BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, manajemen merupakan “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi”. Hal tersebut sesuai dengan pengertian manajemen menurut Lewis(2004:5) yaitu : “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization”. Dengan kata lainmanajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Richard L. Daft (2002: 8) manajemen adalah “pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi. Sedangkan menurut Mulayu S.P Hasibuan (2000: 2) mendefinisikan manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. 7
Dari definisi di atas dapat disimpulkan manajemen adalah seni dan proses. Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribadi. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara sistematis untuk melakukan pekerjaan atau karena manajemen tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan kegiatan tertentu yang saling bersangkutan untuk tujuan yang mereka inginkan.
2.1.2 Pengertian Modal Perusahaan aktifitasnya.Modal
membutuhkan merupakan
modal
faktor
yang
dalam sanga
menjalankan penting
dalam
perusahaan.Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan
jasa,
dan
perusahaan
manufaktur.Perusahaan
memiiliki
kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan.Pengertian modal menurut Brigham (2006:62) “modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga”.Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9) “modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.
8
2.1.3 Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang mengetahui pengertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian modal kerja. Pengertian modal kerja atau working capitalmenurut Djarwanto (2001: 85) adalah “berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapat untuk periode akuntansi yang bersangkutan”.Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 155) modal kerja adalah “kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (seperti cek, deposito, dan giro), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan”.Sedangkan menurut Munawir (2004: 115) modal kerja adalah “kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.
9
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk mengetahui kegiatan operasi perusahaan. Menurut Riyanto (2001: 57) mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu: a. Konsep Kuantitatif b. Konsep Kualitatif c. Konsep Fungsional
Penjelasan dari ketiga konsep modal kerja diatas adalah sebagai berikut: 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal
10
kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan. 2. Konsep Kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar.Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya.Oleh karena itu, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutanag lancar.Modal kerja ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek). 3. Konsep Fungsional Konsep
ini
mendasarkan
pada
fungsi
dari
dana
dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
11
sebagian dana yang dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tertentu. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periodeperiode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebutnya future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Pengendalian modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Tetapi bila mana modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi. Dengan demikian kebaikan dan keburukan modal kerja dalam perusahaan dapat dilihat sebagai berikut : a.
kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan,
b.
menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal secara efisien,
12
c.
kalau modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga. Tetapi bilamana modal cukup, akan dapat memberikan keuntungan-
keuntungan bagi perusahaan sebagai berikut : a.
melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan,
b.
merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek,
c.
menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh,
d.
membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo,
e.
memperoleh kredit
sebagai sumber dana guna memperbesar
pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar, f.
memberikan pedoma yang baik sehingga tidak dapat keraguan manajemen guna memperoleh efisiensi yang baik.
2.1.4 Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja Pada dasarnya kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesarataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem perekonomian pada umumnya. Oleh karena itu
13
konjungtur perekonomian sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan akan modal kerja yang dioperasikan. Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal kerja sendiri-sendiri sesuai dengan bidang usaha maupun levelnya masingmasing.Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki sifat musiman atau konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki musiman penjualan, dengan sendirinya akan membutuhkan modal kerja relatif lebih besar dari masa tidak musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut juga
mengakibatkan
penentuan
sumber-sumber
dana
yang
akan
dipergunakan atau yang akan dioperasikan. Menurut Riyanto (2001: 61), pada umumnya tipe modal kerja digolongkan sebagai berikut : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari: a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
14
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal Kerja Variabel adalah yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari : a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-uubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya
beruba-ubah
disebabkan
oleh
fluktuasi
konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada pertimbangan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu: a. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi (Aggressive Investing Variable ; CA / TA),
15
b. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja(Aggressive Financing Variable ; CL / TA). Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata investasi belum menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek, maka terlebih dahulu dihitung jangka-jangka waktu krisisnya. Schall dan Haley dalam bukunya Introduction to Financial Management (1997) menyatakan : “finance short term needs with short term sources finance long term needs with long term sources.”Dengan demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Di samping itu kebutuhan modal kerja yang permanendapat juga dibiayai dengan penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.Sedangkan modal kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang waktunya tidak lebih dari pada kebutuhan modal kerja.
16
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Munawir, 2007: 117) : a. Sifat atau jenis perusahaan Kebutuhan modal kerja tergantung kepada jenis dan sifat dari usaha yang dijalakan oleh suatu perusahaan.Modal kerja dari perusahaan jasa relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan industri, karena untuk jasa tidak memerlukan investasi yang sangat besar dalam kas, piutang maupun persediaan.Kebutuhan tunai untuk membiayai pegawai maupun unutk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan pada saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek. b. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin besar.
17
c. Syarat pembelian dan penjualan Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi basar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan. Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. d. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efiisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harrga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. e. Tingkat perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penahigan piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. Untuk
18
mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang. f. Volume penjualan Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibuthkan modal kerja yang rendah. g. Faktor musim dan siklus Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus
akan
mempengaruhi
kebutuhan
akan
modal
kerja.
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang relatif pendek.Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.
2.1.6 Sumber Modal Kerja Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebur karena akan
19
semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan akan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini, disamping itu juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Djarwanto (2004: 96) mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari bebagai sumber, yaitu : a. Hasil operasi perusahaan Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal kerja perusahaan yang bersangkutan. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat-surat berharga merupakan salahs atu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
Dengan
adanya
penjualan
surat
berharga
ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang
20
diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang yang menyebabkan bertambahnya modal kerja. d. Penjualan saham atau obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi. e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lain Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
21
f. Kredit dari supplier Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier.Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit.Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
2.1.7 Manajemen Modal Kerja Dewasa ini pengolahan modal kerja suatu perusahaan sudah meliputi berbagai fungsi yang tidak sekedar atau terbatas pada pengelolaan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Menurut Erlina (2008), terdapat dua masalah pokok dalam working capital management dari suatu perusahaan, yaitu: a. Pengelolaan
investasi
perusahaan
yang
berupa
aktiva
lancar(Aggressive Investing Variable ; CA / TA). b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan(Aggressive Financing Variable ; CL / TA). Manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan
dalam
perusahaan.
Apabila
perusahaan
tidak
dapat
mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan maka kemungkinan perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo). Aktiva lancar harus cukup
22
besar untuk dapat menutup hutang lancar sehingga menggambarkan tingkat keamanan (margin of safety)yang memuaskan. Menurut Weston dan Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja adalah “semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar”. Sedangkan Esra dan Apriweni (2002) mendefinisikan bahwa manajemen modal kerja adalah “kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian utama dalam manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang dan persediaan serta pendanaan (terutama kewajiban lancar) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar. Martono dan Harjito (2004: 74) mengemukakan beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja, yaitu : a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah aktiva secara keseluruhan. b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya. c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.
23
d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan. e. Adanya hunungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Menurut Sawir (2005: 132) adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah sebagai berikut: a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktivaaktiva lancar tersebut. b. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. c. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Sasaran tersebut mengidikasikan bahwa modal kerja perusahaan harus cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaranpengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Tersedianya modal yang cukup akan menguntungkan bagi perushaaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan. 2.1.8 Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
24
ditetapkan.Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang telah disepakati. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:18) pengertian kinerja perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu :“Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investement) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya.” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002:17).Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005: 1) yang mengemukakan kinerja adalah “tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan”. Kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran, dan penilian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh.Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan
25
penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu (Timpe, 1993: 7). Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period. Performance on the job as a whole would be equal to the sum (or average) of performace on the critical or essential job functions. The functions have to do with the work which is performed and not with the characteristic of the person performing (Williams, 1998:88). Menurut Howkins (The Oxford Paperback,1979: 94), mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut : “Performance is : (1) the process or manner of performing, (2)
a notable action or achievement, (3) the
performing of a play or other entertainment.” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Pada umumnya kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan.Untuk menilai kinerja perusahaan maka dilakukan analisis probitabilitas. Menurut Kartadinata, pada dasarnya probitabilitas dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Perbandingan laba terhadap penjualan 2. Perbandingan laba terhadap aktiva
26
Perbandingan laba terhadap penjualan dikenal dengan profit on sales, sedangkan perbandingan laba terhadap aktiva dikenal dengan return on asset (ROA). Return
on
assets(ROA)menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah kinerja perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
2.2
Tinjauan Peneliti Terdahulu 2.2.1 Edward Hartawan (2005) Dengan judul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, dengan data penelitian tersebut adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2007. Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa CA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA perusahaan manufaktur di BEI sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun current asset merupakan salah satu faktor bagi investor didalam membuat keputusan investasinya namun pengaruhnya terhadap ROA tidak terlalu terpengaruh, hal ini Nampak dari presentasi pengaruh CA terhadap ROA secara parsial
27
hanya sebesar 6,3% yang artinya apabila terjadi perubahan variabel CA sebesar 1% hanya akan menaikan ROA sebesar 0,63 atau 6,3%.
2.2.2 Melvatanti D Pardosi (2010) Dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Yang Terdaftar di BEI”. Hasil dari penelitian ini adalah perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas ekonomis, Return Spread tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas, dan secara simultan perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi memiliki pengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI.
2.3
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen.Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ektrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan
28
keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah. Menurut Weston dan Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja adalah semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar. Menurut Erlina (2002), terdapat dua masalah pokok dalam working capital management dari suatu perusahaan, yaitu: a. Pengelolaan investasi perusahaan yang berupa aktiva lancar (Aggressive Investing Variable ; CA / TA). b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan (Aggressive Financing Variable ; CL / TA). Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.Pada umumnya kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan.Untuk
menilai
kinerja
perusahaan
dilakukan
dengan
menganalisis seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki perusahaan yang dikenal dengan return on asset (ROA). Atas pemahaman tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual penelitian ini, yaitu : Aggressive Investing Variable (CA / TA) (X1) ROA Aggressive FinancingVariable (CL / TA) (X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
29
(Y)
2.3.2 Hipotesis Penelitian 2.3.2.1
Aggressive Investing Variable berpengaruh positif terhadap ROA.
2.3.2.1
Aggressive
Financing
terhadap ROA.
30
Variable
berpengaruh
positif