BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi 1. Konsep dan Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (2005: 9), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi pada masyarakat bertambah sehingga kemakmuran dalam masyarakat menjadi naik atau meningkat. Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 99), pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran ekspansi Produk Domestik Bruto (PDB) potensial atau output nasional suatu negara yang terjadi apabila batas kemungkinan dalam melakukan produksi (Production Possibility Frotier) suatu bangsa bergeser ke luar. Menurut Mankiw (2007: 17-19) salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara makro yaitu dengan menggunakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama waktu tertentu. PDB sering dijadikan sebagai indikator terbaik untuk mengukur kinerja perekonomian. Hal ini didasarkan pada tujuan PDB yaitu meringkas kegiatan ekonomi dalam nilai mata uang tunggal pada periode waktu tertentu, mengukur pendapatan total dan pengeluaran total nasional atau arus uang output barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
9
Menurut Mankiw (2007: 23), untuk mengukur kemakmuran ekonomi suatu negara yang lebih baik dengan menghitung output barang dan jasa serta tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. Para ekonom menggunakan PDB rill atau PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) untuk menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak. Hal ini disebabkan PDB rill suatu negara bukan dipengaruhi atas perubahan harga melainkan perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam skala ekonomi yang luas. Dengan demikian, inti dari pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan perekonomian suatu negara yang dapat diukur dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) atau PDB rill. PDB ADHK atau PDB rill dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini merupakan komponen PDB dari sisi pengeluaran (Y) dibagi atas empat komponen yaitu: konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran negara (G), dan ekspor neto (NX) (Mankiw, 2007: 25). Semua komponen PDB dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX............................…………………...….......................(2.1) Keterangan: Y
= Produks Domestik Bruto (PDB)
C
= Konsumsi
I
= Investasi
G
= Pengeluaran pemerintah
NX
= Ekspor neto
10
Persamaan di atas disebut identitas pos pendapatan nasional dengan penjabaran variabel-variabel persamaan sebagai berikut (Mankiw, 2007: 26): a. Konsumsi (consumption) adalah pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga. Barang konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok: barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak lahan lama (nondurable goods) merupakan barang-barang dalam waktu singkat. Barang tahan lama (durable goods) merupakan barang-barang yang memiliki usia panjang. Jasa merupakan sesuatu yang dibeli tidak meliputi produksi hal fisik. b. Investasi (investment) adalah pembelian barang-barang untuk digunakan pada masa yang akan datang. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok: investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis merupakan pembuatan pabrik dan pembelian peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan rumah. Investasi persediaan merupakan peningkatan dalam persediaan barang perusahaan. c. Pengeluaran
atau
pembelian
pemerintah
(government
purchase)
mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal). d. Ekspor neto (net exports) memperhitungkan perdagangan internasional (perdagangan antar negara) dengan cara pembelian produk dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga negara (impor).
11
2. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Terdapat beberapa faktor pertumbuhan yang dapat membantu menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang dikenal sebagai Agregat Production Function (APF), antara lain (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 250252): a. Sumber daya manusia merupakan input tenaga kerja yang terdiri dari kuantitas dan kualitas angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh keterampilan, pengetahuan, dan dispilin angkatan kerja. b. Sumber daya alam merupakan faktor produksi yang sangat penting. Sumber-sumber daya yang penting ini berupa tanah yang baik untuk ditanami, minyak, dan gas, hutan, air, mineral. Negara yang kaya dengan sumber daya alam dapat meningkatkan output dalam bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan, sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi. c. Pembentuk modal berupa jalan, tenaga listrik, pabrik, dapat meningkatkan tingkat investasi serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi. d. Perubahan teknologi dan inovasi di bidang sains, rekayasa, manajerial dan kewirausahaan menunjukkan perubahan proses produksi atau pengenalan produk atau jasa baru. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat output. APF menghubungkan total output nasional dengan teknologi dan input, dimana Q = AF (K, L, R) ..............................…………………...….......................(2.2)
12
Keterangan: Q
= output
K
= jasa-jasa produktif modal
L
= input tenaga kerja
R
= input sumber daya alam
A
= tingkat teknologi dalam ekonomi
F
= fungsi produksi Ketika sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal bertambah,
maka suatu negara dapat mengharapkan adanya pertambahan ouput. Produktivitas sebagai rasio output terhadap rata-rata input yang tertimbang. Ketika teknologi (A) meningkat melalui invensi atau pengambilalihan teknologi dari luar negeri, maka kemajuan ini memungkinkan negara memproduksi lebih banyak output dengan tingkat input yang sama. 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Terdapat berbagai teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya sebagai berikut: a. Teori Ekonomi Neoklasik Ramalan Malthus mengenai keterbatasan produksi lahan untuk bisa mencukupi kebutuhan manusia dipatahkan oleh pemikiran Robert Solow dengan model pertumbuhan neoklasiknya yang berfungsi sebagai alat dasar untuk memahami proses pertumbuhan negara maju. Akumulasi modal dan teknologi baru menjadi kekuatan dominan yang dapat memengaruhi perkembangan ekonomi. Model pertumbuhan neoklasik
13
menjelaskan ekonomi pada output homogen tunggal yang diproduksi oleh dua jenis input, yaitu modal dan tenaga kerja. Model Solow menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan batuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan (Samuelson & Nordhaus, 2004: 258). b. Teori Harrod-Domar Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan stabil dalam jangka panjang. Teori pertumbuhan Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, di antaranya (Arsyad, 2010: 84): 1) Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor, yaitu rumah tangga dan perusahaan, di mana tidak terdapat pemerintahan dan perdagangan luar negeri. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, di mana fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, dengan demikian rasio antara modal-ouput (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital output = ICOR).
14
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal yang tidak dapat dipakai. Namun untuk menumbuhkan tingkat perekonomian, dibutuhkan tambahan stok modal berupa investasi-investasi baru. Jika dianggap ada hubungan secara langsung antara besarnya modal dengan total output maka setiap tambahan modal baru akan mengakibatkan kenaikan total output. Hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal-ouput (COR). Teori Harrod-Domar ini juga menjelaskan bahwa jika ingin tumbuh dengan baik, maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh. c. Teori Pertumbuhan Endogen Teori pertumbuhan endogen diperkenalkan oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) memberikan dasar teori yang lebih lugas mengenai hubungan positif antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang. Teori pertumbuhan endogen merumusakan
bahwa
penurunan
hambatan
perdagangan
akan
mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dalam jangka panjang dengan cara sebagai berikut (Salvatore, 2014: 348): 1) Memperkenankan negara berkembang untuk menyerap teknologi yang dikembangkan oleh negara maju pada taraf yang lebih cepat dibandingkan dengan keterbukaan yang lebih rendah.
15
2) Meningkatkan manfaat yang mengalir melalui penelitian dan pengembangan. 3) Mendorong skala ekonomi produksi yang lebih besar. 4) Mengurangi distorsi harga dan mendorong penggunaan sumber daya lebih efisien. 5) Mendorong spesialisasi yang lebih besar dan produksi bahan baku setengah jadi yang lebih efisien. 6) Mendorong pengenalan barang dan jasa baru dengan lebih cepat. Teori pertumbuhan endogen mendalami dan mencoba menjelaskan dengan lebih teliti mengenai saluran atau cara di mana hambatan perdagangan lebih sedikit sehingga dapat memicu pertumbuhan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori pertumbuhan endogen mecoba menjelaskan secara teoritis melalui perdagangan bebas dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan pembangunan dalam jangka panjang. d. Teori Mundell-Fleming Menurut Mankiw (2007: 327-329) model Mundell-Fleming pada dasarnya merupakan pengembangan dari model IS-LM. Kedua model tersebut menekankan interaksi antara pasar barang dan pasar uang. Perbedaannya
pada
model
Mundell-Fleming
mengasumsikan
perekonomian terbuka (small open economic). Dalam perekonomian terbuka terdapat unsur ekspor dan impor serta neraca pembayaran (balance of payment). Dengan asumsi small open economic dan mobilitas modal
16
sempurna berarti tingkat bunga dalam perekonomian tersebut (r) ditentukan oleh tingkat bunga dunia (r*) atau r = r*. Tingkat bunga dunia ini diasumsukan tetap secara eksogen karena perekonomian tersebut relatif kecil dibandingkan perekonomian dunia sehingga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang diinginkan di pasar uang dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia. Mundell (dalam Mankiw, 2007: 328) menjelaskan bahwa kebijakan moneter akan memengaruhi nilai tukar dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap output dan inflasi. Mundell menunjukkan bahwa mobilitas modal sempurna akan menimbulkan hubungan sederhana antara tingkat suku bunga jangka pendek dengan nilai tukar (interest parity relationship). Dia juga menjelaskan bahwa perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara sama dengan perubahan ekspektasi nilai tukarnya. Model Mundell-Fleming tersebut dapat digunakan untuk menganalisis kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan fiskal yang ekspansif berupa peningkatan pengeluaran pemerintah atau penurunan pajak pada mulanya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kurva IS bergeser ke kanan. Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut pada awalnya akan meningkatkan suku bunga domestik. Karena suku bunga domestik meningkat melebihi suku bunga dunia sehingga terjadi aliran modal masuk sampai suku bunga domestik tersebut permintaan uang domestik akan meningkatkan sehingga menyebabkan
terjadinya
apresiasi.
Apresiasi
mata
uang
akan
menyebabkan daya saing ekspor menurun akibatnya ekspor neto akan
17
menurun sehingga dapat menurunkan output. Kurva IS-LM dengan kebijakan fiskal ekspansif dalam sistem kurs sebagai berikut:
Kurs
LM
IS0 IS1
E0 E1
0
Y
Pendapatan, output, Y
Gambar 2.1. Kurva IS-LM Dengan Ekspansi Fiskal Dalam Sistem Kurs Sumber: Mankiw (2007: 333)
Sementara itu, kebijakan moneter yang ekspansif dalam nilai tukar cukup efektif dalam meningkatkan output nasional. Peningkatan uang beredar berarti akan menaikkan keseimbangan uang rill sehingga akan menggeser kurva LM ke kanan. Kenaikan uang beredar pada mulanya akan menurunkan suku bunga domestik. Karena suku bunga domestik lebih kecil dari suku bunga dunia sehingga modal akan mengalir ke luar sampai pada tingkat suku bunga domestik sama dengan suku bunga domestik di pasar valuta asing meningkat sehingga terjadi depresiasi. Depresiasi (penurunan nilai mata uang) akan menyebabkan daya saing ekspor meningkat yang pada akhirnya akan menyebabkan ekspor neto meningkat. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output. Kurva IS-LM dengan kebijakan moneter dalam sistem kurs dapat digambarkan sebagai berikut:
18
Kurs
LM0 LM1
IS
E1 E0
0
Y0
Y1
Pendapatan, output, Y
Gambar 2.2. Kurva IS-LM Dengan Ekspansi Moneter Dalam Sistem Kurs Sumber: Mankiw (2007: 335)
B. Perdagangan Internasional 1. Konsep dan Definisi Perdagangan Internasional Menurut Case dan Fair (2007: 356) menyatakan bahwa semua perekonomian terlepas dari ukurannya, bergantung pada perekonomian lain dan terpengaruh berpengaruh oleh peristiwa di luar batasnya. Suatu negara pasti membutuhkan negara lain dalam memenuhi kebutuhan domestiknya karena tidak semua komoditas dimiliki oleh setiap negara. Dengan demikian, untuk memiliki barang yang tidak dapat diproduksi sendiri maka terjadilah perdagangan internasional. Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena masingmasing negara mendapatkan keuntungan perdagangan bagi mereka. Keuntungan perdagangan terjadi ketika suatu negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang dibandingkan suatu negara harus
19
memproduksi semua jenis barang. Suatu negara akan mengekspor barangbarang yang diproduksi dengan menggunakan sumberdaya melimpah dan mengimpor barang-barang yang diproduksi dengan sumberdaya langka di dalam negeri (Krugman, Obstfeld, dan Meltiz 2012: 34). 2. Ekspor Mankiw (2007: 230) menjelaskan bahwa ekspor adalah kegiatan memproduksi berbagai macam barang dan jasa di dalam negeri kemudian dijual di luar negeri. Menurut Amir (2004: 100) ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Penjualan barang ke luar negeri, dapat secara langsung tanpa mengubah bentuk barang dan penjualan barang ekspor dengan mengolah barang terlebih dahulu, yang disesuaikan dengan keinginan maupun selera konsumen di luar negeri. Amir (2004: 101) menyatakan bahwa kegiatan ekspor tersebut memiliki tujuan diantaranya adalah: a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba). b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor). c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity). d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat.
20
Pembelian di luar negeri, ataupun untuk pembayaran jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengharuskan setiap negara berusaha untuk memiliki atau menguasai alat-alat pembayaran luar negeri. Alat pembayaran luar negeri atau juga disebut foreign exchange currency atau devisa dapat dianggap sebagai tagihan terhadap luar negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi utang yang terjadi dengan luar negeri. Salah satu sumber devisa dalam suatu negara adalah berasal dari hasil-hasil ekspor. Setiap negara dengan masing-masing struktur ekonominya, mempunyai sumber devisa yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah suatu negara yang struktur ekonominya merupakan negara industri, maka sumber devisa utamanya adalah berasal dari ekspor produksi sektor industri (Amir, 2000: 100-101). Menurut Mankiw (2006: 231) terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi ekspor, impor, dan net ekspor suatu negara, yaitu sebagai berikut: a. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri. b. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri. c. Nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli sejumlah mata uang asing. d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri. e. Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain. f. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional. Hipotesis yang menganggap adanya hubungan antara pertumbuhan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi disebut dengan export-led growth
21
hypothesis (ELGH). Hipotesis ini menjelaskan perananan ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dengan mendorong perdagangan menjadi lebih aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Kilavuz dan Topcu (2012) menjelaskan bahwa ekspor yang dilakukan industri manufaktur sebagai mesin pertumbuhan dan menciptakan eksternalitas positif dalam perekonomian. Dengan terciptanya eksternalitas positif akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor industri manufaktur tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini yang jadi pertimbangan Kilavuz dan Topcu bahwa ekspor sektor industri manufaktur sebagai “mesin pertumbuhan”. Tekin (2012) menjelaskan bahwa cara ekspor meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan cara menggunakan sumberdaya yang tidak terpakai yang berdampak meningkatkan produktivitas industri sehingga mempercepat pertumbuhan output. Selain itu, kontribusi ekspor sebagai sumber pemasukan devisa negara yang digunakan untuk mengimpor input sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang dalam negeri serta memperlancar ekspansi output. Dengan demikian, pertumbuhan ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan ukuran pasar yang efisien serta mempercepat pembentukan modal.
C. Foreign Direct Investment (FDI) 1. Konsep dan Definisi Foreign Direct Investment (FDI) Ball et al. (2014: 51) menjelaskan bahwa Foreign Direct Investment (FDI) adalah pembelian saham yang cukup di mana investor berpartisipasi
22
dalam manajemen perusahaan selain menerima keuntungan pada modal mereka. Krugman, Obstfeld, dan Meltiz (2012: 630) menjelaskan bahwa FDI merupakan aliran dana masuk (capital inflow) ke suatu negara, seperti perusahaan multinasional yang mendirikan cabang perusahaan di negara lain. 2. Jenis-Jenis Investasi Asing Investasi luar negeri diklasifikasikan oleh Salvatore (2014: 382) menjadi dua jenis investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung (FDI). a. Investasi portofolio merupakan aset keuangan murni, seperti obligasi yang dihitung dalam mata uang domestik. Melalui obligasi, investor dapat dengan mudah meminjamkan modal untuk mendapatkan return pada kisaran tertentu dan menerima tunai pada tanggal yang ditentukan Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan investasi portofolio sebagai investasi keuangan pembelian saham dengan jumlah tidak lebih dari 10% dari total saham yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pembelian lebih dari 10% dianggap sebagai investasi langsung. Investasi portofolio atau investasi keuangan sebagian besar berada di institusi keuangan seperti bank dan institusi pengelola dana investasi. b. Investasi langsung atau direct investment adalah investasi rill dalam bentuk pabrik, barang modal, tanah, dan persediaan di mana modal dan manajemen keduanya terlibat dan investor tetap memegang kendali atas modal yang diinvestasikan. Investasi langsung ini biasanya dalam bentuk sebuah perusahaan besar membuka cabang perusahaan di lokasi lain atau mengambil alih perusahaan lain dengan cara pembelian saham.
23
Pemerintah Federal Amerika Serikat mengkategorikan pembelian saham dengan persentasi 10% atau lebih dikategorikan sebagai investasi langsung, maka dalam konteks internasional investasi langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional (MNC) yang bergerak dalam bidang manufaktur, ekstraksi sumber daya alam, atau jasa. Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung sama pentingnya seperti investasi portofolio sebagai bentuk aliran modal swasta internasional. 3. Motif Melakukan Investasi Asing Langsung Salvatore (2014: 386-388) menjelaskan motif utama melakukan investasi langsung di luar negeri adalah untuk memperoleh tingkat pengembalian
yang
lebih
tinggi.
Kemungkinan
mendapat
tingkat
pengembalian yang tinggi bisa disebabkan oleh tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di luar negeri, pengenaan pajak yang lebih baik, atau ketersediaan infrastruktur yang lebih baik. Selain untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi tersebut. Perusahaan multinasional (MNC) berinvestasi asing langsung juga guna melakukan diversifikasi risiko dengan tidak meletakan keseluruhan aset perusahaannya di suatu lokasi atau negara yang sama. Salvatore menambahkan, perusahaan multinasional (MNC) (umumnya di pasar monopolistik dan oligopolistik) memiliki kemampuan produksi dan keahlian manajerial yang dapat menguntungkan apabila melakukan ekspansi ke luar negeri serta masih mempertahankan kendali secara langsung. Salvatore menyebut hal tersebut dengan istilah “integrasi horizontal” mengenai kegiatan perusahaan yang melakukan ekspansi usaha ke luar negeri. Ketika suatu
24
perusahaan telah maju di dalam negeri, secara naluri mereka akan mencoba untuk melakukan ekspansi. Proses ekspansi inilah yang dimaksud integrasi horizontal. Dengan melakukan investasi langsung di luar negeri, mereka dapat memperoleh kemungkinan keuntungan yang lebih besar karena perusahaan tersebut menguasai apa yang tidak dimiliki oleh perusahaan di negera tujuan. Selain itu, MNC melakukan investasi asing langsung untuk menjaga kerahasiaan proses produksi, memiliki kontrol penuh atas pengetahuan perusahaan, sekaligus memastikan kualitas produk dan pelayanan. Motif penting lainnya adalah untuk memegang kendali atas bahan mentah yang dibutuhkan dan memastikan kontinuitas suplai pada biaya yang terendah. Hal itu yang disebut Salvatore sebagai sebuah “integrasi vertikal” dan merupakan bentuk sebagian besar penanaman modal asing di negara berkembang dan di negara maju yang mempunyai sumberdaya alam atau sumber bahan baku melimpah seperti yang dilakukan Chevron di Indonesia. Salvatore menambahkan, dengan cara menguasai integrasi vertikal ini, MNC dapat melakukan penguasaan terhadap penjualan dan distribusi barang yang telah diproduksi. Motif selanjutnya melakukan investasi langsung di negara lain adalah untuk menghindari hambatan tarif halangan lainnya seperti proteksi yang diberlakukan suatu negara terhadap impor barang dan jasa. Contohnya adalah investasi asing langsung yang dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat di negara Uni Eropa dan beberapa penanaman modal asing dalam sektor manufaktur di negara berkembang. Selain itu, untuk memasuki pasar asing oligopolistik demi membagi keuntungan serta meningkatkan pangsa ekspor.
25
4. Dampak FDI Terhadap Negara Investor dan Negara Tuan Rumah Menurut Salvatore (2014: 390-391) membagi dampak kehadiran FDI menjadi dua, yaitu terhadap negara investor dan terhadap negara tuan rumah. Berikut ini merupakan dampak aliran FDI dengan asumsi modal dan tenaga kerja digunakan secara penuh (full employment): a. Memberikan total dan rata-rata imbal hasil atau pengembalian modal di negara tuan rumah, akan tetapi total dan rata-rata imbal hasil tenaga kerja di negara investor menurun. Sehingga, ketika negara investor mendapat keuntungan agregat dari investasi di negara tuan rumah, terdapat redistribusi pendapatan dalam negeri dari tenaga kerja ke modal dengan alasan yaitu tenaga kerja yang dikelola oleh negara investor berlawanan dengan investasi yang dilakukan oleh negara investor di negara sasaran. b. Transfer modal FDI dapat memengaruhi neraca pembayaran (mengukur total penerimaan dan pengeluaran) di negara investor dan negara tuan rumah. Negara investor mengalami defisit neraca pembayaran disebabkan meningkatnya pengeluaran asing di negara investor, sedangkan neraca pembayaran negara tuan rumah mengalami surplus atau perbaikan neraca pembayaran pada saat menerima investasi asing pada tahun tersebut, sehingga terjadi peningkatan output nasional negara tuan rumah dan penyerapan tenaga kerja juga bertambah. c. Transfer modal awal dan meningkatnya pengeluaran di luar negeri pada negara investor atau defisit neraca pembayaran negara investor dapat diatasi oleh naiknya ekspor barang modal, komponen kecil, dan produk lain di negara investor, serta melalui kelanjutan aliran keuntungan di
26
negara investor. Pengembalian transfer modal awal diestimasi lima sampai sepuluh tahun. d. FDI memengaruhi kesejahteraan di negara investor dan negara tuan rumah dari perbedaan tingkat pajak dan penerimaan asing di berbagai negara. Contohnya, pajak perusahaan di Amerika Serikat (AS) sebagai negara investor sebesar 40% dari penerimaan tetapi pajak penerimaan di Inggris hanya 30% sebagai negara tuan rumah, maka perusahaan AS melakukan investasi langsung di Inggris atau mengubah rute penjualan luar negeri melalui cabangnya di Inggris untuk mendapatkan tingkat pajak yang lebih rendah. Karena sebagian negara termasuk AS merupakan penggagas perjanjian pajak berganda, (untuk menghindari pajak berganda dengan dasar ekuitas), sehingga AS hanya memungut pajak sebesar 10% dari penerimaan luar negerinya (selisih antara tingkat pajak dalam negeri 40% dan tingkat pajak luar negeri sebesar 30%) saat penerimaan luar negeri diterima. Akibatnya, terjadi penurunan dasar dan jumlah pajak yang dipungut di negara investor, sedangkan negara tuan rumah mengalami kenaikan jumlah pajak. e. FDI memengaruhi output dan volume perdagangan di kedua negara serta cenderung memengaruhi neraca perdagangan. FDI juga berdampak pada kemajuan teknologi negara investor dan negara tuan rumah melalui perekonomiannya serta dapat mampu mengambil kebijakan ekonominya sendiri.
27
D. Nilai Tukar 1. Konsep dan Definisi Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga suatu mata uang dalam negeri dari satu unit mata uang luar negeri (Salvatore, 2014: 80). Nilai tukar mata uang antara kedua negara adalah harga mata uang yang digunakan oleh penduduk negara-negara tersebut untuk saling melakukan perdagangan antara satu sama lain (Mankiw, 2007: 128). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang digunakan dalam melakukan perdagangan antara kedua negara tersebut di mana nilai ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata uang. Dengan terjadinya permintaan dan penawaran nilai tukar dapat menyebabkan perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya. Dalam Case dan Fair (2007: 394), peningkatan nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain disebut apresiasi mata uang. Sebaliknya, penurunan nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain disebut depresiasi mata uang. 2. Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Rill Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua macam, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill, berikut penjelasannya (Mankiw, 2007: 128): a. Nilai Tukar Nominal Nilai tukar nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Nilai tukar nominal tersebut merupakan nilai tukar antar dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing.
28
b. Nilai Tukar Rill Nilai tukar rill adalah perbandingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Dengan kata lain, mata uang rill menjelaskan tingkat harga di mana kita dapat memperdagangkan barang dari satu negara dengan barang negara lain. Nilai tukar rill ditentukan oleh nilai tukar nominal dan perbandingan tingkat harga domestik dan luar negeri. Berikut adalah rumus menghitung nilai tukar rill: Nilai tukar rill =
Nilai tukar nominal x harga barang domestik Harga barang luar negeri
....………....(2.3)
Dengan demikian, nilai tukar rill ditentukan oleh tingkat harga barang dalam mata uang domestik serta nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Apabila nilai tukar uang rill dari mata uang domestik tinggi, maka harga barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan harga barang-barang di dalam negeri relatif lebih mahal. Sebaliknya, apabila nilai tukar rill dari mata uang domestik rendah, maka harga barang-barang di luar negeri relatif lebih mahal dan harga barangbarang di dalam negeri relatif lebih murah. 3. Sistem Nilai Tukar Madura (2006: 220) menjelaskan bahwa dalam perkembangan ekonomi dan keuangan internasional, sistem nilai tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah terhadap nilai tukar. Secara umum kebijakan nilai tukar uang digolongkan dalam empat kebijakan sebagai berikut:
29
a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar ini, nilai tukar mata uang akan diatur oleh otoritas moneter untuk selalu konstan atau dapat berfluktuasi dengan suatu batas yang kecil. Bila nilai tukar berfluktuasi terlalu besar, maka otoritas moneter akan melakukan intervensi untuk menjaga fluktuasi dalam batasbatas yang dikehendaki. Pada kondisi tertentu bila dibutuhkan otoritas moneter akan melakukan pemotongan mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, otoritas moneter dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain. b. Sistem Nilai Tukar mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate) Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang diperbolehkan berfluktuasi sehingga nilainya sangat fleksibel. Dalam kondisi nilai tukar mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Sistem nilai tukar ini yang terletak diantara tetap dan mengambang bebas. Dalam sistem ini nilai tukar mata uang dibiarkan berfluktuasi, tetapi pemerintah memberi batas minimal dan maksimal dari nilai tukar mata
30
uang domestik terhadap mata uang asing untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. d. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar terikat, nilai tukar mata uang domestik diikatkan pada satu atau beberapa mata uang asing, biasanya pada mata uang yang nilainya cenderung stabil seperti dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing (selain dolar Amerika Serikat) akan berfluktuasi sesuai fluktuasi dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, jika nilai tukar dolar Amerika Serikat stabil, maka mata uang domestik juga akan stabil. 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar Ada beberapa faktor utama yang memengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing (Madura, 2009: 89) yaitu: a. Perubahan Tingkat Inflasi Relatif Perubahan tingkat relatif antara negara dengan negara lainnya akan dapat berdampak pada aktivitas perdagangan internasional. Perubahan aktivitas perdagangan ini akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian dapat pula memengaruhi nilai tukar. b. Suku Bunga Relatif Perubahan suku bunga dapat memengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan memengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang. Terjadi investasi cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaaan tingkat suku bunga 31
di dalam dan luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau luar negeri. Dengan demikian, sumber dari perbedaaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri. c. Tingkat Pendapatan Relatif Perubahan tingkat pendapatan relatif antara satu negara dengan negara lainnya akan berdampak terhadap tingkat permintaan ekspor dan impor negara tersebut. Perubahan permintaan ekspor dan impor ini akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian akan memengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut. d. Kontrol Pemerintah Kebijakan pemerintah dapat memengaruhi kesimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk: 1) Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. 2) Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. 3) Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah: 1) Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar domestik yang bersangkutan. 2) Untuk membuat kondisi nilai tukar di dalam batas-batas yang ditentukan. 3) Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara. 32
4) Berpengaruh terhadap variabel makro seperti makro seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan pendapatan. e. Ekspektasi Masa Depan Sebagaimana pada pasar keuangan lainnya, ekspektasi masa depan dapat memengaruhi nilai tukar pada pasar valuta asing. Umumnya ekspektasi pasar ini didasarkan pada kemungkinan terjadinya perubahan tingkat suku bunga dan kondisi ekonomi suatu negara di masa depan. Kemudian spekulator dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil posisi yang berakibat langsung pada perubahan nilai tukar mata uang. 5. Teori Paritas Daya Beli Teori paritas daya beli (purchasing-power parity-PPP) merupakan teori perdagangan internasional yang menyatakan bahwa tingkat kurs ditetapkan sedemikian rupa sehingga harga barang yang serupa di negara berbeda adalah sama (Case dan Fair, 2007: 396). Pada teori purchasing power parity (PPP) ini dibagi menjadi dua yaitu: a. Teori Paritas Daya Beli Mutlak Teori paritas daya beli mutlak merumuskan bahwa keseimbangan nilai tukar di antara dua mata mata uang sama dengan rasio dari tingkat harga di kedua negara. Bentuk persamaannya adalah: 𝑃
R= ∗ ................................…………………....................…...(2.4) 𝑝
Dimana R adalah nilai tukar atau kurs spot serta P dan P* adalah tingkat harga umum di dalam negeri dan di luar negeri. Teori ini mengacu pada hukum the law of one price di mana sebuah komoditi yang sama
33
seharusnya memiliki harga yang sama pada kedua negara jika dinyatakan dalam mata uang yang sama. Teori ini dinilai tidak realistis karena mengabaikan transaksi modal. Jadi ketika negara mengalami arus masuk keluar akan mendapati defisit di neraca pembayaran, sementara negara yang menerima arus modal masuk akan mengalami surplus jika nilai tukar merupakan satusatunya yang menyeimbangkan perdagangan. Selain itu, teori PPP tidak dapat menunjukkan bahwa nilai tukar dapat menyeimbangkan perdagangan barang dan jasa akibat gagal memperhitungkan biaya transportasi atau hambatan lain dalam perdagangan internasional (Salvatore, 2014: 70-71). b. Teori Paritas Daya Beli Relatif Teori paritas daya beli relatif (relative purchasing-power parity) menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar merupakan perubahan tingkat harga di kedua negara selama periode waktu yang sama. Teori PPP relatif dirumuskan sebgai berikut (Salvatore, 2014: 72): 𝑃1 /𝑃0
R=
𝑃1∗ /𝑃0∗
= R0.....................….............……………......... (2.5)
Di mana R1 dan R0 merupakan nilai tukar pada periode 1 dan periode dasar. Misalkan tingkat harga umum di negara A tidak mengalami perubahan pada periode dasar ke periode 1 (yakni, P*1/P*0 =1), sementara tingkat harga di negara B mengalami kenaikan sebesar 50%, maka menurut teori PPP relatif, nilai tukar negara B terhadap nilai tukar negara
34
A naik sebesar 50% atau mata uang negara B mengalami depresiasi terhadap mata uang negara A sebesar 50%.
E. Hubungan Variabel Independen Dengan Variabel Dependen 1. Hubungan Ekspor Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif
antara
perdagangan
internasional
dengan
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Perdagangan internasional berupa ekspor meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong skala ekonomi produksi yang lebih besar sehingga berdampak terhadap meningkatnya produktivitas. Hal tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Azam, et al. (2015), Tekin (2012), Kilavuz dan Topcu (2012), Haseb, et al. (2014), Tang, Lai, dan Ozturk (2015) yang menunjukkan bahwa ekspor signifikan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Harberler (dalam Salvatore, 2014: 347), kontribusi perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dapat mendorong penggunaan penuh sumber daya dalam negeri yang setengah menganggur. Maksudnya negara berkembang dapat bergerak dari titik produksi yang tidak efisien di dalam batas produksinya, dengan sumberdaya yang tidak digunakan akibat permintaan dalam yang tidak mencukupi menuju titik pada batas produksinya melalui perdagangan sehingga perdagangan menunjukkan lubang surplus (vent surplus) atau saluran keluar untuk potensi surplus komoditas pertanian dan bahan mentah terutama negara di Asia Tenggara dan Afrika Barat. 35
2. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang dikemukakan oleh Robert Solow menjelaskan bahwa akumulasi modal dan teknologi baru menjadi kekuatan dominan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, teori Harrod-Domar menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan tambahan modal berupa investasi-investasi baru. Dengan masuknya Foreign Direct Investment (FDI) memengaruhi output dan pendapatan dengan meningkatkan persediaan modal yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, FDI dapat meningkatkan penyerapan angkatan kerja melalui penciptaan lapangan kerja serta meningkatkan modal manusia melalui teknologi dan transfer pengetahuan melalui pelatihan tenaga kerja (Hoang, Wibhoonchutikula, dan Tubtimtong, 2010). Dengan demikian, masuk FDI dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatkan modal dan teknologi. Hal tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik dan teori Harrod-Domar. Selain itu, didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Lamsiraroj (2016), Kilavuz dan Topcu (2012), Haseb et al. (2014) yang menunjukkan bahwa FDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Hubungan Nilai Tukar Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori Mundell-Fleming menjelaskan bahwa depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan output. Dengan terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan ekspor neto meningkat. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
36
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gbenga dan Ayo Joy (2014) serta Yusof dan Febrina (2014) yang menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
F. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. 1.
Judul (Penulis) Foreign Direct
Alat Analisis Data Panel
Investment, Trade
Variabel Dependen:
and Economic
FDI dan ekspor mempunyai pengaruh
PDB
Independen:
Growth: A New
Hasil Penelitian
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
Paradigm of the
Ekspor
negara BRICS.
BRICS (Azam, et
FDI
Dengan demikian,
al., 2015).
FDI dan ekspor merupakan mesin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan atau jangka panjang.
2.
Economic
Panel Data
Growth, Export
Granger
Dependen:
Terdapat signifikansi dan hubungan positif
PDB
and Foreign
Causality
Direct Investment
dengan
in Least
pendekatan
Ekspor
di tiga negara, yaitu
Developed
Seemingly
FDI
Haiti, Sierra Leone,
Countries: A
Unraleted
dan Rwanda. Haiti.
Panel Granger
Regression
Benin dan Togo
Causality
(SUR)
merupakan negara
Independen:
antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi
yang terdapat
37
Analysis (Tekin,
hubungan antara FDI
2012).
dan pertumbuhan ekonomi.
3.
Economic Growth Data panel
Dependen:
in The Case of The Manufacturing
manufaktur berbasis PDB teknologi tinggi
Independen: signifikan dan
Industry: Panel Data Analysis of
Ekspor industri
Developing
Ekspor
berpengaruh positif
Industri
terhadap pertumbuhan
manufakt
ekonomi. Sedangkan,
ur
pengaruh impor
teknologi
industri manufaktur
tinggi
berbasis teknologi
dan
rendah berpengaruh
rendah
positif dan signifikan
Impor
terhadap pertumbuhan
industri
ekonomi.
Countries (Kilavuz dan Topcu (2012).
manufakt ur teknologi tinggi dan rendah
38
4.
How export-led
Metode vector
growth
autoregressio
hypothesis?
n (VAR)
Evidance From
dengan uji
Asia’s Four Little
kasualitas
Dragons (Tang,
Modified
Lai, dan Ozturk ,
Wald
2012).
(MWALD)
Dependen:
Hipotesis export-led growth (ELG)
PDB signifikan di
Independen: Hongkong dan
Ekspor
Singapura, sedangkan di Taiwan dan Korea Selatan menunjukkan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan rasio ekspor terhadap PDB di Hongkong pada tahun 2007 mencapai 165% dan rasio ekspor terhadap PDB di Singapura pada tahun 2006 mencapai 138%. Sedangkan, rasio ekspor terhadap PDB di Korea Selatan dan Taiwan hanya 38% dan 64%.
5.
Export, Foreign
Autoregressiv
Direct Investment
e Distributed
and Economic
Lag (ARDL)
Dependen:
Dalam jangka panjang dan jangka pendek
PDB
ekspor dan FDI
39
Growth Empirical dan Error Evidance From
Correction
Malaysia (1971-
Model (ECM)
2013) (Haseb,
Independen:
pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan
Ekspor
signifikan dan positif.
FDI
Hasil tersebut
et.al, 2014).
mendukung hipotesis Export Led Growth (ELG) dan FDI Led Growth (FLG) di Malaysia.
6.
The Foreign
Data panel
Direct
dengan
Investment-
pendekatan
Dependen:
dengan pertumbuhan
Economic Growth simultaneous Nexus
system of
(Lamsiraroj,
equation
2016).
Hubungan FDI
PDB dan
ekonomi signifikan
FDI
dan positif di mana
Independen:
FDI dan
FDI dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan FDI berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB
7.
Does Foreign
Data Panel
Dependen:
Direct Investment Promote Economic Growth
ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PDB FDI, investasi
Independen: domestik, modal
in Vietnam? (Hoang,
FDI
manusia, ekspor dan
Wibhoonchutikul
Investasi
tenaga kerja
domestik
berpengaruh positif
Modal
dan signifikan
manusia
terhadap pertumbuhan
Ekspor
ekonomi. Akan tetapi,
a, Tubtimtong, 2010).
40
Tenaga
pengaruh FDI rendah
kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut disebabkan transfer teknologi dan pengetahuan belum berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Transfer modal dari masuknya FDI menjadi satusatunya aliran yang membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Vietnam.
8.
Effective Real
Panel unit
Exchange Rate
root dan
Volatility and
cointergration
Economic Growth in Sub-Saharan
Dependen:
nilai tukar efektif
Independen
berpengaruh negatif
Volatilitas
dan signifikan,
nilai tukar
sedangkan investasi
Africa: Evidance from Panel Unit
PDB
Dalam jangka panjang
Pertumbu
Root and
han
Cointegration
tenaga
dan financial development
kerja
41
(Ndambendia dan
Investasi
berpengaruh positif
Al-Hayky 2011).
Financial
dan signifikan
developm ent
terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pertumbuhan tenaga kerja tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
9.
The Effect of Exchange Rate
Data panel
Dependen:
menjelaskan bahwa PDB
Fluctuations on Economic Growth Consedering The
Hasil penelitian ini
financial development Independen
Level of
dan nilai tukar
Nilai
berpengaruh negatif
tukar
dan signifikan
Development of
terhadap pertumbuhan
Financial
Financial
ekonomi di 18 negara Develop
Markets in
berkembang. ment
Selected Developing. Countries (Basirat, Nasirpour,
42
Jorjorzadeh (2014). 10.
The Impact
Ordinary
Exchange Rate
Least Square
On Economic
Dependen:
bunga, berpengaruh PDB positif terhadap
(OLS) Independen:
Growth in Nigeria (1980-
Nilai tukar, JUB, suku
2012). (Gbenga
pertumbuhan ekonomi
Nilai
di Nigeria, sedangkan
tukar
inflasi berpengaruh
dan Ayo Joy
negatif.
Neraca
2014). pembaya ran
11.
Trade Opennes,
Johansen
Real Exchange
kointegrasi
Rate, Gross
dan granger
Domestic
causality
Investment and
JUB
Inflasi
Dependen:
Independen:
Growth in Indonesia .Yusof
PDB
Dalam jangka panjang variabel trade openness, investasi
Nilai
domestik bruto, dan
tukar
nilai tukar signifikan
Investasi serta berpengaruh
dan Febrina
domestik
(2014).
bruto
positif terhadap
Trade
pertumbuhan
openness ekonomi. Berdasarkan
43
uji Granger causality menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara PDB dan nilai tukar.
G. Kerangka Pemikiran Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh ekspor, FDI, dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, serta Vietnam periode 2005-2014. Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Ekspor
Foreign Direct Investment (FDI)
Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
Nilai Tukar
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan berhasilnya pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan
44
nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama waktu tertentu. Dari kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa penentu pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam adalah ekspor, Foreign Direct Investment (FDI), dan nilai tukar. Ekspor merupakan suatu kegiatan memproduksi barang di dalam negeri kemudian menjual ke luar negeri. Ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ekspor berkontribusi sebagai sumber pemasukan devisa negara yang digunakan untuk mengimpor input produksi yang belum diproduksi dalam negeri sehingga dapat mempelancar ekspansi output. Hal tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang menjelaskan terdapat hubungan positif antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Foreign Direct Investment (FDI) merupakan aliran dana masuk (capital inflow) ke suatu negara, seperti perusahaan multinasional yang mendirikan cabang perusahaan di luar negeri. Masuknya FDI dapat terjadi transfer modal, teknologi, dan pengetahuan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berlandaskan teori pertumbuhan neoklasik menjelaskan bahwa akumulasi modal dan teknologi menjadi kekuatan dominan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, teori Harrod-Domar juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan tambahan modal berupa investasi-investasi baru.
45
Nilai tukar merupakan harga suatu mata uang dalam negeri dari satu unit mata uang luar negeri. Nilai tukar mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan teori Mundell-Fleming menjelaskan bahwa dengan menurunnya nilai tukar (depresiasi) akan menyebabkan meningkatnya ekspor neto. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output serta pertumbuhan ekonomi.
H. Hipotesis: Berdasarkan teori pertumbuhan endogen, teori neoklasik, teori HarrodDomar, teori Mundell-Fleming serta kerangka pemikiran yang sebelumnya dijelaskan, maka hipotesis yang akan dibuktikan adalah sebagai berikut: 1. Diduga ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode 2005-2014. 2. Diduga Foreign Direct Investment (FDI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode 2005-2014. 3. Diduga nilai tukar berpengaruh positif (depresiasi nilai tukar meningkatkan pertumbuhan ekonomi) dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode 2005-2014.
46