BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, memiliki massa lebih dari 10% massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Walters, 2007). Kulit orang dewasa memiliki luas permukaan sekitar 1,6 m2 dan memiliki ketebalan kulit yang bervariasi sesuai dengan usia, jenis kelamin dan lokasi. Umumnya, kulit pria lebih tebal daripada wanita. Namun, perempuan memiliki lapisan lemak subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata adalah yang paling tipis dan kulit pada telapak kaki adalah yang paling tebal. Pada usia muda, regenerasi sel kulit berlangsung selama 28-30 hari (Mitsui, 1997). 2.1.1 Fungsi kulit Kulit memiliki banyak fungsi yang dapat diklasifikasikan sebagai fungsi yang essensial atau penting bagi tubuh mamalia dan manusia dalam bertahan hidup di lingkungan yang relatif tidak bersahabat. Dalam konteks umum, fungsifungsi ini dapat diklasifikasikan sebagai pelindung, mempertahankan homeostasis dan juga sebagai indera perasa. Kulit juga merupakan organ penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, terutama dalam hal regulasi panas, absorpsi, status emosional dan peran sekresi (Walters, 2007). Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5-6,5 (Tranggono dan
5 Universitas Sumatera Utara
Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5-10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.2 Anatomi struktur kulit
Gambar 2.1 Anatomi kulit (Burns, dkk., 2004). Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu: 1. Epidermis (kulit ari) Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Keratinosit yang dibentuk dalam stratum basal berjalan menuju permukaan dengan meningkatnya diferensiasi menjadi sel pipih dan bertanduk. Proses yang terjadi pada epidermis inilah yang disebut dengan keratinisasi Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam adalah sebagai berikut:
6 Universitas Sumatera Utara
a. Stratum Korneum (lapisan tanduk) Merupakan lapisan epidermis yang paling atas dan menutupi semua lapisan epiderma. Terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin, tahan terhadap air, elastis dan selalu mengelupas. Lapisan ini terdiri dari sisik-sisik keratin yang tersusun tumpang tindih (overlapping) Lapisan ini akan mengalami pembaruan selama
proses
keratinisasi
(pembentukan
zat
tanduk/keratin)
berlangsung. Stratum korneum menggambarkan sistem pelindung yang sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia dan sistem penyimpan dari kulit. Stratum korneum mencegah penguapan air yang berlebihan maupun mencegah masuknya senyawa asing. b. Stratum Lusidum Terletak di bawah lapisan tanduk dan sebagai penghubung antara lapisan tanduk dengan stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar. Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Disinilah proses keratinisasi bermula. Fungsi lapisan ini untuk mengganti stratum korneum. c. Stratum Granulosum Lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng). Stratum granulosum mengandung ceramide, komponen penting dari lipid epidermal, yang bertanggung jawab untuk fungsi pelindung dari stratum korneum. Pada membran sel terdapat granula lamela yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
7 Universitas Sumatera Utara
d. Stratum Spinosum Disebut juga lapisan malphigi yang terdiri dari sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Sel-sel spinosum ini terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. e. Stratum Basal/Germinativum Merupakan lapisan paling bawah epidermis, pada startum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinabungan. Lapisan ini memproduksi pigmen melanosit. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang. Melanin mampu melindungi jaringan kulit agar terhindar dari bahaya sinar ultraviolet (Maharani, 2015). 2. Dermis Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah, Lapisan dermis juga mengandung serat elastis sehingga dapat membuat kulit yang dikerutkan akan dikembalikan ke bentuknya semula (Maharani, 2015). Lapisan ini juga terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996).
8 Universitas Sumatera Utara
3. Hipodermis Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan hipodermis atau subkutan. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit. Pada lapisan ini terdapat saraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak yang menjadi pelapis antara kulit dengan organ dalam seperti tulang dan otot, selain itu, lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan (Maharani, 2015). 2.1.3 Jenis-jenis kulit Keragaman jenis dan fungsional kulit dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik yang berhubungan dengan kelompok etnis, usia, keadaan fisiologis dan patologis, serta faktor-faktor ekstrinsik terkait dengan lingkungan sekitarnya seperti tingkat kekeringan, paparan sinar matahari, suhu, dan angin. Jenis-jenis kulit dibagi sebagai berikut. a. Kulit Normal Kulit normal biasanya kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak yang normal, bertekstur halus dan lembut, kulit kencang dan lentur, pori-pori kelihatan namun tidak terlalu besar, kelembapan kulit yang bagus dan warna kulit merata, memiliki pH normal. Kulit jenis ini umunya terdapat pada anak muda sehat yang belum mengalami pubertas. Pada sudut pandang kosmetologi, kulit normal adalah kulit yang struktural dan fungsionalnya seimbang dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
9 Universitas Sumatera Utara
b. Kulit kering Kulit kering memiliki ciri-ciri: kehilangan kekenyalan dan elastisitas kulit, kulit terlihat kasar dan bersisik. c. Kulit berminyak Kulit berminyak merupakan hasil dari aktivitas yang berlebihan dari kelenjar minyak (sebaceous), yang menyebabkan produksi sebum yang berlebihan menuju permukaan kulit sehingga memberikan penampilan yang berminyak dan mengkilap. Produksi ini akan berlanjut mencapai tingkat maksimum pada masa remaja dan kemudian mengalami penurunan seiring usia. d. Kulit kombinasi Kulit kompleks yang merupakan kombinasi dari kulit normal, kering dan berminyak. Pada area wajah T dimana kulit cenderung berminyak terdapat bersamaan dengan kulit kering di area pipi. e. Kulit sensitif Kulit sensitif dapat ditemukan pada orang yang memiliki kulit yang lebih tipis sehingga mudah iritasi, sangat sensitif dan berhubungan dengan faktor genetik (Barel, dkk., 2009). 2.2 Penuaan Dini Individu-individu muda dengan kulit lembut, halus, dan kenyal menjadi sadar, dengan berlalunya waktu maka akan muncul tanda-tanda penuaan yaitu: pendalaman dan jumlah keriput semakin terlihat, munculnya noda-noda, dan pengenduran kulit. Perubahan ini terjadi pada semua lapisan kulit (Shai, dkk., 2009). Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
10 Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini Perubahan yang terjadi di semua daerah tubuh (terlepas dari paparan sinar matahari) secara alamiah seiring waktu adalah sebagai berikut. a. Degenerasi serat elastin Serat elastin kulit yang mengalami proses degenerasi perlahan-lahan menjadi gumpalan serat elastin yang mempunyai kualitas rendah. Perubahan dalam serat elastin adalah penyebab utama dari kehilangan elastisitas kulit dan terbentuknya keriput. b. Degenerasi serat kolagen Di samping degenerasi serat elastin, adanya degenerasi bertahap dan pengurangan jumlah serat kolagen pada lapisan dermis. Hal ini menyebabkan penurunan kekuatan elastisitas yang dilanjuti dengan pengenduran kulit. c. Penipisan kulit Secara umum, mulai dari sekitar 45 tahun keatas , terjadinya penipisan bertahap semua lapisan kulit pada manusia termasuk epidermis, dermis, dan subkutis. Proses penipisan kulit ini lebih jelas terlihat pada wanita dibandingkan pada pria. Lapisan lemak subkutan menjadi lebih tipis dan lebih menonjol penipisannya di beberapa daerah tertentu seperti pada wajah, tangan, dan betis. d. Kelembaban kulit Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering ini terjadi disebabkan karena penurunan secara bertahap aktivitas kelenjar sebaseus pada seluruh permukaan kulit terutama wajah. Penurunan ini terjadi pada wanita setelah menopause dan pada pria usia lanjut.
11 Universitas Sumatera Utara
e. Perubahan pigmentasi Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit pada kulit, sehingga produksi melanin mengalami penurunan yang mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit. f. Pembesaran kelenjar sebaseus Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum kulit, ukuran kelenjar sebaseus meningkat. Akibatnya pori-pori kulit menjadi besar (Shai, dkk., 2009). Proses penuaan kulit yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini yang memiliki tanda-tanda pada kulit, antara lain: 1. Kulit menjadi sangat kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air serta kulit kehilangan kelembapan di dalam sel kulit (sawar kulit). 2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut. 3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru. 4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunannya kemampuan meregenerasi serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.
12 Universitas Sumatera Utara
5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit (Wasiaatmadja, 1997). 2.2.2 Proses penuaan pada kulit Adanya dua proses utama yang menyebabkan penuaan dini yaitu: a. Proses penuaan intrinsik Proses penuaan alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologi/genetik yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit yaitu: 1. Umur Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi. 2. Genetik Faktor genetik menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik dalam tubuh dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan. 3. Hormonal Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon estrogen memacu pertumbuhan sel epitel. Pada wanita yang menopause,
penurunan
produksi
esterogen
akan
menurunkan
elastisitas kulit.
13 Universitas Sumatera Utara
4. Ras Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam perannya terhadap lingkungan hidup. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini. 5. Faktor sistemik Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosclerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun yang menyebabkan terganggunya sistem biologis selular (Wasitaatmadja, 1997). b. Proses penuaan ekstrinsik Penuaan ekstrinsik terjadi karena beberapa faktor yaitu radiasi pengion, stress fisik dan psikologi berat, asupan alkohol, gizi buruk, makan berlebihan, polusi, pencemaran lingkungan, kebiasaan merokok, dan paparan radiasi UV. Di antara semua faktor lingkungan tersebut, radiasi UV yang memberikan kontribusi hingga 80% (Puizina-Ivic, 2008). 2.3 Anti-aging 2.3.1 Pengertian anti-aging Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2003). Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap. Keriput yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab
14 Universitas Sumatera Utara
menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009). Kolagen adalah zat pengisi kulit dan merupakan protein penting untuk kulit, karena kolagen sangat penting bagi struktur dan fungsi matriks dalam dermis. Kulit menipis dan berkeriput, ciri khas dari penuaan kulit yang normal, merupakan akibat dari berkurangnya kolagen (Daniel, dkk., 2002). 2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu: 1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit. 4. Merangsang produksi kolagen. 5. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu: 1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput. 2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda. 3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.4 Masker Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lee, 2013).
15 Universitas Sumatera Utara
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit wajah meningkat (±1oC) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (Lee, 2013). 2.4.1 Jenis-jenis masker Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker adalah sebagai berikut: 1. Tipe peel-off Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut. Bahan yang digunakan: polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA), carboxy methyl cellulose (CMC), dan sebagainya. Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori-pori, memutihkan, dan membersihkan komedo. Kerugian: apabila daya lekat masker terlalu kuat, pada saat di lepaskan atau ditarik dari permukaan kulit maka folikel rambut akan ikut lepas bersama masker sehingga membuat pori kulit besar dan menimbulkan iritasi kulit. Kandungan alkohol yang tinggi pada tipe masker ini dapat menghilangkan kadar air dan sebum kulit serta kurang mampu melembabkan dan menutrisi kulit sehingga tidak cocok untuk tipe kulit kering dan sensitif.
16 Universitas Sumatera Utara
2. Tipe wash-off Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4 jenis yaitu: a. Tipe mud pack Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacangkacangan, dan sebagainya. Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras. Kerugian: dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk dibersihkan. b. Tipe krim Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo. Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan minyak pada kulit. 3. Tipe gel Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti gliserin. Keuntungan: cocok untuk kulit sensitif Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air.
17 Universitas Sumatera Utara
4. Tipe sheet Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion atau essence. Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin, melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis. 2.4.2 Masket sheet Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya. Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan antiaging, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee, 2013). Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013) akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tipe non woven Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan viscose rayon. Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam kemasan. Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering. b. Tipe serat kertas (pulp) Awalnya serat kertas merupakan bahas dasar pembuatan masker sheet, tetapi telah diganti dengan bahan non woven. Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit. Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek karena tipis.
18 Universitas Sumatera Utara
c. Tipe bioselulosa Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi kulit. Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah terlepas. Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal. d. Tipe charcoal Menggunakan serbuk arang dari bambu moso yang endemik di Taiwan yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya. Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalam kulit. Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal dibanding tipe non woven. e. Tipe jeli Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan. Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya. Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang dibandingkan jenis masker sheet lainnya. 2.5 Essence Essence bukan merupakan tipe produk kosmetik baru. Alasan yang membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, sebagai contoh, masyarakat ingin menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu, memiliki efek yang lebih baik, nyaman
19 Universitas Sumatera Utara
digunakan karena pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi bahan pelembab dan bahan farmasetik. Essence dibuat untuk meminimalkan kekurangan produk perawatan kulit konvensional dalam hal efek, kesan penggunaan, sistem kecantikan, dan sebagainya (Mitsui, 1997). Tabel 2.1 Tipe-tipe essence (Mitsui, 1997). Tipe Tipe losion transparan/semi transparan
Tipe emulsi
Tipe minyak
Tipe lain
Teknologi
Keistimewaan Secara umum mengandung humektan lebih banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur Solubilisasi, dengan pemilihan humektan dan polimer mikroemulsi, larut air serta variasi kombinasi keduanya. liposom Tipe ini merupakan tipe essence paling umum. Tipe ini mengandung banyak emolien (komponen minyak), sangat cocok untuk Tipe m/a sediaan yang mengandung banyak bahan Tipe a/m penyerap UV dan bahan minyak lainnya. Tipe a/m/a Tipe a/m cocok untuk sediaan yang waterproof. Tipe ini telah digunakan sejak lama. Teksturnya diatur kombinasi minyak padat atau semi-padat dan lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan proporsi yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essence lain sehingga sudah tidak ada di pasaran. Essence untuk T zone yang banyak Tipe losion mensekresi sebum. Mengandung serbuk dengan penyerap sebum agar riasan wajah bertahan serbuk lebih lama Essence yang mempunyai efek germisida Tipe alkohol untuk sediaan jerawat
2.6 Provitamin B5
Gambar 2.2 Rumus bangun provitamin B5
20 Universitas Sumatera Utara
Provitamin adalah vitamin yang akan menjadi bentuk aktif di dalam tubuh. D-Panthenol (provitamin B5) adalah analog alkohol asam pantotenat (vitamin B5) yang dalam organisme d-panthenol dapat dengan cepat dimetabolisme menjadi asam pantotenat yang merupakan komponen dari koenzim A yang penting untuk fungsi normal epitel. Panthenol memiliki dua bentuk utama yaitu D dan L, Dpanthenol (dexpanthenol) merupakan senyawa biologis aktif sedangkan Lpanthenol merupakan senyawa biologis inert. D-panthenol dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kulit yaitu meningkatkan penyembuhan luka, membantu memulihkan jaringan epitel yang rusak, mengurangi gatal dan peradangan, meningkatkan
hidrasi
kulit,
mengurangi
transepidermal
kehilangan
air,
memperbaiki kekasaran kulit dan lainnya (Todorov, 2015). 2.6.1 Mekanisme provitamin B5 sebagai zat anti-aging Pada saat D-panthenol diaplikasikan pada permukaan kulit maka Dpanthenol akan berpenetrasi ke dalam epidermis dan diubah menjadi asam pantotenat (vitamin B5) yang merupakan komponen dari koenzim A yang mempunyai fungsi menginduksi sintesis asam lemak dan sphingolipids yang penting dalam pembentukan lipid bilayer dari stratum korneum sehingga memperkuat, revitalisasi dan memperbaiki struktur kulit (kering, kasar dan lecet) dan meningkatkan pelindungan pada kulit. Ceramide yang merupakan bagian dari sphingolipids dapat menjaga agar kulit tetap menjadi halus dan ketat (Radtke, dkk., 2009). D-panthenol merupakan humektan alami sehingga dapat menarik air dari atmosfer dan meningkatkan retensi air atau kelembaban pada kulit, dikarenakan dari efek tersebut maka d-panthenol dapat menarik air lebih banyak dan mengikat
21 Universitas Sumatera Utara
air pada kulit sehingga menutrisi kulit agar tetap lembab dan memperbaiki kulit kasar (Todorov, 2015). D-panthenol meningkatkan proliferasi fibroblas di lapisan dermis yang merupakan lapisan tengah kulit dimana kerutan terbentuk, aktivitas fibroblas biasanya tidak hanya menaikkan jumlah tetapi juga meningkatkan sintesis dari semua komponen matriks kulit, seperti kolagen, elastin dan glycans serta memperbaiki kulit secara keseluruhan seperti daerah yang terluka atau matriks kulit yang tidak teratur seperti keriput ataupun garis-garis halus (Todorov, 2015). D-panthenol meningkatkan sintesis dari Glutathione yang diketahui mempunyai sifat antioksidan menghambat sintesis melanin dengan mengikat radikal bebas dan peroksida yang berkontribusi dalam pembentukan melanin sehingga dapat mengurangi spot pada wajah. Namun jumlah Glutathione yang disintesis tidak terlalu banyak sehingga penurunan spot tidak dalam jumlah yang signifikan (Slyshenkov, dkk., 2004). 2.7 Skin Analyzer Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012). Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi-sisi kulit yang lebih dalam dari lapisan kulit. (Aramo, 2012).
22 Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: 1. Moisture (Kadar air) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur. 2. Sebum (Kadar minyak) Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah dipasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur. 3. Evenness (Kehalusan) Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar computer. 4. Pore (Pori) Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan ke luar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan ke luar pada kotak
23 Universitas Sumatera Utara
bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis ke luar pada layar komputer. 5. Spot (Noda) Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 6. Wrinkle (Keriput) Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer 2.7.2 Parameter pengukuran Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
24 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Pengukuran Moisture (Kadar air)
Evenness (Kehalusan)
Pore (Pori)
Spot (Noda)
Wrinkle (Keriput)
Parameter (%) Dehidrasi
Normal
Hidrasi
0-29
30-50
51-100
Halus
Normal
Kasar
0-31
32-51
52-100
Kecil
Beberapa besar
Sangat besar
0-19
20-39
40-100
Sedikit
Beberapa noda
Banyak noda
0-19
20-39
40-100
Tidak berkeriput
Berkeriput
Berkeriput parah
0-19
20-52
53-100 (Aramo, 2012).
25 Universitas Sumatera Utara