terjadi keguguran spontan. Selain tiga bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga lebih berhati-hati dalam melakukan hubugan seksual pada saat tiga bulan menjelang waktu melahirkan. Sebab, dikhawatirkan menjadi kehamilan dini. perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta (Wiknjosastro, 2005).
21
Keguguran bisa disebabkan banyak hal. Misalnya, karena trauma pada perut, penyakit, atau karena hal-hal ringan seperti nutrisi yang kurang bagus. Selain itu keguguran juga bisa terjadi akhibat kekejangan otot rahim yang terlalu kuat inilah yang bisa menyebabkan keguguran. Tak jarang wanita yang tengah hamil mengalami perdarahan setelah berhubungan badan (Llewellyn DerekJones, 2005). Menurut Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG Yang dikutip oleh Hasto Prianggoro (2006). Di dalam pembuluh rahim terdapat pembuluh darah yang masuk ke ari-ari, pembuluh darah inilah yang menyuplai oksigen ke bayi, pada saat wanita orgasme, pembuluh darah ini terjepit, dikhawatirkan suplai oksigen ke bayi akan terhambat. Tapi selama kontraksi yang terjadi tak berkepanjangan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena itulah, wanita yang pernah mengalami keguguran juga disarankan untuk lebih berhati-hati melakukan hubungan seksual saat hamil. Bahkan kalau mungkin di hindari. Pasangan perlu bebas membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu satu dengan yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan
22
perubahan-
perubahan
yang
mereka
alami,
pasangan
dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan (Bobak, Lowdermilk, 2004). 7.
Manfaat Hubungan Seksual selama Kehamilan Walaupun
dalam
kondisi
hamil,
keinginan
untuk
berhubungan seksual pasti tetap ada karena manusia memang dikodratkan mempunyai kebutuhan biologis tersebut. Menurut Pangkahila Wimpie (2006) manfaat dari hubungan seksual selama masa kehamilan ini adalah : a. Dapat meningkatkan keharmonisan dan kehangatan cinta bagi suami-istri karena perasaan bahagia telah hamil sehingga dapat dirasakan bersama kebahagiaan ini melalui hubungan seksual. b. Menambah gaya dan seni baru dalam bercinta selama kehamilan. c. Dapat mempermudah kelancaran dalam proses persalinan karena dengan hubungan seksual melatih otot-otot uterus berkontraksi. d. Dapat menghindari suami melakukan penyelewengan seksual kepada orang lain selain istrinya. e. Meningkatkan ikatan kebersamaan antar suami-istri. f. Tidak terjadi masalah antara suami-istri yang berpangkal pada hubungan seksual selama kehamilan. 8.
Cara aman melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan Pada prinsipnya wanita hamil boleh melakukan hubungan seksual selama perutnya tidak tertindih saat berhubungan dan ibu hamil bisa menikmati hubungan tersebut. Kehamilan dapat
23
merupakan waktu yang terbaik dimana sebuah pasangan dapat mencoba posisi berhubungan seksual yang berbeda atau bervariasi. Dan yang harus diperhatikan adalah jangan sampai penis menekan mulut rahim, karena itu sebaiknya dipilih posisi yang paling tidak menekan perut ibu hamil. Berikut ini adalah posisi seks yang disarankan Menurut Sri Lestariningsih (2006) adalah: a. Diusia kehamilan pertengahan, dimana perut belum terlihat besar. Berhubungan seks dengan cara menyamping berhadapan. Pria berada diatas tapi ia miring ke salah satu sisi atau bertahan dengan lengan, agar berat badannya tak menekan wanita. b. Di usia kehamilan tua, dimana perut sudah tampak besar, dapat menggunakan posisi : 1)
Wanita berada diatas tetapi hindari penetrasi yang dalam. Posisi ini berarti meniadakan tekanan terhadap perut ibu hamil.
2)
Pria duduk atau tidur di kursi atau tempat tidur dan wanita berada di atasnya. Selain tidak membebani kehamilan, mengatur
posisi irama
ini
juga
hubungan
memudahkan sekaligus
wanita
mengurangi
tekanan di dinding rahim. 3)
Posisi All Fours atau menungging, penetrasi dilakukan pria dari belakang. Dengan posisi ini tidak ada tekanan terhadap perut dan payudara ibu hamil.
24
4)
Pasangan berbaring menghadap satu arah dengan posisi wanita di depan pria, penetrasi dilakukan pria dari belakang.
5)
Posisi
Spoon
yaitu
posisi
menyamping
kedua
pasangan.pria di belakang wanita tapi keduanya dalam posisi miring seperti Spoon. 9.
Hambatan Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan Sebenarnya bertambah besarnya ukuran perut pada ibu hamil bukanlah suatu hambatan dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Hasto Prianggoro (2006) berikut ini adalah hal-hal yang menjadi hambatan dalam hubungan seksual pada masa kehamilan : a. Setiap kali terjadi perdarahan yang diketahui sebabnya. b. Selama trimester pertama, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau pun menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran. c. Selama 8-12 minggu terakhir, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukkan tandatanda ancaman keguguran. d. Bila membran amnion atau (selaput ketuban) pecah. e. Bila terjadi plasenta previa (Plasenta terletak di dekat atau di atas leher rahim), sehingga dapat menyebabkan janin keluar terlalu dini pada hubungan seksual, menyebabkan perdarahan dan mengancam ibu serta janinnya. f. Selama trimester akhir pada kehamilan kembar atau gemilli.
25
C.
Persepsi 1.
Pengertian Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi inderawi atau sensori stimulasi (Rakhmat, 2005). Menurut Brian Fellows yang dikutip oleh Dedy Mulyana (2004) Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Sedangkan Philip Goodacre & Jennifer Follers menyatakan Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.
2.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Berikut
ini
beberapa
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi persepsi baik dari faktor internal maupun eksternal Menurut Jalaluddin Rachmat (2005) dan Horton & Hunt (2006) adalah sebagai berikut : a. Obyek yang dipersepsi. Obyek memimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
26
b. Alat Indra, Saraf, dan Pusat susunan Saraf. Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian.
Untuk
menyadari
atau
mengadakan
persepsi
diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu
yang
ditujukan
kepada
sesuatu
atau
sekumpulan obyek. d. Budaya. Menurut Sir Edward Taylor, “Menyebutkan kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat”. Intinya Kebudayaan adalah Segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. e. Pengalaman. Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bisa bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
27
f. Informasi. Era tehnologi zaman sekarang ini lebih dari kata maju, banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya. Baik dari media cetak seperti Koran, majalah, tabloit, dll. Serta dari media elektronik seperti TV, Internet dengan acara yang kita bisa langsung ikut dalam interaktif di dalamnya. 3.
Proses Terjadinya Persepsi Proses persepsi dimulai dari obyek yang menimbulkan stimulus mengenai alat indra atau reseptor, proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologi. Kemudian terjadi uatu proses didalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akhibat dari stimulus yang diterima. Proses yang terjadi diotak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang sesuatu yang di terima melalui alat indra atau reseptor. Faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi yaitu berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek- efek syaraf yang ditimbulkan pada system syaraf individu (Rakhmat, 2005). Jadi menurut penulis Persepsi adalah Proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan
28
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua : Persepsi terhadap obyek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia atau sosial. Persepsi terhadap manusia lebih sulit
dan
kompleks, karena manusia manusia bersifat dinamis. Menurut Dedy Mulyana (2004) Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut : a. Persepsi terhadap obyek. Persepsi terhadap obyek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya). b. Persepsi terhadap Lingkungan Fisik. Persepsi lewat sentuhan, penciuman, dan pengecapan, mempunyai nilai bukti lemah. Persepsi visual sering keliru seperti identifikasi, pengenalan, penilaian
jarak,
perkiraan
jumlah
orang,
latar
belakang
pengalaman, budaya, dan suasana psikologis yang berbeda membuat perbedaan persepsi atas suatu obyek. c. Persepsi terhadap Manusia atau Sosial. Persepsi sosial adalah proses menangkap obyek-obyek sosial dan kejadian. Kejadian yang dialami dalam lingkungan manusia, bersifat emosional sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko.
29
4.
Mitos Hubungan Seksual Selama Kehamilan Banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan megikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos tersebut (Pangkahila Wimpie, 2005 ). Banyak yang bilang tak boleh berintim-intim saat hamil. Banyak sekali masyarakat bertanya, bolehkah wanita yang sedang hamil
melakukan
hubungan
seksual?
Pertanyaan
ini
sering
menghantui pasangan suami-istri. Bahkan tak jarang pasangan tak melakukan hubungan seksual selama istri hamil karena rasa takut yang sebetulnya tak beralasan. Menurut Ikhwal Millis (2006) mitosmitos seks di seputar kehamilan tersebut di antaranya adalah : a. Harus sering dilakukan Hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat tumbuh subur dan sehat. Alasannya dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami-istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Tidak ada hubungan antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim tidak ada hubungan pula antara sperma
30
dan pertumbuhan
bayi.
Artinya
kalau selama hamil
melakukan hubungan seksual, maka sel jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan, yang benar adalah kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi. b. Posisi kanan dan kiri Mitos yang lain mengkaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan di lahirkan. Konon kalau posisi pria ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan, informasi ini tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan posisi pria ketika berhubungan seksual. Jenis
kelamin
bayi
ditentukan
oleh
jenis
sel
spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur. Kalau spermatozoa
dengan
kandungan
kromosom
X
yang
membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki- laki. Tetapi ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.
31
c. Boleh-tidaknya berhubungan Satu lagi mitos yang beredar luas adalah hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan bayi, hal ini tidak benar karena tidak ada alasan hubungan seksual pasti mengganggu perkembangan bayi. Sebaliknya ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akhibat apapun terhadap kehamilan, sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelumnya, hal ini juga tidak selalu benar tergantung kondisi kehamilan calon ibu. 5.
Persepsi Ibu Hamil Primigravida Menurut Horton & Hunt (2006), di mana-mana kehidupan sosial selalu penuh dengan berbagai masalah dan manusia tampak telah mencoba setiap cara yang mungkin untuk menghadapi masalah yang serupa. berbagai masyarakat telah menemukan berbagai macam pola yang dapat dilaksanakan. Hal yang sama berlaku untuk ribuan macam perilaku, setiap cara merupakan kumpulan dari sejumlah kemungkinan, yang semuanya kurang lebih dapat dikerjakan. Melalui coba-coba, situasi kebetulan, atau beberapa pengaruh yang tidak disadari sekelompok orang. Sampai pada salah satu kemungkinan ini, mengulanginya, dan menerimanya sebagai cara yang wajar untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
32
Begitu
pula
dengan
persepsi
ibu
hamil
khususnya
primigravida mengenai hubungan seksual selama masa kehamilan. Banyak persepsi ibu hamil yang
dipengaruhi oleh budaya yang
diwariskan dari nenek moyangnya atau leluhurnya. Sering kali ibu hamil merasa cemas dan khawatir terhadap hal yang tidak beralasan. Padahal belum tentu warisan pengetahuan itu semuanya benar dan aman sesuai dengan kaidah yang seharusnya, mungkin saja hal tersebut sekedar mitos belaka yang kebenarannya belum bisa dibuktikan. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tehnologi sekarang ini, ketidak benaran itu bisa ditepis. Segala macam bentuk informasi dapat kita dapatkan dari sumber-sumber yang ahli dan berkompeten dibidangnya (Horton & Hunt, 2006).
33
D.
kerangka teori
Faktor internal: - Indra - Perhatian - Pengalama n
Factor eksternal: - Obyek - Informasi - Budaya/ lingkungan
Persepsi Primigravida tentang hubungan seksual selama kehamilan
Enjoy (aman)
-
Takut dan Cemas: Abortus Kelahiran prematur KPD IUGR
Penjelasan dan keyakinan tentang : - Keamanan melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan - Hal yang harus diwaspadai untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan
Peningkatan pengetahuan dan keyakinan primigravida Gambar 2.1 Keterangan : ; Tidak diteliti
; Yang diteliti
(Sumber : Rakhmat, 2005 ; Horton & Hunt, 2006 ; Liewellyn, 2005)
34
E.
Fokus Penelitian
Hubungan seksual Kecemasan atau Ketakutan
Persepsi primigravida tentang Hubungan seksual masa kehamilan
Manfaat Hambatan Komplikasi Cara aman Sumber informasi
Gambar 2.2 (Sumber : Rakhmat, 2005 ; Pangkahila Wimpie, 2006 ; Hasto Prianggoro, 2006 )
F. Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki variable Univariat atau variabel tunggal yaitu Persepsi ibu hamil primigravida tentang hubungan seksual selama masa kehamilan.