BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.6 Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut: 1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
6
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Hal 82
6
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan; 3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin; 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama; 5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.7 2.1.1
Kelompok Kecil
Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. Setiap karakteristik ini perlu diuraikan lebih lanjut. Pertama, kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima. Definisi ini merupakan aspek penting dalam kelompok kecil. Pada umumnya, suatu kelompok kecil terdiri dari kira-kira 5 hingga 12 orang. Yang penting untuk diingat adalah bahwa setiap anggota harus bisa berfungsi sebagai sumber maupun penerima dengan relatif mudah. Jika kelompok menjadi lebih besar maka hal ini akan semakin sulit dipenuhi.
7
Dan B. Curtis, James J. Floyd, and Jerry L.Winsor. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 Hal 149
7
Kedua, pada anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. Orang-orang di dalam kelompok gedung bioskop bukan merupakan kelompok, karena di antara mereka tidak ada hubungan satu sama lain. Di dalam kelompok kecil, perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua anggota lainnya. Ketiga, di antara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok. Tetapi, pada umumnya harus ada alasan yang serupa bagi perorangan itu untuk berinteraksi.8 2.1.2
Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. 1.
Kelompok primer dan sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 mengatakan bahwa kelompok
primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok
8
Joseph DeVito. Komunikasi Antar Manusia: Edisi Kelima. Jakarta: Karisma Publishing Group. 2011. Hal 336
8
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya. d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.9
9
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. Hal 139
9
2.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Theodore Newcomb melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam
juga
memberikan
kepada
saya
cara
memandang
dunia
ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi. 3.
Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
10
John F. Cragan dan David W. Wright membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
11
2.1.3
Macam-macam perubahan perilaku di dalam komunikasi kelompok
1. Konformitas. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. 2. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan
kualitas
kerja
karena
ditonton
kelompok.
Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan
12
adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. 3. Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.10 2.1.4
Faktor personal karakteristik kelompok a. Kebutuhan interpersonal William C. Schultz merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal
Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut: 1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion). 2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
10
Ibid. 147
13
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain. b. Tindak komunikasi Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA). c. Peranan Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:11 1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau
melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan
upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok. 11
Ibid 171
14
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan
usaha-usaha
untuk
memelihara
emosional
anggota-anggota
kelompok. 3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.12
2.2
Komunitas
Iriantara mendefinisikan makna komunitas adalah sekumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu dan biasanya terkait dengan kepentingan yang sama. Komunitas dapat berupa sekumpulan orang yang mempunyai kegemaran yang sama.13 Kemudian Perry memandang ada dua makna komunitas. Pertama, komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus, seperti para penyandang cacat, jamaah masjid atau kelompok imigran.14 Kedua, secara khusus menunjuk pada satu kategori manusia yang berhubungan satu sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama yang karena kesamaan lokalitas itu secara tidak langsung membuat mereka mengacu pada kepentingan dan nilai-nilai yang sama. 12
Ibid. 171 Yosal Iriantara. Community Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007 Hal 22 14 Ibid. 24 13
15
Terdapat lima faktor yang bisa membedakan komunitas dari kelompok individu lain. Ogdin menjelaskan kelima faktor tersebut adalah: 1.
Pembatasan dan eksklusivitas yang berdasarkan hal ini bisa dirumuskan
siapa yang menjadi anggota dan bukan anggota komunitas tersebut. 2.
Tujuan yang merupakan landasan keberadaan komunitas.
3.
Aturan yang memberi pembatasan terhadap perilaku anggota komunitas,
termasuk ancaman disingkirkan untuk yang berperilaku melanggar aturan itu. 4.
Komitmen terhadap kesejahteraan orang lain, sehingga ada kepedulian
terhadap orang lain yang berada dalam komunitas yang sama, atau setidaknya ada tanggung jawab bagi individu terhadap komunitas secara keseluruhan. 5.
Kemandirian yakni memiliki kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang
dilakukan dan cara memasuki komunitas.15
2.3
Teori Penetrasi Sosial
Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) ini lahir dari perspektif objektif, di mana kaum objektivis percaya bahwa ada kesatuan dalam ilmu (unity of science), mereka memahami fisika, biologi, psikologi, dan komunikasi hanya sebagai “jendela-
15
Ibid. 24
16
jendela” yang berbeda untuk melihat realitas fisik yang bersifat tunggal. Dengan kata lain, teoritisi objektif memahami realitas yang tunggal, independen dan otonom.16 Lebih lanjut, Teori Penetrasi Sosial muncul pertamakali pada tahun 1973 melalui tulisan Irwin Altman dan Dalmas Taylor yang dipublikasikan dalam buku yang berjudul “Social Penetration: The Development Of Interpersonal Relationships”. Altman adalah Profesor dalam bidang psikologi sosial di Universitas Utah dan Taylor adalah seorang Profesor bidang psikologi di Universitas Lincoln. Bidang kajian Teori Penetrasi Sosial meliputi studi psikologi sosial dan komunikasi. Cakupan wilayah bidang studi komunikasi dalam teori ini menjelaskan suatu kerangka pemikiran bahwasanya proses komunikasi memainkan peranan penting dalam perkembangan hubungan sosial. Teori ini mengkaji mengenai proses perkembangan kedekatan hubungan dalam level interpersonal. Altman dan Taylor menjelaskan tesis mengenai sebuah hubungan interpersonal akan berakhir sebagai teman terbaik (akrab) jika mereka melakukan serangkaian proses secara sistematis atau teratur dalam sebuah tahapan dan bentuk, di mana proses pertama ini harus melalui tingkat permukaan awal kemudian melalui tingkatan pertukaran yang lebih intim sebagai fungsi dari hasil langsung dan perkiraan. Dalam tataran ini proses penetrasi
16
Em Griffin. A First Look at Communication Theory. USA: McGraw Hill. 2006 Hal 517-518
17
sosial menjelaskan tahapan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi supervisial menuju komunikasi yang lebih intim.17 Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutuptutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya. Dan lapisan yang paling dalam adalah wilayah private, di mana di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih, orang tua, atau orang terdekat manapun. Akan tetapi lapisan ini adalah yang paling berdampak atau paling berperan dalam kehidupan seseorang.18
17
I Altman & D. Taylor. Social Penetration: The Develompement of Interpersonal Relationship. New York: Jold, Rinehart & Winston. 1973 Hal 329
18
Em Griffin. op.cit., 114
18
Gambar 1 Struktur Personal Penetrasi dari Pete Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita. Taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini. Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut: Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan
19
penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula. Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik. Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama. Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan
20
berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar. Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya. Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat hubungan “halo, apakabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas. Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan
21
dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan. 19
2.4
Pengungkapan Diri (Self-Disclosure)
Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Catatan khusus perlu diberikan mengenai beberapa aspek dari definisi elementer ini. Pengungkapan diri adalah “jenis komunikasi”. Jadi pernyataan-pernyataan tak disengaja yang menyangkut diri kita seperti selip lidah, gerakan nonverbal yang tidak disadari, serta pengakuan terbuka semuanya dapat digolongkan ke dalam komunikasi pengungkapan diri.20 Tetapi biasanya istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “Saya takut terbang” atau “Saya menghabiskan waktu dalam penjara selama dua tahun sebelum saya berjumpa denganmu.” Pengungkapan diri adalah “informasi” – Sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui oleh penerima. Informasi adalag pengetahuan baru. Agar pengungkapan diri terjadi, suatu pengetahuan baru harus dikomunikasikan.
19
20
Ibid. 117 Joseph A. DeVito. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Karisma Publishing Group. 2011 Hal 64
22
Pengungkapan diri adalah “informasi tentang diri sendiri” – Tentang pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang; atau tentang orang lain yang sangat dekat yang sangat dipikirkannya. Jadi pengungkapan diri dapat diartukan sebagai tindakan Anda sendiri atau tindakan, misalnya, orangtua atau anak Anda, karena mereka mempunyai hubungan langsung dengan Anda. Pengungkapan
diri
menyangkut
informasi
yang
biasanya
secara
aktif
disembunyikan. Sementara beberapa periset misalnya, Derlega dkk, memandang pengungkapan diri sebagai setiap informasi tentang diri sendiri, penulis berpendapat bahwa sebaiknya kita lebih memusatkan pada informasi yang biasanya Anda sembunyikan daripada pada segala jenis informasi yang tadinya belum anda ungkapkan. Pengungkapan diri adalah informasi yang biasanya tidak akan Anda ungkapkan dan Anda secara aktif berusaha tetap menjaga kerahasiaannya. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Agar pengungkapan diri terjadi, tindak komunikasi harus melibatkan sedikitnya dua orang. Pengungkapan diri tidak bisa merupakan tindak intrapribadi. Untuk menjadi pengungkapan diri, informasi harus diterima dan dimengerti oleh orang lain.
23
2.4.1
Hal-hal yang membentuk Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu daripada situasi yang lain. Di sini, kita mengidentifikasi beberapa factor yang mempengaruhi pengungkapan diri. Besar Kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada dalam kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Dengan satu pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan diri dapat meresapi tanggapan dengan cermat. Dengan dukungan atau ketiadaan dukungan ini, orang dapat memantau pengungkapan diri ini, meneruskannya jika situasinya mendukung dan menghentikannya jika situasi tidak mendukung. Bila ada lebih dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.21 Perasaan menyukai. Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai. Ini tidak mengherankan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (dan barangkali menyukai kita) akan bersikap mendukung dan positif. Periset pengungkapan diri John Berg dan Richatd Archer melaporkan bahwa mudah saja 21
Ibid. 65
24
kita membuka diri kepada mereka yang kita sukai, kita juga tampaknya menjadi suka kepada mereka terhadap siapa kita membuka diri, Kita juga membuka diri lebih banyak kepada orang yang kita percayai. Sewaktu-waktu, pengungkapan diri lebih mungkin terjadi dalam hubungan yang bersifat sementara daripada dalam hubungan yang bersifat permanen. Misalnya, antara pelacur dan pelanggannya, atau bahkan antara sesame penumpang kereta api atau pesawat terbang. Michael Mc Gill, dalam The McGill Report on Male Intimacy, menamai hubungan macam ini “keakraban perjalanan” (“inflight intimacy”). Dalam situasi ini, dua orang membuna hubungan pengungkapan diri yang intim selama masa perjalanan yang singkat, tetapi tidak melanjutkannya setelah itu. Efek Diadik. Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yang bersama kita juga melakukan pengungkapan diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita merasa lebih aman dan nyatanya, memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri. Berg dan Archer melaporkan bahwa pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila itu dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam penguungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten. “Sangat mungkin,” kata James McCroeskey dan Lawrence, bahwa mereka yang lebih kompeten juga merasa diri mereka memang lebih kompeten, dan karenanya mempunyai rasa percaya diri
25
yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan pengungkapan diri. Atau, lebih mungkin lagi, orang yang kompeten barangkali memiliki lebih banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan daripada orang-orang yang tidak kompeten.” Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ektrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Perasaan gelisah juga mempengaruhi derajat pengungkapan diri. Rasa gelisah adakalanya meningkatkan pengungkapan diri kita dan kali lain menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani berbicara pada umumnya juga kurang menungkapkan diri daripada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.22 Topik. Kita lebih cenderung membuka diri tentang topic tertentu daripada topic yang lain. Sebagai contoh, Rita lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi kita daripada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan kita. Kita juga mengungkapkan informasi yang bagus lebih cepat daripada informasi yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negative suatu topic, makin kecil kemungkinanan kita mengungkapkannya. Jenis Kelamin. Faktor terpenting yang membentuk pengungkapan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Judy
22
Ibid. 66
26
Pearson berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini. “Wanita yang maskulin,” misalnya, kurang membuka diri daripada wanita yang nilai dalam skala maskulinitasnya lebih rendah. Selanjutnya, “pria feminine” membuka diri lebih besar daripada pria yang nilai dalam skala feminitasnya lebih rendah. Pria dan wanita juga mengemukakan alasan yang berbeda untuk penghindaran mereka terhadap pengungkapan diri.
2.4.2
Imbalan Pengungkapan diri
Mengapa seseorang harus mengungkapkan diri kepada orang lain? Apa jenis komunikasi ini yang member banyak perhatian, mari kita menjawab pertanyaan ini dengan melihat manfaat dari pengungkapan diri. Pengetahuan Diri. Salah satu manfaat pengungkapan diri adalah kita mendapatkan perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perilaku kita sendiri. Dalam terapi, misalnya pandangan ke dalam sering kali muncul ketika klien sedang melakukan pengungkapan diri. Klien mungkin saja menyadari adanya aspek perilaku atau hubungan yang selama ini
27
tidak diketahuinya. Karenanya, melalui pengungkapan diri, kita dapat memahami diri sendiri secara lebih mendalam.23 Kemampuan Mengatasi Kesulitan. Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa kita akan lebih mampu menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah, melalui pengungkapan diri. Salah satu perasaan takut yang besar yang ada pada diri banyak orang adalah bahwa mereka tidak diterima lingkungan karena suatu rahasia tertentu, karena sesuatu yang pernah mereka lakukan, atau karena perasaan atau sikap tertentu yang mereka miliki. Karena kita percaya bahwa hal-hal ini merupakan dasar penolakan (rejection), kita membangun rasa bersalah. Dengan mengungkapkan perasaan seperti itu dan menerima dukungan, bukan penolakan, kita menjadi lebih siap untuk mengatasi perasaan bersalah dan barangkali mengurangi atau malah menghilangkannya sama sekali. Efisiensi Komunikasi. Pengungkapan diri memperbaiki komunikasi. Kita memahami pesan-pesan orang lain sebagian besar sejauh kita memahami orang lain secara individual, Kita dapat lebih memahami apa yang dikatakan seseorang jika kita mengenal baik orang tersebut. Kita dapat mengenal apa makna nuansa-nuansa tertentu, bila orang itu sedang bersikap serius dan bila ia sedang bercanda, dan bila ia menjadi sarkastis atau bila sedang marah. Pengungkapan diri adalah kondisi yang penting untuk mengenal orang lain. Anda dapat saja meneliti perilaku seseorang atau bahkan hidup bersamanya selama bertahun-tahun, tetapi jika orang itu tidak 23
Ibid. 67
28
pernah mengungkapkan dirinya, Anda tidak memahami orang itu sebagai pribadi yang utuh. Kedalaman
Hubungan.
Barangkali
alasan
utama
pentingnya
pengungkapan diri adalah bahwa ini perlu untuk membina hubungan yang bermakna di antara dua orang. Tanpa pengungkapan diri, hubungan yang bermakna dan mendalam tidak mungkin terjadi. Dengan pengungkapan diri, kita member tahu orang lain bahwa kita mempercayai mereka, menghargai mereka dan cukup peduli akan mereka dan akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka. Ini kemudian akan membuat orang lain mau membuka diri dan membentuk setidak-tidaknya awal dari duatu hubungan yang bermakna – hubungan yang jujur dan terbuka dan bukan sekadar hubungan yang seadanya.24
2.4.3
Pedoman Pengungkapan Diri
Motivasi Pengungkapan Diri. Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan, terhadap oranglain yang terlibat, dan terhadap diri sendiri. Sementara orang melakukan pengungkapan diri untuk menyakiti pendengar. Misalnya, seorang gahis yang mengatakan kepada orangtuanya bahwa mereka menghambat dan bukan membantu pengembangan
24
Ibid. 69
29
emosionalnya mungkin mengutarakan keinginan untuk melukai dan menghukum orangtuanya daripada untuk memperbaiki hubungan antara mereka. Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif bagi semua pihak yang terlibat. Kepatutan Pengungkapan Diri. Pengungkapan diri haruslah sesuai dengan lingkungan (konteks) dan hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebelum melakukan pengungkapan diri yang penting, tanyailah diri sendiri apakag waktu dan tempatnya sudah tepat. Dapatkah Anda mengatur waktu dan tempat yang lebih baik? Apakah pengungkapan diri ini patut untuk hubungan yang ada? Umumnya, makin bersifat pribadi pengungkapan diri itu, makin dekat hubungan yang diperlukan. Barangkali sebaiknya kita tidak mengungkapkan sesuatu yang bersifat terlalu pribadi kepada orang yang tidak terlalu akrab, kepada kenalan biasa, atau pada tahap awal suatu hubungan. Saran ini terutama berlaku untuk pengungkapan diri yang bersifat negative – misalnya, yang menyangkut masalah keuangan atau kesulitan seksual, atau pengalaman ketergantungan pada obat bius. Pengungkapan Diri Orang Lain. Selama pengungkapan diri Anda, berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri. Jika lawan bicara ini tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka pikirkanlah kembali pengungkapan diri Anda. Ketiadaan pengungkapan diri timbale balik ini
30
mungkin merupakan isyarat bahwa orang tersebut pada saat itu dan dalam suasana itu tidak menyambut baik pengungkapan diri Anda.25
2.5
Konsep Diri
Williarn D. Brooks mendefiniskan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social dan fisi. Jadi konsep diri meliputi apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda rasakan tentang diri Anda. Oleh karena itu, Anita Taylor et al. mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”. Dengan demikian, ada dua komponen konsep diri: komponen kognitif dan komponen afektif. Boleh jadi komponen afektif Anda berkata, “Saya senang diri saya bodoh; ini lebih baik bagi saya.” Boleh jadi komponen kognitifnya seperti tadi, tapi komponen afektifnya berbunyi. “Saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh.” Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem). Keduanya, menurut William D. Brooks dan Philip 25
Ibid. 72
31
Emmert, berpengaruh besar pada pola komunikasi interpersonal. Namun, sebelum melihat bagaimana pengaruh konsep diri terhadap perilaku komunikasi interpersonal kita akan meneliti lebih dahulu factor-faktor yang memengaruhi pembentukan konsep diri.26 2.5.1
Membuka Diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.27
26 27
Jalaluddin Rakhmat, op.cit., 98. Ibid. 105
32
Gambar 2 Johari Window
2.5.2
Kesadaran Diri
Jika kita harus mendaftarkan berbagai kualitas yang ingin kita miliki, kesadaran-diri oasti menempati prioritas tinggi. Kita semua ingin mengenal diri sendiri secara lebuh baik, karena kita mengendalikan pikiran dan perilaku kita sebagian besar sampai batas kita memahami diri sendiri – sebatas kita menyadari siapa kita. Kesadaran-diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi komunikasi. Ini dijelaskan dengan baik melalui Jendela Johari (Johari Window),
33
yang disajikan pada gambar 1.1. Jendela ini dibagi menjadi empat daerah atau kuadran pokok, yang masing-masing berisi diri (self) yang berbeda.28
a.
Daerah Terbuka (Open Self)
Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Macam informasi yang termasuk di sini dapat beragam mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia, keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka masing-masing orang akan berbedabeda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan mendukung kita; terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita. Besarnya daerah terbuka juga berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. Sebagian orang cenderung mengungkapkan keinginan dan perasaan mereka yang paling dalam. Lainnya lebih suka berdiam diri baik dalam hal yang penting maupun tidak penting. Tetapi, kebanyakan di antara kita, membuka diri kepada orang-orang tertentu tentang hal-hal tertentu oada waktu tertentu.
28
Joseph A. DeVito, op.cit., 59.
34
Menurut Luft, “makin kecil kuadran pertama”, “makin buruk komunikasi.” Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada orang lain dan kepada kita sendiri. Jika kita tidak membiarkan orang lain mengenal kita, komunikasi menjadi sangat sukar, bahkan tidak mungkin. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga mengenal diri sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu hasud berusaha memperbesar daerah terbuka ini.29
b.
Daerah Buta (Blind Self) Daerah buta (blind self) berisikn informasi tentang diri kita yang diketahui
orang lain, tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaankebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila Anda marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti defensif, atau pengalaman terpendam. Sebagian orang mempunyai daerah buta yang lus dan tampaknya tidak menyadari berbagai kekeliruan yang dibuatnya. Orang lain kelihatnnya sangat cemas jika memiliki sedikit saja daerah buta. Mereka berusaha melakukan terapi dan mengikuti semua kegiatan kelompok penyadaran-diri. Sementara orang yang
29
Ibid. 60
35
lain mengira merek tahu segalanya tentang diri mereka sendiri, percaya bahwa mereka telah menghilangkan daerah buta ini sampai nol. Masing ada lagi orang yang hanya berpura-pura ingin mengurangi daerah buta mereka. Menunjukkan kesediaan untuk mendengar tentang diri mereka, tetapi baru saja komentar bernada negative muncul, mereka bersikap defensif dan membela diri. Kebanyakan dari kita terletak di antara ekstrim-ekstrim ini. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila ada daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada diri kita masing-masing. Walaupun kita mungkin dapat menciutkan daerah ini, menghilangkanya sama sekali tidaklah mungkin. c.
Daerah Gelap (Unknown Self) Daerah gelap (unknown self) adalah bagian dari diri kita yang tidak
diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Kita memperoleh gambaran mengenai daerah gelap ini dari sejumlah sumber. Adakalanya daerah ini terungkap melalui perubahan temporer akibat minum obat, melalui kondisi eksperimen khusus seperti hypnosis atau deprivasi sensori, atau melalui berbagai tes proyektif atau mimpi. Eksplorasi daerag gelap melalui interaksi yang terbuka, jujur dan empatik dengan rasa saling percaya
36
dengan orang lain – orangtua, sahabat, konselor, anak-anak, kekasih – merupakan cara efektif untuk mendapatkan gambaran ini. d.
Daerah Tertutup (Unknown Self) Daerah tertutup (hidden self) mengandung semua hal yang Anda ketahui
tentang diri sendiri dan tentang orang lain, tetapi Anda simpan hanya untuk anda sendiri. Ini adalah daerah tempat Anda merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Pada ujung-ujung ekstrim, terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdisclosure) dan mereka yang terlalu tertutup (underdisclosure). Mereka yang terlalu terbuka menceritakan segalanya. Mereka tidak menyimpan rahasia
tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Mereka akan menceritakn
kepada Anda kisah keluarga, masalah seksual, masalah perkawinan, keadaan keuangan, tujuan, kesuksesan dan kegagalan, pokoknya segala macam. Masalah dengan mereka yang terlalu terbuka ini adalah bahwa mereka tidak membedakan antara
orang-orang
yang
boleh
dan
seharusnya
tidak
bolehmendengar
pengungkapan ini. Selanjutnya mereka juga tidak membedakan informasi yang boleh mereka ungkapkan dan informasi yang seharusnya rahasiakan. Mereka yang terlalu tertutup tidak mau mengatakan apa-apa. Mereka akn berbicar tentang Anda, tetapi tidak sedang mereka sendiri. Anda mungkinmerasa bahwa mereka takut ditolak; Anda mungkin merasa bahwa mereka takut ditolak; anda mungkin merasa ditolak sama mereka tidaj harus mempercayai Anda. Bila
37
Anda menolak mengungkapan segala sesuatu tentang diri Anda kepada orang lain, Anda mengatakan sesuatu tentang apa yang Anda pikirkan tentang orang-orang ini. Setidak-tidaknya,
perulaku
demikian
mengatakan
“Saya
tidak
cukup
mempercayaimu untuk mengungkapkan diri saya kepadamu.” Kebanyakn dari kita berada di antara kedua ekstim ini. Kita merahasiakan hal-hal tertentu dan kita membuk hal-hal yang lain; kita terbuka kepada orang-orang tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang lain; kita terbuka kepada orang-orang tertentu dan kita tidak terbuk kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita adalah orang-orang terbuka yang selektif.
2.6
Makna Identitas
Identitas umumnya dimengerti sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, suatu kesatuan unik yang memelihara kesinambungan arti masa lampaunya sendiri bagi diri sendiri dan orang lain; kesatuan dan kesinambungan yang mengintegrasikan semua gambaran diri, baik yang diterima dari orang lain maupun yang diimajinasikan sendiri tentang apa dan siapa dirinya serta apa yang dapat dibuatnya dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Erikson membedakan dua macam identitas, yakni identitas pribadi dan identitas ego. Identitas pribadi seseorang berpangkal pada pengalaman lansung bahwa selama perjalanan waktu yang telah lewat, kendati mengalami berbagai perubahan, ia tetap tinggal sebagai pribadi yang sama. Identitas
38
pribadi baru dapat disebut identitas Ego kalau identitas itu disertai dengan kualitas eksistensial sebagai subyek yang otonom yang mampu menyelesaikan konflik-konflik di dalam batinnya sendiri serta masyarakatnya.30 Jacques Lacan, psikoanalis asal Prancis, berpendapat bahwa awal pengenalan identitas diri hadir ketika seorang mengalami apa yang disebut dengan fase cermin. Fase cermin berlangsung dalam bentuk keterbelahan antara aku yang melihat dan aku yang dilihat.31 Istilah identitas diri dipakai secara beragam, Fearon merangkum berbagai pengertian identitas diri dari para ahli antara lain: a. Identitas
diri
adalah
konsep
yang
digunakan
oleh
orang-orang
untuk menyatakan tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. b. Identitas diri merujuk pada cara yang digunakan oleh individu dan kelompok dilihat diri hubungan sosial mereka dengan kelompok lain. c. Identitas diri adalah pengertian dan harapan yang relatif spesifik dan stabil tentang diri. d. Identitas diri didefinisikan sebagai komitemn dan identifikasi yang menyediakan
kerangka
yang
memungkinkan
seseorang
untuk
mencoba memilih, mengevaluasi apa yang baik, penting, memungkinkan dilakukan atau apa yang pantas dan tepat atau sebaliknya. 30
Erikson, Erick, H. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Bunga Rampai 1. Penerjemah: Agus Cremers. Jakarta: PT. Gramedia. 1989 Hal 168 31 Ibid. 30-32
39
e. Identitas diri adalah cara yang digunakan seseorang dalam menampilkan dirinya sebagai individu yang berbeda atau khas dibandingkan orang lain Fearon menyimpulkan tiga pengertian dasar yang sering digunakan oleh para ahli dalam mendefinisikan identitas diri, yaitu : i. Keanggotan dalam sebuah komunitas yang menyebabkan seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dan menjadikannya rujukan atau pertimbangan dalam memilih dan memutuskan sesuatu berdasarkan hal yang normatif. Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh interaksi ssorang dengan lingkungan sosial. Identitas diri yang digunakan seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas sosial. ii. Identitas diri juga merujuk pada konsep abstrak dan relatif dan jangka panjang yang ada dalam pikiran seseorang tentang siapa dirinya, menunjukkan eksistensi dan keberhargaan serta membuat dirinya menjadi “seseorang”. Karena itu identitas diri biasanya juga berisi harga diri seseorang/ self esteem. Konsep ini menunjukkan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator perilaku dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam dengan individu tentang apa yang dianggapnya sebagai identitas diri.
40
iii. Identitas diri bukan hanya terdiri sesuatu yang ‘terbentuk’ tapi juga termasuk juga potensi dan status bawaan sejak lahir, misalnya jenis kelamin dan keturunan.32 Identitas diri merupakan situasi dan kondisi perasaan seseorang yang merasakan dirinya dengan baik dalam hidup, sebagaimana dikatakan Muus: “it’s a sense of well being, a feeling of ‘being at home’ in one’s body a sense of knowing where one is going and an inner assuredness of recognition frome those who count. It’s sense of sameness trough the time and continuity between the past and future.”33 "Itu adalah rasa kesejahteraan, perasaan 'berada di rumah' dalam tubuh seseorang rasa mengetahui di mana seseorang akan dan keyakinan batin pengakuan dari orang-orang yang menghitung. Ini akal kesamaan melalui waktu dan kontinuitas antara masa lalu dan masa depan."
32
Peter J. Burke and Jan E. Stets. Identity Theory. New York: Oxford University Press, Inc. 2009 Hal 33-61
33
R. Muus. Theories of Adolescence. New York: McGraw Hill. 1996 Hal 60
41
Tahapan Perkembangan Identitas Tahap
Usia
Karakteristik
Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara sikologis dari orang Diferentiation
tuanya.
Kesadaran
ini
sering
membuatnya
14-15 mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasihat- nasihat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasihat tersebut masuk akal.
Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan Practice
14-15 peringatan atau nasihat dan menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga bertambah. Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya, telah mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan bersyarat. Tingkah lakunya sering
Rapprochment 15-18 silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan kadang berdamai dan bekerjasama dengan orang tua mereka. Di satu sisi ia menerima tanggung
42
jawab di sekitar rumah, namun di sisi lain ia akan mendongkol ketika orang tuanya selalu mengontrol membatasi gerak-gerik dan akitvitasnya diluar rumah.
Remaja Consolidation
18-21
mengembangkan
kesadaran
akan
identitas
personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan
diri
orang
lain,
serta
untuk
mempertahankan
perasaan otonomi, independen dan individualitas.
2.6.1
Perkembangan Identitas menurut Erikson
Pengertian Identitas diri yang dimaksud Erikson dirangkum menjadi beberapa bagian, yakni: a. Identitas diri sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama dalam diri seseorang walaupun situasi lingkungan berubah dan diri menjadi tua. b. Identitas diri sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan selalu mengalami proses pertumbuhan. c. Identitas diri sebagai ‘gaya hidupku sendiri’ yang berkembang dalam tahaptahap terdahulu dan menetukan cara-cara bagaimana peran social diwujudkan.
43
d. Identitas diri sebagai suatu perolehan khusus pada tahap remaja dan akan diperbaharui dan disempurnakan setelah masa remaja. e. Identitas
diri
sebagai
pengalaman
subjektif
akan
kesamaan
serta
kesinambungan batiniahnya sendiri dalam ruang dan waktu. f. Identitas diri sebagai kesinambungan dengan diri sendiri dalam pergaulan dengan orang lain.34 Burns menambahkan bahwa ‘ego’ yang dimaksud Erikson merupakan subjek aktif yang berperan sebagai agen pusat pengorganisasian sedangkan ‘diri’ merupakan objek. 12 Ide ini diperluas secara sosial, sehingga identitas diri merupakan hasil yang muncul dari pengalaman dalam konteks kultural. Erikson sangat memberi penekanan pada pengaruh sosial dalam perkembangan seorang individu. Dalam istilah Erikson yang dimaksud sebagai psikososial adalah kecocokan timbal balik antara individu dengan lingkungannya—artinya suatu pihak antara kapasitas individu untuk berhubungan dengan suatu ruang kehidupan yang terdiri atas manusia dan pranata- pranata yang selalu bertambah luas.35 Di pihak lain, kesiapan manusia dan pranata ini untuk membuatnya menjadi bagian dari suatu keprihatinan budaya yang tengah berlangsung.
34
Erikson, op.cit,. 183. Calvin S. Hall a n d Gaardner Lindzey. Psikologi Kepribadian 1: Teori-teori Psikodinaamik (klinis). Editor: Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1993 Hal 138
35
44
Identitas diri muncul sebagai hasil positif dari integrasi bertahap semua proses identifikasi remaja, karena itu Erikson merinci delapan tahap perkembangan manusia yang masing-masing mengandung dua kemungkinan yang saling berlawanan. 36
Setiap
tahap
menunjukkan
perkembangan
potensial
dan
tantangan yang baru yang disebut Erikson sebagai krisis normatif yang merupakan titik balik perkembangan seseorang. Jika seseorang berhasil melewati suatu tahapan krisis normatif, maka individu akan memperoleh hasil yang positif dan menguntungkan bagi dirinya. Sebaliknya, kegagalan pada suatu tahap akan menyumbangkan potensi negatif dan menjadi penghambat bagi perkembangan selanjutnya. Pencapaian identitas merupakan hasil yang positif/keberhasilan
dari
proses
perkembangan
individu,
sehingga
ketidakberhasilan melalui tahap perkembangan pada fase kelima ini menurut Erikson akan menghasilkan adanya kebingungan identitas/identity confusion.37 Tahap perkembangan ini menurut Erikson adalah sebagai berikut: e. Kepercayaan dasar versus kecurigaan dasar f. Otonomi versus perasaan malu dan keragu-raguan g. Inisiatif versus kesalahan h. Kerajinan versus inferioritas i. Identitas versus kebingungan identitas 36
Burns, Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Penerbit Arcan.1993 Hal 31
37
R. Muus, op.cit., 55, 144-147 dan 149-152.
45
j. Keintiman versus isolasi k. Generativitas versus stagnasi l. Integritas versus keputusasaan Dalam teori Erikson ada beberapa tahap yang harus ditempuh untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya yaitu sebagai berikut: Tahap psikososial Kepercayaan vs ketidakpercayaan
Perkiraan usia Lahir- 1 tahun (masa bayi)
Otonomi vs rasa malu dan ragu
1-3 tahun (masa kanak-kanak)
Inisiatif vs rasa bersalah
4-5 tahun (masa prasekolah)
Ketekunan vs rasa rendah diri
6-11 tahun (masa sekolah dasar)
Identitas vs kebingungan peran
12-20 tahun (masa remaja)
keintiman vs isolasi
20-24 tahun (masa awal dewasa)
generatifitas vs stagnasi
25-65 tahun (masa pertengahan dewasa)
integritas ego vs keputuasan
65-mati (masa akhir dewasa)
38
38
Erikson, op.cit., 174.
46