BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konstruksi Realitas di Media Massa Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) menjadi terkenal ketika diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Kedua pemikir ini hanya meneruskan apa yang digagas oleh Giambitissta Vico yang kemudian banyak disebut sebagai cikal bakal konstruktivisme. Menurut Hamad1 tentang proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksi realitas. Laporan tentang kegiatan orang berkumpul di sebuah lapangan terbuka guna mendengarkan pidato politik pada musim pemilu misalnya adalah hasil konstruksi realitas mengenai peristiwa yang lazimnya disebut kampanye pemilu itu. Begitulah setiap hasil laporan adalah hasil konstruksi realitas atas kejadian yang dilaporkan. Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa,
maka
kesibukan
utama
media
massa
adalah
mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang
1
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit, 2004, Hal 11-13
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrument
pokok
untuk
menceritakan
realitas.
Bahasa
adalah
alat
konseptualisasi dan alat narasi. Dalam konteks media massa, keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas realitas media yang akan muncul di benak khalayak. Oleh karena persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (makna atau citra). Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari uraian tersebut maka media telah menjadi sumber informasi yang dominan tidak saja bagi individu tetapi juga bagi masyarakat dalam memperoleh gambaran realitas mengenai suatu peristiwa. Ada dua konsep dalam melihat realitas yang direfleksikan media. Pertama, konsep media secara aktif yang memandang media sebagai partisipan yang turut mengkonstruksi pesan sehingga muncul pandangan bahwa tidak ada realitas sesungguhnya dalam media. Kedua, konsep media secara pasif yang memandang media hanya sebagai saluran yang menyalurkan pesan-pesan sesungguhnya, dalam hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
media berfungsi sebagai sarana yang netral, media menampilkan suatu realitas apa adanya. Dalam konteks ini, maka konsep media secara aktif menjadi relevan dalam kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini juga sesuai dengan paradigm konstruksionis yang digunakan, yang memandang media dilihat bukan sebagai saluran yang bebas atau netral melainkan sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas, di mana para pekerja yang terlibat dalam memproduksi pesan juga menyertakan pandangan, bias dan pemihakannya. Karenanya, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Wartawan bisa mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.2 Sobur3 menulis, istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya “The Social
2
Eriyanto. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Isi Media. Yogyakarta: LKIS, 2004, Hal 17 Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Hal 91 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge”, dan kemudian diterbitkan dalam edisi Bahasa Indonesia dibawah judul “Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan”. Dalam buku tersebut mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Berger dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara, pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik. Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial dikonstruksi melalui eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Konstruksi sosial, dalam pandangan mereka, tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri individu dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Internalisasi adalah proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga social atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Sedangkan obyektivasi adalah interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses intitusionalisasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.2 Personal Branding Personal branding dalam dunia politik diposisikan sebagai media bukan hanya sebagai salah satu alat untuk melakukan promosi, yang mana merupakan proses yang akan membawa karakteristik unik, kepribadian, dan keterampilan seseorang kandidat dan kemudian membungkusnya menjadi identitas yang memiliki kekuatan dan lebih menonjol dibanding dengan kandidat lainnya. Dengan mengutip pandangan Montoya, Yuswohady mengartikan personal branding sebagai suatu cara tentang bagaimana supaya anda dipersepsi. Politik dalam perspektif industri citra merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mengubah atau memilih seorang kandidat melalui pengemasan citra dan popularitas. Semakin dapat menampilkan citra yang baik, maka peluang untuk tampil sebagai pemenang pun semakin besar. Politisi yang dapat mengekspresikan emosi dengan jelas dan meyakinkan serta dengan cara yang benar secara politis dapat memenangkan pilihan dari pemilih. Setiap kandidat dalam kampanye politik selalu berusaha untuk menarik simpati dan dukungan sebesar-besarnya dari masyarakat. Dimulai dengan menyebarkan spanduk, poster, iklan di surat kabar dan majalah hingga konvoi massal, kegiatan lain yang tidak terlepas biasanya berupa pidato di lapangan, lengkap dengan hiburan artis dan membagi-bagikan sembako untuk masyarakat. Berbagai cara tersebut dilakukan oleh kandidat untuk memenangkan kompetisi pemilihan umum mulai dari pilkada hingga pilpres. Dalam memenangkan pemilihan umum ini, pada umumnya kandidat membutuhkan strategi pemasaran politik dan personal branding yang tepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Pemasaran politik merupakan strategi yang mirip aktivitas pemasaran umum yang dipakai dalam bisnis, tetapi ditambah perhitungan faktor politis seperti lobi dan dukungan pihak lain. Sedangkan, personal branding merupakan strategi yang digunakan untuk membentuk citra kandidat supaya dapat diterima oleh target pemilihnya. Pemasaran di dalam politik dapat didefinisikan sebagai penerapan dari prinsip-prinsip marketing dan prosedur kampanye politik oleh berbagai individu dan organisasi.4 Di dalam definisi menurut Newman tersebut, juga mencakup sebuah kesatuan proses, mulai dari analisa, pengembangan, eksekusi, dan pengelolaan kampanye strategis yang kesemuanya bertujuan untuk menggiring opini publik, memperjuangkan ideologi, memenangkan pemilihan, serta memperjuangkan legislasi untuk berbagai macam isu. Dalam panggung politik, branding sering kali hanya diartikan sebagai tindakkan pencitraan atau pembangunan image terhadap kandidat, yakni pada karakter personal kandidat. Dalam hal branding politik, branding dapat diartikan sebagai semua pengalaman, aktivitas dan unsur psikologis dalam menciptakan brand politik yang unggul, unik, menarik dan mampu memberikan pengaruh ke dalam benak konsumen. Pada pembangunan branding politik yang baik, diperlukan prasyarat teknis yang harus dipenuhi adalah penyampaian pesan secara jelas dan komunikatif, mempertegas kredibilitas diri, hubungkan target market yang prospektif kepada brand secara emosional, memotivasi target market, membangun loyalitas target market secara berkesinambungan. Di samping itu, untuk meraih sukses dalam
4
Milkovich, G. T. dan Jerry M. Newman. Compensation. 6th edition. Singapore : Mc. Graw-Hill Company, 1999, Hal 94
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
branding, kandidat mesti memahami kebutuhan dan keinginan pasar dan bagaimana prospeknya. Hal ini dilakukan dalam setiap kontak dengan publik.
2.3 Media Online Media Online disebut juga dengan Digital Media adalah media yang tersaji secara online di internet. Pengertian Media Online dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara umum dan khusus5: a. Media Online Secara Umum Pengertian media online secara umum yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara. Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum ini, maka email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial (sosial media) masuk dalam kategori media online. b. Pengertian Media Online Secara Khusus Pengertian media online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas.
5
M.Romli, op.cit. Hal 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Menurut Syarifudin Yunus dalam Jurnalistik Terapan6, media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah mendapat akses informasi atau berita. Karena media online adalah sarana mendapatkan informasi paling efektif yang ada di era lebih maju yaitu era teknologi informasi. Banyak orang yang menggunakan istilah yang berhubungan dengan “ media digital” ketika mencari
tentang istilah “media online”. Padahal pada
dasarnya media digital adalah payung yang melingkup terkait media online. Media digital sebenarnya mencakup berbagai hal yang jauh lebih luas seperti saluran digital, perangkat atau platform misalnya; billboard, DTV, ponsel / tablet, podcast, radio dll dengan cara komunikasi dan kebiasaan pelanggan yang masing-masing berbeda. Sedangkan media online mengacu pada satu set alat yang kuat dan metodologi yang digunakan untuk mempromosikan produk dan jasa melalui internet. 2.3.1 Media Sosial Promosi merupakan salah satu bagian dari kegiatan pemasaran. Hal tersebut sama pentingnya dengan menentukan media promosi. Salah satu agenda penting dari promosi adalah menentukan media promosi yang peling tepat. Parameter yang paling penting adalah karakteristik dari target market yang dituju, baik secara geografis, demografis dan sosiografis. Dengan memahami target market kita, baru kita bisa menentukan media mana yang paling tepat untuk promosi produk kita.
6
Syarifudin Yunus. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Hal 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Freddy Rangkuti7, menyatakan bahwa “Pemilihan media untuk penyampaian pesan harus didasarkan tiga faktor penting, yaitu: jangkauan pesan, frekuensi pesan yang ingin disampaikan, dan dampak komunikasi yang disampaikan.” Dapat dijelaskan bahwa jangkauan pesan yang ingin disampaikan meliputi besar target konsumen yang ingin dijangkau oleh kegiatan promosi dalam periode waktu tertentu. Hal ini mempengaruhi media placement yang akan dipilih. Frekuensi pesan yang ingin disampaikan adalah beberapa kali kegiatan
promosi
yang
diinginkan
dalam
satu
periode,
dengan
mempertimbangkan jumlah konsumen yang akan dijangkau. Terakhir, dampak komunikasi yang disampaikan merupajan pengaruh yang diharapkan muncul akibat kegiatan promosi melalui media yang dipilih. Awal mula situs jejaring sosial ini muncu pada tahun 1997 dengan beberapa situs yang lahir berbasiskan kepercayaan setelah itu kejayaan situs jejaring sosial mulai diminati mulai dari tahun 2000-an serta 2004 muncuk situs pertemanan bernama Friendster lanjut ke tahun-tahun berikutnya tahun 2005 dan seterusnya muncul situs-situs seperti MySpace, Facebook, Twitter dan lain-lain. Zaman semakin canggih karena teknologi yang selalu diperbaharui segala sesuatu saat ini lebih mudah dilakukan. Selain dampak positif banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari jejaring sosial.
7
Rangkuti, Freddy. Strategi Promosi yang Kreatif & Analisis Kasus IMC. Jakarta: Gramedia, 2009, hal 152
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Teknologi komunikasi memberikan dampak kuat bagi perkembangan media. Kegiatan manusia tak lepas dari teknologi komunikasi dan media akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Manusia semakin membutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan perangkat teknologi media baru. Media tidak hanya dalam bantuk media massa dan media elektronik. Namun media baru semakin berkembang dan populer adalah media jejaring sosial online di dunia maya. Media baru digunakan masyarakat untuk mengekpresikan diri dan menyampaikan segala pandangan terhadap suatu hal. Revolusi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar. Promosi menggunaan social media sekarang menjadi trend dikalangan produsen dalam mempromosikan produknya. Dalam social media mengusung kombinasi antar ruang lingkup elemen dunia maya, dalam produk –produknya layanan online seperti blog, forum diskusi, chat room, email, website, dan juga kekauatan komunitas yang dibagun pada tahun 2009 sebagai tahun keemasan jejaring social berkiprah, dengan bendera “everything is social” berbeda dengan media-media lainnya. Aksi jejaring sosial tidak terbendung, bahkan website-website yang ada pada saat ini pun secara tidak langsung didorong untuk ikut serta dalam jejaring
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
sosial. Faktanya setiap website memiliki account jejaring sosial, baik Facebook maupun Twitter.8 Media sosial atau sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sosial media dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar yaitu: 1. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (Facebook, Myspace, Hi5, LinkedIn, Bebo, dan sebagainya)
2. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (Google Talk, Yahoo! M, Skype, Phorum, dan sebagainya) 3. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video, music (Youtube, Slideshare, Feedback, Flickr, Crowdstorm, dan sebagainya) 4. Publish, (Wordpredss, Wikipedia, Blog, Wikia, Digg, dan sebagainya) 5. Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (Koongregate, Doof, Pogo, Cafe.com, dan sebagainya) 6. Massively Multiplayer Online-MMO (Kartrider, Warcraft, Neopets, Conan, dan sebagainya) 7. Virtual worlds (Habbo, Imvu, Starday, dan sebagainya)
8
Djuju, Dominikus. Branding Promotion with Social Network. Jakarta: Gramedia, 2009 hal 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
8. Livecast (Y! Live, Blog TV, Justin TV, Listream TV, Livecastr, dan sebagainya) 9. Livestream (Socializr, Froendsfreed, Socialthings!, dan sebagainya) 10. Microblog (Twitter, Plurk, Pownce, Ttwirxr, Plazes, Tweetpeek, dan sebagainya)8
Mayfield9 mendifinisikan media social sebagai pemahaman terbaik dari sekelompok jenis baru media online, yang mencakup karakter-karakter berikut ini: 1. Partisipasi: media sosial terbuka untuk umpan balik dari setiap orang yang tertarik. Hal ini mengaburkan batasan antara media dan khalayak. 2. Keterbukaan: layanan media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi, serta mendiring untuuk memilih, berkometar dan berbagi informasi. Jarang ada hambatan untuk mengakses dan menggunakan konten, sebab konten yang dilindungi sandi tidak disukai. 3. Percakapan: saat media tradisional masih mendistribusikan konten ke khalayak, media sosial dikenal lebih baik dalam komunikasi dua arah. 4. Komunitas: media sosial dapat membentuk komunitas dengan cepat. 5. Konektivitas:
kebanyakan
media
sosial
berkembang
pada
keterhubungan ke situs-situs lain, sumber-sumber lain dan orang-orang lain.
9
Pramiyati, Alila, Corporate and Marketing Communication. Jakarta: Puskombis. 2011, hal 132
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.3.2 Portal Berita Online Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar, majalah, kantor berita, radio, atau televisi sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam ruang cyber10. Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyber dalam kategori com yang disebut dengan Portal Berita. Portal berita terdiri dari 2 kata, yaitu portal dan berita. Portal memiliki pengertian sebagai situs atau halaman web, sedangkan berita dapat didefinisikan sebagai informasi terbaru mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Jadi, secara umum portal berita dapat diartikan sebagai situs atau halaman web yang berisi mengenai berbagai jenis berita.
2.3.2.1 Jurnalistik Online
Kehadiran media online memunculkan generasi baru jurnalistik yakni jurnalistik online. Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyber jounalism, jurnalistik internet, dan jurnalistik web (web
journalism)
merupakan generasi baru jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik
media cetak, seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran
(broadcast journalism radio dan televisi)11. Dalam jurnalistik online ini, proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan media
10
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia, 2012, hal 133 11 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005. hal: 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
internet. Perkembangan internet yang pesat saat ini telah melahirkan beragam bentuk media online seperti contohnya website dan portal yang digunakan sebagai media untuk menyebarkan berita dan informasi. Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstansinya. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional12. Di dalam media online, teknologi menjadi faktor penentu. Beda wartawan online dengan wartawan lainnya adalah pada tantangan berita cyber yang begitu cepat, hampir tiap menit perubahannya, dan ruang pemberitaan yang sebatas layar monitor. Pemberitaannya bisa ditanggapi langsung khalayak, dan dapat terhubungkan dengan berbagai berita, arsip, dan sumber lain, melalui format hyperlinks. Pavlik menyebut jurnalisme ini sebagai contextualized journalism,
dikarenakan
kemampuannya
dalam
menggabungkan kemampuan multimedia digital, interaksi online, dan tata rupa fiturnya13. Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi 5 perbedaan utama antara jurnalisme online dan media massa tradisional, yaitu14: a. Kemampuan internet untuk mengkombinasikan sejumlah media
12
Ibid, hal 135 Ibid, hal 97 14 Ibid, hal 137 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
b. Kurangnya tirani penulis atas pembaca c. Tidak seorangpun dapat mengendalikan perhatian khalayak d. Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung e. Interaktivitas web
2.4 Framing Sebelum mengenal framing, kita mengenal adanya teori agenda setting yang menjelaskan bahwa peran agenda-setting adalah kemampuan media massa untuk mempengaruhi topik yang dianggap penting dalam agenda publik. Konsep yang berhubungan erat dengan agenda-setting adalah agenda publik dan agenda kebiajakan. Agenda media (urutan topik berdasar yang dianggap penting dalam media) mempengaruhi baik agenda publik (urutan topik yang dianggap penting dalam survei terhadap opini khalayak) maupun agenda kebijakan (urutan topik yang dianggap penting dalam pikiran lembaga yang menentukan kebijakan publik). Salience transfer merujuk pada kemampuan media (atau aktor lain) untuk mempengaruhi individu yang secara relatif memiliki peran dalam isu-isu kebijakan. Riset yang menunjukkan adanya salience transfer ini ditunjukkan oleh Iyengar, Peters, & Kinder. Sedangkan gate keeping merupakan cara mengendalikan isi media. Gate keeping ini menentukan isi dari salience transfer ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Dalam agenda setting, terbahas juga 2 konsep yang yaitu mengenai framing dan priming yang mana menjelaskan dampak kemudian yang belum diidentifikasi oleh teoritisi agenda-setting generasi awal. Priming dan framing merupakan dua proses pengaruh media yang membantu menjelaskan bagaimana khalayak dipengaruhi media. Priming adalah proses di mana isu yang diangkat media akan mengingatkan publik akan informasi sebelumnya yang mereka miliki tentang isu itu, sehingga akan memicu perhatian yang lebih. Perbedaan antara agenda-setting dan framing terletak pada level yang ditempati oleh dua konsep ini. Agenda-setting ada pada level pertama, sementara framing pada level kedua. Priming menjadi berbeda dari agenda-setting dan framing utamanya bila dilihat dari sequen terjadinya dampak antara pemicu dengan target. Pada priming, dampaknya harus segera diteliti karena salah satu sifat dasar priming adalah bahwa ia akan segera hilang seiring waktu. Atas perbedaan inilah, peneliti memilih menggunakan metode framing karena dianggap paling sesuai dan dapat menjawab fokus penelitian ini. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Namun, kemudian pengertian framing berkembang yaitu ditafsirkan untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut15. Seperti halnya seorang fotografer dalam memilih objek gambar dan memotretnya sesuai dengan angle yang ia inginkan. Jadi, kata kunci dari analisis framing adalah seleksi isu, pola penonjolan dan menulis berita. Analisis framing berpusat pada produksi berita oleh media. Penonjolan adalah merupakan sebuah produk interaksi antara teks dan penerima, maka kehadiran frame dalam teks tidak menjamin pengaruhnya terhadap pemikiran khalayak16. Jadi perlu diingat analisis framing hanyalah pada level produksi teks media. Analisis framing
berkembang berkat pandangan kaum konstruksionisme.
Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Beger bersama Thomas Luckman, yang banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial dan realitas. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan, tetapi ia dibentuk dan
15
Nugroho, Eriyanto, Frans Surdiasis, Politik Media Mengemas Berita, Jakarta: lSAl. 1999. Hal 21 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, Hal 163-164
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
direkonstruksi. Dengan pemahaman seperti itu, realitas berwajah ganda / plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Disini realitas bukan hanya dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi wartawan dilanda oleh realitas. Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses ekternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Dalam analisis framing terdapat beberapa model, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis framing Zhongdan pan dan Gerald M. Kosicki. Alasannya model framing Zhongdan pan dan Gerald M. Kosicki cenderung memiliki struktur, perangkat framing dan unit yang diamati lengkap, sehingga penelitian ini dapat dikaji dan dianalisis secara komprehensif dan jelas. Model framing Zhongdan pan dan Gerald M. Kosicki membantu peneliti menganalisis pembingkaian yang terbentuk dalam berita mengenai Pencalonan Ahok Menjadi Gubernur Dki Jakarta Di Tahun 2017.
2.4.1 Model Analisis Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki Dalam tulisan Pan dan Kosicki di buku Framing Analysis: An Approach to News Discourse, Pan & Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dengan kata lain, ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua dimensi structural tersebut untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa semua berita yang dia tulis adalah benar17. Berikut penjelasan dimensi struktural model Pan dan Kosicki18: a. Sintaksis Sintaksis merupakan cara wartawan menyusun fakta. Sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa-ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan sebagainya).
17 18
Eriyanto, op.cit. Hal 256 Ibid. Hal 256-266
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
b. Skrip Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta. Skrip ini melihat bagaimana strategi bercerita. Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Dalam skrip kelengkapan berita harus diperhatikan, seperti apa peristiwa yang akan dikisahkan (what), kapan peristiwa tersebut terjadi (when), kemudian siapa yang terlibat (who), dimana lokasi atau tempat kejadian peristiwa tersebut (where), mengapa peristiwa tersebut terjadi (why) dan bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi (how). c. Tematik Tematik merupakan cara wartawan menulis fakta. Tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannyaatas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. d. Retoris Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta. Retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu. Keempat dimensi struktural tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Struktur
Perangkat Framing
Unit Yang Diamati Headline (berita
SINTAKSIS
yang dijadikan topik Cara wartawan
utama oleh media),
menyusun fakta
lead (paragraf pembuka dari sebuah 1. Skema (Rangka) Berita
berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi), latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup 5W+1H
SKRIP Cara wartawan
1. What (Apa)
mengisahkan fakta
2. When (Kapan) 1. Kelengkapan Berita
3. Who (Siapa) 4. Where (Dimana) 5. Why (Mengapa)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
6. How (Bagaimana) TEMATIK
1. Detail 2. Koherensi Paragraf, Proposisi
Cara wartawan
(Keterpaduan) (Kalimat Pernyataan)
menulis fakta
3. Bentuk Kalimat 4. Kata Ganti
RETORIS
1. Leksikon (Pilihan Kata, Idiom (Kata
Cara wartawan
Kata) Ungkapan),
menekankan fakta
2. Grafis Gambar/Foto, Grafik 3. Metafora
Tabel 2.4.1: Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
http://digilib.mercubuana.ac.id/