BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel et al dalam Suryani, 2008:6). Perilaku konsumen adalah perilaku konsumen yang ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk dalam Anoraga, 2009:223).
2.1.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di luar diri manusia (eksternal) dan faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia (internal). Faktor eksternal yang utama adalah faktor kebudayaan dan sosial sedangkan faktorfaktor internal yang utama adalah faktor pribadi dan psikologis (Sunarto, 2006:83).
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Budaya a. Budaya Budaya merupakan penentu perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya. b. Sub-budaya Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, ras, dan daerah geografis. c. Kelas Sosial Adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor Sosial a. Kelompok Acuan Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara
b. Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. c. Peran dan Status Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok keluarga, klub, organisasi. Kedudukan dan orang itu di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. 3. Faktor Pribadi a. Usia dan Tahap Siklus Hidup Konsumsi dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Sembilan tahap siklus hidup keluarga, bersama dengan situasi keuangan dan minat produk yang berbeda-beda untuk masing-masing kelompok. b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok profesi yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.
Universitas Sumatera Utara
c. Gaya Hidup Adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. d. Kepribadian Adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. b. Persepsi Adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Universitas Sumatera Utara
c. Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. d. Keyakinan dan Sikap Adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan.
2.1.2 Produk 2.1.2.1 Pengertian Produk Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan (Tjiptono, 2002:95) 2.1.2.2 Tingkatan Produk Menurut Tjiptono (2002:96), dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasaran
perlu
memahami
lima
tingkatan
produk
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Produk Utama/inti, yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. b. Produk Generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). c. Produk Harapan, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. d. Produk Pelengkap, yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat atau layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing. e. Produk Potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
2.1.2.3 Klasifikasi Produk Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama, yaitu: barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya, dan jasa merupakan produk yang tidak berwujud. Ditinjau dari aspek daya tahannya terdapat dua macam barang, yaitu barang tidak tahan lama, dan barang
Universitas Sumatera Utara
tahan lama; jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. a. Klasifikasi Barang konsumen Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: 1. Convenience Goods Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memelurkan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. 2. Shopping Goods Adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternatif yang tersedia. 3. Specialty Goods Adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan/ atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Unsought Goods Adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. b. Klasifikasi Barang Industri Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain dikonsumsi langsung. Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan peranannya dalam proses produksi dan biaya relatifnya, yaitu: 1. Material and Parts Yang tergolong dalam kelompok ini adalah barang-barang yang seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam produk jadi. Kelompok ini masih dapat diperinci menjadi dua kelas, yaitu bahan baku serta bahan jadi dan suku cadang. 2. Capital Items Adalah barang-barang tahan lama (long-lasting) yang memberi kemudahan dalam mengembangkan dan/atau mengelola produk jadi. Capital items dibagi menjadi dua kelompok, yaitu instalasi dan peralatan tambahan (accessory equipment).
Universitas Sumatera Utara
3. Supplies and Services Yang termasuk dalam kelompok ini adalah barang-barang tidak tahan lama (short-lasting) dan jasa yang memberi kemudahan dalam mengembangkan dan/atau mengelola keseluruhan produk jadi.
2.1.2.4 Atribut Produk Menurut Tjiptono (2002:105), atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi: 1. Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. 2. Kemasan Pengemasan
(packaging)
merupakan
proses
yang
berkaitan
dengan
perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberian Label (Labeling) Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual . 4. Layanan Pelengkap (Supplementary Services) Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau layanan, baik itu jasa sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa sebagai pelengkap. Layanan pelengkap dapat berupa informasi, konsultasi, order taking, hospitality, caretaking, exception, billing, dan pembayaran. 5. Jaminan (Garansi) Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
2.1.3 Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Peter dan Olson (2000:162) pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian
yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Setiadi (2003:16), proses pembelian yang spesifik terdiri dari lima tahap, yaitu: 1. Pengenalan Masalah Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal (rasa lapar, dahaga meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan) dan rangsangan eksternal. 2. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Sumber komersial : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan, dan pameran. c. Sumber umum : media massa, organisasi konsumen d. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan produk.
Universitas Sumatera Utara
3. Evaluasi Alternatif Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk, terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing-masing. Kepercayaan merek menimbulkan citra merek. 4. Keputusan Pembelian Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli, yaitu: a.
Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif
pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal, yaitu: intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. b.
Keadaaan yang tidak terduga, konsumen membentuk tujuan pembelian
berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.
Universitas Sumatera Utara
5. Perilaku Pasca Pembelian Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas mungkin akan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut.
Mengenali masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca pembelian
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber: Setiadi (2003)
2.1.3.2 Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2002: 292) menyebutkan tiga tipe pengambilan keputusan konsumen yaitu: 1. Pemecahan Masalah yang Diperluas Ketika konsumen tidak memiliki kriteria untuk mengevaluasi sebuah kategori produk atau merek tertentu pada kategori tersebut, atau tidak membatasi jumlah merek yang akan dipertimbangkan ke dalam jumlah yang mudah dievaluasi, maka proses pengambilan keputusannya bisa disebut sebagai pemecahan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
diperluas. Konsumen membutuhkan informasi yang banyak untuk menetapkan kriteria dalam menilai merek tertentu. 2. Pemecahan Masalah yang Terbatas Pada tipe keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut. Namun konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk bisa membedakan antara berbagai merek tersebut. 3. Pemecahan Masalah Rutin Konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yang akan dibelinya. Ia juga telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek. Konsumen seringkali hanya mereview apa yang telah diketahuinya. Konsumen hanya membutuhkan informasi yang sedikit.
2.1.4 Kepuasan Menurut Sunarto (2006:8), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Kinerja dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tjiptono (2002:24), dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi, yaitu: 1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti yang dibeli. 2.
Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (durability), yaitu berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6. Serviceability, yaitu kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra (fisik yang menarik, model/desain yang artistik, warna) 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra atau reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang da terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (wordof-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Schnaars dalam Tjiptono, 2002:24).
2.1.5 Pengetahuan Produk Menurut Peter dan Olson (2000:48), pengetahuan produk merupakan berbagai jenis pengetahuan, arti dan kepercayaan yang direkam dalam ingatan konsumen. Pengetahuan produk yang diambil dari ingatan memiliki potensi mempengaruhi interpretasi dan integrasi proses. Proses interpretasi adalah perhatian mengatur bagaimana konsumen memilih informasi mana yang harus diterjemahkan dan informasi mana yang harus diabaikan. Proses integrasi menyangkut bagaimana konsumen mengkombinasikan berbagai jenis pengetahuan (1) untuk membentuk evaluasi produk, objek lain, serta perilaku dan (2) untuk membentuk pilihan di antara beberapa perilaku alternatif, seperti pembelian.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.1 Tingkatan Pengetahuan Produk Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Tingkatan pengetahuan dibentuk ketika seseorang mengkombinasikan beberapa konsep arti ke dalam kategori pengetahuan yang lebih besar dan abstrak. Konsumen memiliki empat tingkatan pengetahuan produk yaitu: 1. Kelas produk, adalah tingkatan pengetahuan produk yang paling luas dan lengkap yang dapat terdiri dari beberapa bentuk produk. 2. Bentuk produk, adalah kategori lebih luas yang memasukkan beberapa merek memiliki kemiripan dalam berbagai hal penting. 3. Merek, adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing. 4. Model, adalah contoh spesifik dari suatu merek yang memiliki satu atau lebih ciri produk
yang unik. Produk dapat ditawarkan dengan ciri-ciri
(keistimewaan) yang berbeda-beda. Ciri atau keistimewaan merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dari produk-produk pesaing.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2 Jenis Pengetahuan Produk Konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu: 1. Produk sebagai seperangkat ciri Konsumen memiliki berbagai tingkatan pengetahuan tentang ciri produk. Pengetahuan tentang ciri abstrak (abstract attributes) mewakili karakteristik subjektif tak nyata dari suatu produk. Pengetahuan tentang ciri kongkrit (concrete attributes) mewakili karakteristik fisik nyata suatu produk. Pengetahuan ciri konsumen juga berisikan evaluasi afeksi dari setiap ciri. 2. Produk sebagai perangkat manfaat Manfaat adalah konsekuensi yang diharapkan konsumen ketika membeli dan menggunakan suatu produk dan merek. Konsekuensi adalah apa yang terjadi pada konsumen ketika suatu produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi. Konsumen dapat memiliki pengetahuan tentang dua jenis konsekuensi produk, yaitu: konsekuensi fungsional (functional consequence), adalah dampak tak nyata dari penggunaaan suatu produk yang dialami konsumen; konsekuensi psikososial (psyhosocial consequences), yaitu dampak psikologis dan sosial dari penggunaan suatu produk. konsekuensi psikologis adalah dampak internal pribadi seperti bagaimana suatu produk membuat Anda merasakan. 3. Produk sebagai pemuas nilai Nilai (values) adalah sasaran hidup yang luas dari masyarakat. Ada dua jenis atau tingkat nilai, yaitu: nilai instrumental (instrumental values), adalah pola perilaku
Universitas Sumatera Utara
atau cara bertindak yang diinginkan (bersenang-senang, bertindak independen, menunjukkan kepercayaan diri); nilai terminal (terminal values), adalah status keberadaan yang diinginkan atau status psikologis yang yang luas (bahagia, dalam damai, berhasil). Memuaskan suatu nilai biasanya menciptakan afeksi positif (kebahagiaan, suka cita, kepuasan), sementara memblok suatu nilai menciptakan afeksi negatif (frustasi, marah, kekecewaan).
2.1.6 Pembelian Ulang Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen tidak berakhir hanya pada pembelian dan penggunaan atau konsumsi suatu produk, akan tetapi konsumen
akan
melakukan
proses
evaluasi
terhadap
pembelian
dan
penggunaan/konsumsi yang telah dilakukan. Pembelian suatu jenis produk bisa memuaskan atau mengecewakan konsumen. Puas kalau terjadi kecocokan dan tidak puas (kecewa) kalau terjadi ketidakcocokan (Supranto dan Nandan, 2007:229) Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan yang tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut (Sumarwan,2002:321 ).
Universitas Sumatera Utara
Sementara banyak konsumen yang puas akan beralih/berganti merek, konsumen yang puas kemungkinan besar akan tetap tinggal atau melakukan pembelian berkali-kali daripada konsumen yang tidak puas. Beberapa konsumen yang tidak puas juga bisa tetap tinggal dan melakukan pembelian ulang.
Mereka ini
“perceive the switching costs”, biaya menemukan, mengevaluasi, dan mengadopsi pemecahan lainnya sangat mahal/tinggi.
Walaupun demikian mereka mungkin
“engage in negative word-of-mounth and vulnerable to competitors action”, artinya mungkin mereka menjelek-jelekkan merek dan sangat rawan terhadap tindakan pesaing (Supranto dan Nandan,2007:244). Ketika persepsi performansi produk cocok dengan harapan, akan memuaskan, dan kalau melebihi akan sangat memuaskan. Konsumen yang puas menjadi loyal dengan ciri sebagai berikut: 1. Membeli berkali-kali 2. Mengajak orang lain membeli 3. Membicarakan hal-hal yang baik mengenai produk/merek kepada orang lain, hal ini merupakan promosi gratis.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Penelitian Terdahulu Table 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
1.
Sabrina Oktoria Sihombing (2008)
Analisis Hubungan Antara Kepuasan Dan Kesenangan Konsumen Terhadap Pembelian Ulang: Pengetahuan Konsumen Sebagai Variabel Moderasi
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel kepuasan dan kesenangan terhadap tingkat pembelian ulang, dan untuk melihat apakah variabel tingkat pengetahuan memoderasi kepuasan dan kesenangan terhadap pembelian ulang.
2.
Filza Lianda (2009)
Pengaruh Kepuasan dan Kepercayaan Mahasiswi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Sampo Sunsilk
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan dan kepercayaan mahasiswa departemen manajemen fakultas ekonomi USU terhadap keputusan pembelian ulang sampo sunsilk
Metode Analisis Data Analisis regresi moderasi berganda.
Hasil dan Kesimpulan Penelitian Adanya keterhubungan antara variabel kepuasan dengan pembelian ulang; adanya keterhubungan antara variabel kesenangan dengan pembelian ulang; tingkat pengetahuan memberikan efek interaksi negatif antara variabel kepuasan dan kesenangan.
Analisis regresi linear berganda
Variabel kepuasan dan variabel kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ulang sampo sunsilk pada mahasiswi departemen manajemen fakultas ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
3.
Novel, SE (2006)
Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pembeli dan Loyalitas Pembeli Malam meningkatkan Minat membeli ulang
Untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pembeli, pengaruh kualitas layanan dengan loyalitas pembeli, pengaruh kepuasan pembeli terhadap loyalitas pembeli, pengaruh loyalitas terhadap minat membeli ulang
Metode Analisis Data The Structural Equation Modeling (SEM)
Hasil dan Kesimpulan Penelitian Ada pengaruh positif kualitas layanan terhadap kepuasan pembeli, ada pengaruh positif kualitas layanan terhadap loyalitas pembeli, ada pengaruh positif kepuasan pembeli terhadap loyalitas pembeli, dan ada pengaruh positif loyalitas pembeli terhadap minat membeli ulang
Sumber: www.google.com, diolah oleh penulis
2.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan. Hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2009:52) Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Pengetahuan produk merupakan jenis pengetahuan, arti dan kepercayaan yang direkam dalam ingatan konsumen.
Konsumen akan menggunakan pengetahuan
produk yang dimilikinya untuk mengevaluasi berbagai alternatif yang ada untuk kemudian memutuskan akan membeli satu produk dengan persepsi dapat memberikan kepuasan tertinggi dan akan menentukan tindakan selanjutnya setelah pembelian dan penggunaan produk, yaitu apakah akan melakukan pembelian ulang atau tidak. Pembelian ulang menunjukkan pembelian yang terjadi setelah konsumen mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan sebagai indikasi adanya kepuasan dan kepercayaan. Setelah pembelian dan penggunaan produk, konsumen akan mendapatkan kebenaran dari persepsi sebelum menggunakan produk dan setelah menggunakan produk.
Konsumen akan mengevaluasi atas keputusan dan
tindakannya dalam pembelian. Hasil evaluasi adalah kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap produk dan sekaligus merupakan pengalaman dan pengetahuan produk bagi konsumen. Hasil evaluasi tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku selanjutnya dalam keputusan pembelian ulang terhadap suatu produk.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori pendukung yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kepuasan (𝑋𝑋1 )
Keputusan pembelian ulang (Y)
Pengetahuan produk (𝑋𝑋2 ) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Peter dan Olson (2000), Tjiptono (2002)
2.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian adalah: 1. Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Samsung Galaxy di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Pengetahuan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Samsung Galaxy di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara