4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Secara umum piutang merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan pendapat para ahli yang nampak berbeda namun mempunyai inti dan tujuan yang sama. Menurut Hery (2014), piutang usaha yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Menurut Baridwan (2000) piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atas jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan, dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalan aktiva lancar. Sedangkan menurut Hery (2014), piutang dagang dihasilkan dari kegiatan normal bisnis perusahaan, yaitu penjualan secara kredit barang atau jasa ke pelanggan. Pengertian piutang juga dikemukakan oleh Munir (2005) lebih mengkhususkan definisi piutang pada piutang dagang: “piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit”. Jadi, piutang dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki
5
hak penagihan terhadap pihak lain yang menjadi langganannya dan mengharap pembayaran dari mereka agar memenuhi kewajiban terhadap perusahaan. 2.1.2 Klasifikasi Piutang Pengkasifikasi piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Menurut Baridwan (2000), piutang diklasifikasikan menjadi: a. Piutang Dagang Menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. b. Piutang bukan dagang Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang bukan dagang akan dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar apabila akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam siklus usaha yang normal. Apabila pelunasannya lebih dari satu tahun atau melebihi siklus usaha normal akan dikelompokkan dalam aktiva lain-lain. Yang termasuk dalam piutang bukan usaha antara lain: 1.
Persekot dalam kontrak pembelian
2.
Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang rusak atau hilang.
3.
Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang dipertanggungkan.
6
4.
Klaim terhadap pegawai perusahaan.
5.
Klaim terhadap restitusi pajak.
6.
Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang (misalnya botol, drum, dan lain-lain)
7.
Uang muka pada anak perusahaan.
8.
Uang muka pada pegawai perusahaan.
9.
Piutang deviden.
10. Piutang pesanan pembelian saham, dan lain-lain.
c. Piutang Penghasilan Penggunaan dasar waktu dalam akuntansi mengakibatkan adanya pengakuan terhadap penghasilan-penghasilan yang masih akan diterima. Penghasilan-penghasilan seperti itu diperoleh atas dasar waktu sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan dan jumlah tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan. Contohnya piutang pendapatan harga, piutang pendapatan sewa, dan lainlain. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Piutang merupakan aktiva yang paling penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurit Riyanto (2001), faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
7
a. Volume penjualan kredit Besar kecilnya volume penjulan kredit yang diterapkan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap jumlah piutang yang terdapat dalam perusahaan, semakin besar volume penjulan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil volume penjulan kredit yang ditetapkan perusahaan maka jumlah piutang akan semakin kecil. b. Syarat pembayaran penjulan kredit Syrat atas penjulan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan dapat bersifat ketat atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang ditetapkan, maka semakin cepat
pengembalian piutang.
Sehingga jumlah piutang
perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya semakin lunak syarat pembayaran yang ditetapkan, maka pengembalian piutang akan lebih lama dan jumlah piutang akan lebih besar. c. Ketentuan tentang pembatasan kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas pemberian kredit kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, maka semakin besar pelanggan membeli secara kredit, sehingga jumlah piutang akan lebih besar. d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang Kebijksanaan dalam mengumpulkan piutang dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Bila digunakan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendanai usaha ini. Dengan menggunakan cara ini piutang yang ada akan cepat tertagih, sehingga
8
akan memperkecil jumlah piutang perusahaan. Namun, bila perusahaan menerapakan cara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar. e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan Kebiasaan para pelanggan untuk membayar periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan membayar pada periode sesudah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar, karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk terealisasi menjadi kas. 2.1.4 Resiko Kerugian Piutang Menurut Muslich (2004), menyatakan risiko yang mungkin terjadi dalam piutang adalah sebagai berikut: a. Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang merupakan risiko yang terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganannya yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan. Untuk memperkecil risiko tersebut, biasanya perusahaan menekan piutang sekecil mungkin dengan cara melakukan penagihan secara langsung kepada pelanggan dan menarik semua aset milik perusahaan.
9
b. Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang merupakan risiko yang terjadi karena bagian penagihan kurang efektif dalam menagih piutang sehingga menyebabkan keterlambatan dalam penerimaan piutang. Hal ini juga menyebabkan timbulnya tambahan biaya penagihan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semua piutang yang macet maka manajemen perusahaan dapat memberikan sanksi atau denda kepada pelanggan sehingga dapat menekan risiko piutang yang macet. c. Risiko tidak diterimanya sebagian piutang Risiko tidak diterimanya sebagai piutang merupakan risiko yang dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah piutangnya kurang dari yang seharusnya atau kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit. Tentu saja perusahaan tidak akan mendapatkan laba dari hasil pendapatan yang kurang. d. Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang merupaka risiko yang terjadi karena rendahnya tingkat perputaran piutang, sehingga jumlah modal kerja yang ditanam dalam piutang terlalu besar dan mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif yang akan mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi menurun.
10
2.1.5 Perputaran Piutang Perputaran menurut Kasmir (2010), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Cara mencari rasio perputan piutang adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Perputaran piutang =
Penjulan Kredit Rata-rata piutang
Menurut Sutrisno (2003) bahwa account receivable turn over dimaksudkan untuk mengukur likuiditas dan efisiensi piutang. Tingkat perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Makin lama syarat pembayaran semakin lama dana atau modal terkait dalam piutang, yang berarti semakin rendah tingkat perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang atau receivable turn over dapat diketahui dengan cara membagi penjualan kredit dengan jumlah rata-rata piutang. Perputaran piutang menurut S. Munawir (2004), posisi piutang dan transaksi waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut. Yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih (net credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivable). Perputaran piutang =
Penjualan kredit bersih setahun Rata-rata piutang
11
Rata-rata piutang = Piutang awal + piutang akhir 2 Tingkat perputaran piutang ini mempunyai efek terhadap besar kecilnya modal yang tertanam dalam piutang. Makin tinggi perputaran piutang berarti modal yang tertanam dalam investasi makin kecil, karena dana yang tertanam dalam piutang semakin cepat kembali sebagai kas masuk. Kas masuk ini selanjutnya digunakan lagi untuk membeli persediaan barang yang kemudian dijual lagi, demikian seterusnya. Menurut Sutrisno (2003), rata-rata pengumpulan piutang yaitu perbandingan antara piutang usaha dan rata-rata penjualan per hari. Rata-rata pengumpulan piutang mengukur rata-rata waktu penagihan atas penjualan. Semakin pendek rata-rata pengumpulan piutang, semakin baik kinerja perusahaan tersebut karena modal kerja yang tertanam dalam piutang kecil sekaligus mencerminkan sistem penagihan piutang berjalan dengan baik. Jika rata-rata pengumpulan piutang terlalu panjang, kemungkinan yang terjadi adalah perusahaan memberikan terms of payment yang terlalu panjang kepada konsumen dan piutang perusahaan banyak yang macet. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Periode rata-rata pengumpulan piutang =
360 Tingkat Perputaran Piutang
12
2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit Secara umum kredit perdagangan dapat diartikan yaitu penjualan barang di mana pembayaran dilakukan secara angsuran yang disesuaikan dengan kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. 2.2.2 Manfaat Penjualan Kredit Menurut Adisaputra (2003) investasi pada piutang akan memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain kenaikan omzet penjualan, kenaikan laba bersih, dan bertambahnya market share yang mana memberikan dampak positif bagi persaingan bisnis. Adisaputra (2003) mengemukakan manfaat penjualan kredit antara lain: upaya untuk meningkatkan omzet penjualan, meningkatkan keuntungan, meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dagang antara perusahaan dengan pelangganya, manfaat keuntungan berupa selisih bunga modal pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank sebagai sumber dana pembelanjaan piutang. Demikian juga menurut Indriyo (2005), mengemukakan keuntungan dari penjualan kredit yaitu: kenaikan hasil penjualan, kenaikan laba, persaingan.
13
2.2.3 Persyaratan Kredit Penundaan atau keterlambatan pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan
pemberi,
apalagi
debitur
yang
tidak
mampu
untuk
mengembalikannya. Oleh karena itu, dalam memberikan atau menjual barang secara angsuran ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Menurut Kasmir (2010), kebijakan kredit ini meliputi: a. Standar Kredit Penjualan barang atau jasa yang diberikan kepada pelanggan mengandung suatu risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan entah keterlambatan waktu pembayaran atau kerugian karena nasabah tidak mampu lagi membayar barang yang sudah dibelinya. Dalam praktik risiko yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan penjualan kredit adalah: 1. Pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya kepada perusahaan, misalnya melewati batas jatuh tempo. Hanya saja walaupun terlambat atau tersedat-sedat pelanggan masih mau dan mampu untuk membayar tagihan. 2. Perjalananya terkadang pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk membayar sesuai kesepakatan, sehingga kredit benar-benar macet, sekalipun pelanggan masih berusaha untuk membayar. 3. Pelanggan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan hal ini benar-benar macet, alias tidak tertagih.
14
b. Persyaratan Kredit Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang diberikan. Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan kredit dan merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya. Disamping itu, jangka waktu kredit yang diberikan juga memberikan ruang gerak pelanggan untuk membayar kredit yang diterimanya. Sebagai contoh, perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10 net 30 yang artinya pelanggan akan diberikan potongan pembayaran 2% dari total penjualan apabila perusahaan membayar dalam waktu 10 hari. Sedangkan jangka waktu kredit adalah 30 hari yang artinya kredit harus dibayar dalam jangka waktu 30 hari. c. Kebijakan Penagihan Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet. Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut: Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat dan telepon. Teguran ini dapat bersifat mengingatkan, misalkan sebelum kredit jatuh tempo pelanggan ditelepon dengan teguran halus. Kemudian teguran dapat pula bersifat menyuruh nasabah untuk segera membayar dan memastikan tanggal kapan pelanggan akan dibayar. Kedua, apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi, maka perusahaan dapat menyerahkannya ke badan penagih
15
(collection agency) semacam debt collector untu menagih kredit tersebut hingga tertagih. d. Rasio yang Berhubungan dengan piutang Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen perlu menilai kinerja dari sisi piutangnya. Alat ukur untuk menilai kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut.