13
BAB II TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi Masa
kehamilan
dimulai
dari
konsepsi
sampai
lahirnya
janin.Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) : (a) kehamilan triwulan I antara 0-12, (b) kehamilam triwulan II antara minggu 12-28, dan (c) kehamilan triwulan III antara minggu 2840(Mochtar,R.2012;hal 35). Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi,kehamilan normal akan
berlangsung
dengan
dalam
waktu
40
minggu
(Prawirohardjo,2010;h.213). b. Tanda-tanda dan gejala kehamilan 1) Tanda – tanda presumtif. a) Amenorea (tidak mendapat haid) Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus Naegele : TTP = (hari HT + 7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1). 13
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting) Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi).Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum. c) Mengidam (ingin makanan khusus) Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama.Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan. d) Pingsan Jika berada pada tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan. e) Tidak ada selera makan (anoreksia) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali. f) Lelah (fatigue) g) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan elveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar. h) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
i) Konstipasi/ obsitpasi karena tonus otot – otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid. j) Pigmentasi kulit kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea nigra = grisea). k) Pemekaran vena – vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis, dan
vulva,
biasanya
dijumpai
paa
triwulan
akhir
(Mochtar,R.2012;hal 35). 2) Tanda – tanda kemungkinan hamil a) Perut membesar. Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim. b) Tanda hegar, ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimunial saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu c) Tanda Chadwick; perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat du porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran veria karena peningkatan kadar estrogen d) Tanda Piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu e) Kontraksi = kontraksi uterus jika dirangsang = Braxton Hicks f) Teraba ballotement g) Reaksi kehamilan positif(Manuaba,2009;hal 73).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
3) Tanda pasti (tanda positif) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian – bagian janin. Denyut jantung janin a) Didengar dengan stetoskop monoaural Laenec b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler c) Dicatat dengan foto elektrodiogram d) Dilihat pada ultrasonografi(Mochtar,R.2012;hal 36-37). c. Diagnosis Banding Kehamilan Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan : 1) Hamil palsu ( pseudocyesis= kehamilan spuria): Gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorea, perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, bahkan wanita tersebut merasakan gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan, uterus tidak membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif 2) Miomi uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol – benjol. Tanda kehamilan
negatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan
lainnya. 3) Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar, tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tana- tanda kehamilan lain negatif 4) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan kateter, keluar banyak urin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
5) Hematometra. disebabkan
Uterus
himen
membesar
karena
imperforata,stenosis
terisi
vagina
darah atau
yang serviks
(Mochtar,R.2012;hal 36-37). Tabel 2.1 Diagnosis banding Nulipara dan Multipara No
Nulipara
Multipara
1
Perut tegang
Perut longgar, perut gantung, banyaks triae
2
Pusat menonjol
Tidak begitu menonjol
3
Rahim tegang
Agak lunak
4
Payudara tegang
Kurang tegang dan tergantung, ada striae
5
Labia Mayora nampak bersatu
Terbuka
6
Himen koyak pada beberapa tempat
Karunkula himenalis
7
Vagina sempit dengan rugae yang utuh
Kurang lebar, rugae kurang menonjol
8
Serviks licin, bulat dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari
Bisa terbuka satu jari kadang kala ada bekas robekan persalinan yang lalu
9
Perineum utuh dan baik
Bekas robekan atau bekas episiotomi
10
Pembukaan serviks :
Mendatar sambil membuka bersamaan 2 cm dalam 1 jam
-
Serviks mendatar dulu, baru membuka Pembukaan rata – rata 1 cm dalam 2 jam
hampir
11
Bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu terakhir kehamilan
Biasanya tidak terfiksasi pada PAP sampai persalinan mulai
13
Persalinan episotomi
Tidak
hampir
selalu
dengan
Sumber: Mochtar,R (2012)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
d. Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan khusus adalah : 1)
Mengenali dan menangani penyulit – penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
2)
Mengenali dan mengobati penyakit – penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin
3)
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
4)
Memberikan nasihat – nasihat tentang cara hidup sehari – hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar,R.2012;hal 38).
e. Standar pelayanan Antenatal 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan 2) Pengukuran tekanan darah 3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) 5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toxoid sesuai status imunisasi 6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk Keluarga Berencana)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes haemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) 10) Tatalaksana kasus (DinKes Jateng,2014 h;59).
f. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Trimester
jumlah kunjungan minimal
I II III
1x 1x 2x
Sumber: KemenKes,2013
waktu kunjungan yang dianjurkan
sebelum minggu ke 16 antara minggu ke 24-28 antara minggu 30-32 antara minggu 36-38
g. Pemeriksaan Ibu Hamil 1) Anamnesis a) Anamnesis identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya. b) Anamnesis umum Tentang keluhan – keluhan, bafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya. Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkantaksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7 bulan -3, dan tahun + 1 TTP = hari+ 7 bulan – 3 tahun +1 HT. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik, atau kehamilan mola sebelumnya (Mochtar,R.2012;hal 38-39).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
2) Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan jantung, paru – paru dan sebagainya. 3) Perkusi Perkusi adalah tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran / gelombang suara yang dihantarkan ke permukaan tubuh yang diperiksa (Ambarwati,2011;h.121). 4) Palpasi Ibu hamil diminta berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit ditinggikan dengan memakai bantal.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil.Dengan sikap hormat, lakukanlah palpasi bimanual, terutama pada pemeriksaan perut. Leopold I Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat dalam fundusuteri(dilakukan sejak awal trimester I) Leopold II Menentukan bagian janin pada sisi kanan-kiri ibu.(dilakukan pada awal trimester II). Leopold III Menentukan bagianjanin yang terletak dibagian bawah uterus. Leopold IV Menentukan
berapa
jauh
masuknya
janin
ke
pintu
atas
panggul(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu) (KemenKes RI.2013;hal 26). Palpasi perut untuk menentukan :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
a) Besar dan konsistensi rahim b) Bagian – bagian janin, letak, presentasi c) Gerakan janin d) Kontraksi rahim-Braxton Hicks dan his menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan. (1) Dihitung dari tanggal haid terakhir (2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “feeling life” (quickening) (3) Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, diperoleh tabel : 22-28 mg
24-25 cm di atas simfisis
28 mg
26,7 diatas simfisis
30 mg
29,5-30 diatas simfisis
32 mg
29,5-30 cm diatas simfisis
34 mg
31 cm diatas simfisis
36 mg
32 cm diatas simfisis
38 mg
33 cm diatas simfisis
40 mg
37,7 cm diatas simfisis
(4) Menurut Mac Donald adalah modifikasi cara Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisi dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan (5) Menurut Ahlfeld : “Ukuran kepala – bokong” = 0,5 panjang anak sebenarnya. Jika jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, tua kehamilan adalah 8 bulan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
(6) Rumus Jhonson – Tausak : BB = (mD – 12 x 155) BB = Berat badan; mD= jarak simfisis – fundus uteri(Mochtar,R.2012;hal 39-41) 5) Auskultasi Menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan >16 minggu)
untuk
mendengarkan
denyut
jantung
janin
(DJJ)
(KemenKes RI.2013;hal 26). 6) Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil hendaknya diperiksa urine dan darahnya sekurang – kurangnya 2 kali selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya(Mochtar,R.2012;hal 45). 7) Ultrasonografi Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip Sonar (bunyi).Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layar dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin(Mochtar,R.2012;hal 45). h. Nasihat – nasihat untuk Ibu Hamil Contoh pemeriksaan lengkap ( status obstetrikus) ada di setiap rumah sakit dan pusat kesehatan ( KIA dan PUSKESMAS) dan harus diisi selengkap – engkapnya. Dari hasil pemeriksaan, dapat dibuat diagnosis, lalu diberikan pengobatan dan penanganan.Kepada ibu hamil, diberikan nasihat – nasihat untuk memelihara kesehatannya selama hamil, nifas dan laktasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
1) Makanan (Diet) Ibu Hamil Wanita hamil dan menyusui harus betul betul diperhatikan susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anmia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain – lain. Di sisin lain, makan berlebihan, karena dianggap untuk 2 orang ibu dan janin dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gemuk, preeklamasi, janin besar, dan sebagainya. Zat – zat yang diperlukan adalah protein; karbohidrat;zat lemak; mineral atau bermacam – macam garam, terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe); vitamin; dan air. Semua zat tersebut diperoleh dari makanan yang dimakan seharihari dan, jika kurang, ditambahkan suplemen Yang sebenarnya penting diperhatikan adalah :
a) Cara mengatur menu, dan b) Cara pengolahan menu makanan Menu disusun menurut petunjuk baku “ 4 sehat 5 sempurna” dan perlu diketahui bahwa makanan yang mahal harganya belum tentu tinggi nilai gizinya. Sebaliknya, banyak makanan yang murah hraganya, tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi.Hendaknya selalu makan sayur – sayuran dan buah – buahan yang berwarna karena nilai gizi mereka tinggi untuk kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
Banyak
wanita
berpendapat
bahwa
selagi
hamil,
makanan
dikurangi, karena mereka takut janin menjadi besar sehingag sulit melahirkan. 2) Merokok jelas bahwa bayi dari ibu – ibu perokok aktif maupun pasif memiliki berat badan
lebih rendah. Karena itu, wanita hamil dilarang
merokok dan dianjurkan untuk menghindari asap rokok 3) Obat-obatan Prinsip : sedapat mungkin dihindari pemakaian obat – obatan selama
kehamilan,
terutama
dalam
triwulan
I.
Perlu
dipertimbangkan apakah manfaat pemberian obat lebih besar dibandingkan bahayanya terhdap janin. 4) Lingkungan Saat sekarang, bahaya polusi udara, air dan makanan terhadap ibu dan anak sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok. 5) Gerak badan Kegunaanya : Sirkulasi darah menjadi baik,
nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan dilarang.Dianjurkan berjalan – jalan pada pagi hari dalam udara masih segara. Gerak badan di tempat : a) Berdiri - jongkok b) Telentang – kaki diangkat c) Telentang – perut diangkat d) Melatih pernapasan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
6) Kerja a) Boleh bekerja seperti biasa b) Cukup istirahat dan makanan teratur c) Pemeriksaan hamil yang teratur 7) Bepergian a) Jangan terlalu lama dan melelahkan b) Duduk lama menyebabkan terjadinya stasis vena (stagnasi vena), yang dapat menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak c) Bepergian dengan pesawat udara boleh
dilakukan, tidak ada
bahaya hopksia dan tekanan oksigen cukup dalam pesawat udara. d) Tidak dianjurkan bepergian pada usia kehamilan di atas 32 minggu dan masuk ke fase persalinan selama di perjalanan. 8) Pakaian a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut b) Dianjurkan memakai kutang yang menyokong payudara c) Disarankan memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi d) Pakaian dalam selalu bersih 9) Istirahat dan rekreasi Wanita pekerja harus sering istirahat.Tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan.Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh pingsan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
10) Mandi Mandi diperlukan untuk kebersihan / higiene, terutama untuk perawatan
kulit,
karena
fungsi
ekskresi
dan
keringat
bertambah.Dianjurkan menggunakan sabun lembut/ rinagn.Jangan sampai tergelincir di perigi dan jagalah kebersihannya.Douching dan mandi berendam tidak dianjurkan. 11) Coitus Koitus tidak dihalangi kecuali ada riwayat sering mengalami abortus / persalinan premature(Mochtar,R,2012;hal 47). i. Tanda Bahaya Kehamilan Menurut (KemenKes,2013 h;31) Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai adalah: 1)
Sakit kepala lebih dari biasa
2)
Perdarahan pervaginam
3)
Gangguan penglihatan
4)
Pembengkakan pada wajah/tangan
5)
Nyeri abdomen
6)
Mual dan muntah berlebihan
7)
Demam
8)
Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
j. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan 1) Trimester I a) Nausea Nausea, di sertai muntah-muntah, ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
sore hari atau bahkan sepanjang hari.nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari (Varney, 2007;h.536). b) Ptialisme (saliva berlebihan) Saliva berlebihan disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam
mulut
atau
peningkatan
asupan
zat
pati,
yang
menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga mengalami mual . saliva yang berlebihan ini membuat rasa mual semakin kuat (Varney, 2007;h.537). c) Keletihan Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastic laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas.Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan kembali wanita tersebut bahwa keletihan adalah hal yang normal dan bahwa keletihan akan hilang scara spontan pada trimester dua .pengetahuan ini akan membantu wanita untuk sering beristirahat selama siang hari jika memungkinkan hingga kelelahannya menghilang.Nutrisi yang baik juga dapat membantu mengatasi keletihan (Varney, 2007;h.537). d) Nyeri punggung bagian atas (nonpatologis) Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat.Metode
untuk mengurangi
nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran payudara.dengan mengurangi mebilisasi payudara , bra penyokong
yang
berukuran
tepat
juga
mengurangi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
ketidaknyamanana akibat nyeri tekan pada payudara yang timbul karena pembesaran payudara (Varney, 2007;h.538). e) Leukorea Leukorea adalah sekresi vaginan dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair.Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil doderlain.untuk mengatasi leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan sering.
Wanita
sebaiknya
tidak
melakukan
douch
atau
menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan area genetalia (Varney, 2007;h.538). f) Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis ) Terjadi
akibat
peningkatan
berat
pada
fundus
uterus.
Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda hegar),menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang sering uterus terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu organ abdomen , sementara kandung kemih tetap merupakan
organ
panggul.Cara
mengatasinyamengurangi
asupan cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu bolak balik ke kamar mandi pada saat mencoba tidur (Varney, 2007;h.538).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
g) Nokturia Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior. Satusatunya cara untuk mengatasi nokturia adalah menjelaskan mengapa hal ini terjadi lalu membiarkanya memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah (Varney, 2007;h.541). 2) Trimester II a) Konstipasi Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone .pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentase juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gastroinstestinal sehinga menyebabkan (Varney, 2007;h.539). b) Hemoroid Progesterone menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar.pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena panggul (Varney, 2007;h.539).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
c) Kesemutan dan baal pada jari Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan kepalanya antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat bagian depanya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan penekanan pada saraf median dan ulnar lengan, yang akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada jarijari.Gejala-gejala ini biasanya terjadi pada malam hari dan akan berakhir dengan sendirinya dua minggu pascapartum. Cara penanganan mencakup penjelasan penyebab yang mungkin dan mendorong agar wanita tersebut mempertahankan postur tubuh yang baik dan dengan cara berbaring (Varney, 2007;h.543). 3) Trimester III a) Nokturia Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior. Satusatunya cara untuk mengatasi nokturia adalah menjelaskan mengapa hal ini terjadi lalu membiarkanya memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah (Varney, 2006;h.541).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
4) Nyeri ulu hati Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesterone b) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesterone dan tekanan uterus. c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar (Varney, 2007;h.538). 5) Konstipasi Konstipasi
diduga
terjadi
akibat
penurunan
peristaltis
yang
disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone .pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentase juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gastroinstestinal sehinga menyebabkan konstipasi (Varney, 2007;h.539). 6) Hemoroid Progesterone menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu , pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena panggul (Varney, 2007;h.539).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
7) Dispareunia Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah penyebab selama kehamilan.Perubahan fisiologis dapat terjadi penyebab, seperti kongesti vagina atau panggul akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan
bagian
presentasi.
Pemahaman
yang
salah
dan
kekhawatiran akan menyakiti jabang bayi meskipun kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali terdapat perdarahan vagina atau pecah ketuban (Varney, 2007;h.540). 8) Nyeri pada ligamentum teres uteri Nyeri
pada
ligamentum
teres
uteri
diduga
terjadi
akibat
peregangan dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligamen. 9) Hiperventilasi dan sesak napas ( nonpatologis) Peningkatan
jumlah
progesterone
selama
kehamilan
diduga
memengaruhi langsung pusat pernapasan untuk menurunkan kadar karbon dioksida dan meningkatkan kadar oksigen. Peningkatan kadar
oksigen
metabolic
yang
peningkatan
menguntungkan terjadi
kadar
selama
karbon
janin.
Peningkatan
kehamilan
dioksida.
aktivitas
mengakibatkan
Hiperventilasi
akan
menurunkan kadar karbon dioksida. 10) Kesemutan dan baal pada jari Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan kepalanya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat bagian depanya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan penekanan pada saraf median dan ulnar lengan, yang akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari-jari.gejala-gejala ini biasanya terjadi pada malam hari dan akan berakhir dengan sendirinya dua minggu pascapartum. Cara penanganan mencakup penjelasan penyebab yang mungkin dan mendorong agar wanita tersebut mempertahankan postur tubuh yang baik dan dengan cara berbaring (Varney, 2007;h.543). 11) Varises Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava imperior saat ia berbaring (Varney, 2007;h.543). k. Komplikasi dalam Kehamilan 1) Hiperemesis gravidarum Definsi Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada keadaan muntah muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asambasa dan elektrolit dan ketosis; keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (KemenKes, 2013; hal 82 ). Diagnosis Mual dan muntah sering menjadi masalah pada ibu hamil. Pada derajat yangberat, dapat terjadi hiperemesis gravidarum, yaitu bila terjadi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
Mual dan muntah hebat, berat badan turun > 5% dari berat badan sebelum hamil, ketonuria, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit. Faktor Predisposisi Peningkatan hormon-hormon pada kehamilan berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Beberapa faktor yang terkait dengan mual danmuntah pada kehamilan antara lain:Riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya ataukeluarga,Status nutrisi;
wanita
obesitas
lebih
jarang
dirawat
inap
karena
hiperemesis,Faktor psikologis: emosi, stress (KemenKes,2013;hal 82). 2) Perdarahan antepartum a) Perdarahan pada usia kehamilan < 22 minggu (1) Abortus Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapathidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilankurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batasusia kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram (Kemenkes RI,2013;hal 84).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
Macam-macam Abortus: 1) Abortus iminens Perdarahan sedikit,nyeri perut sedang, uterus sesuai usia gestasi, serviks tertutup dan tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi. 2) Abortus insipiens Perdarahan sedang-banyak, nyeri perut sedang-hebat, uterus sesuai usia kehamilan, seviks terbuka dan tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi. 3) Abortus inkomplit Perdarahan sedang-banyak, nyeri perut sedang-hebat, uterus sesuai dengan usia kehamilan, serviks terbuka dan ekspulsi sebagian jaringan konsepsi. 4) Abortus komplit Perdarahan sedikit, tanpa/ sedikit nyeri perut, uterus lebih kecil dari usia gestasi, serviks terbuka/ tertutup, ekspulsi seluruhjaringan konsepsi. 5) Missed abortion Perdarahan tidak ada, nyeri perut tidak ada, uterus lebih kecil dari usia kehamilan, serviks tertutup, dan janin telah mati tapi tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi (KemenKes,2013;hal 85). (2) Mola Hidatidosa Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada villi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
khorionik yang disebabkan oleh proliferasitrofoblastik dan edem (Kemenkes RI,2013;hal 92). (3) Kehamilan Ektopik Terganggu Definisi Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus).Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii,dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalamserviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akanterjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu (Kemenkes RI,2013;hal 94). Diagnosis Perdarahan sedang,
pervaginam
kesadaran
dari
menurun,
bercak
hingga
pucat,
berjumlah
hipotensi
dan
hipovolemia, nyeri abdomen dan pelvis, nyeri goyang porsio, serviks tertutup. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG. Faktor Predisposisi Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi, riwayat penggunaan AKDR, Infertilitas, riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assistedreproductive technology/ART), riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID, merokok, riwayat abortus sebelumnya, riwayat promiskuitas,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
riwayat seksio sesarea sebelumnya (Kemenkes RI,2013;hal 94). b) Perdarahan pada usia kehamilan >22 minggu (1) Plasenta previa Definisi Keadaan implantasi plasenta sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau
seluruh mulut
rahim,sehingga
pembuluh darah besar ada pada sekitar mulut rahim. Dengan makin tuanya kehamilan dan terjadi pembentukan segmen bawah
rahim,
pembuluh
terjadinya
darahnya
pergeseran
sehingga
plasenta
terjadi
beserta
perdarahan.
(Manuaba,2009;hal102). Terdapat
empat
macam
plasenta
previa
berdasarkan
lokasinya,yaitu: Plasenta previa totalis Plasenta previa parsialis Plasenta previa marginalis Plasenta previa letak rendah. (KemenKes RI,2013;hal 96). Diagnosis Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu, darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok, tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul,kondisi janin normal atau terjadi gawat janin. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG (Kemenkes RI,2013;hal 96).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
(2) Solusio plasenta Definisi Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya. Diagnosis Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap, warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusiorelatif baru, syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi),
anemia
berat, gawat
janin
atau
hilangnya denyut jantung janin,uterus tegang terus menerus dan nyeri. Faktor Predisposisi Penyebab dari solusio plasenta dapat dikaitkan dengan trauma langsung pada kehamilan (jatuh pada saat hamil tua , trauma langsung pada perut ), ibu yang mengidap tekanan darah tinggi, kehamilan disertai pre-eklampsia dan eklampsia , ibu yang mengidap penyakit ginjal (Manuaba,2009;hal 103). (3) Persalinan preterm Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehanilan 37 minggu (KemenKes,2013 h;118). 3) Hipertensi dalam kehamilan, Pre-eklamsia dan Eklamsia Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam
pada
wanita
yang
sebelumnya
normotensi
(KemenKes,2013 h;109).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
Bila ditemukan tekanan darah tinggi pada wanita hamil,lakukan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis (KemenKes,2013 h;109). a) Hipertensi kronik Yaitu hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan. b) Hipertensi gestasional Yaitu hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah persalinan. c) Preeklamsia dan Eklampsia (1) Preeklampsia ringan Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu. Tes celup urine menunjukan proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitaif menunjukan hasil > 300 mg/24 jam. 2. Preeklampsia berat Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup urine menunjukan proteinuria ≥+2 atau pada pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil >5g/24 jam atau disertai keterlibatan organ lain
meliputi
trombositopenia
(>100.000
sel/uL),
peningkatan
SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas, sakit kepala skotoma penglihatan, pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, oedema paru dan/atau gagal jantung kongesif, oliguria (>500 ml/24 jam)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
3. Eklampsia Kejang umum dan/atau koma, ada tanda dan gejala preeklampsia, tidak adakemungkinan
penyebab
lain
(misalnya
epilepsi,
perdarahan
subarakhnoid dan meningitis) (KemenKes,2013 h;109-112). I.
Standar ANC Terpadu ANC terpadu adalah program pelayanan untuk ibu hamil dengan prinsip menyediakan pelayanan antenatal terintegrasi, komprehensif dan berkualitas mendeteksi secara dini kelainan / penyakit/ gangguan yang diderita ibu hamil. Integrasi program dari ANC terpadu yaitu maternal neonatal tetanus elimination (MNTE), antisipasi defisiensi gizi dalam kehamilan, pencegahan malaria dalam kehamilan, pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), pencegahan dan pengobatan ISK/IMS dalam kehamilan, eliminasi sifilis congenital dan penatalaksanaan TB dalam kehamilan serta pemeriksaan kesehatan gigi ibu hamil.
2. PERSALINAN a. Pengertian Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit
yang
membahayakan
ibu
maupun
janinnya
sehingga
memerlukan pengawasan , pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena adanya kekuatan yang mendorong janin (Manuaba,2009;hal 144).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit (Hidayat A,Sujiyatini.2010;hal 1). b. Tahap Persalinan 1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase : fase laten ( serviks 1- 3 cm – dibawah 4 cm) , fase aktif ( serviks 4 10 cm/ lengkap) Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu fase Accelerasi(fase percepatan)dari pembukaan 3-4 cm , fase Dilatasi Maksimal dari pembukaan 4 -9 cm, fase Decelerasi(kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9-10 cm. 2) Kala II/ kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan satu jam pada multi. 3)
Kala III/ kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4)
Kala IV/kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum(Hidayat A,Sujiyatini.2010;hal 2).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
c. Teori persalinan 1) Teori kadar progesteron. Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan ,sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh oksitosin. 2) Teori oksitosin. Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan. 3) Teori regangan otot rahim. Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya. 4) Teori prostaglandin. Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim yang diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot rahim
dan
terjadi
persalinan
atau
gugur
kanung.
(Manuaba,2009;hal 144). d. Macam-macam persalinan 1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri 2) Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar 3) Persalinan anjuran (partus presipitatus)(Manuaba, 2013;h.164). e. Tanda dan Gejala Persalinan 1) Ligtening
dirasakan
dua
minggu
sebelum
persalinan,
yaitu
penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.lightening menyebabkan tinggi fundus menurun keposisi yang sama dengan posisi
fundus
pada
usia
kehamilan
8
bulan.penyebabnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
peningkatan intensitas kontrasi Braxton hick dan tonus otot abdomen yang baik (Varney, 2008;h.673). 2) Perubahan serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi (Varney, 2008;h.673). 3) Persalinan palsu yaitu kontraksi yang sangat nyeri akibat kontraksi Braxton hicks (Varney, 2008;h.673). 4) Ketuban pecah dini yaitu normalnya ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan, tetapi ini sebelum awitan persalinan (Varney, 2008;h.673). 5) Bloody show adalah pengeluaran plak lender sebagai hasil proliferasi kelenjar lender serviks pada awal kehamilan. Terlihat sebagai rabas lender bercampur darah yang lengket dan harus dibedakang dengan perdarahan murni (Varney, 2008;h.673). f. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan Menurut Rustam Mochtar, 2011 faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah: 1) Kekuatan mendorong janin keluar (power) a)
His (kontraksi uterus )
b)
Kontraksi otot-otot dinding perut
c)
Kontraksi diafragma
2) Faktor janin 3) Faktor jalan lahir 4) Penolong 5) Psikologis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
g. Mekanisme Persalinan 1) Engagement Diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul , kepala menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Wanita nulipara ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang , sehingga bagian presentasi terdorong kedalam panggul. Pada wanita multipara , otot-otot abdomen lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan diatas permukaan panggul sampai persalinan dimulai (Bobak, 2005;h.247). Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan : a) Tekanan dari cairan amnion b) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin c) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan (Bobak, 2005;h.248). 2) Fleksi Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,dinding panggul,atau dasar panggul,dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin.sukoksipitobbregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul (Bobak, 2005;h.248). 3) Putaran paksi dalam Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika , tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah.ketika oksiput berputar ke arah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
anterior, wajah berputar kearah posterior. setiap kali terjadi kontrasi , kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput berada di garis tengah di bawah lengkung pubis. Kepala hampir selesai berputar saat mencapai dasar panggul (Williams, 2014;h.248). 4) Ekstensi Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi:pertama oksiput, kemudian wajah, dan akhirmya dagu (Bobak, 2005;h.248). 5) Restitusi dan putaran paksi luar Setelah kepala lahir , bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Disebut restitusi. Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kepala..bahu anterior turun terlebih dahulu, ketika ia mencapai pintu bawah , bahu berputar kea rah garis tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu posterior diarahkan kea rah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina (Bobak, 2005;h.248). 6) Ekspulsi Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
kearah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar , persalinan bayi selesai (Bobak, 2005;h.248). h. Asuhan kebidanan pada persalinan normal 58 langkah asuhan persalinan normal menurut KemenKes (2013): 1) Mengenali tanda gejala kala II a) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala II: (1) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran (2) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina (3) Perineum tampak menonjol (4) Vulva dan sfingter ani membuka 2) Menyiapkan pertolongan persalinan a) Pastikan esensial
kelengkapan untuk
peralatan,
menolong
bahan
persalinan
dan
dan
obat-obatan
menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia, tempat datar dank eras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. (1) Menggelar kain diatas perut ibu, tampat resusitasi dan ganjal bahu bayi. (2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam pasrtus set. b) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata. c) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian kerigkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. d) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam. e) Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik). 3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik a) Membersihkan vulva dan perineum , menyekanya dengan hatihati dari depan ke belakag dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. b) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan saksama dari arah depan ke belakang. c) Buang kapas atau kasa pembersih dalam wadah yang tersedia. d) Ganti
sarung
tangan
jika
terkontaminasi
(dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%) e) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. (1) Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi. f) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. g) Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal (2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran (1) Beritahukan bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. (1) Tunggu
hingga
timbul
rasa
ingin
meneran,
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
lanjutkan
dan janin (ikuti
pedoman pelaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. (2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. (2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkannya dan pastikan ibu merasa nyaman). (3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran : (1) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. (2) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
(3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama). (4) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. (5) Ajurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu. (6) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum). (7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. (8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 2 jam meneran pada primigravida dan 1 jam meneran pada multigravida. (4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalm 60 menit. 5) Persiapan pertolongan kelahiran bayi (1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm. (2) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. (3) Buka tutup patus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. (4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 6) Persiapan pertolongan kelahiran bayi Lahirnya kepala : (1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan lain menhan kepala bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal. (2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan jepit potong diantara dua klem tersebut. (3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahirnya Bahu : (4) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya badan dan tungkai : (5) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku, sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
(6) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki yang dipegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jarijari lain). 7) Penanganan bayi baru lahir a) Lakukan penilaian selintas (1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan ? (2) Apakah bayi bergerak dengan aktif ? Jika bayi idak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi. b) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu (1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan. (2) Ganti handuk basah dengan handuk kering (3) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu c) Periksa kembali perut ibuuntuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tuggal). d) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikka oksitosin (agar uterus berkontraksi baik). e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3 paha bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum penyuntikkan).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
f) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2cm distal dari klem pertama. g) Pemotongan dan pengikatan tali pusat. (1) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara klem tersebut. (2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci. (3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. h) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dadaperut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. i) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 8) Penatalaksanaan aktif kala III a) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva. b) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
c) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakangatas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. (1) Jika uterus segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu. Mengeluarkan uri : d) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso cranial). (1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasenta. (2) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir Bila terjadi perdarahan lakukan manual plasenta.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
e) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. (1) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa plasenta kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus : f) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase dengan gerakkan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) (1) Lakukan
tindakan
yang
diperlukan
berkontraksi setelah 15 detik
jika
uterus
tidak
melakukan rangsangan
taktil/massase. 9) Menilai perdarahan a) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus. b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
10) Melakukan asuhan pasca persalinan a) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. b) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam). (1) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dala, waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. (2) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. c) Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuscular di paha kiri anterolateral setelah satu jam, kontak kulit ibu-bayi. d) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral. (1) Letakkan bayi di dalam jangakauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. (2) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didlam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhail menyusu. Evaluasi : e) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam: (1) Setiap 2-3 kali dalm 15 menit pertama pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. (3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. (4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. f) Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi. g) Evaluasi dan estimasi jumla kehilangan darah. h) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. (1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. (2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. i) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5C-37,5C) Kebersihan dan keamanan : j) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontminasi. k) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
l) Berisihkan dada ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. m) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan kelarga untuk memberikan ibu makan dan minum yang diinginkan. n) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. o) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. p) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih. Dokumentasi : q) Lengkapi partograf (halaman depan belakang) periksa tanda vital dan asuhan kala IV. i. Pemantauan Partograf Partograf di pakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin ,tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. (Prawirohardjo,S.2010;hal N-12) Hal yang perlu dicatat yaitu meliputi kondisi ibu dan janin: 1) Denyut jantung janin (DJJ) catat setiap ½ jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
2) Air ketuban ,catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina: U : selaput utuh J : selaput pecah,air ketuban jernih M : air ketuban bercampur mekonium D : air ketuban bernoda darah K : tidak ada cairan ketuban / kering. 3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase) 0 : sutura terpisah 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. 4) Pembukaan mulut rahim (serviks) ,dinilai setiap 4 jam dan beri tanda silang (x) Penurunan, mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5 bagian) yang teraba(pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis ; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinisput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis. 5) Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima. 6) Jam , catat jam sesungguhnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
7) Kontraksi , catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik. Kurang dari 20 detik Antara 20 dan 40 detik Lebih dari 40 detik. 8) Oksitosin , jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit. 9) Obat yang diberikan , catat semua obat lain yang diberikan. 10) Nadi , catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (∙) . 11) Tekanan darah , catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah. 12) Suhu badan , catatlah setiap dua jam. 13) Protein, aseton dan volume urin , catatlah setiap kali ibu berkemih. Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin segera mencari rujukan yang tepat (Saiffudin,2010; hal N-12). j. Penyulit persalinan Persalinan yang normal menunjukkan bahwa ketiga faktor penting yaitu, power, passage dan passanger sama dengan baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Dengan faktor 3P kemungkinan besar terdapat kelainan yang mempengaruhi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well health baby dan well health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan dari 3P disebut persalinan distosia. Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Power atau kekuatan His His(kekuatan kontraksi otot rahim) yang normal mempunyai sifat kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, fundus dominan menjalar keseluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali
kepanjang
semula
sehingga
terjadi
retraksi
dan
pembentukan segmen bawah rahim. Kelainan kontraksi otot rahim adalah i.
inersia uteri. His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi: 1. inersia uteri primer, bila sejak semula kekuatannya sudah lemah. 2. Inersia uteri sekunder, his pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, pada bagian terbawah terdapat caput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penerita kerumah sakit, puskesmas atau dokter spesialis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
ii.
tetania uteri. His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi 1. Partus presipitatus. Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya mungkin fatal terjadi persalinan tidak pada tempatnya, terjadi trauma janin karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan, trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri. 2. Tetania
uteri
menyebabkan
asfiksia
intrauterin
sampai
kematian janin dalam rahim. iii.
Inkoordinasi kontraksi otot rahim. Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah faktor usia penderita relatif tua, pimpinan persalinan, karena induksi persalinan dengan oksitosin, rasa takut dan cemas (Manuaba,2013 h;371-372).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
Tabel 2.2: Indikasiuntuk tindakan dan rujukan segera selama persalinan kala II Penilaian
Temuan dari penilaian dan pemeriksaan
Nadi
Tanda atau gejala syok:
Tekanan darah
Nadicepat,lemah(110x/menit atau lebih)
Pernafasan
Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
Kondisi keseluruhan Urin
Rencana asuhan atau perawatan 1. 2. 3.
Pucat pasi
4.
Berkeringat atau dingin,kulit lembab
5.
Nafas cepat(lebih 30x/menit)
baringkan miring ke kiri naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran arah ke jantung pasang infus menggunakan jarum diametr besar(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS.Infuskan 1 L dalam 15 samapai 20 menit;jika mungkin infuskan 2L dalam waktu satu jam pertama,kemudian turunkan ke 125cc/jam Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir Dampingi ibu ke tempat rujukan.
dari
Cemas,bingung atau tidak sadar Produksi urin sedikit(kurang dari 30cc/jam)
Nadi
Tanda atau gejala dehidrasi
Urin
Perubahan nadi(100x/menit atau lebih)
1. 2.
Urin pekat Produksi urin sedikit(kurang dari 30cc/jam)
3. 4.
Nadi
Tanda atau gejala infeksi
Suhu
Nadi cepat(110x/menit atau lebih)
Cairan vagina Kondisi secara umum
Suhu lebih dari 35 derajat celcius Menggigil Air ketuban atau vagina yang berbau
cairan
1. 2. 3. 4. 5.
Takanan darah
Tanda atau gejala eklampsia ringan:
pre-
1.
Urin
Tekanan darah diastolik 90-
2. 3.
Anjurkan ibu untuk minum Nilai ulang setiap 30 menit(menurut peoman dipartograf).jika kodisinya tidak membaik dalam waktu satu jam,pasang infus menggunakan jarum diameter ukuran besar 16 atau 18 dan berikan RL atau NS 125 cc/jam Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir Dampingi ibu ke tempat rujukan Baringkan miring ke kiri Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar ukran 16 atau 18 dan berikan RL atau NS 125 cc/jam Berikan ampicilin 2 gr atau amoksisilin 2 gr per oral Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawar darurat obstetri dan bayi baru lahir Dampingi ibu ke tempat rujukan
Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit(saat diantara kontraksi atau meneran) Baringkan miring kiri dan cukup istirahat Bila gejala bertambah berat maka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
Keluhan subyektif Kesadaran Kejang
110 mmHg
tatalaksana sebagai preeklampsia berat
Proteinuria hingga +2
Tanda atau gejala eklampsia berat eklamsia:
preatau
Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang
1. 2. 3. 4.
5.
Baringkan miring ke kiri Pasang infus dengan menggunakan jarum diameter besar Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 40% IV dengan kecepatan 1 gr/menit Berikan dosis pemeliharaan MgSO4 40,6 gr dalam 6 jam.segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir Dampingi ibu ke tempat rujukan
Nyeri kepala Gangguan penglihatan Kejang(eklampsia)
Kontraksi
Tanda-tanda inersia uteri
1.
Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit,lama kontraksi kurang dari 40 detik
2. 3.
4. 5. 6.
7.
Denyut jantung janin
Tanda gawat janin DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit waspada tanda awal gawat janin
1. 2.
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit
Penurunan kepala bayi
Kepala bayi tidak turun
1. 2.
Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan Anjurkan untuk minum Jika selaput ketuban masih utuh dan pembukaan diatas 6 cm maka pecahkan(menggunakan setengah kocher DTT) selaput ketuban Stimulasi puting susu Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran(primigravida) atau 1 jam(multigravida),segera rujuk ke fasilitas kesehatab rujukan Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Baringkan miri g ke kiri ,anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran Nilai ulang DJJ setelah 5 menit: Jika DJJ normal,minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran. Jika DJJ abnormal,rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri Jika grafik penurunan kepala pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
3. Lahirnya bahu
Tanda-tanda distosia bahu Kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar Kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali kedalam vagina (kepala kura-kura)
partograf melewati garis waspada sedangkan pembukaan servik dan kontraksi cukup memuaskan maka segera rujuk pasien ke fasilitas rujukan Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Lakukan tindakan dan upaya lanjut(tergantung hasil tindakan yang dilakukan) 1. 2. 3. 4. 5.
Perasat Mc.Robert Prone Mc.Robert(menungging) Anterior dysimpact Perasat cork-screw dari wood Perasat schwartz-dixon.
1.
Nilai DJJ: a. Jika DJJ normal,minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan giak menahan nafasnya saat meneran b. Jika DJJ tidak normal,tangani sebagai gawat janin(lihat diatas) Setelah bayi lahir,lakukan penilaian segera dan bila dan bila bayi tidak bernafas maka hisap lendir di mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir DeLee(DTT/steril) atau bola karet penghisap(baru dan bersih).lakukan tindakan lanjutan sesuai dengan hasil penilaian.
Bahu bayi tidak lahir Cairan ketuban
Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium: Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium)
2.
Tali pusat
Tanda-tanda menumbung:
tali
pusat
1.
Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam
2.
Nilai DJJ,jika ada: Segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Baringkan miring ke kiri dengan pinggul agak naik.dengan memakai sarung tanagn DTT/steril,satu tangan didalam vagina untuk menahan kepala bayi agar tidak menekan tali pusat dan tangan lain diabdomen untuk menahan bayi pada poisinya.(keluarga dapat membantu melakukannya) ATAU Ganjal bokong ibu agar lebih tinggi dari kepalanya.dengan mengenakan sarung tangan DTT ,masukan satu tangan ke vagina untuk menahan kepala bayi agar tak menekan tali pusat. Jika DJJ tidak ada Beritahu ibu dan keluarganya. Lahirkan bayi dengan cara paling aman.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
Untuk kehamilan kembar tak terdeteksi
Tanda-tanda lilitan tali pusat
1.
Tali pusat melilit leher bayi
2.
Kehamilan terdeteksi
1. 2.
kembar
tak
3. 4. 5.
Jika tali pusat melilit longgar dileher bayi,lepaskan melewati kepala bayi Jika tali pusat melilit erat dileher bayi lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian ptong diantaranya ,kemudian lahirkan bayi dengan segera. Nilai DJJ Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera turun,biarkan kelahiran berlangsung seperti bayi pertama Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi,baringkan ibu miring ke kiri Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri an bayi baru lahir Dampingi ibu ke tmpat rujukan.
Sumber: Wiknjosastro,2008;hal 93-95.
Tabel 2.3 :Indikasi-indikasi untuk Tindakan dan/atau rujukan segera selama persalinan kala III dan IV Temuan dari Rencana asuhan atau perawatan Penilaian penilaian dan pemeriksaan Plasenta
Tanda atau gejala Retensio plasenta: Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
1.
Jika plasenta terlihat ,lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan lembut dan tekanan dorso cranial pada uterus,minta ibu untuk meneran agar plasenta keluar 2. Setelah plasenta lahir :lakukan massase pada uterus dan periksa plasenta. ATAU 1. Lakukan periksa dalam dengan lembut,jika plasenta ada divagina,keluarkan dengan hatihati sambil melakukan tekanan dorso kranial pada uterus. 2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal,berikan oksitosin 10 IU,pasang infus menggunakan jarum besar(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan gawatdarurat obstetri. Dampingi ibu ketempat rujukan. 3. Jika plasenta masih didalam uterus dan terjadi perdarahan berat ,pasang infus menggunakan jarum besar dan berikan RL atau NS dengan oksitosin 20 IU. Coba lakukan plasenta manual dan lakukan penanganan lanjutan. Bila tidak memenuhi syarat plasenta manual ditempat atau tidak kompeten maka segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapabilitas kegawatdaruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan mendapat pertolongan di fasilitas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
kesehatan rujukan. Plasenta Tali pusat
Tanda atau gejala avulsi(putus) tali pusat: Tali pusat putus Plasenta tidak lahir
1. 2.
3. 4.
Plasenta Perdarahan pervaginam
Tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan: Bagian permukaan plasenta yang menempel pada ibu hilang.
1. 2. 3.
Palpasi uterus untuk menilai kontraksi,minta ibu meneran pada setiap kontraksi Saat plasenta terlepas,lakukan periksa dalam(hati-hati).jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vagina sambil melakukan tekanan dorso kranial pada uterus Setelah plasenta lahir ,lakukan massase uterus dan periksa plasenta. Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit ,tangani sebagai retensio plasenta. Lakukan periksa dalam,keluarkan selaput ketuban dan bekuan darah yang mungkin masih tertinggal. Lakukan massase uterus. Jika ada perdarahan hebat,ikuti langkahlangkah penatalaksanaan atonia uteri.
Bagian selaput ketuban hilang/robek. Perdarahan persalinan.
pasca
Uterus berkontraksi. Perdarahan pasca persalinan
Tanda atau atonia uteri:
gejala
Perdarahan persalinan
pasca
Uterus lembek tidak berkotraksi. Perdarahan pasca persalinan
1.
Ikuti langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
1. 2.
Lakukan pemeriksaan secara hati-hati Jika terjadi laserasi derajat satu atau dua lakukan penjahitan Jika laserasi derajat tiga atau empat atau robekan serviks: Pasang infus dengan menggunakan jarum diameter besar dan berikan RL atau NS. Segera rujuk ibu ke fasilitas dengan kemampuan gawatdaruratan obstetri. Dampingi ibu ketempat rujukan.
dan
Tanda atau gejala robekan vagina,perineum atau servik:
3.
Perdarahan pascapersalinan. Plasenta lengkap. Uterus berkontraksi. Nadi. tekanan darah. Pernafasan. kesehatan dan kenyamanan secara
Tanda syok:
atau
gejala
1. 2.
Nadi cepat,lemah (110x/menit atau lebih)
3.
Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
4.
Baringkan miig kekiri Jika mungkin,naikkan kedua tungkai untuk meningkatkan curah darah ke jantung Pasang infus dengan menggunakan jarum ukuran besar dan berikan RL atau NS.infuskan 1 L dalam 15-20 menit ;jika mungkin infuskan 2 L dalam waktu satu jam pertama,kemudian turunkan ke 125cc/jam Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
keseluruhan.
Pucat pasi
Urin.
Berkeringat atau dingin,kulit lembab
5.
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
1. 2.
Anjurkan ibu untuk minum. Nilai ulang ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Jika kondisinya tidak membaikdalam waktu satu jam ,pasang infus dengan menggunakan jarum ukuran besar dan berikan RL atau NS 125cc/jam. Jika temperatur tubuh tetap tinggi,ikuti asuhan untuk infeksi.(dibawah) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan gawatdarurat obstetri Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Nafas cepat(lebih dari 30x/menit)
Nadi Urin Suhu tubuh
Cemas,bingung tidak sadar
atau
Produksi sedikit(kurang 30cc/jam)
urin dari
Tanda atau dehidrasi:
gejala
Meningkatnya nadi(100 kali /menit atau lebih). Temperatur tubuh di atas 38 derajat celcius. Urin pekat. Produksi urin sedikit(kurang dari 30 cc/jam)
Nadi Suhu Cairan vagina Kesehatan dan kenyamanan secara umum
Tanda infeksi:
dan
3.
4. 5. 6.
gejala
1. 2.
Nadi cepat(110 kali/menit atau lebih) .
3.
Temperatur diatas 38 celcius .
tubuh derajat
4. 5.
Kedinginan. Cairan vagina yang berbau dan busuk.
Tekanan darah
Tanda dan gejala preeklampsia ringan:
1.
Urin
Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
2.
Proteinuria
Tekanan
Baringkan miring kiri Pasang infus menggunakan jarum berukuran besar dan berikan RL atau NS 125 cc/jam Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisilin 2 gr per oral Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan gawatdaruratan obstetri. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Tanda atau gejala pre-
3. 4.
Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit(pada saat istirahat diantara kontraksi dan meneran) Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih,pasang infus dengan menggunakan jarum berukuran besar dan berikan RL atau NS 125 cc/jam. Baringkan miring ke kiri Lihat penatalaksanaan preeklampsia berat.
1.
Baringkan miring ke kiri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
darah
eklampsia berat eklampsia:
dan
2.
darah mmHg
3.
Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang.
5.
Tanda dan gejala kandung kemih penuh :
1.
Bagian bawah uterus sulit dipalpasi.
2.
Tinggi fundus di atas pusat.
3.
Tekanan diastolik 110 atau lebih
Tonus uteri Tinggi fundus
Uterus terdorong/condong satu sisi.
4.
Pasang infus dengan menggunakan jarum ukuran besar dan berikan Rlatau NS 125 cc/jam. Jika mungkin berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit Berikan MgSO4 50%,10 gr (5 gr IM pada masing-masing bokong) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemih nya.kemudian massase uterus hingga berkontraksi dengan baik. Jika ibu tidak dapat berkemih,kateterisasi dengan teknik aseptik.kemudian massas uterus higga berkontraksi dengan baik. Jika ibu mengalami perdarahan,ikuti langkahlangkah atonia uteri.
ke
Sumber: Wiknjosastro,2008.
3. BAYI BARU LAHIR a. Pengertian Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterina ke kehidupan ekstrauterine (Nanny,2010;hal 1) Beberapa pengertian dari bayi baru lahir normal menurut (Jenny, 2013) : 1) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram 2) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38- 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
b. Ciri- ciri bayi baru lahir normal : 1) Lahiratermantara 37-42 minggu 2) Berat badan 2500-4000 gram 3) Panjangbadan 48-52 cm 4) Lingkar dada 30-38 cm 5) Lingkarkepala 33-35 cm 6) Lingkarlengan 11-12 cm 7) Frekuensidenyutjantung 120-160 x/menit 8) Pernapasan ± 40-60 x/menit 9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup 10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 11) Kuku agak panjang dan lemas 12) Nilai apgar> 7 13) Gerak aktif 14) Bayi lahir langsung menangis kuat 15) Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik 16) Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik 17) Refleksmorro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik 18) Refleks grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik 19) Genitalia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora 20) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. c. Tahapan bayi baru lahir 1) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan skoring gray untuk interaksi bayi dan ibu 2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku 3) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. d. Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus menurut Riskesdas (2013;h.196) 1) KN-1 : pada saat bayi berumur 6-48 jam. a) menjaga agar bayi tetap hangat dan kering b) menilai keadaan umum bayi c) memantau TTV bayi d) memeriksa adakah cairan atau bau busuk pada tali pusat bayi e) pemberian ASI awal 2) KN-2 : pada saat bayi berumur 3-7 hari a) memeriksa keadaan bayi b) menjaga kehangatan tubuh bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
c) menanyakan kepada ibu bagaimana bayi menyusui d) memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterik) e) memeriksa apakah ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi 3) KN-3 : pada saat bayi berumur 8-28 hari. a) tali pusat biasanya sudah terlepas b) menjaga kehangatan tubuh bayi c) memastikan apakah bayi mendapat cukup ASI d) melihat hubungan antara ibu dan bayi e) menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu rutin. e. Penyakit pada neonatus 1) Bercak mongol , suatu pigmentasi yang datar dan berwarna gelap di daerah pinggang bawah dan bokong yang biasanya dapat ditemukan pada beberapa bayi saat lahir. 2) Hemangioma, suatu tumor jaringan lunak / tomor vascular jinak akibat poliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. 3) Icterus, salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terjadi pada bayi baru lahir akibat hiperbilirubinemia. Icterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, 25-50% pada bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi berat lahir rendah. 4) Muntah, keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah agak lama makanan dicerna dalam lambung yang disertai dengan kontak isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena infeksi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan. 5) Gumoh, yaitu keluarnya kembali sebagian kecil lambung setelah beberapa saat makanan dicerna dalam lambung. Biasanya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusu. 6) Oral trush. Oral trush yaitu terjadinya infeksi jamur Candidiasis pada membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak putih, membentuk plak-plak berkeping di mulut, ulkus dangkal, demam dan adanya iritasi gastrointestinal. 7) Diaper rash (ruam popok) merupakan terjadinya ruam-ruam kemerahan pada bokong akibat kontak terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik (popok/diapers). 8) Sebhorea, radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasenya, biasanya terjadi di daerah kepala. 9) Furunkel (boil/bisul) Peradangan pada folikel rambut kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi di daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis. 10) Milliarisis. Milliarisis yang disebut sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, prickle heat, merupakan suatu keadaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
dermatosis
yang
disebabkan
oleh
retensi
kering
akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. 11) Diare, Buang air besar yang tidak normal bentuk feses yang cair dengan pengeluaran frekuensi lebih banyak dari biasanya .bayi dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali dalam sehari, sedangkan neonates dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 4 kali dalam sehari. 12) Obstipasi merupakan penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih. 4. NIFAS a. Definisi Masa nifas (puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira 6 minggu(42 hari). Dalam bahasa latin,waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal 1).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
b. Perubahan sistem reproduksi 1) Vagina dan Ostium Vagina Pada masa awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara (Cunningham, 2014;h.674). 2) Uterus Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil ( berinvolusi ) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Mochtar, 2011; h.87). 3) Bekas Implantasi Uri Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih. Tabel 2.4 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Involusi
Tinggi fundus uteri
Bayi lahir
Setinggi pusat
Uri lahir
2 jari bawah pusat
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
2 minggu
Tidak teraba di atas sympisis
6 minggu
Bertambah kecil
8 minggu
Sebesar Normal
Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram
4) Luka – luka Pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6- 7 hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
5) Rasa nyeri Yang
disebutafter pains, ( merian atau mulas – mulas )
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu menganggu, dapat di berikan obat – obat anti nyeri dan anti mulas. 6) Lokia Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. a) Lokia rubra ( cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desdua, vernic caseosa, Lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pascapersalinan. b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pascapersalinan. c) Lokia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pascapersalinan. d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu. e) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f) Lokiostasis: Lokia tidak lancar keluarnya. 7) Serviks. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,kadang – kadang terdapat perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir., tangan masih bisa dimasukan ke rongga rahim; setelah 2 jam,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari. 8) Ligamen – ligamen. Ligamen, fasica, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita indonesia memiliki kebiasaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu dikusuk,
tekanan
intraabdominal
bertambah
tinggi.
Karena
ligamentum, fascia, dari jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan,
jika
dilakukan
kusuk/urut,
banyak
wanita
akan
mengeluh “kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali,
sebaiknya
dengan
latihan
–
latihan
dan
senam
pascapersalinan. c. Tujuan Asuhan Masa Nifas 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. 2) Melaksanakan
skrining
yang
komprehensif,
mendeteksi
masalah,mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imuniasasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4) Memberikan
pelayanan
keluarga
berencana
(Prawirohardjo,S.2009;hal 122).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
d. Tahapan Masa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut: 1) Puerperium dini Yaitu
kepulihan
dimana
ibu
diperbolehkan
berdiri
dan
berjalan,serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. 2) Puerperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 3) Puerperium remote Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila iu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal 4). e. Adaptasi Psikologi Masa Nifas 1) Fase Taking in Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut: a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya. Misalkan jenis kelamin tertentu,warna kulit dan sebagainya. b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu. Misalnya rasa mules akibat dari kontraki rahim, payudara bengkak, akibat luka jaihtan dan sebagainya. c) Rasa bersalah karena belum bisa menyuui bayinya d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja,tetapi tanggung jawab bersama. 2) Fase Taking hold Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada
fase
ini
,
ibu
merasa
khawatir
akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat bayinya sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi,cara menysui yang
benar,cara
merawat
luka
jahitan,mengajarkan
senam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
nifas,memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan seperti gizi,istirahat,kebersihan diri,dan lain-lain. 3) Fase Letting go Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri merawat diri dan bayinya ,serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat bayinya(Dewi,V,Sunarsih.2011;hal 66). f. Program dan kebijakan teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi.
Tabel 2.5: Program dan kebijakan teknis kunjungan masa nifas Kunjungan
Waktu
1
6-8 jam persalinan
Tujuan setelah
Mencegah perdarahan masa nifas karena nifas atau karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2
6 hari persalinan
setelah
Memastikan involusi uterus berjalan normal. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda – tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.
3
2 minggu persalinan
setelah
Sama seperti di atas ( 6 hari setelah persalinan)
4
6 minggu persalinan
setelah
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber:Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun 2009 g. Cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati,dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Suplementasi Vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Manfaat vitamin A diantaranya (1) meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakitdan infeksi seperti campak dan diare, (2) membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap, (3) mencegah kelainan pada sel–sel epitel termasuk selaput lendir mata,(4) mencegah terjadinya proses metaplasi sel–sel epitel
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
sehingga kelenjar tidak memproduksicairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata, (5) mencegah terjadinya kerusakan matahingga kebutaan, dan (6) vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan(Kemenkes RI,2014). h. Komplikasi masa nifas
1) Endometritis Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman yang memasuki endometrium,biasanya melaui luka bekas insersio plasenta,dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak terlalu patogen,radang terbatas pada endometrium. Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman,daya tahan penderita, serta derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam post partum dan bersifat naik turun. His lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lokia bertambah banyak,berbau busuk, berwarna merah atau cokelat. Lokia yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering terdapat subinvolusi. Leukosit naik antara 15.000-30.000/mm. Sakit kepala,kurang tidur, dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Tanda dan gejala endometritis adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius,tergantung pada keparahan infeksi.
b) Takikardi c) Menggigil dengan infeksi berat d) Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
e) Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual f) Subinvolusio g) Lokia sedikit,tidak berbau,atau berbau tidak sedap, lokia seropurelenta
h) Variabel
awitan
bergantung
pada
organisme,dengan
streptococcus grup B muncul lebih awal
i) Hitung sel darah putih mungkin meningkat diluar leukositosis puerperium fisiologis.(Dewi,V,Sunarsih.2011;hal111)
2) Parametritis Parametritis merupakan infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa cara: penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis ,serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas,dapat diraba lewat dinding perut sebelah lateral diatas ligamentum inguinalisatau pada fossa iliaka.parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasanyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam hal ini patut di curigi terhadap kemungkinan parematritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala paramatritis akan menjadi lebih jelas.pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul dapat meluas keberbagai jurusan. Pada bagian tengah jaringan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
meradang tersebut dapat tumbuh abses.dalam hal ini,suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit,nadi cepat dan perut nyeri. Pada 2/3 kasus tidak terjadi pembentkan abses dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor disebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses,cairan abses selalu mencari jalan ke rongga perut sehingga menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kemih.(Dewi,V,Sunarsih.2011;hal112)
3) Peritonitis Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,parametritis yang meluas ke peritoneum,salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan per abdominal. Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum,dan keadaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi. Gambaran klinis dari peritonitis adalah sebagai berikut:
a) Pelvioperitonitis : demam,nyeri perut bagian bawah,nyeri pada pemeriksaan dalam,kavum douglasi menonjol karena adanya abses(kadang-kadang). Bila hal ini dijumpai, maka nanah harus segera dikeluarkan dengan kolpotomi posterior,agar nanah tidah tidak keluar menembus ke rektum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
b) Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh kuman yang patogen. Perut kembung, meteorismus,dan dapat terjadi paralitik ileus. Suhu badan meningkat ,nadi cepat dan kecil,perut nyeri tekan,pucat, muka cekung,kulit dingin,mata cekung yang disebut muka hipokrates. Penegakan diagnosa dibantu
dengan
pemeriksaan
laboratorium.
(Dewi,V,Sunarsih.2011;hal112-113)
4) Infeksi trauma vulva, perineum, vagina, dan serviks Tanda dan gejala infeksi episiotomi,laserasi, atau trauma lain meliputi sebagai berikut
a) Nyeri lokal b) Disuria c) Suhu derajat rendah-jarang di atas 38,3 derajat celcius d) Edema e) Sisi jahitan merah dan inflamasi f) Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan g) Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi. Jahitan episiotomi dan laserasi yang tampak sebaiknya diperiksa secara rutin. Penanganan jahitan yang terinfeksi meliputi membuang
semua
jahitan,
membuka,
mendebridemen,
membersihkan luka ,dan memberikan obat anti mikroba spektrum luas. Selain episiotomi atau laserasi ,trauma dapat meliputi memar, abrasi (tanda-tanda gesekan) yang terlalu kecil untuk dijahit ,dan pembentukan hematoma. Hal ini juga disebabkan oleh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
objek asing,seperti spons kassa yang tertinggal dalam vagina karena kurang hati-hati (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal113)
5) Infeksi saluran kemih Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan,pemeriksaan dalam yang sering ,kontaminasi kuman dari perineum,atau kateterisasi yang sering. Sistitis
biasanya
memberikan
gejala
berupa
nyeri
berkemih(disuria) ,sering berkemih, dan tidak dapat ditahan. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca persalinan
umumnya
merupakan
tanda
adanya
infeksi.
Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat ,demam, menggigil, serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria,dapat juga terjadi piuria dan hematuria (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal114)
6) Mastitis Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,mastitis semata-mata merupakan komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk kedalam payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara(misalnya glandular,jaringan ikat, areol,lemak) oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara. Organisme
yang
umum
termasuk
S.aureus,streptococci,dan
H.parainfluenzae. Cedera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar,pembesaran payudara ,stasis ASI
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
dalam duktus, atau pecahnya atau fisura puting susu. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber,yaitu dari tangan ibu, tangan orang yang merawat, ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi, stres dan keletihan telah dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal karena stres dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik penanganan,terutama saat mencuci tangan,atau
melewatkan
waktu
menyusui,
yang
dapat
menyebabkan pembesaran dan statis. Tanda dan gejala selain pembesaran berat ,prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum akhir minggu pertama pascapartum. Setelah masa itu,wanita mungkin akan mengalami gejala-gejala berikut: nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui dan gejala seperti flu: nyeri otot, sakit kepala, keletihan (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal114).
7) Bendungan payudara Merupakan bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI. Diagnosis yang dapat diketahui yaitu payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi 3-5 hari pasca persalinan, kedua payudara terkena (kemenkes RI,2013;hal227).
8) Retraksi puting Suatu kondisi dimana puting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa kasus,puting dapat muncul keluar bila distimulasi,namun pada kasus-kasus lain,retraksi ini menetap. Diagnosis grade 1 yaitu puting tampak datar atau masuk kedalam,puting dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola, terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi,saluran ASI tidak bermasalah,dan dapat menyusui dengan biasa. Grade 2 yaitu dapat dikeluarkan dengan menkan areola ,namun kembali masuk saat tekanan dilepas, terdapat kesulitan menyusui, terdapat fibrosis derajat sedang, saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan, pada pemeriksaan histologi ditemukan stomata yang kaya kolagen dan otot polos. Grade 3 yaitu puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan
pembedahan
untuk
dikeluarkan,saluran
ASI
terkonstruksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui,dapat terjadi infeksi ,ruam, atau masalah kebersihan ,secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah (kemenkes RI,2013;hal 229).
9) Tromboflebitis Tromboflebitis merupakan perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis (Prawirohardjo,S.2009;hal 265). Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesteron dan tekanan pada vena oleh uterus. Kehamilan juga merupakan status hiperkoagulasi. Kompresi vena
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
selama posisi persalinan juga dapat berperan terhadap masalah ini.
Tromboflebitis
digambarkan
sebagai
superfisial
atau
bergantung pada vena apa yang terkena. Tanda dan gejala tromboflebitis superfisial (yang terjadi dekat dengan permukaan) yaitu ditandai dengan nyeri tungkai dan teraba
hangat
pada
daerah
yang
terkena
tromboflebitis.
Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan kemungkinan peningkatan suhu ringan, takikardi ringan, awitan tiba-tiba nyeri sangat berat terjadi pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri, edema pergelangan kaki,tingkai, dan paha, tanda homan pasti. Tanda homan diperiksa dengan menempatkan satu tangan dilutut ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat dorsifleksi kaki,tanda ini positif , nyeri saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darahyang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba (Dewi,V,Sunarsih.2011;hal 116). 5. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat, atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2012; h. 195).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
b. Jenis – jenis keluarga berencana 1) KB Non Hormonal a) Senggama Terputus (Coitus Interuptus) (1) Definisi Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirihardjo, 2014; h.438). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah kepuasan, dalam berhubungan seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan jiwa (Manuaba, 2009; hal. 244). (3) Kekurangan Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitas 30 sampai 35% karena semen
keluar
sebelum
mencapai
puncak
kenikmatan
(Manuaba, 2010; h. 596). (4) Keuntungan keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan biaya, tidak mengganggu ASI, dapat digunakan setiap waktu dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-15). (5) Indikasi Indikasi metode ini adalah pasangan yang berhubungan seksualnya tidak teratur, pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera, pasangan yang membutuhkan metode mendukung (Affandi Biran, 2012; h. MK-16).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
(6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah suami yang sulit melakukan senggama terputus, pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus, suami dengan ejakulasi dini (Affandi Biran, 2012; h.MK-16). b) Pembilasan Pasca Senggama (1) Definisi Pembilasan Pasca Senggama adalah pembilasan yang dilakukan setelah melakukan senggama (Prawirohardjo, 2014; h.439). (2) Efek Samping Jadi dalam metode ini setelah melakukan senggama dengan pasangan maka langsung dilakukan pembilasan diarea vagina (Prawirihardjo, 2014; h.439). (3) Kekurangan Kekurangan
dari
metode
ini
ialah
harus
langsung
membersihkan area vagina untuk mengeluarkan sperma tersebut agar tidak terjadi konsepsi. (4) Kentungan Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu ASI, dapat digunakan untuk kontrasepsi lainya, tidak memerlukan biaya dan lain-lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
c) Kondom (1) Definisi Kondom adalah merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang digunakan pada saat hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-17). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah tidak ada, kecuali bila ada alergi dengan bahan kondom itu sendiri (Prawirohardjo, 2014; h. 442). (3) Kekurangan Kekurangan
dari
metode
ini
adalah
harus
selalu
menyediakan kondom sebelum melakkan koitus, agak mengganggu kenimatan pasangan, efektifitas tidak terlalu tinggi (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghindari penyakit hubungan seks seperti AIDS/Inveksi HIV, bagi mereka yang mengalami kelemahan ejakulasi dini dapat bertindak sebagai penghambat orgasme (Manuaba, 2009; h. 244). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah asangan yang ingin berpartisipasi
untuk
keluarga
berencana,
ingin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
menggunakan kontrasepsi sementara, ingin kontrasepsi tambahan (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metod ini adalah pasangan yang tidak ingin berpartisipasi dalam keluarga berencana, pasangan yang tidak mau terganngu dalam hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). d) Pantang Berkala (1) Definisi Pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus) beberapa hari sebelum hingga beberapa setelah ovulasi (Mochtar Rustam, 2012; h. 198). (2) Kekurangan Kekurangan dari metode ini ialah sulit menentukan waktu yang tepat pada ovulasi. Dengan demikian untuk wanita yang siklusnya tidak teratur , sangat sulit atau sama sekali tidak
dapat
diperhitungkan
saat
terjadinya
ovulasi
(Prawirohardjo, 2014; h.439). (3) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghitung masa subur dari pasangan tersebut (Manuaba, 2010; h. 596). (4) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang mampu bekerja sama untuk penggunaan metode ini, pasangan yang menstruasinya teratur (Manuaba, 2010; h. 594).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
(5) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang siklus menstruasinya tidak teratur, pasangan yang tidak mau bekerja sama (Manuaba, 2010; h. 594). e) Spermisida (1) Definisi Spermisisda adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria, dan krim (Affandi Biran, 2012; h.MK24). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah dapat menimbulkan alergi atau iritasi (Manuaba, 2010;h. 596). (3) Kekurangan Keefektivitasannya
hanya
pengguna
menunggu
harus
melakukan
koitus,
berkisar 10-15
bergantung
antara
1-2
menit pada
jam,
sebelum kepatuhan
menggunakannya (Affandi Biran, 2012; h.MK-25), timbulnya perasaan kurang enak pada kedua belah pihak karena “becek”, kadang timbul alergi (Mochtar Rustam, 2012; h.202). (4) Keuntungan Metode ini sulit digunakan secara masal dan hanya dapat diajarkan
pada
kalangan
terbatas
yang
mempunyai
pendidikan (Manuaba, 2010; h.597).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
(5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang masih menyusiu dan perlu kontrasepsi, atau sambil menunggu kontrasepsi yang lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-26). (6) Kontra Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang menginginkan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.MK-25). f)
Diafragma (1) Definisi Diafragma adalah kap bentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi Biran, 2012; h.MK-21). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih, dugaan alergi terhadap bahan diafragma (Affandi Biran, 2012; h.MK-23). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini ialah diperlukannya motivasi yang cukup kuat, umumnya cocok untuk wanita terpelajar dan tidak digunakan untuk secara masal, pemakaian yang tidak teratur dapat menjadi kegagalan (Prawirohardjo, 2014; h.443.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
(4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini hampir tidak ada efek sampingnya dengan motivasi yang baik dan cara pemakaian yang betul hasilnya memuaskan (Prawirohardjo, 2014; h.443). (5) Indikasi Indikasi
dari
metode
ini
adalah
bagipasangan
yang
memerlukan dengan menunggu metode yang lain, menyusui dan perlu kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-22). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi metode ini adalah bagipasangan yang menggunakan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h. MK-22). g) Metode Amenorea Laktasi (MAL) (1) Definisi Metode amenor laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Affandi Biran, 2012; h.MK-1). (2) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau hanya sampai 6 bulan, tidak melindungi dari IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
(3) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungannpsikologik ibu dan bayi (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). (4) Indikasi Indikasi metode ini adalah ibu yang menyusui secra ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid setelah melahirkan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). (5) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi ibu yang tidak menyusui secara ekslusif, bayinya berumur lebih dari 6 bulan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). 2) KB Hormonal a) Pil Kombinasi (1) Definisi Sebuah kontrasepsi yang menggunakan obat/pil yang harus selalu di minum setiap hari (Affandi Biran, 2012; h.MK-30). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah mual, pusing, muntah, tidak haid (Affandi Biran, 2012; h.MK-35). (3) Kekurangan Pil harus diminum setiap hari, kurang cocok nagi wanita yang pelupa,motivasi harus diberikan secara lebih intensif (Mochtar Rustam, 2012, h.- 2004).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
(4) Keuntungan Keuntungan dari Pil ini adalah memiliki efektifitas yang tinggi jika digunakan setiap hari, resiko kesehatan kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mencegah anemia (Affandi Biran, 2012; h.MK-31). (5) Indikasi Indikasi dari metod ini adalah bagi wanita yang haidnya tidak teratur, haid yang terlambat (Mochtar Rustam, 2012; h.207). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi metode ini adalah bagi wanita yang tidak rajin meminum pil setiap hari, wanita yang mempunyai tekanan darah tinggi (Mochtar Rustam, 2012; h.206). b) Kontrasepsi Suntikan (1) Definisi Kontrasepsi
yang
penggunaannya
dilakukan
dengan
suntikan. (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, perdarahan tidak menentu (Manuaba, 2010; h.601). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah dapat merubah pola haid, ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, tidak menjamin dari penyakit menular seks (Affandi Biran, 2012; h.MK-37).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
(4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, tidak memerlukan menyimpan obat dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK36). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah wanita yang anemia, pasca persalinan tetapi tidak menyusui, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-37). c)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (1) Definisi AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rongga rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar Rustam, 2012; h.220). (2) Efek Samping Efek samping metode ini adalah perdarahan yang tidak teratur, berat badan yang meningkat (Affandi Biran, 2012; h.MK-63). (3) Kekurangan Kekurangan metode ini adalah harus dilakukan pemeriksaan dalam sebelum pemasangan AKDR, Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan ektopik cukup tinggi dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-70).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
(4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah pemulihan kesuburan yang cepat, kontrol medis yang ringan, jangka panjang dan lain-lain (Manuaba, 2010, h.611). (5) Indikasi Indikasi
dari
metode
ini
adalah
wanita
yang
ingin
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sering lupa menggunakan pil (Affandi Biran, 2012; h.MK-71). (6) Kontra Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah hamil atau diduga hamil, kannker genetalia (Affandi Biran, 2012; h. MK-71).
d) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) (1) Definisi AKBK adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan implan mencegah terjadinya kehamilan antara 3 sampai 5 tahun (Affandi Biran, 2012; h.MK-55). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, masa perdarahan panjang (Mochtar Rustam, 2012; h.210). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah menimbulkan gangguan menstruasi, berat badan bertambah, liang senggama menjadi kering, menimbulkan acne, ketegangan payudara dan lain-lainnya (Manuaba, 2010; h.603).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
(4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah KB jangka panjang, kontrol medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi (Manuaba, 2010; h.603). (5) Indikasi Indikasi
dari
metode
ini
adalah
wanita
yang
ingin
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, tidak ingin mempunyai anak lagi (Affandi Biran, 2012; h. MK-64). (6) Kontra Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah diduga hamil atau hamil (Affandi Biran, 2012; h.MK-65). 3) Kontrasepsi Mantap a) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita) (1) Definisi Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang dilakukan pada wanita dengan cara melakukan suatu tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi saluran telur dengan sel sperma (Mochtar Rustam, 2012; h. 230). (2) Efek Samping Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek atau jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.MK-89). (3) Kekurangan Kekurangan
dalam
metode
ini
adalah
harus
dipertimbangkan sifat permanen metode ini, klien dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
menyesal dikemudian hari, tidak melindungi diri dari IMS (Affandi Biran, 2012; h.92). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah metode dengan jangka panjang, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido seksualitas, tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (Prawiroharjo, 2014; h.457). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah wanita dengan paritas >2, pasca persalinan, sudah mantap ingin menggunakan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.92). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode pemakaian ini adalah wanita hamil, kurang yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.MK-93). b) Vasektomi (Sterilisasi pada Laki-laki) (1) Definisi Vasektomi adalah operasi kecil dan dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu (Prawirohardjo, 2014; h.461). (2) Efek Samping Efek samping metode ini tidak ada efek samping jangka panjang maupun jangka pendek (Affandi Biran, 2012; h.MK97).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
(3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu hingga sperma benar benar tidak ditemukan berdarkan analisis semen, karena namanya masih metupakan tindakan operasi para pria masih takut (Mochtar Rustam, 2012; h.249). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah komplikasi yang dijumpai sedikit, hasil yang diperoleh (efektivitas) 100%, biayanya murah dan terjangkau bagi masyarakat (Mochtar Rustam, 2012; h.249). (5) Indikasi Indikasi metode ini adalah laki-laki yang tidak ingin mempunyai anak lagi, yang merasa yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h. 97). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah laki-laki yang kurang mantap dalam kontrasepsi ini (Affandi Biran, 2012;h. 97). 4) Kontrasepsi Darurat a) Definisi Yang dimaksud dengan kontrasepi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah (Affandi Biran, 2012; h.U-61).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
b) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah mual, muntah, perdarahan (Affandi Biran, 2012; h.U-62). c) Kekurangan Kekurangan dalam metode ini adalah pil kombinasi hanya efektif bila digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa perlindungan, AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual, pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, dan nyeri payudara (Affandi Biran, 2012; h.U60). d) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah sangat efektif (tingkat kehamilan < 3%), AKDR juga bermanfaat jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.U-61). e) Indikasi Indikasi metode ini adalah bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti lupa minum pil tablet 2 hari, kondom bocor, salah hitung masa subur (Affandi Biran, 2012; h.u-62). c. Penapisan awal KB Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi : 1) Kehamilan 2) Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
104
3) Masalah (misalnya diabetes melitus atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan
hamil
kontrasepsi,
kecuali
dapat AKDR
disingkirkan. dan
Sebagain
kontrasepsi
besar
mantap
cara tidak
membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga berencana atau klien umumnya tidak diperlukan karena : 1) Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 1635 tahun) dan umumnya sehat. 2) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (misalnya kanker genitalia dan payudara, fibroma uterus) jarang didapat pada umur sebelum 35-40 tahun. 3) Pil kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan progestin) lebih baik daripada produk sebelumnya karena efek samping lebih sedikit dan jarang menimbulkan masalah medis. 4) Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang brhubungan
dengan
estrogen
dan
dosis
progestin
yang
dikeluarkan per haribahkan lebih rendah dari pil kombinasi. Tabel 2.6 : Daftar tilik penapisan klien, metode nonoperatif Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan, dan susuk)
YA
TIDAK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
105
persalinan Apakah klien mengalami perdarahan, bercak antara haid dan senggama Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, tungkai bengkak (edema) Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg )diastolik) Apakah ada massa atau benjolan pada payudara Apakah klien sedang minum obat-obatan anti kejang AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
YA
TIDAK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam) Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari) Apakah pernah mengalami dismenorhea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring Apakah pernah mengalami perdarahan, bercak antara haid setelah senggama Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital
Tabel 2.7: daftar tilik penapisan klien, metode operasi (Tubektomi) Keadaan Klien Keadaan umum (anamnesis, dan pemeriksaan fisik) Keadaan emosional Tekanan darah Berat badan Riwayatoperasi abdomen/panggul
Dapat dilakukan rawat jalan
pada
fasilitas
Keadaan umum baik, tidak ada tandatanda penyakit jantung, paru atau ginjal
Tenang < 160/100 mmHg 35-85 kh Bekas seksio sesarea (tanpa perlekatan)
Riwayat radang Pemeriksaan dalam normal panggul, hamil ektopik, dan apendisitis Anemia Hb > 8 g% Sumber : Buku panduan praktis pelyanan kontrasepsi
Dilakukan rujukan
di
fasilitas
Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuandarah, ada tandatanda penyakit jantung, paru atau ginjal Cemas, takut 160/100 mmHg 85 kg; < 35 kg Operasi abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelaianan pada pemeriksaan panggul. Pemeriksaan dalam ada kelainan Hb < 8 g %
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
106
Tabel 2.8 : Daftar tilik penapisan metode operasi (Vasektomi) Keadaan klien Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan Keadaan umum baik, tidak ada tnda-tanda penyakit jantung, paru-paru, atau ginjal
Keadaan emosional tenang Tekanan darah <160/100 mmHg Infeksi atau kelainan skrotum / normal inguinal Anemia Hb > 8 g% Sumber: Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi
Dilakukan pada fasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat pembekuan darah, ada tanda-tanda penyakit jantung, paru-paru, atau ginjal Cemas, takut 160/100 mmHg Tanda-tanda infeksi atau kelainan Hb < 8 g%
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Menurut Varney (1997) dikutip oleh (Muslihatun W.A. Mufdiah. Setiawati, 2009; h. 114) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. 1. Pengumpulan data dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : a) Riwayat kesehatan. b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuannya. c) Meninjau catatan terbaru atau catatn sebelumnya. d) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
107
Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang dikonsulkan kepada dokter dalam menejemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. 2. Interpretasi data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar pada diagnosis atau masalah pada kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan, data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
ditemukan
masalah
atau
diagnosis yang spesifik. 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. 4. Mengidentifikasi
dan
menetapkan
kebutuhan
yang
memerlukan
penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tidakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh ditentukkan langkah-langkah
sebelumnya,
langkah
ini
merupakan
kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. 6. Melaksanaan perencanaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
108
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah keliha harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benarbenar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. C. Aspek Hukum 1. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes no. 161/MENKES/PER/I/2010 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes
no
penyelenggaraan
1464/MENKES/PER/X/2010 praktik
bidan
serta
tentang
essential
izin
dan
competencies
International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010 standar kompetensi bidan disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma pelayanan kebidanan meliputi : a. Kompetensi ke 1 Bidan berperilaku profesional, bermoral, dan memiliki etika dalam tanggap terhadap, menyikapi atau mencermati issue etik maupun aspek legal dalam praktik kebidanan yang berorientasi pada keselamatan perempuan dan masyarakat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
109
b. Kompetensi ke 2 Bidan mampu bertukar informasi secara verbal dan non-verbal dengan pasien atau perempuan, keluarganya, masyarakat di lingkungan perempuan, sesama profesi, antar profesi kesehatan, dan stakeholder. c. Kompetensi ke 3 Bidan mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, serta menyadari keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap profesi bidan. d. Kompetensi ke 4 Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu kebidanan, neonatologi, ilmu-ilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang tepat untuk perempuan, bayi yang
baru lahir,
“childbearing women”, dan keluarga . e. Kompetensi ke 5 Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu kebidanan, neonatologi, ilmu-ilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang tepat untuk perempuan, bayi yang
baru lahir,
“childbearing women”, dan keluarga . f. Kompetensi ke 6 Bidan melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai kesehatan masyarakat pada umumnya, dan kesehatan perempuan sesuai dengan tahap perkembangan siklus reproduksinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
110
g. Kompetensi ke 7 Bidan mampu merencanakan dan mengelola sumber daya dibawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif sumber daya di wilayah kerjanya dengan memanfaatkan IPTEK untuk menghasilkan langkah-langkah strategis pengembangan organisasi (Ditjen Dikti Kemdikbud, 2011; h. 16-40). 2. 7 Area Kompetensi Bidan menurut (Anonymous, 2012) yaitu: a. Komunikasi efektif b. Etika legal dan keselamatan pasien c. Pengembangan diri danprofesionalisme d. Landasan ilmiah praktik kebidanan e. Ketrampilan klinis dalam praktik kebidanan f. Promosi kebidanan g. Manajemen, kepemimpinan dan kewirausahaan. 3. Landasan hukum kewenangan bidan diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan
Republik
Indonesia
No
1464/MENKES/PER/X/2010
TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN menurut (Anonymous, 2010) meliputi: 1. PENYELENGGARAAN PRAKTIK a. Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
111
b. Pasal 10 1) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu meliputi: a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada hamil normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling antara kehamilan. c. Pasal 11 1) Pelayanan kesehatan anak yang dimaksud diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. 2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan berwenang untuk : a) Melakukan asuhan BBL normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, IMD, inj Vit K1, perawatan BBL pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat. b) Penanganan Hipotermi pada BBL dan segera rujuk. d. Pasal 12 1) Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan dan KB berwenang untuk: a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan KB. b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016
112
e. Pasal 13 1) Selain kewenangan sebagaimana pasal 10,11,12 bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter. c) Penanganan bayi dan anak balita sesuai pedoman yang ditetapkan. 2. PENCATATAN DAN PELAPORAN a. Pasal 20 1) Dalam melaksanakan tugas bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan. 2) Pelaporan dimaksud ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik 3) Dikecualikan untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ade Ninik Setyorini, Kebidanan DIII UMP, 2016