BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Motivasi Belajar
2.1.1
Definisi Motivasi Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keinginan atau
dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere“ yang berarti “menggerakkan“. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi berkembang. Sedangkan Imron (1996), menjelaskan motivasi berasal dari kata Inggris “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 2002). Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ‘tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu’ (Cropley, 1985). Hampir senada Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
10
Dari berbagai pendapat mengenai motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku belajar. Ishak, Hendri dan Standford (2003:12) dalam (Samaradanta, 2010) mengemukakan ‘Motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan untuk bekerja, yaitu suatu kondisi yang menggerakan manusia ke arah tujuan yang dapat dilihat dari sikapnya terhadap pekerjaan’. 2.1.2
Jenis dan Sifat Motivasi Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para
ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. a. Jenis Motivasi 1.Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar atau motif bawaan. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia yang timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang. 11
2.Motivasi Sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motivasi sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motivasi sosial. Lingdren (dalam Agustin Wirdiyati, 2006 : 62) menyatakan bahwa motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peran yang penting. b. Sifat Motivasi Berdasarkan sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Orang yang tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas jika tingkah lakunya telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. Misalnya seorang peserta didik menyelesaikan pekerjaan rumah tentang soal-soal matematika, bertujuan untuk memahami konsep-konsep matematika melalui penyelesaian soal-soal itu, bukan karena takut kepada guru atau ingin mendapat pujian dari guru. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang karena pengaruh dari rangsangan di luar perbuatan yang dilakukannya. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak di luar tingkah laku itu. Misalnya peserta didik yang sedang 12
menyelesaikan pekerjaan rumah, sekedar mematuhi perintah guru, jika tidak dipatuhi guru akan memarahinya. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus ingin dipenuhi. Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah : 1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), 2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs), 3. Kebutuhan sosial (social needs), 4. Kebutuhan ego (esteem needs), Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
13
2.1.3
Definisi Belajar Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama
hidupnya. Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia ini. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian yang tidak sama. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, 1992: 3). Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2002 :280). Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2).
14
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap
dan tingkah lakunya. Belajar
merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut. 2.1.4
Definisi Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu
motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan dari penggerak psikis dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Winskel,
1987)
dalam
http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/motivasi-
belajar/. Sedangakan menurut Suciati (2005: 52) motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai ketekunan yang tidak mudah patah mencapai sukses, dihadang banyak kesulitan. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Agustin, 2006). Jadi pengertian motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar dan yang memberikan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek dapat tercapai. 15
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi tinggi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. 2.1.5
Prinsip Motivasi belajar Ada beberapa prinsip dalam motivasi belajar yaitu:
1. Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang. 2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap peserta didik. Peserta didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru agar rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan peserta didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, peserta didik juga bermental pengharapan 16
dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar. 3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar peserta didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4. Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar Dalam kehidupan, peserta didik membutuhkan penghargaan, perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi peserta didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi peserta didik dalam belajar. Guru yang berpengalaman harus dapat memanfaatkan kebutuhan peserta didik, sehingga dapat memancing semangat belajar peserta didik agar menjadi anak yang gemar belajar. Peserta didik pun giat belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu. 5. Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar Peserta didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan. Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga dihari mendatang. 6. Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar 17
Dari berbagai hasil penilitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang peserta didik. Peserta didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Ulangan pun dilewati dengan prestasi yang gemilang. Selain prinsip-prinsip motivasi di atas, Keller (1983) dalam (Agus Sambeng, 2010) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motavasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yakni Attetion (perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan). Attetion (perhatian), muncul didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni : 1. Gunakan metode menyampaian yang bervariasi 2. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran 3. Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran 4. Gunakan
peristiwa
nyata,
anekdot
dan
contoh-contoh
untuk
memperjelas konsep yang diutarakan 5. Gunakan
teknik
bertanya
untuk
melibatkan
peserta
didik.
18
Relevance
(Relevansi),
menunjukkan
adanya
hubungan
materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Ada tiga strategi yang bisa digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran: 1. Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran 2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari 3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi tertentu.
Confidence (kepercayaan diri), merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri : 1. Meningkatkan
harapan
peserta
didik
untuk
berhasil
dengan
memperbanyak pengalaman berhasil 2. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus 3. Meningkatkan
harapan
untuk
berhasil
dengan
menggunakan
persyaratan untuk berhasil 4. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan peserta didik
19
5. Tumbuh
kembangkan
kepercayaan
diri
peserta
didik
dengan
pernyataan-pernyataan yang membangun 6. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Satisfaction (kepuasan), keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, peserta didik akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yakni : 1. Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informative, bukan ancaman atau sejenisnya 2. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajari 3. Minta kepada peserta didik yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil 4. Bandingkan prestasi peserta didik dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu atandar tertentu, bukan dengan peserta didik lain. 2.1.6
Fungsi Motivasi dalam Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan peserta didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugastugas yang diberikan. Sementara peserta didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. 20
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut: 1.Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya peserta didik tidak ada keinginan untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari maka muncul minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong perbuatan peserta didik. 2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap peserta didik merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang berfungsi sebagai penggerak perbuatan peserta didik. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai penggerak perbuatan. 3.Motivasi sebagai pengarah perbuatan Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari peserta didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi pada peserta didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan peserta didik dalam belajar. 21
2.1.7
Mengukur Motivasi Belajar Besar kecilnya, kuat lemahnya motivasi belajar yang ada pada peserta
didik tidak terlepas dari pengaruh kejiwaan yang bersangkutan. Semakin stabil kondisi peserta didik akan semakin kuat motivasi yang ada pada dirinya dan hasilnya pun akan lebih baik, begitupun sebaliknya. Ada beberapa teknik pendekatan dan pengukuran yang dapat digunakan seperti dikemukakan oleh Abin Syamsuddin Makmun (1999:30) dalam (M. Sandy, 2009) antara lain: a.
Tes tindakan disertai observasi
b.
Kuesioner
c.
Mengarang bebas
d.
Tes prestasi dan skala sikap
2.1.8
Upaya Motivasi dalam Belajar Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan
faktor yang mempunyai arti penting bagi peserta didik. Apalah artinya bagi seorang peserta didik pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian peserta didik ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat perilaku peserta didik
seperti
itu,
maka perlu
diambil
langkah-langkah
untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai
macam
cara
untuk
memotivasi
belajar
peserta
didik.
Cara
membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah :
22
a. Menjelaskan kepada peserta didik alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman peserta didik di luar lingkungan sekolah. c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. d. Mendorong peserta didik untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga peserta didik mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin. e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin. g. Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antar peserta didik. h. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah secara wajar. Menurut Sardiman A.M dalam (M. Miftah, 2007), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberpa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya : 1. Memberi angka Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas peserta didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua peserta didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada peserta didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi. 2. Hadiah 23
Hadiah
adalah
memberikan
sesuatu
kepada
orang
lain
sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada peserta didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari peserta didik lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk beasiswa atau dalam bentuk lain seperti alat tulis. Dengan cara itu peserta didik akan termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai. 3. Saingan/kompetisi Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong peserta didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap peserta didik telah terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap peserta didik sebagai individu melibatkan diri mereka masing-masing ke dalam aktivitas belajar. 4. Memberi ulangan Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru. 24
6. Pujian Memberikan pujian terhadap hasil kerja peserta didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada peserta didik, sehingga semangat bersaing peserta didik untuk belajar akan tinggi. 7. Hukuman Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada peserta didik yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian peserta didik. Misalnya memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang bersangkutan. 8. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri peserta didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih baik daripada peserta didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan peserta didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi dasar aktivitas peserta didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar. 9. Minat
25
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu sacara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat peserta didik sebagai berikut: a) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri peserta didik, b) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki peserta didik, c) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, d) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual peserta didik. 10. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh peserta didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.
26
2.1.9
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut
Dimyanti
dan
Mudjiono
dalam
(Samaradanta,
2010)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1. Cita-cita / aspirasi peserta didik 2. Kemampuan peserta didik 3. Kondisi peserta didik dan lingkungan 4. Unsur-unsur dinamis dalam belajar 5. Upaya guru dalam membelajarkan peserta didik. (Dimyati&Mudjiono, 1999:100)
Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah : 1. Cita-cita atau aspirasi peserta didik Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang peserta didik menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. 2. Kemampuan peserta didik Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya. 3. Kondisi peserta didik 27
Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis peserta didik. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun. 4. Kondisi lingkungan peserta didik Kondisi lingkungan peserta didik menjadi factor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari peserta didik. 5. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi peserta didik dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya. 6. Upaya guru dalam pembelajaran peserta didik Upaya guru dalam membelajarkan peserta didik juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi keinginannya dalam membelajarkan peserta didik, menjadikan peserta didik juga bergairah belajar, guru yang sungguh-sungguh dalam membelajukan peserta didik, menjadikan tingginya motivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, upaya guru untuk membelajarkan peserta didik sangat krusial dalam meningkatkan motivasi peserta didik. Sedangakan menurut B.Uno, 2003 dalam (Khurnia Asmisari, 2005) indikator motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 28
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya kebutuhan belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan belajar 5. Adanya lingkungan belajar yang kondusif Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar berdasarkan uraian di atas adalah cita-cita/aspirasi peserta didik, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik dan lingkungan yang kondusif, unsur-unsur dinamis dalam belajar, upaya guru dalam membelajarkan peserta didik, adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya kebutuhan belajar, adanya penghargaan belajar. 2.1.10 Indikator Motivasi Belajar Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) dalam (Khurnia Asmisari, 2005) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: 1. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya) 2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu 3. Persistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan belajar 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan 5. Pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan. 6. Kegiatan belajar mengajar di kelas 29
7. Tugas yang diberikan oleh guru Berdasarkan faktor yang mempengaruhi dan indikator motivasi belajar, dapat dibuat kesimpulan bahawa indikator motivasi belajar peserta didik yaitu durasi, frekuensi, persistensi, ketabahan dalam menghadapi rintangan, pengorbanan untuk mencapai tujuan, kegiatan belajar mengajar dan tugas menjadi indikator dalam motivasi belajar.
2.2
Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan adalah salah satu program
keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Cilaku-Cianjur dimana Program Keahlian ini membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar sesuai dengan tujuan kompetensi Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan, yaitu: 1. Melakukan pekerjaan sebagai drafter/juru gambar dalam pekerjaan perencanaan bangunan. 2. Melakukan pekerjaan sebagai drafter/juru gambar pada pekerjaan pelaksanaan bangunan. 3. Melakukan
pekerjaan
jasa
penggambaran
bangunan
secara
mandiri/berwirausaha di Studio Gambar. Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan juga memiliki standar kompetensi kejuruan dimana di dalamnya terdapat dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan.
30
Standar Kompetensi Kejuruan
Dasar Kompetensi Kejuruan 1. Menerapkan dasar-dasar gambar teknik. 2. Menerapkan ilmu statika dan tegangan. 3. Mengindentifikasi ilmu bangunan gedung. 4. Memahami bahan bangunan. 5. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kompetensi Kejuruan 1. Mengatur tata letak gambar manual 2. Menggambar dengan perangkat lunak 3. Membuat gambar rencana kolom beton bertulang 4. Membuat gambar rencana balok beton bertulang 5. Menggambar konstruksi lantai dan dinding bangunan 6. Menggambar rencana dinding penahan 7. Menggambar konstruksi kusen, pintu dan jendela 8. Menggambar rencana plat lantai 9. Menggambar konstruksi tangga 10. Menggambar konstruksi langit-langit 11. Menggambar konstruksi atap 12. Menggambar utilitas gedung 13. Menggambar layout dekorasi interior dan eksterior 14. Menggambar dekorasi interior rumah tinggal, perkantoran dan ruang publik 31
15. Menerapkan desain interior bangunan 16. Menentukan unsur penunjang desain interior dan eksterior bangunan 17. Menerapkan desain eksterior bangunan 18. Menerapkan material finishing bangunan 19. Merancang partisi ruang 2.3.1
Pembelajaran Produktif Selain mendapatkan pembelajaran kognitif dan normatif, peserta didik
SMK juga mendapatkan pembelajaran produktif. Pembelajaran produktif inilah yang membedakan antara kelompok keahlian yang satu dengan yang lainnya. Pembelajaran produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja. Pembelajaran produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Pembeajaran produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Komponen pembelajaran produktif pada SMK merupakan kumpulan paket-paket pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan kemahiran kompetensi bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu. Kelompok produktif Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan berdasarkan silabus terdiri atas mata pelajaran: 1. Gambar Teknik Dasar 2. Ilmu Statika 3. Ilmu Bangunan Gedung 4. Ilmu Bahan Bangunan 32
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6. Tata Letak Gambar Manual 7. Gambar dengan Komputer 8. Gambar Konstruksi Kolom Beton Bertulang 9. Gambar Konstruksi Balok Beton Bertulang 10. Gambar Konstruksi Batu 11. Gambar Dinding Penahan Tanah 12. Gambar Konstrusi Kusen dan Daun Pintu/Jendela 13. Gambar Rencana Plat Lantai 14. Gambar Konstruksi Tangga 15. Gambar Konstruksi Langit-Langit 16. Gambar Konstruksi Penutup Atap 17. Utilitas 18. Layout Dekorasi 19. Dekorasi Interior 20. Menerapkan Desain Interior Bangunan 21. Unsur Penunjang Desain Interior dan Eksterior Bangunan 22. Menerapkan Desain Eksterior Bangunan 23. Finishing 24. Partisi 25. Mulok (Rencana Anggaran Biaya atau Ukur Tanah Dasar)
33
2.3 Cita-Cita/Aspirasi 2.3.1
Definisi Cita-Cita/Aspirasi Aspirasi dalam bahasa inggris ‘aspiration’ berarti cita-cita. Aspiration
menurut kata dasarnya, aspire berarti cita-cita atau juga berkeinginan Echols (1983:41). Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminta (1976) aspirasi adalah gairah (keinginan atau harapan yang keras). Jadi melihat arti-arti kata di atas, maka dapat disimpulkan aspirasi mempunyai arti keinginan, harapan atau cita-cita seseorang terhadap suatu objek. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya. Pengertian aspirasi mengandung makna berbeda tergantung dari sudut pandang disiplin ilmunya. Aspirasi jika ditinjau dari sudut pandang psikologi sudah tentu dihubungkan dengan sikap, tingkah laku dan aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi hidup kejiwaan, yang artinya adalah keinginan seseorang dalam usahanya untuk mencapai tingkat kemampuan tertentu. Aspirasi mempunyai makna merindukan atau ingin mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari
34
yang ada sekarang (Hurlock, 1974). Aspirasi merupakan suatu titik dalam rancangan hidup yang ingin dicapai. Disadari atau tidak setiap orang tentu mempunyai rancangan hidup. Sehubungan dengan rancangan hidup, Hurlock (1974:265) dalam (Abdulrahman, 2007) menyatakan “everyone has a life plan a purpose or goal which determines his reaction. This life plan, Adler maintained, is generally developed early in life as a result of certain relationship between the person and his physical social environment”. Setiap orang mempunyai rancangan hidup yang ingin dicapai sebagai hasil hubungan fisik dan sosial dengan lingkungannya. Rancangan hidup ini sedikit banyak ikut menentukan kegiatan yang dilakukan sekarang. Menurut Suyono Wiroatmojo (1986:49), tujuan yang tercantum dalam rancangan hidup adalah suatu fiksi, namun merupakan pendorong bagi usaha manusia. Tujuan yang ingin dikejar manusia itu mungkin hanya fiksi, yaitu cita-cita yang ingin direalisasikan, namun demikian merupakan pelecut yang nyata bagi usaha manusia dan karenanya juga merupakan sumber keterangan bagi tingkahlakunya. Sementara itu Whiterington (1985) dalam (Abdulrahman, 2007) mengatakan bahwa cita-cita merupakan ukuran atau kriteria yang dipergunakan untuk mengukur tingkahlaku. Dari beberapa pendapat di atas, maka aspirasi dapat disimpulkan sebagai keinginan atau harapan jiwa seseorang, dalam rangka mempertinggi status keberadaannya, atau dengan kata lain mempertinggi derajat perilaku dengan mengacu pada tingkat standar tertentu. Cita-cita atau harapan yang positif akan memperlihatkan efek yang positif dalam kehidupan. 35
Keterkaitan antara aspirasi dengan motivasi adalah aspirasi menunjuk pada tujuan, dan motivasi menunjuk pada dorongan untuk mencapai tujuan. Seseorang yang menetapkan aspirasi yang terlalu tinggi dan tidak mengacu pada kemampuan fisik, mental, dan lingkungannya mungkin akan mengalami kekecewaan yang selanjutnya akan dapat mempengaruhi atau melemahkan motivasinya. Oleh karena cita-cita lebih terkait dengan tujuan, maka bagaimana cara memperjuangkan cita-cita yang sering mengalami hambatan-hambatan. Hambatan untuk mencapai cita-cita lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sedangkan cara memperjuangkannya lebih menunjukan pada upaya internal, itu berarti bahwa faktor internal yakni diri sendiri merupakan pertimbangan terpenting dalam menetapkan aspirasi sekarang. Dengan kata lain orang tersebut akan lebih realistis dengan kemampuan dirinya dalam menentukan aspirasinya. Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu di dalam hidupnya termasuk peserta didik SMK. Cita-cita atau aspirasi ini senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Bahkan tidak jarang, meskipun rintangan yang ditemui sangat banyak dalam mengejar cita-cita tersebut seseorang tetap berusaha semaksimal mungkin karena hal tersebut berkaitan dengan cita-citanya. Oleh karena itu, cita-cita sangat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Seseorang yang bercita-cita menjadi dokter, saat masih sedang belajar dijenjang pendidikan dasar, tentu menggemari mata pelajaran-mata pelajaran dan bacaan-bacaan yang berkaitan erat dengan ilmu kesehatan. Meskipun mata pelajaran tersebut masih terintegrasi dengan mata pelajaran IPA, ia akan lebih bersemangat dengan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, ia akan lebih 36
termotivasi mempelajari mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebaliknya seseorang mahasiswa yang dahulunya bercita-cita menjadi ahli hukum tetapi ia dipaksa oleh orang tuanya mengambil Program Keahlian Teknik Elektro. Dapat dipastikan kesungguhan belajarnya akan berkurang karena apa yang ia pelajari tidak sesuai dengan cita-citanya. Ketidaksungguhan dalam belajar demikian ini tentu karena Program Keahlian yang dipaksakan oleh orang tuanya tidak cocok dengan cita-citanya. Itulah sebabnya, maka cita-cita peserta didik SMK ini perlu diperhitungkan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar seseorang, karena cita-cita atau aspirasi ini mempengaruhi motivasi belaiar. 2.3.2
Faktor yang Mempengaruhi Cita-Cita Sebagai suatu tujuan yakni tujuan akhir (ultimate goal), asapirasi
seseorang dipengaruhi oleh faktor, norma-norma, nilai budaya, kemampuan biologis, pengalaman prbadi, lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Krech, 1982). Salah satu faktor yang mempengaruhi aspirasi dalam pendidikan adalah kesuksesan dan kegagalan yang pernah dialami individu yang merupakan faktor pengalaman pribadi akan sangat berpengaruh pada tingkat aspirasinya (Sumadi Suryabrata, 1983:30). Faktor-faktor yang mempengaruhi muncul dan berubahnya aspirasi menurut Hurlock (1974:268) dalam (Abdulrahman, 2007) ialah “intelegensi, sex, interest, values, family pressures, group expectation, cultural traditions, competition with other, past experiences, the mass media, and personal characteristics.”
37
Sedangkan menurut http://cita-citaku.com/ayah/faktor-yang-mempengaruhi-citacita/, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, faktor tersebut antara lain: 1. Faktor Keluarga 2. Faktor Lingkungan 3. Faktor Minat 4. Faktor Materi Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi dapat terbagi menjadi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Yang termasuk ke dalam faktor internal yaitu pengetahuan, ketertarikan, pengalaman pribadi, dan karakteristik individu. Sedangkan faktor eksternal yaitu keluarga dan lingkungan. a.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dalam menentukan cita-cita/aspirasinya, yaitu ketertarikan, pengetahuan, pengalaman pribadi dan karakteristik individu. Ketertarikan adalah keinginan hati untuk lebih dapat mengetahui dan mempelajari akan sesuatu hal. Keinginan yang kuat terhadap sesuatu hal bisa menandakan potensi dan bakat yang dimiliki seseorang. Sehingga dengan ketertarikan,
bisa
lebih
mengembangkan
keingintahuan
serta
berusaha
mempelajarinya lebih dalam. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Seseorang yang memiliki pengetahuan mengenai apa yang sedang ia kerjakan dan apa yang akan ia kerjakan tentu akan memberikan 38
dorongan yang lebih kuat terhadap hal tersebut. Ini disebabkan karena dengan memiliki pengetahuan maka akan membuka wawasan yang luas terhadap hal-hal tertentu dan mengetahui tujuan serta dampak dari hal tersebut. Seseorang yang tertarik pada ilmu kesehatan akan terus mencari tahu dan mempelajari hal yang berhubungan dengan kesehatan, seperti pelajaran IPA yang di dalamnya terdapat materi mengenai anatomi tubuh, virus, bakteri yang berhubungan dengan kesehatan. Dan bisa diindikasikan bahwa orang tersebut bercita-cita menjadi dokter atau ahli kesehatan lainnya. Pengalaman individu dalam mempengaruhi cita-cita/aspirasi lebih kepada kesuksesan dan kegagalan yang dialami seseorang. Makin banyak kesuksesan yang telah diperoleh makin meningkat aspirasinya. Banyak kesuksesan yang diraih seseorang berarti ia memiliki kepuasan yang akan mempengaruhi harga dirinya. Setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengejar sukses dan menghindari kegagalan, artinya bila ketakutan untuk gagal lebih kuat dari pada harapan untuk sukses seseorang cenderung untuk menghindari sehingga ia akan menurunkan tingkat aspirasinya. Dalam penelitian ini, kesuksesan dan kegagalan yang dimaksud adalah nilai. Bila peserta didik selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam tugas menggambarnya maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar dan aspirasinya menjadi seorang juru gambar/drafter akan lebih tinggi untuk diraih. Demikian juga sebaliknya, peserta didik yang lebih sering mendapat nilai rendah aspirasinya akan turun seiring dengan motivasi belajarnya. Karakteristik individu dalam hal cita-cita/aspirasi lebih kepada sifat yang dimiliki oleh individu/peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap disiplin, 39
pantang menyerah, bertanggung jawab, realistis, kerja sama dan bekerja keras akan memilih pekerjaan yang memberikan tantangan pada dirinya. b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu dalam menentukan cita-cita/aspirasinya yaitu keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah tempat yang paling dekat dengan peserta didik, di sini awal tumbuhnya cita-cita peserta didik. Peserta didik atau dalam keluarga sebagai anak akan melihat pekerjaan orang tua atau anggota keluarga lainnya yang akan menjadi tolak ukur untuk menentukan cita-citanya karena seorang anak akan melihat orang tua sebagai figur, sosok nyata yang dipakai sebagai panutan. Sebagai contoh, seorang anak dari keluarga guru kebanyakan bercita-cita menjadi guru, pedagang, petani, dan sebagainya. Sama halnya dengan lingkungan tempat tinggal, teman bergaul juga akan mempengaruhi cita-cita/aspirasi peserta didik. 2.3.3
Mengukur Cita-Cita Cita-cita merupakan perwujudan dari minat seseorang. Metode yang dapat
dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap minat seseorang, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukardi D. K., 2009 dalam (Nurdiaman, 2011) bahwa pengukuran minat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi Pengukuran dengan metode observasi ini memiliki keuntungan karena dapat mengamati minat-minat seseorang dalam kondisi wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di dalam kelas maupun di luar
40
kelas. Kelemahannya yaitu tidak dapat dilakukan terhadap situasi atau beberapa hasil observasi yang bersifat subjektif. 2. Wawancara Wawancara baik digunakan untuk mengukur minat, sebab biasanya peserta didik gemar memperbincangkan hobinya atau aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan wawancara sebaiknya dilakukan dalam situasi santai, sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas. 3. Kuesioner/Angket Dengan menggunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran kepada seluruh peserta didik sekaligus. 4. Inventori Inventori adalah sejumlah metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian sejenis kuesioner, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya adalah dalam kuesioner responden menulis jawaban relatif panjang sedangkan dalam inventori responden memberikan jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomer atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban singkat. Menurut Sukardi D. K., 2009 dalam (Nurdiaman, 2011) bahwa untuk mengukur minat seseorang antara lain dapat dilakukan dengan cara: 1. Bertanya langsung pada subjek tentang minatnya secara verbal 2. Mengamati atau memperhatikan kegiatan atau perbuatan subjek yang sering dilakukan
41
3. Mengumpulkan informasi yang objektif tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan minat yang akan diukur 4. Inventori, yaitu menginventaris atau mendaftar apa yang disukai dan tidak disukai subjek dalam berbagai kegiatan yang merupakan ciri pokok suatu jenis kegitan. 2.3.4
Mengembangkan Cita-Cita dalam Belajar Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang. Kegiatan-kegiatan
seseorang, utamanya kegiatan belajar. Oleh karena itu cita-cita atau aspirasi tersebut harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran. Pengadaan Program Keahlian yang ada di sekolah-sekolah, tidak lain adalah demi penampungan cita-cita yang berbeda dari masing-masing peserta didik. Demikian juga dengan adanya kurikulum muatan lokal, yang antara daerah yang satu dengan yang lain berbeda adalah dalam rangka menampung cita-cita yang berbeda antara peserta didik di daerah satu dengan daerah lainnya. Aspirasi/cita-cita dapat dikembangkan dalam belajar pembelajaran, dengan beberapa langkah sebagai berikut : 1.
Kenali cita-cita peserta didik. Pengenalan ini dapat dilakukan
dengan melalakukan penyebaran daftar isian yang dapat memuat sejumlah cita-cita atau aspirasi peserta didik. Dari sejumlah aspirasi atau cita-cita tersebut, anak merangking dari yang paling diminaati sampai dengan yang paling tidak diminati. Pengenalan aspirasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan tes minat kepada peserta didik. Dengan tes minat, akan 42
diketahui jenis-jenis pekerjaan apa di masa depan yang paling diminati dan menjadi cita-cita peserta didik. 2.
Hasil pengenalan atas cita-cita tersebut dapat dikomunikasikan
kepada peserta didik dan orang tuanya. Orang tua juga perlu mengetahui agar tidak memaksakan kehendaknya kepada putra-putrinya, karena mungkin peserta didik tersebut mempunyai cita-cita atau aspirasi yang berbeda dengan orangtuanya. Sediakan program-program yang dapat mengembangkan cita-cita tersebut. Setelah program-program tersebut disediakan, barulah para peserta didik diberi kesempatan untuk mengambil program yang sesuai dengan cita-citanya.
2.4
Juru Gambar (Drafter) Juru gambar atau drafter adalah seseorang yang bertugas menyiapkan atau
mendesain gambar teknik, denah yang digunakan dalam proses konstruksi semua jenis pekerjaan manufaktur mulai dari produksi mainan anak-anak, mesin-mesin indsutri, bangunan sipil, hingga pesawat terbang dan banyak lagi dan biasanya seorang juru gambar bekerja di sebuah konsultan desain. Ada beberapa perbedaan sistem kerja di sebuah konsultan desain, baik desain arsitektur maupun struktur. Tergantung dari kebijaksanaan konsultan itu sendiri, ada beberapa konsultan engineering di Jakarta yang menggunakan sistem kepala studio, yang terdiri dari banyak drafter dan masing-masing mengerjakan satu proyek, dalam bekerjanya bertanggung jawab kepada kepala studio, kemudian kepala studio akan mengkoordinir semua drafter dan melapokan hasil 43
pekerjaanya dengan engineer sipil dan direktur. Disini seorang kepala studio bisa menangani beberapa proyek sekaligus. Sedangkan engineer memberikan tugasnya melalui kepala studio, kemudian kepala studio yang mengatur kepada drafter mana suatu pekerjaan diserahkan dan dipercayakan. Namun ada juga perusahaan yang meniadakan kepala studio, dengan pembagian tugas langsung dari engineer kepada dafternya masing-masing, biasanya drafter berjumlah satu atau dua orang akan melayani pekerjaan dari seorang engineer. Ada juga perusahaan yang memperkerjakan seorang drafter yang sudah berpengalaman untuk secara langsung menangani proyek dengan seorang engineer, biasanya lebih menghemat jumlah drafter namun tetap bisa menyelesaikan sebuah proyek, satu engineer satu drafter dan satu proyek sebagai sebuah tim kecil yang bekerja sama untuk menyelesaikan proyek. Program yang perlu dikuasai oleh seorang juru gambar/drafter yaitu: - Windows Program and Aplication - AutoCAD - 3D - Photoshop - Sketchup - dan program pendukung lainnya 2.4.1
Kompetensi Juru Gambar (Drafter) Kompetensi merupakan kemampuan atau skill yang diharus dimiliki oleh
seorang pekerja di bidangnya masing-masing. Kompetensi ini sangat penting bagi pekerja dan perusahaan karena dari kompetensi semua pihak akan merasa puas. 44
Kompetensi dasar standar (standard core competency) yang harus dimiliki oleh semua kategori lapangan pekerjaan yaitu kemampuan mengoperasikan perangkat keras dan mengakses internet. Di Indonesia ada lembaga yang melakukan standarisasi Kompetensi profesi adalah BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dimana untuk pelaksanaannya dilaksanakan oleh LSP Telematika (Lembaga Sertifikasi Profesi). LSP akan melakukan tugas dan fungsi yang telah diberikan
oleh
BNSP
dalam
melakukan
sertifikasi
kompetensi.
(www.atikulosiani.info/a.url3.pdf) Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang juru gambar/drafter adalah:
Membuat denah rumah
Membuat tampak depan
Membuat tampak samping
Membuat potongan detail
Membuat bangunan 3D
Membuat bangunan 3D berdasarkan referensi file denah dan tampak dari AutoCAD
Membuat bangunan 3D langsung di 3D S.Max (tanpa referensi file AutoCAD)
Membuat bangunan interior ruangan tamu
Membuat objek properti ruangan tamu : kursi, meja, lemari, dll
Render grafis standar : material, pencahayaan, camera, dll
Trash gambar rumah tampak depan file AutoCAD
Trash gambar denah rumah file AutoCAD 45
Render grafis rumah tampak depan
Render grafis gambar denah rumah
Membuat layout untuk desain brosur perumahan
Membuat layout untuk desain CD Interaktif Developer perumahan
Membuat logo perusahaan
Memberi tambahan image mobil, pohon, bunga, orang, awan ke dalam gambar hasil render grafis
Memberi tambahan image mobil, pohon ,bunga, orang, awan ke dalam gambar hasil render.
Mengolah gambar layout dari Corel Draw untuk dibuat menjadi sebuah CD Interkatif Developer Perumahan
2.4.2
Etika Juru Gambar Seorang Juru Gambar atau perancang bangun lainnya harus memiliki sikap
professional yang tinggi, sama halnya dengan profesi di bidang IT lainnya. Sikap profesional itu antara lain: bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tempatnya bekerja, bekerjasama dan menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja maupun mitra bisnis. Selain itu juga dapat memberikan informasi dan layanan yang baik bagi konsumen dan tidak melakukan tindakan yang merugikan bagi orang lain.
2.5
Penelitian yang Relevan Nurdiaman (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Minat
dan Bakat Peserta didik dalam Pemilihan Program Keahlian terhadap Prestasi 46
Belajar Peserta didik Jurusan Teknik Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung” menunjukan adanya hubungan yang positif antara minat dan bakat peserta didik terhadap prestasi belajar, hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik yang berminat dan berbakat lebih baik dari pada peserta didik yang tidak berminat dan berbakat. Hal ini dibuktikan dengan data sebagai berikut: 1. Dari 45 responden hanya ada dua orang yang berminat memilih program keahlian TKK. Peserta didik yang hasil belajarnya tinggi dengan nilai ratarata 80,36 sedangkan responden kurang berminat nilanya 78,86 dan sisanya tujuh responden tidak berminat memilih program keahlian TKK mendapatkan nilai 77,29. 2. Untuk Program Keahlian TGB dari 45 responden yang kurang berminat sebanyak 30 orang dengan nilai 78,76 dan sisanya 15 orang yang tidak berminat mendapat nilai rata-rata 78,47. Dalam penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti cita-cita yang merupakan perwujudan dari minat sebagai variabel bebas. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat. Muhamad Miftah Nurdin (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Minat dalam Memilih Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Peserta didik SMKN 5 Bandung” menunjukan pengaruh yang signifikan dari minat memilih Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik SMK Negeri 5 Bandung cenderung tinggi dengan taraf signifikasi 95% dengan pengaruh sebesar 61%. Peningkatan variabel Y dapat diprediksikan 47
melalui persamaan regresi Y = 9,77+0,59X1+0,29X2. Dalam penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti cita-cita yang merupakan perwujudan dari minat sebagai variabel bebas. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat. Dalam penelitian tersebut motivasi diletakan pada variabel bebas sedangkan dalam penelitian penulis motivasi diletakan dalam variabel terikat.
2.6
Kerangka Pikiran Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat pengaruh yang signifikan antara
minat, motivasi, dan prestasi belajar. Minat peserta didik yang rendah akan menyebabkan motivasi yang rendah pula dan prestasinya pun menurun. Apabila motivasi rendah maka tidak mudah dalam mencapai tujuan, dalam hal ini adalah cita-cita. Setiap orang mempunyai tujuan dalam hidupnya begitu pula dengan peserta didik SMK. Tujuan dalam hidup salah satunya adalah cita-cita, dalam hal ini cita-cita menjadi seorang juru gambar/drafter. Cita-cita merupakan keinginan atau harapan jiwa seseorang, dalam rangka mempertinggi status keberadaannya atau dengan kata lain mempertinggi derajat perilaku dengan mengacu pada tingkat standar tertentu. Cita-cita atau harapan yang positif akan memperlihatkan efek yang positif dalam kehidupan. Saat memasuki SMK dan memilih Program Keahlian Gemabar Bangunan tentunya peserta didik tersebut sudah memimpikan untuk menjadi seorang drafter yang hebat yang dapat dijadikan pilihan karirnya ke depan. Untuk mewujudkan 48
mimpinya tersebut tentulah harus ada yang diperjuangkan, salah satunya adalah dengan belajar dengan serius. Belajar akan lebih menyenangkan apabila dibarengi dengan motivasi. Cita-cita itulah yang menjadi motivasinya. Keterkaitan antara aspirasi dengan motivasi adalah aspirasi menunjuk pada tujuan, dan motivasi menunjuk pada dorongan untuk mencapai tujuan.
2.7
Asumsi Untuk mendapatkan pegangan yang bisa digunakan sebagai titik tolak
pemikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporannya, maka perlu dibuat suatu anggapan dasar atau asumsi. Menurut Arikunto (2002 : 55)
“Anggapan dasar merupakan suatu
landasan atau titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti”. Anggapan dasar yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah : a. Ketertarikan peserta didik terhadap suatu hal dapat mempengaruhi cita-citanya, Hurlock (1974:268) dalam (Abdulrahman, 2007). b. Pengetahuan,
Pengalaman
Pribadi,
Karakteristik
peserta
didik
dapat
mempengaruhi cita-citanya, Hurlock (1974:268) dalam (Abdulrahman, 2007). c. Faktor keluarga dan lingkungan dapat mempengaruhi cita-citanya, http://citacitaku.com/ayah/faktor-yang-mempengaruhi-cita-cita/. d. Durasi, frekuensi, persistensi, ketabahan dalam menghadapi rintangan, dan pengorbanan belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar, Abin Syamsuddin Makmun (2003) dalam (Khurnia Asmisari, 2005).
49
e. Proses belajar mengajar dan tugas dapat mempengaruhi motivasi belajar, Abin Syamsuddin Makmun (2003) dalam (Khurnia Asmisari, 2005).
2.8
Hipotesis Hipotesis pada hakikatnya adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban
dari masalah, hipotesis digunakan sebagai teori sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya. Dari beberapa pengertian dan dasar teori di atas, maka hipotesis yang penulis rumuskan berdasarkan pada penelitian ini adalah “terdapat pengaruh positif dan signifikan antara cita-cita menjadi juru gambar terhadap motivasi belajar peserta didik Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan”.
50