BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelompok 1. Pengertian kelompok Page dan Iver (Soekanto, 2006) menjelaskan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk saling tolongmenolong. Sarwono (2009) mendefinisikan kelompok sebagai sekelompok (dua orang atau lebih) yang memiliki persepsi sebagai satu kesatuan serta memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok, memiliki tujuan bersama dan saling ketergantungan satu sama lain. Menurut Polak (2004) Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. Jhonson & Jhonson (Sarwono 2009) mengatakan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung, peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, saling peduli antara anggota grup, dan saling peduli dengan ketergantungan positif untuk berusaha mencapai tujuan bersama. Kelompok merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun kebutuhan
psikologisnya.
Dengan
berkelompok,
manusia
dapat
mengembangkan potensi, aktualisasi, dan eksistensi dirinya. Hal ini
11
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
12
disebabkan oleh adanya naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain atau gregariousness sehingga manusia juga disebut social animal (Soekanto, 2006). Schein (2003) memberikan pengertian kelompok sebagai sejumlah orang yang berbagi nilai (share) terhadap pandangan yang sama dari suatu masalah dan mengembangkan penyelesaian share tersebut. Kelompok dibedakan atas sifat sifat yang merupakan pengaruh dari faktor faktor seperti kepribadian individu individu yang membentuk, hakikat hubungan hubungan antar individu dalam kelompok dan peranan kelompok dalam organisasi. Di dalam dan diantara kelompok kelompok kerja yang telah diorganisasikan secara formal yang menuntut pola pekerjaan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, terdapat sub-subkelompok yang timbul secara informal. Kelompok kelompok ini disebut sebagai organisasi informal. Setelah mengetahui tentang apa itu kelompok dan pengertian kelompok. Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat 5 alasan pembentukan kelompok yaitu : a. Kebutuhan Interaksi sosial Kebutuhan dalam melakukan interaksi sosial (baca pengertian interaksi sosial) merupakan salah satu alasan pembentukan kelompok. Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu mencari hubungan dengan orang lain. Dengan membentuk kelompok, manusia
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
13
dapat menyalurkan keinginan mereka. Dalam berkelompok, manusia dapat berbagi rasa dengan teman temannya dalam kelompok. b. Kebutuhan akan keamanan Semua orang memiliki kebutuhan pokok terhadap rasa aman terhadap
sekitarnya.
Kebutuhan
akan
keamanan
inilah
yang
memberikan mereka dorongan dan alasan untuk membentuk kelompok. Dalam sebuah organisasi, para anggota ataupun karyawan dalam perusahaan akan takut dipecat serta dipindahkan. Oleh karena itu, ketakutan akan tidak amannya mereka maka mereka membentuk serikat buruh. c. Kebutuhan akan status Dalam membentuk kelompok, salah satu alasannya dapat berupa kebutuhan akan status atau diakui oleh masyarakat dikarenakan mampu menjadi anggota sebuah kelompok. Kelompok ini dapat merupakan kelompok pekerjaan dan identitas sosial lainnya yang akan menaikkan status mereka dalam masyarakat. d. Kedekatan tempat kerja Sesuai dengan pengertiannya, memberi dan berbagi nilai dibutuhkan dimensi tempat atau ruang yang dapat mendukung adanya interaksi atau komunikasi antara anggota atau manusia. Dengan adanya kedekatan tempat kerja atau kedekatan ruang, mereka akan membentuk kelompok baik secara sadar ataupun secara alamiah. e. Tujuan bersama
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
14
Hal ini sering kita dengar dalam istilah kesamaan visi dan misi anggota. Yah betul, manusia atau individu individu akan berkumpul dan membentuk suatu kelompok apabila mereka memiliki tujuan yang sama. Tujuan tersebut mereka dapat deklarasikan dalam bentuk tekstual ataupun hanya lewat mulut dan perilaku. Umumnya, kelompok yang terbentuk dengan alasan ini, akan menjadi lebih besar tergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok dan pengembangan tujuan itu sendiri. Berdasarkan penjelasaan diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi, dan eksistensi dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain. 2. Jenis - jenis kelompok Menurut Bierstedt (Sarwono, 2009), kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam: a. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya.
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
15
b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kelompok terdiri dari 4 jenis, yaitu kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial dan kelompok asosiasi. 3. Teori terbentuknya kelompok Thomas (2005) mengemukakan beberapa teori tentang terbentuknya kelompok, antara lain : a. Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial Teori yang berangkat dari sebuah pemikiran awal yang menyatakan bahwa terbentuknya sebuah negara adalah karena adanya kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu dalam masyarakat untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-sama
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
16
mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa manusialah sebagai sumber dari kewenangan sebuah negara. b. Teori Hasrat Sosial Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup terpisah-pisah kemudian hidup dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada diri tiap individu terdapat hasrat sosial yang senantiasa mendorong untuk bergaul dengan sesamanya. c. Teori Tenaga yang Menggabungkan Kelompok terbentuk karena manusia senantiasa hidup bersama dalam suatu pergaulan yang didorong oleh tenaga-tenaga yang menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke dalam suatu pergaulan. d. Teori Kedekatan (Propinguity Theory) Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok, yang menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi (perkenalan) di antara orang-orang tertentu. e. Teori Keseimbangan Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya keseimbangan
tentang (a
pembentukan
balance
theory
of
kelompok group
ialah
formation)
teori yang
dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain karena ada kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
17
f. Teori Alasan Praktis (Practical Theory). Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhankebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya. Berdasarkan teori- teori diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dibedakan atas sifat sifat yang merupakan pengaruh dari faktor faktor seperti kepribadian individu individu yang membentuk, hakikat hubungan hubungan antar individu dalam kelompok dan peranan kelompok dalam organisasi.
B. Kohesivitas Kelompok 1. Pengertian Kohesivitas Kelompok Ivancevich (2004) mengklasifikasikan kelompok menjadi dua bagian yaitu: kelompok formal dan informal yang mana cenderung memiliki kedekatan atau keseragaman dalam hal sikap, perilaku dan kinerja. Kedekatan ini sering kali disebut sebagai kohesivitas. Kohesivitas biasanya dianggap sebagai suatu kekuatan. Kohesivitas mengikat seluruh anggota tim agar berada dalam kelompok dan menangkal pengaruh yang menarik anggota agar keluar dari kelompok. Sebuah kelompok yang kohesif terdiri dari individu yang saling tertarik satu dengan yang lain.
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
18
Sebuah kelompok yang memiliki kohesivitas rendah tidak memiliki ketertarikan interpersonal antar anggota kelompoknya. Menurut Newcomb (Dian & Safitri, 2011) kohesivitas kelompok diistilahkan dengan kekompakkan. Kekompakkan adalah sejauh mana anggota
kelompok
melekat
menjadi
satu
kesatuan
yang
dapat
menampakkan diri dengan banyak cara dan bermacam-macam faktor yang berbeda serta dapat membantu satu sama lain. Sedangkan Robbins (2012), mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai sejauh mana para anggota kelompok tertarik terhadap satu sama lain dan termotivasi untuk tetap dalam suatu kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan daya tarik emosional sesama anggota kelompok kerja dimana adanya rasa saling menyukai, membantu, dan secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok kerja dalam mencapai suatu tujuan bersama. Menurut George & Jones (2002) menerangkan kohesivitas sebagai suatu sikap positif yaitu anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain. Meshane & Glinow menjelaskan bahwa kohesivitas itu dianggap sebagai perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi untuk tetap bersama kelompok yang menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok. Oleh Greenberg (2005), menjelaskan kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok. Robbins (2001), menjelaskan bahwa kohesivitas merupakan sejauh mana
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
19
anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Gibson (2003), membuat suatu perbandingan yang menjelaskan bahwa kohesivitas merupakan kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain. Certo (2003) menambahkan suatu pertimbangan bahwa kohesivitas adalah memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok. Artinya kohesivitas kelompok akan membuat anggota tetap tinggal di dalam kelompok meski dalam keadaan tertekan. Forsyth (2010) memandang kohesivitas adalah sesuatu yang terlaksana tanpa disengaja dimana kohesivitas itu dijelaskan sebagai kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan di dalamnya terdapat semangat yang tinggi. Kelompok yang sangat kohesif lazimnya terdiri dari individuindividu yang termotivasi untuk bersatu.
Akibatnya, manajemen
cenderung mengharapkan kelompok kohesif tersebut menunjukkan kinerja yang efektif. Secara umum, seiring peningkatan kohesivitas kelompok, tingkat
konformitas terhadap norma-norma
kelompok juga
akan
meningkat. Forsyth (2010) mengatakan kohesivitas kelompok dapat diklaim untuk menjadi teori yang paling penting dalam grup dynamic (dinamika kelompok). Tanpa adanya kohesivitas kelompok, kelompok akan terpecah
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
20
dimana anggota kelompok menarik diri dari kelompoknya, selain itu kohesivitas kelompok menjadi indikasi dari keberhasilan dalam kelompok. Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kohesivitas kelompok adalah rasa tertarik yang dimiliki seseorang terhadap orang lainnya yang ada dalam suatu kelompok dan kepada kelompok tersebut. Rasa tertariknya membuat seseorang bersikap membantu termotivasi dan saling mendukung antar anggota di dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama dalam kelompok tersebut. 2. Faktor-faktor Kohesivitas Kelompok Menurut Robbins (Munandar 2001) ada terdapat beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya kohesivitas kelompok, yaitu: a. Lamanya waktu bersama dalam kelompok, makin lama berada bersama dalam kelompok maka akan saling mengenal, makin dapat timbul sikap toleran terhadap yang lain. b. Parahnya masa awal, maksudnya adalah makin sulit seseorang diterima didalam kelompok kerja sebagai anggota, makin lekat kelompoknya. c. Besarnya kelompok, makin besar kelompoknya maka makin sulit terjadi interaksi yang intensif antar anggotanya, makin kurang lekat kelompoknya. d. Ancaman dari luar, kebanyakan penelitian mengatakan bahwa kelekatan kelompok akan bertambah jika kelompok mendapat ancaman dari luar. e. Keberhasilan dimasa lalu, setiap orang menyenangi pemenang. Jika satu kelompok kerja, memiliki sejarah yang gemilang, maka
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
21
terbentuklah esprit de crops yang menarik anggota-anggota baru, kelekatan kelompok akan tetap tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah : lamanya waktu bersama dalam kelompok, parahnya masa awal, besarnya kelompok, ancaman dari luar, keberhasilan di masa lalu, kesamaan nilai dan tujuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, status kelompok, penyelesaian perbedaan, kecocokan terhadap norma-norma, daya tarik pribadi, persaingan antara kelompok dan pengakuan serta penghargaan. 3. Dimensi Kohesivitas Kelompok Forsyth kohesivitas
(2010)
mengemukakan
bahwa
ada
empat
dimensi
kelompok, yaitu:
a. Kekuatan Sosial: Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh kekuatan atau keinginan individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Kekuatan yang dirasakan oleh pengurus ILMPI untuk tetap berada didalam kepengurusan. Dimana kekuatan tersebut membuat pengurus ILMPI untuk tetap saling berhubungan dan bersatu untuk menghadapi kekuatan lain yang akan menyerangnya. Diukur melalui besarnya keinginan pengurus untuk tidak meninggalkan kelompok, tingkat kebersamaan pengurus di dalam kelompok, dan seringnya interaksi bersama yang dilakukan pengurus dan anggota pengurus yang lainnya.
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
22
b. Kesatuan dalam Kelompok: Perasaan saling memiliki yang dirasakan pengurus ILMPI terhadap ILMPI itu sendiri dan memiliki perasaan moral yang berkaitan dengan keanggotaannya dalam ILMPI. Setiap pengurus ILMPI merasa semua pengurus adalah sebuah keluarga, tim dan kelompoknya serta memiliki perasaan kebersamaan. Diukur melalui kekuatan rasa kepemilikan pengurus untuk bergabung dalam ILMPI, dorongan yang dirasakan pengurus untuk lebih aktif terlibat pada kepengurusannya, besarnya kepedulian pengurus untuk merasakan penderitaan jika terjadi beberapa permasalahan sosial dan interpersonal, pengurus lebih antusias terhadap kelompoknya, dan pengurus rela mengorbankan kepentingan individu untuk kepentingan organisasi. c. Daya Tarik: Pengurus akan lebih tertarik melihat banyaknya manfaat dan keuntungan positif yang diperoleh dari ILMPI daripada melihat dari pengurusnya secara spesifik.. Diukur melalui manfaat yang dirasakan pengurus
dari
pengalaman-pengalaman
kepengurusannyanya,
terpenuhinya sumber daya yang dibutuhkan pengurus untuk kegiatan ILMPI, penghargaan (reward) yang diberikan bagi ILMPI. d. Kerjasama Kelompok: Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Proses yang dinamis yang mencerminkan kecenderungan pengurus ILMPI untuk tetap bersatu dan bekerja bersama dengan tujuan mencapai tujuan dari ILMPI. Diukur melalui : besarnya saling ketergantungan yang dirasakan pengurus dengan ILMPI, kestabilan kepengurusan di dalam
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
23
ILMPI, perasaan bertanggungjawab yang dirasakan pengurus terhadap pencapaian ILMPI, pengurus mengurangi ketidakhadiran di dalam kegiatan ILMPI, besarnya kemampuan pengurus untuk resisten pada gangguan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok terdiri dari 4 dimensi, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerjasama kelompok.
C. Organisasi 1. Pengertian organisasi Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisis organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
24
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi Stoner (Judge 2015) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubunganhubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. Mooney (2015) mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Bernard (2015) berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Robbins (2015) menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya
oleh
masyarakat
disekitarnya,
karena
memberikan
kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
25
keanggotaan
seumur
hidup.
Akan
tetapi
sebaliknya,
organisasi
menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.
Dengan
berpartisipasi
setiap
individu
dapat
lebih
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya organisasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Tetapi juga keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. 2. Unsur-unsur Organisasi Menurut Davis (Pearson 2015) ada tiga unsur penting partisipasi dalam organisasi:
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
26
a. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari sematamata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah. b. Unsur kedua adalah kesediaan memberi suatu sumbangan usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. c. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota yaitu ada rasa memiliki. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsurunsur dalam organisasi terdiri dari 3 unsur, yaitu partisipasi, kesediaan, dan tanggung jawab. 3. Syarat-syarat Organisasi Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu : a. Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta. b. Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif. c. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
27
menjadi perhatian. d. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator. e. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil. f. Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. g. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan pada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif. h. Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa syarat organisasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
28
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama.
D. Kerangka Berfikir Psikologi merupakan ilmu keprofesian mengenai ilmu kejiwaan manusia. Ilmuwan Psikologi baik para dosen, psikolog atau pun guru besar membentuk
lembaga
yang
bergerak
untuk
memperkokoh
dan
mengembangkan ilmu Psikologi. Psikologi di Indonesia memiliki beberapa lembaga keprofesian yang sudah diakui oleh pemerintah yaitu HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan AP2TPI (Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia). Para mahasiswa Psikologi di Indonesia membentuk ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia). Organisasi merupakan suatu wadah dari sekelompok individu untuk berkumpul dan bersatu dengan berbagai aktivitas dan rutinitas yang sama. Menurut Bierstedt (Sarwono 2009), kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam, dan ILMPI termasuk kedalam kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
29
Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) merupakan sebuah wadah organisasi kemahasiswaan psikologi Indonesia pada tingkat eksekutif dalam lingkup nasional yang berlandaskan Tridharma Perguruan Tinggi. ILMPI merupakan Ikatan Organisasi Mahasiswa sejenis (IOMS) berdasarkan Surat Keputusan Dikti No : 82/DIKTI/Kep/2012 yang memiliki tujuan bersama yaitu “Indonesia Tersenyum Bersama Psikologi”. Pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) merasa semangat dalam pelaksanakan tugas organisasi hingga dapat mencapai tujuan organisasi, karena pengurus sudah merasa bahwa ILMPI adalah seperti keluarga yang harus dipertahankan dan rekan kerja adalah saudara yang terus memotivasi untuk mempertahankan ILMPI. Pengurus merasa adanya keterikatan pada ILMPI dan merasa bahwa pengurus adalah bagian penting dari ILMPI. Namun tidak semua pengurus ILMPI berfikir seperti itu, ada juga pengurus yang merasa malas dan tidak semangat untuk menjalankan tugasnya sehingga tidak optimal dalam berorganisasi dan seringkali mangkir dari tugasnya. Ada pula pengurus yang kurang merasa adanya keterikatan dengan ILMPI sehingga dengan mudahnya meninggalkan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengurus, sehingga tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan sesama pengurus. Hal ini juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak tercapainya tujuan utama dari pengurus untuk tergabung di ILMPI. Terdapat beberapa pengurus yang awalnya ingin bergabung di ILMPI hanya karena ingin mendapat sertifikat
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
30
atau penghargaan-penghargaan yang dapat menunjang kariernya dikemudian hari. Rasa yang dimiliki pengurus di dalam organisasi tersebut merupakan salah satu unsur dalam membentuk kohesivitas kelompok. Kohesivitas umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar dari kelompok. Robbins (2002) menyatakan bahwa semakin kohesif suatu kelompok, para anggota semakin mengarah ke tujuan. Selanjutnya tingkat kohesivitas secara tidak langsung dipengaruhi rasa kesamaan tujuan kelompok dengan organisasi. Pada kelompok dengan kohesivitas tinggi yang disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil ke arah pencapaian tujuan. Organisasi Psikologi
ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia)
social force (kekuatan sosial),
group unity (kesatuan dalam kelompok),
attraction (daya tarik),
teamwork (kerja sama kelompok).
Kohesivitas Kelompok Bagan 1 Kerangka Berfikir
Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016