18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang Menurut Gitosudarmo (2002:81), “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”. Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit, sehingga didalam usaha pengendalian piutang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui kebijaksanaan kredit yaitu harus memperhatikan tentang besarnya kebijaksanaan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil produksinya. Menurut Riyanto (2002:85) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang, yaitu: a. Volume Penjualan Kredit Makin besar volume penjualan kredit yang dilakukan, makin besar pula investasi yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besarnya volume penjualan kredit tiap tahunnyaberarti perusahaan itu harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya.
6 Universitas Sumatera Utara
19
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayar penjualan kredit dapat bersipat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya. c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Pembatasan kredit juga harus ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan kredit. Makin tinggi pembatasan kredit yang ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. d. Kebijakan Dalam Mengumpulkan Piutang Kebijakan pengumpulan piutang oleh perusahaan dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Apabila perusahaan menerapkan kebijaksanaan6 pengumpulan piutang secara aktif, artinya perusahaan melakukan penagihan sendiri, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Namun hal ini berbeda jika perusahaan menerapkan pengumpulan piutang secara pasif, maka investasi yang ditanamkan dalam piutang akan lebih besar. e. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan Kebiasaan membayar ini menyangkut pemenfaatan discount period oleh pelanggan, artinya semakin langganan ini memanfaatkan discount period, semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang.
3. Variabel-Variabel Penting Dalam Piutang Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini. a. Standar kredit Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan berapa jumlah yang dapat diberikan. b. Persyaratan kredit Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan.
Universitas Sumatera Utara
20
Menurut Syamsudin (2000:2006), “Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu : potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.” c. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan penagihan piutang menurut Sundjaja dan Barlian (2007:252) adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo”.
4. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002:75) yaitu: Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Maka menurut Syamsuddin (2000:49) tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
21
Rata-rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.
5. Persediaan Menurut Riyanto (2008:70), ”Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang berupa aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Menurut IAI (2009:14.2), Persediaan adalah aktiva: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Soemarso (2002:384), “Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.” Persediaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan untuk produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam perusahaan dagang,
Universitas Sumatera Utara
22
persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual. Definisi barang yang
diklasifikasikan
sebagai persediaan berbeda sesuai dengan lingkup
aktivitas dalam operasi perusahaan yang secara berkesinambungan dibutuhkan, diganti atau dijual kembali.
6. Jenis Persediaan Dalam perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu golongan persediaan yang sering disebut dengan persediaan barang dagangan, sedangkan menurut Riyanto (2008:71) persediaan dalam perusahaan manufaktur pada umumnya dapat digolongkan dalam 3 kategori utama, yaitu: a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) b. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) c. Persediaan barang jadi (finished good inventory)
7. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Menurut Riyanto (2008:75), besar kecilnya persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a. volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan. b. volume produksi yang direncanakan c. besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian d. estimasi tentang fluktuasi harga e. peraturan pemerintah menyangkut persediaan minimal f. harga pembelian bahan mentah g. biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang h. tingkat kecepatan material menjadi rusak
Universitas Sumatera Utara
23
Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Para pedagang yang berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran barang yang diusahakannya tetap dalam tempo yang cepat.
8. Rasio Perputaran Persediaan Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil.
9. Rentabilitas dan Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba secara teratur. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel, dengan demikian yang harus diperhatikan oleh manajemen atau pihak-pihak lain, ialah tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
24
bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Untuk mendapatkan laba yang baik maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi atas penggunaan modal yang dimiliki perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2008: 29), yaitu : “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan L / M x 100% , dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut .” Rentabilitas suatu perusahaan diukur dari kemajuan perusahaan dan kemampuannya dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian
rentabilitas
suatu
perusahaan
dapat
diketahui
dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu : a. Rentabilitas ekonomis
menunjukkan persentase perbandingan antara laba
operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang dirumuskan sebagi berikut : Laba operasi RE =
x 100% Modal asing + modal sendiri
Universitas Sumatera Utara
25
b. Rentabilitas modal sendiri (return on equity)
menunjukkan persentase
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah pajak) dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagi berikut: Laba bersih RMS =
x 100% Modal sendiri
Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu : a. Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing. b. Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing. Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal sendiri. Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital / asset). Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis
Universitas Sumatera Utara
26
hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon, dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Pendapat yang sejalan juga dikemukakan oleh Wild,et al (2005:65), yaitu : “Pengembalian suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif dasar pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas atau total aktiva. Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan.”
Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Riyanto (2008:35), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis: a. Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income (laba opearsi) dengan net sales (penjualan bersih)yang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis. b. Turn Over of Operating Asset (Tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating asset (aktiva usaha) dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomis, maka dapat diketahui perkalian antara suatu rasio keuangan dengan rasio keuangan lainnya yang membentuk rasio rentabilitas ekonomis, yaitu: RE
= =
Profit Margin x Turn Over of Operating asset Net Operating Income Net sales x Net Sales Operating Asset Net Operating Income
= Operating Asset
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan maka rentabilitas ekonomis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Laba sebelum bunga dan pajak RE =
x
100%
Total Aktiva
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Variabel tahun Penelitian 1. Josephine H. Pengaruh perputaran - Perputaran Silalahi (2009) persediaan terhadap persediaan rentabilitas - ROI ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI 2. Dian Hesti Pratiwi Pengaruh Perputaran - Perputaran (2007) Persediaan Terhadap persediaan Rentabilitas - ROI Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI 3. Siti Kania (2006) Pengaruh Perputaran - Perputaran Persediaan Barang persediaan Jadi terhadap - ROI Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad (Persero) Bandung 4. Eka Priliya Dinantri pengaruh piutang - Perputaran (2006) terhadap rentabilitas piutang pada PT Ultrajaya - ROI Milk Industry & Trading Company, Tbk. Sumber : Peneliti, 2009
Hasil Penelitian -
Perputaran persediaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis
-
perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomis,
-
Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi
-
Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi
Universitas Sumatera Utara
28
1. Josephine H. Silalahi (2009) Judul penelitian “Pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI”. Penelitian ini menggunakan
perputaran
persediaan
sebagai
variabel
independen
dan
menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2005-2007. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis.
2. Dian Hesti Pratiwi (2007) Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Penelitian ini menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2004-2005. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
3. Siti Kania (2006) Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad (Persero) Bandung”. Penelitian ini menggunakan
perputaran
persediaan
sebagai
variabel
independen
dan
menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
29
menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 1997-2004. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif perputaran persediaan barang jadi terhadap rentabilitas ekonomis.
4. Eka Priliya Dinantri (2006) Judul penelitian “pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk.” Penelitian ini menggnakan Return On Euity (ROE) dalam mengukur rentabilitas. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pengaruh piutang terhadap profitabilitas memiliki pengaruh yang bernilai positif, searah dan sangat kuat.
C. Kerangka konseptual Berdasarkan penjelasan diatas maka pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:
Variabel independen
Variabel dependen
Perputaran piutang (X1)
H1 H3
ROI (Y)
Perputaran Persediaan (X2) H2
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Universitas Sumatera Utara
30
Menurut Syamsuddin (2000:49), semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Riyanto (2008:69), adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya
penyimpanan
dan
biaya
pemeliharaan
di
gudang,
memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya, investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek menekan keuntungan karena kekurangan material maka perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Menurut Syamsuddin (2000:48), semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin efisien perusahaan dalam melakukan operasinya. Hal ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pada umumnya rentabilitas perusahaan digunakan sebagai alat ukur pengendalian modal di dalam suatu perusahaan, karena dengan peningkatan laba saja masih belum cukup sebagai ukuran bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerja secara efisien. Oleh karena itu perusahaan umumnya lebih mengarahkan usaha untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba
Universitas Sumatera Utara
31
maksimal, dimana ROI (Return On Investment) sebagai alat ukur dari rentabilitas ekonomis. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh dengan rentabilitas ekonomis, yang artinya semakin besar perputaran persediaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga akan semakin meningkat, sementara perputaran piutang juga memiliki pengaruh terhadap rentabilitas ekonomis.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007:41), ”Menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: H1 : perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H2 : perputaran persediaan secar parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. H3 : perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara