BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konstruksi Sosial Konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu
realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. teori berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan khendaknya, yang dalam proses sosial manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang realatif bebas didalam dunia sosialnya.1 Kontruksi sosial merupakan teori sosiologi kontemporer, dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Teori ini merupakan suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (penelaran teoritis yang sistematis), bukan merupakan suatu tinjaun historis mengenai perkembangan displin ilmu. Pemikiran Berger dan Luckmann di pengaruhi sosisologi lain, seperti Schutzian tentang fenomenalogi, Weberian tentang makna-makna subyektif, pemikiran Marxian tetntang dialeksi, serta pemikiran Herbert Mead tentang interaksi objektif. 2
1
Op.cit Peter L Berger & Thomas Luckmannn, hal 4
2
Ibid, hal 25
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Makna subyektif dalam kehidupan berasal dari pikiran dan tindakan “yang nyata”oleh pikiran dan tindakan itu. Sedangkan obyektivasi (pengobjetifan) dari proses-proses (dan makna-makna) subyektif dengan akal-sehat intersubjektif itu dibentuk.3 Ritzer (1992:5) menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam definissi sosial sebenarnya berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosial. Artinya, tindakan manusia tidak sepenuuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang kesemuanya itu tercakup dalam fakta sosial yaitu tindakan yang menggabarkan struktur pranata sosial.4 Dalam penjelasan ontologi, realis merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian, kebenaran suatu relitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinialai relevan oleh pelaku sosial (Hidayat. 1993:39).
5
Dalam pandangan dfinisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial terhadap dunia sosial di seklilingnya. Dunia sosial itu dimaksudkan sebagai yang disebut oleh George Simmle (Veeger, 1993:91), bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri di luar
3
Ibid, hal 28
4
Burhan Bungi, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekeuatan pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Sertan Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann, Jakarta: Kencana, 2008, hal.14. 5
Ibid, Hal.10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu ‘ada’ dalam diri sendiri dan hukum yang menguasainya. 6 Realitas soial itu ‘ada’dilihat dari subyektifitas ‘ada’ itu sendiri dan dunia objektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai ‘kediria’-nya, namun juga dilihat dari ‘kediria’n’ itu berada, bagaimana ia menerima dan mengaktulitaskan dirinya serta bagaimana pula lingkungan menerimanaya.7 Asal usul konstruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif. Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh, manusia, dan Plato menemukan akal budi. Gagasan tersebut semakin konkret setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, reelasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. ia mengatakan bahwa manusia adalah makluk sosial, setiap kebenarannya, serta kunci pengetahuan adalah fakta. terdapat tiga macam konstruktivisme, antara lain : 1. Konstruktivisme radikal Hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita, dan bentuknya tidak selalu representasidunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu criteria kebenaran. Penegetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu 6
Ibid, hal.11
7
Ibid, hal.12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
realitas ontonologism objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. 2. Realisme hipotesis Pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas menuju kepada pengetahuan yang hakiki. 3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme, serta memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Pengetahuan individu di pandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam diri sendiri. Dari ketiga macam konstruktivisme terdapat kesamaan, dimana kontruktivisme dilihat sebagai proses kerja kognitif individual untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadinya realitas sosial anatar individu dengan lingkungan orang sekitar. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat berdasarkan pada struktur penegetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang disebut dengan konstruksi menurut Berger dan luckmann.8 Menurut Berger dan Luckmann melalui penjelasan realitas sosial dengan memisahkan ‘kenyataan’ dan ‘pengetahuan’ mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang memiliki keberadaannya (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara 8
www.dkv.binus.ac.id diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 05.00 WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristiknn secara spesifik.9 Menurut Berger dan Luckmann, terdapat tiga bentuk realitas sosial, antara lain :10 1. Realitas sosial objektif Realitas yang terbentuk dari pengalaman didunia objektif yang berbeda diluar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Dapat dikatakan suatu kompleks definisi realitas (termasuk ideology dan keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terdiri dari kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta. 2. Realitas sosial simbolik Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Seperti Simbolik dari realitas objektif, yang umumnya di ketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi, berita-berita di media. 3. Realitas sosial subjektif Realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obejektif dan simbolis kedalam individu melalui proses interealita. Realitas 9
10
Alex Sobur .Analisis Teks Media. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, hal 91 Burhan Bungin. Op.cit, hal 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
sosial pada individu, yang berasal dari realitas sosial simbolik, merupakan kontruksi definisi realitas yang dimiliki oleh individu dan dikonstruksikan melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Menurut Schutz, cara mengkostruksikan makna diluar harus utama pengalaman ialah melalui proses tipifikasi.
Hubungan-hubungan makna
diorganisasi secara bersama, juga melalui proses tifikasi atau disebut Stock of knowledge. Kumpulan penegetahuan memiliki kegunaan praktis dari dunia itu sendiri, bukan sekedarpenegetahuan tentang dunia.11 Pemikiran Scutz yang diapresiakan Garfinkel adalah pemikiran yang menempatkan manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk mengkostruksi dunia sosial berdasarkan kekuatan untuk melakukan interpretasi.12 Realitas Televisi membentuk pengetahuan pemirsa tentang citra sebuah program. Keputusan pemirsa memilih suatu program semata-mata bukan karena tayangan, namun keputusan itu terjadi karena peran konstruksi sosisal media masa yang diskenario oleh pencipta televisi. Media adalah agen kontruksi, pandangan konstruktivisme mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaiman pesan disebarkan dari 11
Prof. Dr. I.B Wirawan Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (fakta sosia, Definisi sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2012, hal 147 12
Ibid, hal 155
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
komunikator ke khalayak. Media dilihat sebagai sarana netral. Sedangkan dalam pandangan kontruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah hanya saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, biasdan pemihaknya. Disini media dipandang sebagai kontriksi sosial yang mendefinisikan realitas. Apa yang tersaji dalam media, adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realita untuk disajikan kepada khalayak.13 Tabel 2.1 Kontruksi Sosial Media Massa POSITIVIS Media Kontruksionis
:
Media Sebagai saluran pesan :
Media sebagai agen kontruksi pesan
Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plular secara terus menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempnyai aksi kembali terhadap penghasilanya. Sebaliknya manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal didalam masyarakatnya. Proses dialektis tersebut mempunyai dua tahap, Berger menyebutkan sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa ; pertama eksternalisasi, yaitu usaha 13
Burhan Bungin, Op.cit, hal.31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
peluncuran atau ekspresi diri manusia didalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Kedua objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu aktifitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkanya. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami setiap orang. Ketiga internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.14 Pada kenyataan realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik dodalamnya maupun diluar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksikan dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu sendiri secara objektif.15 2.1.1 Proses Kontruksi Sosial Media Massa Proses kontruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut :16 Menyiapkan materi kontruksi sosial media masa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media meliliki desk yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang 14
Eriyanto, Analisis Framing kontruksi , Yogyakarta : LKiS, 2002, hal 16
15
Burhan Bunin, Op.citHal 12.
16
Ibid, hal 195-200
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
berhubungan tiga hal yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi kontrusi sosial yaitu : a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti kekuatan-kekuatan capital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipat ganda. b. Keberpihakan
semua
kepada
masyarakat.
bentuk
dari
keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual berita demi kepentingan kapitalis. c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar. 2.2 Eksploitasi Anak Eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak. Hal ini biasa dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang dewasa dengan cara memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik. Pemerasan tenaga anak ini tentu tanpa memperhatikan hak-hak anak dalam mendapatkan perlindungan sesuai dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
perkembangan fisik, psikis & status sosialnya. Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0-19 tahun.17 Menurut Rousseau bayi sudah di bekali oleh rasa keadilan dan moralitas serta perasaaan dan pikiran sejak lahir. Artinya ketika bayi sudah dilahirkan dia sudah memiliki kapasitas dan modal yang akn terus berkembang secara alami tahap demi tahap. Tugas orang tua adalah memberikan kesempatan agar bakat atau bawaan tersebut dapat berkembang dan memadu pertumbuhana anak. Pada intinya masa anak adalah masa yang menentukan tahapan-tahapan perkembangan berikutnya. Mas anak-anak akan menghasilkan orang dewasa yang lebih matang, pribadi anak merupakan hasil interaksi antara unsure keturunan dan pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan.18 Anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum perna menikah. Dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979 Batas usia 21 tahun ditepatkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan anak, dimana kematangan sosial, pribadi dan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut. Kesesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
17
Budiardjo, M. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2010, hal 39
18
Lusi Nuryanti Psikologi Anak. PT Indeks. Jakarta 2008, hal 4-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohaniah, jasmani maupun sosialnya.19 Seacara empiris, banyak bukti menunjukkan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktifitas ekonomi baik di sector formal maupun informal yang terlalu dini cenderung rawan ekploitasi, terkadang berbahaya dan menganggu perkembangan fisik dan psikologi dan sosial anak-anak. (Bagong, 2010). Ekploitasi
menunjukan
pada
sikap
diskriminatif
atau
perlakuan
sewenang-sewenang terhadap anak yang dilakukakan oleh keluarga ataupun masyarakat. Memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun polik tanpa memperhatikan hak-hak anak yang mendapatkan perlindungan
sesuaidengan
perkembangan
fisik,
psikis,
dan
status
soaialnnya.kecenderungan eksploitasi anak boleh jadi berkaitan dengan dengan ranah eksternal makro yang saling memepengaruhi (inter play) dengan keterdesekan dana atau marginalitas kelompok anak-anak baik secarasosial, psikologi
dan ketahanan mental dari serangan budaya atau gaya hidup
materialistis yang semakin meluas.20 Eksploitasi dapat diartikan sebagai berikut : 1. Penggunaan atau penggerakan ketenaga kerja sebagai buruh industry atau usaha lain sebagai tenaga murah sehingga mengorbankan kebutuhan 19
Zulkhair, Dasar Hukum Pelindungan Anak. CV. Novindo Pustaka Mandiri. Jakarta 2001, hal 3
20
Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak. Kencana Jakarta 2010, hal 132
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
emosional /mental/ intelegensia, fisik ank, sehingga menimbulkan hambatan fisik, mental, sosial. 2. Merupakana keuntungan sepihak yaitu si pemakai tenaga kerja. 3. Penggunaan bayi untuk pengemis sesungguhnya sangat mengetuk hati nurani. Orang memberikan karena rasa kasihan kepada bayi, tetapi hasilnya tidak untuk bayi. Menurut Kamus Besar Bahasa ndonesia (KBBI) eksploitasi anak adalah pengusahaan, pendayagunaan atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri. Dengan kata lain pemerasan (tenaga orang) atas diri orang lain merupakan tindakan yang tidak terpuji. Selanjutnya menurut penjelasan atas undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pda pasal 13 ayat (1) huruf b tentang perlindungan anak menyebutkan tentang perlakuan eksploitasi adalah misalnya, tindakan atau perbuatan yang memperalat atau memanfaatkan atau memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, atau golongan.21 Pembetukan Lembaga Lembaran Perlindungan Anak mutlak diperlukan dalam rangka mengimplementasikan konvensi hak-haka anak dari hak korban diskriminasi, anak-anak tereksploitasi dan pekerja / buruh anak yang perlu dilindungi.22
21
Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat, Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. Depnaker Komunikasi dan Informatika RI, Jakarta 2005, hal 111
22
Zulkhair, Op.cit, hal 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Menurut pasal 13 UU No. 23 tahun 2002 menyakan setiap anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, yang berhak mendapatkan perlindungan dari pelakuan :
23
a. Diskrimanasi b. Eksploitasi, baik ekonomi mapun seksuali c. Penelantaran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiyayaan e. Ketidak adilan dan f. Perlakuan salah lainnya. Setiap anak berhak mempeoleh perlindungan dari : a. Penyalagunaan dalam kgiatan politik b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata c. Pelibatan dalam kerusahan sosial d. Pelibatan peristiwa yang mengandung unsure kekerasan dan e. Perlibatan dalam peperangan Pekerja anak memang tersebar luas di Indonesia. International Labor Organization (ILO) memperkirakan bahwa 4.201.452 orang anak di bawah usia
23
Emeliana Krisnawati, Aspek Hukum Perlindungan Anak. CV Utomo. Bandung 2005, hal 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
delapan belas tahun bekerja dalam jenis pekerjaan yang dapat membahayakan diri lebih dari 1,5 juta di antaranya adalah anak perempuan.Sebuah usaha pengumpulan data pokok di tahun 2002-2003 yang dilakukan oleh Universitas Indonesia dan International Program on the. Elimination of Child Labor (IPEC) (bagian dari ILO yang menangani pekerja anak) memperkirakan bahwa terdapat 2,6 juta pekerja rumah tangga di Indonesia, di mana setidaknya 688.132 (34,83 persen) di antaranya adalah anak-anak; 93 persen dari jumlah tersebut adalah anak perempuan di bawah usia delapan belas tahun .Sebagai perbandingan, di tahun 2001 Biro Pusat Statistik Indonesia memperkirakan bahwa terdapat 579.059 pekerja rumah tangga, di mana hanya 152.184 orang di antaranya (26,7 persen) merupakan anak-anak. ILO mempertanyakan metodologi pengumpulan data pemerintah, dan menyimpulkan bahwa angka yang dikeluarkan oleh pemerintah terlalu rendah dibandingkan jumlah pekerja rumah tangga yang sebenarnya di negara ini.24 Faktor-faktor penyebab terjadinya pekerja anak juga bervariasi dari satu negara ke negara lain dan dari satu industri ke industri lain. Akan tetapi, ada beberapa penyebab yang sama atau umum:25 1. Kemiskinan Keluarga miskin mengirim anak-anak mereka bekerja untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Banyak anak yang bekerja di lahan pertanian atau toko
24
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/documents/publicat ion/wcms_144313.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 19.00 WIB 25
http://www.ilo.com diakses pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 21.00 WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
keluarga yang kelangsungannya tergantung pada anggota keluarga yang bersedia bekerja tanpa dibayar. 2. Gagalnya sistem pendidikan Beberapa daerah, terutama daerah pedesaan, tidak mempunyai sekolah. Kadang-kadang, sekolah yang ada meminta pembayaran uang sekolah dan orang tua tidak sanggup membayarnya. Kalau pun sekolah gratis tersedia, biasanya sekolah seperti itu mempunyai mutu yang buruk dan kurikulum yang tidak tepat. Karena itu, orang tua berpendapat bahwa anak mereka akan mempunyai masa depan yang lebih baik bila bekerja dan mempelajari keterampilan praktis yang banyak dibutuhkan orang. 3. Perekonomian informal Pekerja anak lebih umum dijumpai di perusahaan-perusahaan kecil yang tidak terdaftar disektor informal daripada di tempat kerja yang lebih besar. Pengawas ketenaga kerjaan jarang mengunjungi tempat-tempat kerja sekecil itu dan di sana tidak ada serikat pekerja/serikat.Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Pekerja Anak buruh. Di mana ada perekonomian informal dalam skala yang besar, di situ terjadi pemanfaatan tenaga anak sebagai buruh dalam skala yang besar pula. 4. Rendahnya biaya yang dikeluarkan untuk mempekerjakan anak Di
perusahaan-perusahaan
informal
berskala
kecil,
di
mana
undang-undang ketenagakerjaan tidak dilaksanakan, mempekerjakan anak merupakan pilihan yang menarik karena anak dapat dibayar dengan upah yang lebih rendah daripada upah orang dewasa. Tidak seperti pekerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
dewasa, anak-anak pada umumnya juga tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dan dianggap lebih mudah dikendalikan dan diatur. 5. Tidak adanya organisasi pekerja Jumlah pekerja anak menjadi besar terjadi bila serikat pekerja/serikat buruh lemah atau bahkan tidak ada. Serikat pekerja/serikat buruh pada umumnya tidak dijumpai di sektor informal di mana mengorganisasikan para pekerja secara kolektif sulit dilakukan. 6. Adat dan sikap sosial Di banyak negara, elit yang berkuasa atau kelompok etnis mayoritas berpendapat bahwa bekerja merupakan hal yang wajar dan alamiah untuk anak-anak miskin. Para elit atau kelompok etnis tersebut tidak mempunyai komitmen untuk mengakhiri masalah pekerja anak, dan sesungguhnya ingin terus mengeksploitasi anak-anak ini karena mereka merupakan tenaga murah. Pada kasus-kasus lain, bila orang tua mempunyai sedikit uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, pada umumnya mereka memilih menyekolahkan anak
laki-laki,
sehingga anak perempuan rawan
dipekerjakan sebagai pekerja anak.26
2.3 Komunikasi Massa Salah satu bentuk komunikasi massa. Menurut Astrid S. Susanto dalam bukunya “ Komunikasi Sosial di Indonesia ”, Komunikasi Massa adalah suatu kegiatan komunikasi yang diajukan kepada orang banyak dan tidak dikenal 26
www.ilo.org/pdf diakses pada tanggal 04 Juli 2015 pukul 15.00WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
(anonim) selain itu sifatnya dari massa yang hetrogen dalam latar belakang ekonomi, budaya dan pendidikan.
27
Menunjuk pada Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991 komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh (terpencar), sangat hetrogen,menimmbulkan efek tertentu.28 Menurut
Bittner
(1980:10)
“massa
Communication
is
massages
communicated Thorough a Mass Mediun to a large of people” (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar)”.
29
Dari definisi tersebut dapat di ketahui bahwa komunikasi massa itu
harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan yang di hadiri oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang. Jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya di sebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop.30
27
Astrid, Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, 1984, Hal.39
28
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdina, “ Komunikasi Massa Suatu Pengantar”2005, hal.3
29
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, 1998 Hal.188
30
Elvinaro Ardianto dan zulkiati komala Erdiayana.loc.cit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Menurut Gerbner (1967) “mass Communication is the technologically and institutionally based production an distribution of most broadly shared continuo flow massage in industrial societies”. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang continiue srta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, seperti yang di kutip Komal, dalam Karlinah, dkk. 1999). Dari definisi Gerner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, distribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang teta, misalnya, harian, mingguan, perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu. Sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.31 Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” merangkum definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, hetrogen, dan anonim media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat di terima scara serentak dan sesaat.32 Karakteristik Komunikasi Massa
31
Elvinaro Ardianto dan zulkiati komala Erdiayana.loc.cit
32
Jalaluddin Rakhmat Op.cit, hal 98
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Terdapat lima ciri komunikasi massa, seperti yang disebutkan oleh Prof. Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan praktek”, yaitu:33 a. Komunikasi massa berlangsung satu arah Komunikator menyampaikan pesan secara satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) biasanya berlangsung secara tertunda. b. Komunikator pada komunikasi massa berlangsung melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu instusi atau organisasi. Komunikator dalam komunikasi masa disebut komunikator koletif karena pesan yang dihasilkan merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat bersifat umum Pesan yang disalurkan pada komunikasi massa ditunjukkan untuk umum dan mengenai kepentingan umum pula, jika tidak di tunjukkan kepada perseorangan atau kepentingan orang tertentu d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Cirri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (stimultanaeity) pada pihak khalayakyang menontin 33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teoridan Praktek,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1984, hal. 20-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
televise, khalayak yang menonton televise, khalayak secara serentak dan menerima pesan yang diberikan oleh media massa tertentu. e. Komunikan komunikasi masa bersifat hetrogen Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan angota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang di tuju oleh komunikator bersifat hetrogen. Kahalayak ini dalam keberadaannya terpencar-pencar, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, dan masing-masing berbeda dalam berbagai hal : jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan dan sebagainnya.
2.4 Fungsi Media Massa Menurut pendapat Joseph R. Dominick dalam bukunya “The Dynamics of Mass Communication”, fungsi komunikasi massa dapat di bagi menjadi lima yaitu: a. Pengawasan (surveillence) Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) Pengawasan jenis ini terjadi jika medi menyampaikan informasi kepada kita mengenai bencana alam, kristis ekonomi, ancaman terhadapNegara, dan sebagainya. 2. Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya berita tentang film-film di bioskop, harga pokok, dan sebagainya. b. Interpretasi (interpretation) Fungsi ini erat sekali kaitanya dengan fungsi pengawasan media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasinya berserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya tajuk rencana surat kabar, komentar radio, atau siaran televise juga berupa kalikatur yang berupa sindiran. c. Hubungan (linkage) media massa mampu menggabungkan unsure-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa di lakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. d. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mangadopsi perilaku dan nilai-nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan penggabaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
e. Hiburan Tampak jelas pada televisi, film danrekeman suara. Media massa seperti surat kabar dan majalah punya rubic hiburan seperti cerita pendek, cerita panjang dan cerita bergambar.34 2.4.1 Media Komunikasi Massa Media yang dimaksud adalah dalam proses komunikasi yaitu media massayang memiliki cirri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (stimultaneous), dan serentak (instantaneous) Media komunikasi massa yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televise keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya di sebut sebagai media cetak; serta film sebagai media komunikasi masaa adalah bioskop. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, hadir bentuk lainnya dari media massa yaitu internet.35 Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dari media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, dan internet36 2.5 Televisi Televisi paling sering berpengaruh pada kehidupan manusia dibandingkan dengan semua media komunikasi yang ada. Sebanyak 99% orang Amerika
34
Ibid, hal 29-31
35
Ibid, hal 3
36
Ibid, hal 140
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
memiliki televise dirumahnya. Tayangannya televisi dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka mengahbiskan waktu menonton televise sekitar tujuh jam setiap harinya. (Agge et. A1. 2001: 279).37 Komunikasi massa media televisi berbagai dalam beberapa bagian, yaitu: siaran informasi (pemberitahuan), news bulletin (berita koran), news magazine (berita berkala). Wawancara televisi, serta laporan investigasi terhadap suatu kasus.38
2.5.1 Pengertian Program Televisi Program atau acara televisi adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun televisi tersebut. Jika suatu program bisa menarik banyak audien dan jika program itu memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan pemasang iklan untuk mempromosikan produknya, maka media penyiaran bersangkutan akan mendapatkan pemasang iklan dan mendapatkan pemasukan. Dengan demikian, pendapatan dan prospek suatu media penyiaran sangat ditentukan oleh bagian program.39 Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja yang disajikan program untuk ditayangkan ditelevisi selama program itu menarik dan disukai audien dan tidak bertentangan dengan kesusilaaan, hukum dan 37
Elvinaro Ardianto dan Zulkiati komala Erdiayana, loc.cit
38
Wawan Kusnadi, op.cit., hal 17
39
Morissan, , Media Penyairan Strategi Radio dan Televisi, Redina Prakarsa, Tangerang, 2008, hal 200
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memilik kreatifitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Sumber-sumber ide kreatif dapat berhasil dari pengalaman pribadi sehari-hari, pengalaman orang lain yang di ambildari kisah teman seprofesi, pengalaman competitor acara yang serupa, pengalaman lingkungan dengan membaca buku, Koran , majalah, dan sebagainya. Sejumlah faktor yang menentukan kreatifitas dalam program televisi ialah pertama, “ideology” ekonomi-ekonomi televisi merupakan visi-misi dan filosofis kelaharan media televisi. Kedua, struktur organiosasi televisi sejak pemilik dan pemegang kendali keputusan hingga karyawan. Kata ‘Program’ berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara
atau
rencana.
Undang-undang
penyiaran
Indonesia
tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi mengggunakan istilah ‘siaran’ yang didefinisikan sebagai pesan atu rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun, kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia, dibandingkan kata ‘siaran’ untuk mengacu pad apengertian acara. Program adalah segla hal yang ditampilkan untuk menuhi kebutuhan pemirsnya.40 Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang, atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal pemirsa dan pemasangan iklan. Dengan demikian program adalah produk yang butuhkan orang sehingga mereka bewrsedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran, yaitu program yang baik dan mendapatkan pendengar atau 40
Morissan, Op.cit hal 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengarataupun penonton.41
2.5.2 Jenis-jenis Program Televisi Secara umum, program merupaka siaran televisi, sehingga program adalah benda abstrak yang sangat potensi untuk digunakan mencapai tujuan yang bersifat indil, meteri dan komersil. Produksi siaran atau program merupakan produksi masal yang dimilki tujuan untuk menyampaikn informasi, hiburan, dan pendidikan kepada sebagaian besar khalayak dengan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu pembuat sebuah program mebutuhkan biaya yang cukup besar maka sebisa mungkin orang-orang yang ada dibalik layar televisi harus berfikir keras untuk mebuat suatu program yang berkualitas, dapat menarik, minat masyarakat sehingga dapat ‘dijual’ kepada sang pemasang iklan. Program acara yang disuguhkan di televisi memang sangat bervariasi, hal tersebut ditunjukkan untuk memenuhi selera pemirsanya yang beragam. Namun mata acara yang ditayangkan di televisi saat ini lebih di dominan oleh program dalam bentuk hiburan, karena menurut Dominick kekuatan dominik pada televisi adalah sebagai hiburan.
42
Berdasarkan penjelasan dia atas, program dapat diartikan yakni sebuah faktor yang membuat paemirsamerasa teartarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan oleh stasiun pemirsa, baik radio maupun televisi karena program adalah segara
41
Ibid, hal97-99
42
Tommy Supra, Berkarier di Bidang Broadcasting, Media Premissindo, yogjakarta, hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
sesuatu yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya, maka keberadaan televisi tidak akan lengkap tanpa kehadiran program televisi. Dengan sifat televisi yang dapat menghasilkan output berupa audio-visual, program-program televisi mampu mendefinisikan khalayak pada pesan, informasi dan cerita serta adegan-adegan yang mebuat mereka merasa ‘masuk’ kedalam situasi emosional yang sengaja dibentuk adegan-adegan yang ada didalam program tersebut. Menurut wikipedia semi dokumenter muncul dalam bentuk buku, film, atau program televisi yang menampilkan karya fiksi (cerita atau khalayak) dengan menggabungakan atau menggunakan fakta atau kejadian-kejadian sesungguhnya atau cara seperti halnya film dokumenter. Kemasan dokumenter mencangkok berbagai bentuk media audio-visual, termasuk pendekatan gaya betutur fiksi. Bentuk cangkok dilakukan untuk tujuan komersial, yakni menciuptakan daya tarik bagi penonton. Sebagaian pengamat menyebutkan jenis ini sebagai Potsmodern Documentary. Prinsipnya program dokumenter dalam tayangan televisi merupakan perkembangan dari format program jurnalis yang terdiri dalam lima katagori, yakni:43
43
Nurudin Komunikasi Propaganda, Bandung, PT remaja Rosdakarya 2002. Hal 112
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
a. Berita aktual/ reportase Bentuk ini dipakai untuk lapaoran berita (report/news) contohnya pada televisi swasta: liputan 6, Cakrawala, dan Sepetur Indonesia. Reportase mengetengahkan suatu peristiwa secara selintas, dengan menitik beratkan perhatian pada garis besar suatu peristiwa. b. Feature Feature termasuk reportase yang dikemas lebih mendalam dan luas disertai sedikit sentuhan aspek human interst agar memiliki drama tika. bila reportase berupa berita aktual, feature tak menuntuk aktualitas. c. Magazine Magazine dulu biasa disebut majalah udara di radio, merupakan gabungan dari uraian fakta dan opini yang di rangkai dalam satu mata acara. Magazine lebih pada materi yang bersifat mendalam dan berkaitan dengan human interest dan termasuk dalam jajaran berita berkala, karena sebagaian besar penyajiannya lebih besar tidak terikat. d. Dokumenter televisi Dokumenter ini dengan tema atau topik tertentu, disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (kadang dengan voice over), menggunakan wawancara juga ilustri musik sebagai penunjang gambar visual. Dokumenter televisi memiliki nuansa serta orientasi luas, dari mulai sebab hingga akibat sebuah proses atau kejadian menimpa yang diketengahkan sebagai isi, sedangkan reportase hanya mengetengahkan garis besar peristiwa. Durasi dokumenter untuk televisi juga ditentukan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
misalnya 24 menit, 48 menit atau 54 menit. Berebda dibandingkan dengan dokumenter film yang lebih bebas dalam menentukan durasi.
e. Dokumenter seri televisi Format ini merupakan suguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa subtemaatau episode/seri. Umumnya tema program dokumnter seri adalah mengenaai sejarah, ilmuan pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan atau kontradiksi. Umumnya meliputi kriminalitas, baik dalam gaya reportase maupun investigasi. Contohnya : Derap Hukum, Lacak, Buser, dan Sigi, serta lainnya. Yang perlu ditekankan disini adalah, bukan kesalaahn melainkan merupakan sebab akibat dari perkembangan kemasan program/acara televisi yang pertumbuhannya sedemikian pesat dibandingkan dengan kemasan atau gaya pada film dokumenter.
2.5.3 Lembaga Penyiaran Lembaga penyiaran adalah penyelenggaraan penyiaran baik lembaga penyiaran public, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran langganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang undangan yang berlaku menurut UU No. 32 Tahun 2002 tentang lembaga penyiran televisi di Indonesia ada beberapa bagian :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
1. Non komersial a. lembaga penyaiaran publik, lembaga penyiaran yang terbentuk badan hukum didirikan oleh Negara, bersifat independent, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. b. Lembaga peniyaran komunitas, lembaga yang didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tertentu 2. Komersil a. lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran yang bersifat komersil berbentuk badan hukum Indonesia. Yaitu bidang usahanya hanya melenggarakan jasa media radio / televisi.
Sumber pembiayaan
diperoleh dari siaran iklan dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggraan penyiaran. b. Lembaga
ppenyiaran
berlangganan,
lembaga
penyiaran
yang
menyediakan pelayanan jasa penyiaran secara berlangganan dan berbayar. Lembaga penyiaran ini menyalurkan materi siaran melalui tiga saluran yaitu : satelit, kabel, dan taristorial.
http://digilib.mercubuana.ac.id/