BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Governance (CG) Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun 1992. Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee adalah “seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”. Definisi lain juga diberikan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mengenai CG yaitu “sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”. Sedangkan itu, Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2000) mendefiniskan corporate governance sebagai: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate, yaitu: 1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya. 2. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya. 3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi. 4. Tanggung jawab dewan (dewan komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Di Indonesia, asas CG ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yang tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance, yaitu: 1.
Transparansi Untuk menjaga objektivitas dalam melanjutkan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
5.
Kewajaran dan Kesetaraan Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.2. Transparansi Transparansi (transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat secara menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan (Wardijasa, 2001). Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002, “transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan”. Menurut FCGI, prinsip disclosure dan transparency (transparansi) diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi (accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya
laporan
keuangan
dan
pengungkapan
yang
berkualitas,
mengembangkan Informasi Technology (IT) dan Management Information System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelasdan mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Pengungkapan Corporate Governance dengan Memanfaatkan Internet Disclosure
memiliki
arti
tidak
menutupi
atau
tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut (Sihite, 2010). Ada
dua
jenis
pengungkapan
dalam
hubungannya
dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi yaitu: 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem
Universitas Sumatera Utara
No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri. 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini, akan diteliti pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui website masing-masing perusahaan yang termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela. Xiao et al. (2002) dalam Sayogo (2006) mengatakan bahwa internet menawarkan berbagai macam kemudahan dalam mengungkapkan informasi keuangan dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya yang lebih rasional serta dapat mencakup pengguna yang lebih luas tanpa harus dirisaukan oleh hambatan geografis. Gandia
(2008)
mengungkapkan
beberapa
keuntungan
didapatkan dari aplikasi dan perkembangan pengungkapan
yang
CG yang
berbasis internet, yaitu: memfasilitasi komunikasi antara perusahaan dan investor (khususnya pemegang saham), mengurangi biaya distribusi dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan ketepatwaktuan dari informasi perusahaan, membantu perkembangan
keikutsertaan
pemegang
saham
dalam
kehidupan
perusahaan, mendemokratisasi akses terhadap informasi perusahaan dan menambah kredibilitas terhadap praktek CG. Sayogo (2005) dalam Sayogo (2006) menyatakan penggunaan internet sejalan dalam peningkatkan transparansi yang diberikan oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan CG.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan 2.1.4.1 Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan (Ezat dan Masry, 2008). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mencantumkan laporan keuangan dalam website perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar biasanya memiliki lebih banyak produk dan jaringan distribusi yang lebih kompleks yang mengharuskan sistem informasi manajemen dan database yang lebih besar dan lebih
Universitas Sumatera Utara
kompleks untuk tujuan kontrol managemen (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009). Cheung et al. (2006) memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil.
Perusahaan
besar
memiliki lebih
banyak
sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung et al. (2006) yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi yang lebih. Perusahaan besar kemungkinan besar
lebih
mampu
memasuki pasar keuangan apabila mereka mengungkapkan lebih banyak informasi secara online (Bonso´n and Escobar, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008).
2.1.4.2
Return on Equity (ROE) Terdapat beberapa alasan akan pentingnya penelitian
hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online (Ezat dan Masry, 2008).
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan untuk memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008: 196). Salah satu cara untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur profitabilitas dengan menilai return on equity (ROE). Kinerja masa lalu dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan perusahaan (Khanna, Palepu, dan Srinivasan, 2004 dalam Cheung et al., 2006). Contohnya, perusahaan yang memiliki profit tinggi kemungkinan lebih mau mengungkapkan informasi kepada investor eksternal daripada perusahaan yang memiliki profit yang rendah (Cheung et al., 2006).
2.1.4.3 Leverage Leverage terkait dengan pengunaan dari sumber keuangan seperti debt dan dana pinjaman untuk meningkatkan ROE. Jadi, perusahaan dengan leverage yang tinggi akan bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan para kreditor dengan menyebarkan informasi yang reliabel dalam website perusahaan untuk membuat para kreditor lebih percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya (Ezat dan Masry, 2008). Ketika perusahaan menaikkan debt/ equity ratio, perusahaan diharuskan untuk menaikkan pengungkapan dengan tujuan untuk meyakinkan kreditor jika perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Gandia, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4
Penggunaan aset (Asset Utilization) Kemungkinan perusahaan yang menggunakan aset dengan
tingkat tinggi memiliki tingkat pengungkapan perusahaan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat rendah. Alasannya ialah perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi kemungkinan akan menarik lebih banyak investor dan analis. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan mengungkapkan lebih banyak informasi yang lebih relevan kepada investor eksternal yang pada gilirannya akan meningkatkan pengungkapan perusahaan dan transparansi pada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat yang tinggi (Cheung et al., 2006 ).
2.1.4.5 Penerbitan saham baru Perusahaan yang menaikkan modal di pasar modal memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan praktik CG secara lebih luas dan menyalurkannya dalam laporan tahunan untuk meyakinkan para investor potensial (Lang and Lundholm, 1993 dalam Bujaki dan McConomy, 2002). Ezat dan Masry (2008) juga mengungkapkan bahwa sebagian besar perusahaan mencoba meningkatkan modal mereka melalui lebih dari satu sumber dan salah satu sumbernya dengan menerbitkan beberapa saham. Perusahaan yang
memerlukan
pendanaan baru akan mengungkapkan informasi yang lebih dalam
Universitas Sumatera Utara
website
untuk
menarik
lebih
banyak
investor
dan
untuk
meningkatkan kepercayaan mengenai posisi perusahaan yang akan mendorong investor yang lain untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang bermaksud untuk mendapatkan modal akan mengurangi asimetri informasi dan menyediakan akses yang luas mengenai rencana perusahaan dan aktivitas yang bermanfaat (Leland & Pyle, 1977; Myers & Majluf, 1984 dalam Sriram dan Laksamana, 2006). Pengurangan asimetri informasi akan meningkatkan minat investor, dan akan memperluas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak modal yang dibutuhkan (Fishman & Hagerty, 1989; Merton, 1987 dalam Sriram dan Laksmana, 2006).
2.1.4.6 Komposisi dewan Menurut Haniffa and Cooke (2002) dalam Ezat dan Masry (2008), komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen (Ezat dan Masry, 2008). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk menjaga
fairness
serta
memberikan
keseimbangan
antara
kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakehorlder lainnya. Dengan adanya komisaris independen, semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi (Rifai, 2009).
Berdasarkan teori agensi, sebuah dewan akan lebih efektif jika terdiri dari mayoritas komisaris yang tidak memiliki hubungan (Amar dan Boujenoui, 2008).
2.2
Penelitian terdahulu Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat perkembangan penelitian
pengungkapan CG perusahaan melalui internet. Gandia (2004) dan (2008) meneliti mengenai pengungkapan corporate governance berbasis internet pada perusahaan-perusahaan publik di Spanyol. Dalam penelitian tersebut, Gandia (2004) dan (2008) dalam Falah (2011) menggunakan tiga perspektif dalam menganalisis pengungkapan CG yaitu: laporan tahunan, pengungkapan dalam website Badan Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website masing-
Universitas Sumatera Utara
masing perusahaan. Kesimpulannya ialah pertama, tingkat pengungkapan perusahaan-perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaanperusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional (annual report). Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan modalnya. Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) meneliti tentang determinandeterminan dari pengungkapan CG melalui internet pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam Liquid 45 (LQ-45) Bursa Efek Jakarta, yaitu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperdagangkan dalam bursa. Media yang menjadi objek penelitian adalah website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh signifikan.. Falah (2011) meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun 2010. Dalam penelitiannya, Falah (2011) hanya menggunakan satu perspektif yaitu indeks pengungkapan CG website. Kesimpulan dari penelitian Falah (2011) adalah terdapat perbedaan pengungkapan CG di website perusahaan pada tingkat ukuran perusahaan yang berbeda, tingkat umur listing yang berbeda, tingkat keefektifan jumlah dewan komisaris yang berbeda, dan tipe auditor yang berbeda. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat pengungkapan CG di
Universitas Sumatera Utara
website perusahaan pada tingkat profitabilitas yang berbeda dan tingkat floating capital yang berbeda. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti Sayogo (2006)
2.
Cheung et al. (2006)
3.
Amar dan Boujenoui
Variabel Dependen Indeks transparansi dari informasi yang terkait dengan Corporate Governance (CG) di website perusahaan. Indeks pengungkapan dan transparansi.
Variabel Independen Ukuran perusahaan, ROE, klasifikasi industry, ukuran dewan direksi, dualitas posisi dan distribusi saham. Variabel keuangan: ukuran perusahaan, leverage, ROA, aset jaminan, penggunaan aset dan variabel CG: stuktur kepemilikan, komposisi dewan independen, ukuran dewan
Kualitas pengungkapan
Struktur kepemilikan,
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG dalam media website perusahaan.
1.Tingkat pengungkapan dan transparansi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan, pemanfaatan aset, nilai jaminan di perusahaan Hongkong tapi tidak di Thailand. 2. Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi perusahaan di Thai dan Hongkong. Ukuran dewan berpengaruh: positif terhadap perusahaan Thai dan negatif di perusahaan Hongkong, komposisi dewan independen berpengaruh positif pada perusahaan di kedua negara. Kualitas pengungkapan CG memiliki hubungan:
Universitas Sumatera Utara
(2008)
CG
komposisi dewan, struktur kepemimpinan dewan, ukuran perusahaan, leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru, US-cross listing
4.
Gandia (2008)
Indeks pengungkapan CG di Spanyol
5.
Almilia (2008)
Indeks pengungkapan Internet Financial and Sustainability Reporting (IFSR)
Ukuran perusahaan, ROE, Usia listing, Ukuran dewan, CEO duality, floating capital, visibilitas media, analisis kedepan Ukuran perusahaan, ROA, ROE, leverage, struktur kepemilikan luar.
6.
Ezat dan Masry (2008)
Corporate Internet Reporting
Ukuran perusahaan, tipe aktivitas
- positif dengan komposisi dewan. -negatif dengan struktur kepemilikan dan dualitas CEO. - signifnikan dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar dalam US- cross listing mengungkapkan kualitas informasi yang lebih dalam praktek CG. -tidak signifikan dengan leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru. Pengungkapan CG dipengaruhi oleh perusahaan dengan skor tinggi untuk transparansi juga dan paling mungkin untuk menggunakan internet sebagai saluran untuk pengungkapan CG di internet. Size perusahaan, profitabilitas perusahaan dan kepemilikan mayoritas merupakan variabel yang menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan indeks IFSR (Internet Financial and Sustainability Reporting). Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur kepemilikan, tipe
Universitas Sumatera Utara
(CIR) timeliness index
7.
Falah (2011)
Indeks pengungkapan CG pada laporan tahunan perusahaan
bisnis perusahaan, ROE, leverage, likuiditas, penerbitan saham, struktur kepemilikan, komposisi dewan, dualitas peran, ukuran dewan komisaris. Ukuran perusahaan, ROE, listing age, floating capital, ukuran dewan komisaris, ukuran auditor.
aktivitas bisnis perusahaan, komposisi dewan, dan ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan CIR timeliness.
Terdapat empat variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CG di website perusahaan yaitu ukuran perusahaan, lamanya listing, ukuran dewan komisaris, dan audit. Akan tetapi, ROE dan floating capital tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CG di website perusahaan.
Sumber : Berbagai jurnal, 2012
2.3
Kerangka Konseptual Setiap perusahaan yang go public memiliki berbagai stakeholders yang
tentunya ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan. Biasanya informasi tersebut hanya dapat diketahui secara tahunan dalam laporan tahunan perusahaan. Seharusnya, informasi mengenai perusahaan dapat diketahui setiap saat tanpa terhalang batasan waktu, tempat ataupun biaya. Internet dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Perusahaan dapat membuat website pribadi
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mengungkapkan informasi perusahaan mengenai laporan keuangan dalam skala kuartal maupun tahunan. Perusahaan juga dapat mengungkapkan secara luas mengenai penerapan Corporate Governance di dalam perusahaan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor penentu yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Goverance melalui website perusahaan. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru, dan komposisi dewan independen. Gambar 2.1 Model kerangka pemikiran penelitian Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan Ln (Total aset perusahaan)
Ukuran perusahaan
Laba bersih Return on Equity Ekuitas pemegang saham Total utang
Leverage
Total ekuitas Ln
Penjualan
Penggunaan aset
Total aktiva
(Asset Utilization)
Jumlah saham baru yang beredar di pasaran
Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan
Penerbitan saham baru
J Jumlah dewan independen Jumlah total dewan independen komisaris
Komposisi dewan independen
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis 2.4.1 Ukuran perusahaan Beberapa argumentasi yang mendasari hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage (Almilia, 2008). Bukti empiris dari penelitian terhadap pengungkapan secara online (Craven dan Marston, 1999; Pirchegger dan Wagenhofer, 1999; Bonso´n dan Escobar, 2002; Debreceny et al., 2002; Ettredge et al., 2002; Bollen et al., 2006) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Gandia, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Return on Equity (ROE) ROE merupakan salah satu bagian dalam mengukur kinerja perusahaan. Saat kinerja perusahaan dalam kondisi baik, perusahaan akan mengungkapkan
informasi
yang
lebih
banyak
untuk
menunjukan
keberhasilannya. Di samping itu, perusahaan dengan performa yang baik mempunyai dana yang berlebih untuk membiayai penyediaan informasi. Website perusahaan diasumsikan akan lebih update saat perusahaan dalam kondisi yang baik. Sebaliknya, perusahaan yang dalam kondisi yang kurang sehat, akan membatasi informasi yang diberikan kepada publik (Falah, 2011). Para manajer termotivasi untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap untuk mendukung kontinuitas dari posisi dan gaji mereka serta untuk memberikan kepercayaan institusional (Gandia, 2008). Terdapat bukti empris yang menyatakan tingkat pengungkapan perusahaan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROE perusahaan (Meek et al., 1995; Ettredge et al., 2002; Haniffa dan Cooke, 2002 dalam Gandia, 2004). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H2: Terdapat pengaruh signifikan ROE perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.
2.4.3 Leverage Perusahaan memiliki insentif untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa media pengungkapan tradisional
Universitas Sumatera Utara
maupun media lain yaitu pengungkapan informasi perusahaan melalui website perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Almilia, 2008). Ainun Na'im dan Fuad Rakhman (2000) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Tetapi, Fitriani (2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) mengungkapkan bahwa rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H3:
Terdapat
pengaruh
signifikan
leverage
terhadap
indeks
pengungkapan Corporate Governance.
2.4.4 Penggunaan aset (Asset Utilization) Penggunaan aset dikaitkan dengan rasio aktivitas yang merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Jenis-jenis rasio aktivitas yaitu: perputaran piutang, hari rata-rata penagihan piutang, perputaran sediaan, hari rata-rata penagihan sediaan, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dan perputaran aktiva. Dalam penelitian ini, penggunaan aset diproksikan dengan perputaran aktiva (assets turnover). Perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat tinggi diasumsikan memiliki pengungkapan yang lebih transaparan melalui internet daripada perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat rendah. Hal ini memungkinkan karena aset tetap dengan tingkat tinggi
Universitas Sumatera Utara
memerlukan lebih banyak modal untuk mendapatkannya yang pada akhirnya akan menarik lebih banyak investor dan analis (Cheung et al., 2006). Dari uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H4: Terdapat pengaruh signifikan penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate governance.
2.4.5 Penerbitan saham baru Rencana untuk mendapatkan modal melalui penawaran saham adalah faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengungkapan (Clarkson et al., 1994; Frankel, McNichols, & Wilson, 1995; Gibbins, Richardson, & Waterhouse, 1990; Lang & Lundholm, 1993 dalam Sriram dan Laksmana, 2006). Beberapa studi mengungkapkan hubungan yang signifikan antara penerbitan saham dengan pengungkapan secara online (Ettredge et al., 2002; Xiao et al., 2004; Sriram dan Laksamana, 2006 dalam Ezat dan Masry, 2008). Collet dan Hrasky (2005) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga mengungkapkan terdapat hubungan positif antara pengungkapan sukarela dari praktek CG dan tujuan untuk menerbitkan modal saham di Australia. Namun, Bujaki dan McConomy (2002) dalam Amar dan Boujenoui (2008) tidak melaporkan hubungan signifikan antara penerbitan modal dengan luas informasi CG. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H5: Terdapat pengaruh signifikan penerbitan saham baru terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Komposisi dewan independen Cheung et al. (2006) memberikan asumsi jika komposisi dewan independen memberikan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan dan transparansi.
Alasannya adalah komisaris independen kemungkinan
menginginkan pengungkapan informasi yang lebih untuk memberi keuntungan kepada stakeholder yang lain dari perusahaan. Ini dapat memberikan hubungan positif dari proporsi komisaris dari luar perusahaan dengan tingkat pengungkapan dan transparansi perusahaan. Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) memberikan bukti dari hubungan positif antara komisaris eksternal dengan luas pengungkapan laporan keuangan di Hongkong. Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga melaporkan bahwa dewan independen memiliki hubungan positif dengan tingkat pengungkapan dari sampel perusahaan yang listed di Singapore Stock Exchange. Ezat dan Masry (2008) menemukan hubungan positif yang signifikan antara komposisi dewan dengan ketepatwaktuan Corporate Internet Reporting. Ini menandakan proporsi komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi dengan tepat waktu dalam website perusahaan. Di sisi lain, Eng dan Mak (2003) menemukan hubungan negatif antara komposisi dewan independen dengan tingkat pengungkapan sukarela. Berdasarkan hubungan tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H6: Terdapat pengaruh signifikan antara komposisi dewan independen terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.
Universitas Sumatera Utara