BAB I PENDAHULUAN
1.1
Masalah dan Latar Belakang Keragaman masyarakat dan budaya manusia seharusnya mengarahkan
setiap orang mengakui keberadaan orang lain dan saling mengetahui secara baik satu sama lain dalam rangka saling berhubungan dan bekerja sama untuk kemanfaatan yang timbal balik dan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, keragaman memperkaya pengalaman dan perkembangan manusia dan menjadi pertanda akan ciptaan Tuhan yang sangat indah, bukan sebagai pembawa pertentangan. Manusia dapat terus mendiskusikan perbedaan-perbedaan mereka dengan cara yang masuk akal, sementara tetap menyadari kemajemukan mereka. Salah satu elemen penting dalam kenyataan hidup masyarakat Indonesia adalah agama. Dalam masyarakat terdapat berbagai macam kegiatan dan kepentingan bersama yang dapat semakin erat dan padu karena pengaruh agama. Agama atau yang disebut sebagai sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang universal 1. Dengan kata lain, agama terdapat dalam semua masyarakat. Agama bagi kehidupan manusia berfungsi sebagai wadah untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Agama berperan menuntun kehidupan manusia di alam profane 2 dan trasedental 3. Agama merupakan sebuah perekat sosial yang membentuk kelompok sosial dan menuntut loyalitas kelompok. Agama telah mengalami perkembangan
1
Koenjaraningrat,”Pengantar Antropologi”.(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990). Hal 203. Profane :pengalaman individual yang dianggap lebih rendah dari pengalaman sakral 3 Trasedental: menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian 2
Universitas Sumatera Utara
yang hampir seusia dengan peradaban manusia itu sendiri, meskipun dengan tingkat
perkembangan yang berbeda. Pada tahap awal timbul dalam bentuk
kepercayaan animisme dan dinamisme. Seringkali agama diungkapkan melalui simbol-simbol kepercayaan, sekaligus melakukan pemujaan terhadap benda-benda sacral yang terdapat di sekitarnya. Pada tahap akhir manusia memandang agama dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sekedar hubungan dengan kekuatan sakral-natural tetapi juga mengatur hubungan antar manusia. Setelah merdeka
pada 17 Agustus 1945, Indonesia telah menganut
Pancasila sebagai dasar Negara. Dengan demikian Pancasila sudah menjadi sumber tata tertib negara sehingga negara disebut sebagai Negara Pancasila. Dipoyudo (1984:35) secara singkat melukiskan Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warganya (kemanusiaan yang adil dan beradab) dan memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin seluruh rakyat, serta mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia dan mewujudkan kesejahteraan lahir batinnya sebaik mungkin. Di dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dikatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Indonesia merupakan negara beragama yang mengakui adanya enam agama yang disahkan oleh pemerintah secara resmi yaitu: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keenam agama tersebut mengakui adanya Tuhan, yang terdapat pada Pancasila di sila
Universitas Sumatera Utara
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dan juga UUD 1945 Pada pasal 29 ayat 1 yang bunyinya bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hubungan antar beragama di Indonesia pada umumnya tidak selamanya kondusif dan stabil kadang terjadi pasang surut karena berbagai faktor. Tapi secara keseluruhan bila dibandingkan dengan negara lain toleransi beragamanya jauh lebih baik meskipun ada sebagian orang belum bisa menerimanya. Ini terbukti baru-baru ini pemerintah kita menerima penghargaan dari luar atau sebuah organisasi asing dalam bidang penilaian tentang toleransi antar umat beragama. Sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, Agama Kristen juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Dalam beberapa liiteratur menyebutkan bahwa agama Kristen lahir di Indonesia melalui kedatangan pedagang Kristen Nestorian dari Timur Tengah sekitar abad ke-7 di pantai barat Sumatera Utara atau Kota Barus sekarang 4. Di samping itu, kedatangan Belanda berperan besar dalam perkembangan Kristen di Indonesia, khususnya memprotestankan penganut agama Katholik yang dibawa pedagang Portugis di Flores dan Timor Timur (sebelum memerdekakan diri menjadi Timor Leste) 5. Sama halnya dengan Islam, kelompok kepercayaan yang dikategorikan sebagai sekte anti Kristen juga mengalami perkembangan dengan munculnya gerakan-gerakan Kekristenan (sekte) yang menuai pro - kontra. Diantaranya adalah seperti 6 :
4
Pdt. Dr. Jan S. Aritonang,”Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja”. (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2005). Hal 11. 5 Ibid. 6 ucanews.com/.../waspadalah-inilah-sekte-anti- Kristen menggunakan nama ‘Gereja’. (Akses 25 Juli 2013).
Universitas Sumatera Utara
1. Landover Baptist Church (Gereja Baptis Landover), sebuah gereja parodi dari kaum atheis dan agnostik di Amerika Serikat yang bertujuan untuk menyinggung umat Kristen Fundamental (Gereja Baptis dan Gereja Injili) yang mereka anggap tertutup dengan dunia luar. Gereja fiksi yang memiliki situs resmi ini, dijadikan sarana mengejek dan menjatuhkan nilai-nilai Kekristenan oleh kaum anti-Kristen. Mayoritas ejekan mereka tidak memiliki dasar yang kuat. 2. The Church of the Flying Spaghetti Monster (Gereja Pastafarian), sebuah agama parodi dari kelompok atheis tentang gereja yang melawan adanya teori penciptaan dari Alkitab, dimaksudkan untuk menyinggung gereja yang teguh membela asal mula dunia yang diawali dengan Penciptaan oleh Allah, yang bagi kelompok pastafarian, telah melawan ke’atheis’an mereka. Agama parodi ini telah diakui sebagai agama resmi di beberapa negara di Eropa seperti di Swedia, Jerman dan Swiss. 3. Missionary Church of Kopimism (Gereja Kopimisme), adalah kepercayaan bahwa meng’copy’ dan ‘paste’kan sebuah infomasi adalah hal yang suci. Kepercayaan ini diakui oleh pemerintah Swedia pada 5 Januari 2012. 4. The Church of SubGenius (Gereja SubGenius), adalah agama parodi yang telah diikuti ratusan ribu orang. Agama parodi ini digambarkan sebagai sebuah gereja sangat terbuka dengan nilai-nilai sekuler, budaya pop, agamaagama zaman-baru, teori-teori konspirasi, trend psikologi masa kini serta teknik-teknik motivasi dan trik-trik dalam bisnis penjualan. Agama parodi ini memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sekularisme Amerika
Universitas Sumatera Utara
Serikat dan telah menjadi inspirasi bagi beberapa penulis buku, pelukis dan penyanyi rock dan pop terkenal. 5. The First Church of the Last Laught (Gereja Pertama dari Tawa Akhir), adalah gereja jadi-jadian yang dibuat untuk menertawakan Kekristenan selama perayaan Festival Parade Saint Stupid di San Fransisco, AS. 6. The Church of Aphrodite (Gereja Aprodite), adalah agama paganisme yang memuliakan cinta di atas segalanya. Agama yang terinspirasi dari sejarah Yunani kuno yang bercampur dengan ritual Druid, Mesir kuno, kepercayaan Roma, Santeria, Vodoo, agama pribumi Indian, Hinduisme dan Budhaisme ini memiliki ritual hidup bebas dengan motto ‘Cinta yang Bebas’. 7. The Church of Scientology (Gereja Scientology), adalah kepercayaan terhadap pengajaran seorang makhluk luar angkasa bernama Xenu, yang memperkenalkan dirinya sebaga penguasa luar angkasa yang merupakan bagian dari ‘Konfederasi Galaktik’. Kepercayaan ini menjadi populer setelah beberapa bintang film terkenal dan penyanyi terkenal menjadi anggota dari kepercayaan ini. Salah satunya adalah Tom Cruise. 8. Church of All Worlds (Gereja Seluruh Dunia), adalah kepercayaan pantheisme akan tuhan yang berasal dari bumi, kepercayaan ini bertujuan untuk menghormati ayah dan ibu pertiwi (Gaia) yang dihancurkan oleh manusia. Mereka juga menyembah dewa-dewi dari kepercayaan Yunani kuno. Salah satu pengaruh mereka dapat terlihat dari Sekolah Penyihir Grey yang menjadi inspirasi dari Sekolah Penyihir Hogwarts-nya seri Harry Potter. 9. Moorish Orhodox Church (Gereja Orthodox Moorish), sebuah kepercayaan yang
dibuat
kelompok
Afrika-Asia
asal
Amerika
Serikat
yang
Universitas Sumatera Utara
menggabungkan ritual ibadah mereka dari Budha, Hindu, Freemason, Gnostik, Islam, Kristen dan Taoisme. Sedang institut penelitian Islam Kristen mereka disebut Moorish Science Institute. 10. First Arachnid Church (Gereja Arachnid), adalah kepercayaan sekelompok orang di Amerika terhadap laba-laba. Mereka menganggap laba-laba memiliki kekuatan yang sama seperti Tuhan, salah satu bentuk kepercayaan mereka yang diekspos media adalah Spiderman. 11. Iglesia Maradoniana (Gereja Maradona), adalah sebuah perkumpulan penggemar dari pemain bola kaki terkenal asal Argentina, Diego Armando Maradona. Mereka mengadakan ritual yang menyembah Maradona dengan menggunakan ‘Salam Maradona’ serta mengikuti 10 Perintah Utama Maradonian. 12. The Church of Oprahnism (Gereja Oprah), adalah kepercayaan bagi orangorang yang mengikuti keyakinan baru Oprah Winfrey, seorang pembawa acara terkenal yang memasukkan nilai-nilai pemikiran dari Zaman Baru dan memperkenalkan dirinya sebagai orang yang mempunyai kendali yang bebas terhadap dunia, terlepas dari Tuhan. 13. Church of Satan (Gereja Setan), adalah kepercayaan dan pemujaan terhadap setan yang dinilai harus dipuji melebihi Tuhan. Kepercayaan yang lahir dari Amerika Serikat ini menjadi dalang dari ribuan kasus pembunuhan brutal bayi-bayi dan orang-orang yang menjadi korban ritual berdarah mereka. 14. The Church of Euthanasia (Gereja Euthanasia), adalah sebuah organisasi politik
yang
mengaku
ingin
memulihkan
kondisi
dunia
dengan
menyeimbangkan antara manusia dan spesies lainnya di bumi yang salah
Universitas Sumatera Utara
satunya dengan mengajak orang lain agar membunuh siapa saja yang dianggap tidak berguna, termasuk mendukung tindakan aborsi, hukuman mati, bunuh diri, kanibalisme dan sodomi. Selain aliran yang dianggap anti kesesatan di atas, terdapat juga beberapa aliran yang dianggap masih berada dalam koridor kekristenan yang sebenarnya, seperti: 1. Lutheran Lutheran merupakan aliran yang hadir sebagai kritikan kepemimpinan paus pada agama katolik. Adapun inti dari ajaran Lutheran ini adalah keinginan untuk menikmati suasana persekutuan dan persaudaraan yang hangat, dan ingin menikmati pengalaman rohani berhubungan langsung dengan Allah. Aliran ini diperkenalkan oleh Marthin Luther pada tanggal 31 oktober 1517 dan menjadi tanggal yang diperingai oleh gereja-gereja protestan sebagai hari reformasi. Di indonesia sendiri gereja yang menganut paham Lutheran ini ialah HKBP, GKPS, GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, dan GKPM 7. 2. Calvinis Ajaran calvinis yang diperkenalkan oleh Johannes Calvin dan tidak jauh beda dengan ajaran Lutheran. Namun beberapa perbedaan membuat ajaran ini tidak sama persis dengan ajaran Lutheran. Beberapa perbedaan tersebut ialah ajaran Calvins yang disebut teori institutio menekankan pengudusan dibandingkan teori luther yang dikenal dengan 95 dalil yang menekankan pembenaran atas kemuliaan Allah. Beberapa gereja penganut calvinis di indonesia ialah GPM, GMIM, GMIT, GBKP, GKI, GKP, GKJ, GKJW, 7
Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, “Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja”, (Jakarta :PT. BPK gunung Mulia, 2005). Hal 23-39.
Universitas Sumatera Utara
GKPB,GKS, GMIST, GKST, Gereja Toraja, GKSS, GEPSULTRA, GMIH GKI IRJA 8. 3. Anglican (Episcopal) Aliran ini adalah aliran yang tidak banyak hadir di Indonesia. Persekutuan ataupun aliran Anglican ini berada untuk memproklamasikan Injil yang kekal dengan cara mengatasi perpecahan daam tubuh gereja akibat penafisran yang berbeda. Di indonesia, aliran ini umumnya hanya bagi imigran asal Inggris dan hanya terdapat di Surabaya dan di Jakarta 9. 4. Mennoit Aliran ini diperkenalkan oleh Menno Somins seorang tokoh Anabaptis di Belanda. Dalam aliran ini, kepercayaan gereja Mennoit terikat secara mutlak dengan Kitab Suci bukan pada rumusan manusiawi manapun. Di Indonesia, aliran ini terdapat di Pati dengan gereja GITJ dan PGKMI di Semarang. 5. Metodis Di Indonesia, aliran methodis dianut di gereja-gereja metodi seperti GMI. Kehadiran metodis di indonesia sempat mengalami pro-kontra seperti di daerah tapanuli yang pada awalnya sudah menganut ajaran protestan yang dibawa RMG dari jerman menolak kehadiran metodis. Namun pada perkembangan selannjutnya sebagian orang Toba juga bersedia menjadi warga metodis yang disebut Gereja Methodist Indonesia. Selain itu ada juga gereja Methodist merdeka Indonesia dan gereja Methodist Wesley 10.
8
Ibid, hal 53-80. Ibid, hal 81-103 10 Ibid, opcit hal145-19. 9
Universitas Sumatera Utara
Selain beberapa aliran di atas, masih banyak lagi aliran-aliran dalam gereja seperti aliran Baptis, Pentakosta, Karismatik, Injili, Bala Keselamatan, Adventis, Mormon, Christian Sciences dan Gerakan Zaman Baru 11. Selain beberapa gerakan Kekristenan yang diwujudkan dalam bentuk gereja tersebut, sebuah gerakan yang menyatakan berasal dari ratusan etnik dan bahasa, tetapi dipersatukan karena tujuan yang sama, menghormati Yehuwa, Allah dalam Alkitab dan Pencipta segala sesuatu dan berusaha sebisa-bisanya untuk mengikuti Yesus Kristus dan bangga disebut Kristen serta secara rutin membantu orang-orang untuk belajar Alkitab dan Kerajaan Allah yang bersaksi, atau berbicara, mengenai Allah Yehuwa dan Kerajaan-Nya,
atau yang dikenal
sebagai Saksi-Saksi Yehuwa juga hadir dengan pro - kontra di kalangan masyarakat Kristen 12. Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa setelah kematian rasul yang terakhir, Gereja perlahan-lahan menyimpang, dalam suatu Kemurtadan Besar (2 Tesalonika 2:6-12) dari ajaran-ajaran asli Yesus dalam beberapa pokok yang penting. Jadi kebanyakan doktrin dari Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dari Kekristenan dan dianggap sebagai ajaran sesat oleh kebanyakan pakar Kristen. Dengan perbedaan-perbedaan doktriner yang paling kontroversial berkaitan dengan hakikat Allah dan Yesus ini, khususnya penolakan terhadap Tritunggal yang dianggap berlawanan dengan doktrin Tritunggal. Mereka percaya bahwa Yesus bukanlah Allah yang mengenakan tubuh manusia, melainkan ia diciptakan
11 12
Ibid hal 125-426. id.wikipedia.org/wiki/Saksi-Saksi_Yehuwa
Universitas Sumatera Utara
oleh Allah. Keyakinan-keyakinan para Saksi Yehuwa tentang neraka, keabadian jiwa, kehadiran Yesus kembali ke bumi, dan keselamatan juga kontroversial 13. Pandangan para saksi yehuwa terhadap kepercayaan yang dimilikinya menganggap bahwa ajarannya yang benar dari kristen lainnya dan berdasarkan asli dari alkitab. Mereka menganggap bahwa kepercayaannya tidak membedabedakan antara jemaat dengan pendeta bahkan jemaat sendiri dapat menjadi penatua. Saksi yehuwa juga mengaku sebagai pelajar alkitab yang sangat aktif dalam menanggapi ayat-ayat yang alkitabiah. Saksi yehuwa juga menanggapi hal trinititas yang salah dalam konsep kekristenan dan menganggap kesalahan dan tidak berdasarkan alkitab melainkan hasil pemikiran dari para pemimpin gereja terdahulu. Para saksi yehuwa memandang ajaran kristen sudah melenceng dari alkitab dan mengganggap bahwa kebanyakan pemimpin agama tidak meluruskan ajaran yang benar. Tanggapan tersebut berdasarkan hasil pengamatan dari pihak saksi yehuwa yang sering melakukan pengabaran injil ke rumah-rumah yang kebanyakan orang kristen tidak mengenal dan mengamalkan ajarannya. Penulis tertarik ingin melihat aliran atau gerakan keagamaan Saksi Yehuwa dalam agama Kristen. Saksi Yehuwa ini juga menghadapi prokontra atas kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Kristen. Di Indonesia sendiri, secara resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat SK itu, Jaksa Agung telah melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, seperti menolak salut bendera dan menolak ikut
13
www.jw.org/id/ (Akses 25 Juli 2013).
Universitas Sumatera Utara
berpolitik. Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat kegiatan 14. Konsekuensinya terhadap pencabutan SK ini merupakan babak baru bagi Saksi Yehuwa untuk memulai ibadah dan pengakuan dari masyarakat serta menyebarkan ajarannya dengan leluasa tanpa harus ditakuti oleh pemikiran-pemikiran negatif. Hasil dari penelusuran peneliti bahwa SK baru yang ditetapkan oleh pemerintah tidak ada hanya SK yang lama masih bergulir sampai sekarang. Keberadaan aliran ini menjadi hal yang menarik bagi penulis karena pro kontra atas kehadiran aliran ini tidak membuat aliran ini musnah atau hilang dari Negara Indonesia. Adapun masyarakat yang pro/mendukung terhadap ajaran saksi yehuwa ini kebanyakan menganggap lebih kepada hak asasi manusianya dimana mereka berhak untuk beribadah menurut kepercayaan mereka. Bagi orang-orang yang pro/mendukung terhadap keberadaan saksi yehuwa ini lebih menganggap bahwa beribadah dengan paham yang berbeda sudah banyak terjadi di seluruh agama tetapi tidak boleh melakukan kekerasan dalam menghadapinya. Sedangkan masyarakat yang kontra akan keberadaan saksi yehuwa ini mengatakan bahwa ajarannya sudah melenceng dari ajaran kristen sesungguhnya dan tidak bisa dikatakan sebagai kristen sejati. Di kalangan Gereja-gereja sendiri ada anggapan bahwa ada kelompok tertentu di negeri ini, walaupun mengaku sebagai bagian
14
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dari umat Kristen, patut dilarang kehadirannya, sebab beberapa dari kelompok tersebut memiliki pengajaran yang tidak sesuai dengan Kekristenan. Salah satu kelompok tersebut yang kini menjadi perhatian adalah Saksi-Saksi Yehova (SSY). Menanggapi hal itu, pada Kamis (05/01) di Ruang Sidang Persekutuan Gerejagereja di Indonesia (PGI), Salemba 10, Jakarta 10, diadakan Diskusi Awal Tahun 2012. Seperti dirilis pada situs resmi PGI, Acara Diskusi Awal Tahun 2012 ini dihadiri oleh kalangan akademik dan teolog, ANBTI dan Sinode GKI. Diskusi ini membahas perkembangan situasi bangsa Indonesia yang menyangkut kebebasan beribadah, kasus kekerasan yang semakin marak dan mengenai Saksi-Saksi Yehuwa (SSY) yang bernama resmi Saksi-saksi Yehuwa di Indonesia (SSYI). Pdt. Prof. Dr. Jan S. Aritonang melalui makalahnya yang berjudul ‘Gereja dan Kebebasan Beragama di Indonesia’ menuangkan beberapa poin penting terkait SSY yang disampaikannya kepada forum. Ia mengatakan walaupun konstitusi negara menjamin hak dan kebebasan setiap orang atau tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya serta dalam menjalankan hak dan kebebasannya, warga negara tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan yang telah ditetapkan undang-undang termasuk juga SSY. 15 Di Medan, Saksi Yewuha ini juga terdapat di daerah Medan Tuntungan, tepatnya di Jalan Letjen Jamin Ginting Gang Palas No 2, dan akan menjadi lokasi penelitian penulis. Dalam kajian mengenai eksistensi Saksi Yehuwa ini, salah satu acuan yang akan digunakan penulis adalah konsep Koentjaranigrat bahwa dalam
15
http://indonesia.ucanews.com/2012/01/10/imbauan-persekutuan-gereja-gereja-di-indonesiaterhadap-saksi-yehuwa/
Universitas Sumatera Utara
mengkaji sistem religi suatu masyarakat ada dua hal yang menjadi perhatian besar yaitu 16 : a. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir. b. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal muasa religi. Mengacu pada konsep tersebut, penulis akan mengkaji bentuk upacara (kebaktian) yang dilakukan oleh Saksi Yehuwa. Di samping itu, penulis juga akan mengkaji asal muasal serta perkembangan atau sejarah Saksi Yehuwa lebih khusu di Indonesia. Mengingat masalah penelitian ini adalah mengenai masalah eksistensi, penulis juga akan mengacu pada konsep interaksi sosial oleh Soerjono Soekanto. Konsep terseb menjelaskan bagaimana suatu kelompok masyarakat melakukan interaksi dan integrasi dalam lingkungan masyarakat luas seperti melalui 17 : a) Proses asosiatif yang di dalamnya teradapat proses akomodasi, asimilasi dan akulturasi. b) Proses disosiatif yang mencakup persaingan dan atau pertentangan. Melalui konsep interaksi sosial tersebut, maka penulis akan menjelaskan bagaimana Saksi Yehuwa dalam melakukan interaksi dengan lingkungan masyarakat di mana komunitas ini berada. Di samping itu, penulis juga akan mengkaji bagaimana strategi Saksi Yehuwa dalam mempertahankan eksistensinya di tengah prokontra kehadiran mereka di lingkungan masyarakat Kristen. Dengan
16
Koentjaraningrat,” Pengantar Antropologi”. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990). Hal. 375. Soerjono Soekanto,” Sosiologi, Suatu Pengantar”. ( Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 1990). Hal 70-87. 17
Universitas Sumatera Utara
kedua konsep tersebut, maka penulis berharap dapat menjawab permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu eksistensi komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan.
1.2
Tinjauan Pustaka. Agama – agama besar dunia tidak luput dari perbedaan pendapat yang
menimbulkan perbedaan aliran, mazhab dan sekte. Aliran disebabkan oleh perbedaan pendapat yang agak pokok dan prinsipil antara penganut agama yang bersangkutan. Sekte merupakan perpecahan dalam agama Kristen yang memisahkan diri dari gereja. Biasanya sekte merupakan protes terhadap orientasi keduniaan gereja asalnya. Karena itu sekte ingin mengembalikan kesakralan dan peran Tuhan dalam kharismatik beragama. Sekte baru ini pun memilih pemimpin yang kharismatik dan menghidupkan upacara – upacara ritual yang terabaikan oleh gerejanya. Gejala ini berbeda dengan teori Durkheim tentang agama yang mengatakan bahwa agama berperan untuk mewujudkan dan meningkatkan solidaritas sosial. Agama rupanya juga melahirkan perpecahan dalam bentuk aliran, mazhab dan sekte. Perbedaan ini tampaknya karena Durkheim mendasarkan pendapatnya pada agama – agama masyarakat primitif yang bersifat tertutup dan dalam lingkup kecil. Sedangkan agama – agama besar dunia punya sejarah yang panjang, umat yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia, dan pemuka agama yang punya latar belakang pendidikan sejarah, pemikiran dan sosial yang berbeda. 18
18
Agus, Bustanuddin. SOSIOLOGI AGAMA. (Padang: Andalas University Press). hal. 110 – 112.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai agama besar dan punya sejarah panjang, sebenarnya kesempatan untuk berbeda pendapat ini diperlukan karena tidak mungkin semua suku bangsa dari berbagai tempat dan waktu akan diatur dengan aturan yang sama sampai kepada masalah yang sekecil – kecilnya. Kesamaan hanya diperlukan dalam hal – hal yang pokok dan prinsip dalam ajaran agama. Sedangkan masalah teknis dan detail patut berbeda antara satu daerah dan masyarakat dengan yang lain. Kalau tidak ada peluang yang menjadikan ajaran suatu agama fleksibel, dapat berubah dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat bertahan lama. Kalau perbedaan pendapat tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan, yang harus dijaga adalah toleransi dalam perbedaan pendapat dan tetap meningkatkan persaudaraan supaya ajaran agama untuk menanamkan persatuan dan persaudaraan antar umat penganut satu agama dan bahkan dengan umat penganut agama lain dapat terwujud. Perbedaan pendapat dan mazhab tidak boleh dijadikan konflik, dipahami secara emosional dan fanatik. Namun, ajaran ideal ini sering tidak terealisasir karena penganut mazhab, aliran dan sekte biasa pula mengklaim bahwa ajaran aliran, mazhab dan sektenyalah satu – satu yang benar karena sifat fanatik ini memang melekat pada kehidupan beragama. Keyakinan ini, bagaimanapun harus dibarengi dengan toleransi terhadap penganut lairan dan mazhab lain. Sekte adalah gerakan ideologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan diikrarkan, mempertahankan dan bahkan menyebarkan ideologi tersebut. Oleh karena itu, dapat dicatat bahwa orang – orang yang kepentingannya terletak di atas semua ideologi (sumber dan kredibilitas gagasan mengenai Tuhan, dan
Universitas Sumatera Utara
pembenaran kelakuan atas namanya) mempunyai kepentingan yang absah atas namanya. Tetapi perbedaan sosiologis tidak semata – mata didasarkan pada perbedaan keyakinan dan praktek teologi, dan tentu saja bukan odium theologicum yang mencoba memberi ciri kepada sekte sebagai ekstremis. Menurut (Koenjaraningrat 1986:248) migrasi menyebabkan paham-paham kelompok manusia dan kebudayaan yang berbeda-beda, akibatnya individu dalam kelompok dihubungkan dengan unsur kebudayaan lain.
Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi secara kontinu sesuai dengan suatu sistem adat istiadat dan terikat oleh suatu rasa identitas. Berdasarkan yang tertulis di Wikipedia, komunitas adalah: ”sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Sedangkan Kelompok adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikianlah pula kelompok adalah merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompokkelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan
Universitas Sumatera Utara
tugas pekerjaan yang dilakukan,kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu. Adapun bentuk-bentuk kelompok yaitu: -Kelompok Primer (Primary Group) Orang yang pertama kali meumuskan dan menganalisis suatu kelompak primer ini adalah Charles H. Cooley, Didalam bukunya Organisasi-Organisasi sosial (Social Ordirizerganizations), yang diterbitkan untuk pertama kalinya tahun 1909, Dia menulis sebagai berikut: By Primari Group I mean those characterized by intimate, face to face association and cooperation. They are primary in several senses, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and ideals of the individual. Yang artinya dengan kelompak-kelompok primer itu adalah kelompok yang disifati dengan adanya keakraban, kerjasama dan hubungan tatap muka. Mereka utama dalam beberapa pengertian, tetapi pada pokoknya, mereka merupakan dasar dalam pembentukan sifat sosial dan cita-cita individu. Suatu kelompok primer haruslah mempunyai suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan memmpunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya. Dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer. Contah kelompok primer adalah keluarga, dan kelompok kolega (peer group). -Kelompok Formal dan Informal Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota-anggotanya biasanya dianggkat oleh
Universitas Sumatera Utara
organisasi, tetapi tidak harus sedemikian pada setiap kasus. Sejumlah orang yang ditetapkan untuk melaksnakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk kelompok formal ini. Dan contoh kelompok formal ini diantaranya komite atau panitia, unitunit kerja tertentu seperti bagian laboratorium riset dan pengembangan, tim manajer, kelompok tukang pembersih dan lain sebagainya. Adapun kelompok informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok informal sering timbul berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu mempunyai nilainilai yang sama yang perlu ditularkan (shared) sesama anggota lainnya. -Kelompok Terbuka dan Tertutup Cara lain untuk menggolongkan kelompok ialah dengan membedakannya antara kelompok tertutup dan terbuka. Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara ajek mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, atau mempunyai kecenderungan tetap menjaga kestabilan. Sekelompok manasusia termasuk yang tergabung dalam suatu komunitas, yang melakukan suatu kegiatan secara bersama dapat diartikan sebagai suatu bentuk kolektivisme (kebersamaan). Perilaku sekelompok manusia yang dilakukan secara bersama ini pula dapat diistilahkan sebagai perilaku kolekti. Neil Smelser dalam Suryanto (2008:2) mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif.
Universitas Sumatera Utara
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada). 19 Masalah eksistensi komunitas sekte 20 agama di Indonesia bukan lah hal yang baru kita dengar. Masalah ini juga pernah terjadi dalam beberapa gerakan atau sekte agama selain sekte dalam agama Kristen. Misalnya adalah masalah munculnya Gerakan Muhammadiyah dan Ahmadiyah dalam agama Islam. Selain itu masalah eksistensi komunitas ini juga pernah terjadi dalam munculnya agama Konghucu. Masalah Ahmadiyah misalnya, Penerbitan SKB Ahmadiyah ternyata belum dirasa cukup untuk mempertegas keberadaan Ahmadiyah di Indonesia. Ahmadiyyah adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi 21. Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi (Isa al Masih dan Imam Mahdi). Hal ini bertentangan dengan pandangan umum Islam yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi
19
http://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialismeeksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/ 20 Dalam sosiologi agama, sekte umumnya adalah sebuah kelompok keagamaan atau politik yang memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar, biasanya karena pertikaian tentang masalahmasalah doktriner. 21 id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah. (Akses 25 Juli 2013)
Universitas Sumatera Utara
terakhir, walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi setelah masa Beliau (Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi Muhammad SAW) 22. Dengan demikian disebutkan pula bahwa Ahmadiah dan Islam tidak ada hubungan apapun. Bahkan Ahmadiah disebut hanya menipu manusia dan bersembunyi di balik nama Islam demi suatu kepentingan semata 23. Perbedaan tersebut membuat gerakan ini dianggap sebagai gerakan sesat oleh MUI. semenjak tahun 1980 tentang "sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar Islam", lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan" 24. Di samping itu, ketidaktegasan pemerintah dituding sebagai pemicu terjadinya tindak kekerasan pada pengikut Ahmadiyah yang terjadi di beberapa daerah Indonesia, dan insiden Monas beberapa tahun lalu merupakan puncak klimaksnya. Ketika pembelaan terhadap Ahmadiyah menggunakan tameng hak azasi manusia (HAM) yang konvenannya telah dirativikasi Indonesia, pihak kontra Ahmadiyah membantah kasus ini sebagai kasus yang tidak ada hubungannya dengan HAM, melainkan masalah penodaan agama 25. Masalah eksistensi komunitas ini juga pernah dialami oleh Gerakan Muhammadiyah. Gerakan Muhammadiah yang lahir dengan penafsiran yang berbeda dengan Islam yang kita kenal dalam menghadapi awal dan akhir Ramadan. Kehadiraan Gerakan Muhammadiyah ini juga dihadapkan pada 22
Ihsan Ilahi Dzahir,”Ahmadiah Qodianiyah sebuah kajian analitis”. (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008). Hal xii.
23
Ibid hal 25. Ibid opcit. 25 ekomarhaendy.wordpress.com/.../kontroversi-ahmadiyyah. (Akses 25 Juli 2013) 24
Universitas Sumatera Utara
prokontra di kalangan muslim. MUI memang telah melakukan upaya ke arah penyatuan melalui berbagai fatwa. Namun hal itu dianggap belum menjembatani kesenjangan antara pengguna teori wujud al-hilal mutlak di satu sisi dan pengguna teori ru'yah mutlak di sisi lain yang senantiasa menuntut istikmal manakala hilal tidak bisa dilihat meskipun sebenarnya sudah sangat tinggi 26. Namun seiring dengan perkembangan Muhammadiyah, di Indonesia gerakan ini justru bisa diterima oleh masyarakat Muslim. Hal ini terbukti dari telah adanya pemahaman yangsama oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) bahwa Islam tidak dimonopoli oleh kelompok manapun. Setiap orang berhak menafsirkannya selama didasari semangat untuk mencari kebenaran 27.
Saksi Yehuwa (Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai “Siswa – Siswa Alkitab” namun juga sering mengaku
sebagai
Kristen
(namun
ajarannya
bersifat
antitesa
terhadap
kekristenan). Saksi Yehuwa cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah ke rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Pada dasarnya, Saksi Yehuwa adalah orang – orang biasa. Mereka tak luput dari masalah ekonomi, kesehatan, sosial dan masalah kehidupan lainnya. Merekapun tak luput dari kesalahan karena mereka bukanlah manusia sempurna, bukan pula manusia terilham. Tetapi, mereka berupaya menarik pelajaran dari
26 27
muhammadiyahku.blogspot.com/.../kontroversi-hisab-rukyiah. (Akses 27 juli 2013) Jamhari dan Jajang Jahroni. “ Gerakan Salafi radikal di Indonesia”. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 230-235.
Universitas Sumatera Utara
pengalaman dan mempelajari Alkitab dengan rajin agar dapat memperbaiki diri. Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu. Ciri khas utama dari Saksi Yehuwa adalah mereka memiliki gedung sebagai tempat perhimpunan mereka yang diberi nama Balai Kerajaan dan mereka juga tidak suka akan organisasi yang rumit, kemudian bahan bacaan mereka Sedarlah dan Menara Pengawal serta buku – buku terbitan Watch Tower. Saksi Yehuwa sangat menekankan semangat mencari orang. Saksi Yehuwa tidak memiliki pendeta, karena semua orang sama, maka setiap orang wajib menyebarluaskan ajaran ini. Dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan Roh KudusNya. Ditempat yang baru suku bangsa pendatang di dalam proses adaptasi akan sampai kepada tiga pilihan: pertama adalah, apakah pola-pola sosial budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya akan dipertahankan, dan yang kedua adalah apakah pendatang baru itu akan mengadaptasikan dirinya dengan pola-pola sosial budaya setempat dan ke tiga apakah pendatang akan merubah pola-pola sosial budaya yang dibawanya di daerah tujuan migrasi. Strategi adaptasi adalah rencana yang dilakukan dan diterapkan oleh kaum pendatang untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dan untuk memperoleh keseimbangan yang positif dengan kondisi pemikiran yang baru (Pelly 1983:107) Hal strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha dari manusia yang sudah direncanakanya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di lingkungan agar mereka tetap bisa mempertahankan agamanya, dalam hal ini pengaut Saksi Yehuwa di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Rumusan Masalah Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini ialah
“Bagaimana Eksistensi saksi Yehuwa di Kota Medan”. Pokok permasalahan tersebut saya rumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana sejarah kedatangan Saksi Yehuwa di Kota Medan?
2.
Bagaimana kehidupan sosial budaya para pengikut Saksi Yehuwa di Kota Medan?
3.
1.4
Bagaimana Strategi adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan?
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan
Tuntungan, dimana peneliti mampu menemui informan baik itu informan kunci maupun informan biasa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Lokasi itu juga merupakan tempat dimana informan melakukan aktifitas mereka sehari-hari.
1.5
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah: 1. Untuk mengambarkan Sejarah kedatangan Saksi Yehuwa di Kota Medan. 2. Untuk menjelaskan kehidupan sosial budaya para pengikut Saksi Yehuwa di Kota Medan. 3. Untuk menggambarkan Strategi adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan. Sedangkan manfaat penelitian ini ialah: 1. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat terlebih masyarakat Kristen dalam melihat kehadiran Saksi Yehuwa.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan referensi bagi kalangan akademisi, mahasiswa aktivis dan lain sebagainya, khususnya mereka yang berlatar belakang disiplin Ilmu Antropologi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang Saksi Yehuwa. 3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sarana pengembangan diri untuk lebih paham akan ruang lingkup Kajian Antropologi.
1.6
Metode Penelitian Mengingat masalah penelitian ialah mengenai eksistensi Saksi Yehuwa,
maka penelitian ini akan dilakukan dengan metode metode penelitian kualitatif yang bersifat etnografi, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna serta proses-proses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang diteliti (Koentjaraningrat, 1981:30). Dengan demikian, data yang diperoleh dar lapangan akan saya anlisis berdasarkan analisis etnografi untuk mencoba menggali dan menemukan seta memahami bagaimana eksistensi Saksi Yehuwa. Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai eksistensi Saksi Yehuwa di Kota Medan ini, maka peneliti akan melakukan penelitian lapangan (Field Research) sebagai cara untuk memperoleh data-data primer. Di samping itu, data sekunder juga dibutuhkan guna melengkapi data dari lapangan yang akan diperoleh melalui buku-buku, artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan saya lakukan dalam penelitian ini ialah dengan teknik Observasi, Wawancara dan Studi Kepustakaan.
Universitas Sumatera Utara
1. Observasi Observasi atau pengamatan akan dilakukan dengan mengamati aktivitasaktivitas, gejala-gejala masyarakat di lokasi penelitian. Metode observasi atau pengamatan ini akan dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas Saksi Yehuwa yang dapat diamati dan dapat membantu peneliti dalam mencari jawaban atas rumusan masalah penelitian (Suparlan, 1986 :6). Dalam metode observasi atau pengamatan ini, peneliti akan berada di tengah-tengah warga Saksi Yehuwa untuk melihat kebaktian atau upacara keagamaannya atau mengamati kegiatan sosial jemaat serta menuliskan hasil pengamatan yang saya peroleh dari lapangan dalam sebuah catatan lapangan (fieldnote). Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah mengamati langsung kegiatan kerohanian dan upaya perekrutan langsung anggota baru. 2. Wawancara Untuk memperoleh data yang tersirat dalam aktivitas-aktivitas masyarakat yang tak Nampak oleh peneliti dengan cara observasi, maka peneliti juga akan menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara Tanya jawab secara langsung (tatap muka) dengan informan yang mampu memberikan penjelasan tentang pertanyaan masalah penelitian (Burhan Bungin, 2008 : 7). Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai pendirian-pendirian masyarakat yang diteliti tentang rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti (Singarimbun dan Effendi, 1984 : 145). Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan wawancara mendalam (depth interview) dan dengan menggunakan pedoman wawancara (instrument wawancara) untuk merekam dan mencatat hasil wawancara seperti tape recorder, buku tulis, pulpen dan alat tulis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Teknik wawancara ini akan saya lakukan kepada masyarakat Kota Medan yang menganut aliran Saksi Yehuwa dan fokus kepada pengurus balai kerajaan, jemaat, warga sekitar balai kerajaan dan masyarakat yang baru direkrut. 3.
Penentuan Informan
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat Kota Medan yang merupakan penganut saksi yehuwa dan masyarakat yang mampu memberikan informasi terkait masalah yang diketahui. Dengan begitu peneliti membagi jenis informan ini kedalam dua bagian yaitu antara lain sebagai berikut: a.Informan Kunci Orang yang merupakan penganut saksi yehuwa yang diharapkan mampu memberikan informasi sedetail mungkin. b.Informan Biasa Masyarakat biasa (non-Saksi Yehuwa) yang dimintai keterangan atau tanggapan informasi mengenai yang diteliti tersebut.
4.
Analisis Data Analisis
Data
merupakan
suatu
proses
pengaturan
data
yang
diorganisasikan dalam suatu bentuk atau kategori (Moleong, 2000). Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu dan mencari hubungan-hubungan data tersebut. Proses analisis data ini akan diawali dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan baik berupa hasil observasi maupun wawancara serta data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang menggambarkan mengenai eksistensi Saksi Yehuwa di Kota Medan. kemudian
Universitas Sumatera Utara
data tersebut akan didasarkan dikategorikan berdasarkan kategori-kategori yang terkandung dalam data tersebut. Kemudian hasil analisis tersebut akan dituangkan dalam laporan penelitian berupa skripsi.
Universitas Sumatera Utara