BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction management). Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain dan bersinergi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek.. 2.1.1 Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha, 2007). Munawaroh (2003) menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia. Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997). Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu (Tampubolon, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian proyek yang diambil dari beberapa sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai cirri: Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan), serta mempunyai jangka waktu yang umumnya terbatas Rangkaian kegitan proyek hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik. Jadi, tidak ada dua atau lebih proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis.
2.1.2 Jenis-jenis Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2009) Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu : Bangunan Gedung : rumah, kantor dan lain-lain. Ciri-ciri dan kelompok bangunan ini adalah : 1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal. 2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah dikethui. 3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. Bangunan Sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah : 1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguan bagi kepentingan manusia. 2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
Universitas Sumatera Utara
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.
2.2 Manajemen Proyek Manajemen
Proyek
menurut
Harold
Kenzer
adalah
merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek menurut wideman adalah ilmu dan seni untuk mengatur dan memadukan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya lain untuk mencapai tujuan-tujuan dalam waktu, anggaran, kualitas yang terbatas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua individu yang terlibat. Dapat disimpulkan pengertian Manajemen Proyek dari beberpa pengertian diatas adalah suatu ilmu dan seni
dalam
merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan
mengendalikan sumber daya-sumber daya yang ada untuk tercapainya tujuan-tujuan dalam kegiatan konstruksi. Manajemen Proyek adalah suatu pola yang digunakan agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method. Menurut Gusti Ayu, Manajemen proyek bertugas merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan agar dapat mencapai tujuan proyek. Secara garis besarnya konsep manajemen proyek bertujuan untuk menciptakan keterkaitan yang erat antara perencanaan dan pengendalian.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain : 1.
Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2.
Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan
3.
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4.
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalahmasalah yang terjadi di lapangan
5.
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa dilapangan
2.2.1
Tujuan Manajemen Konstruksi Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (Spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan
Dalam
rangka
pencapaian
hasil
ini
selalu
diusahakan
pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Universitas Sumatera Utara
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut 1.
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2.
Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.
3.
Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4.
MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
2. 2.2 Peranan Manajemen Konstruksi Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi : a.
Agency Construction Manajement (ACM) Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total
Universitas Sumatera Utara
serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan. b.
Extended Service Construction Manajemen (ESCM) Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
c.
Owner Construction Management (OCM) Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
d.
Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM) Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini
konsultan
GMPCM
tidak
melakukan
pekerjaan
konstruksi
tetapi
bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
2.2.3 Tahapan-Tahapan Dalam Proyek Konstruksi Ervianto (2009) menjelaskan bahwa suatu kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Disamping itu, di dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu
Universitas Sumatera Utara
rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Adapun urutan rangkaian kegiatan dalam suatu proyek konstruksi adalah sebagai berikut 1.
Tahap Perencanaan (Planning) Semua proyek konsruksi biasanya dimulai dari gagasan atau rencana dan dibangun
berdasarkan kebutuhan (need). Pihak yang terlibat adalah pemilik. Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi : a. Menentukan tujuan. Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan dilakukan. b.
Menentukan sasaran. Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya.
c.
Mengkaji posisi awal terhadap tujuan. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi perlu diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
d. Memilih alternatif. Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak. e.
Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan. 2.
Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan : a.
Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
b.
Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
c.
Menyusun analisis kelayakan proyek
d.
Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi Pihak yang terlibat adalah konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi (MK)
3.
Tahap Penjelasan (Briefing) Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang
diijinkan sehingga konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan keinginan pemilik. Kegiatan yang dilaksanakan : a. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli b. Mempertimbangkan
kebutuhan
pemakai,
keadaan
lokasi
dan
lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu. c. Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan d. Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah dan batas-batas proyek. Pihak yang terlibat adalah pemilik dan Konsultan Perencana 4.
Tahap Perancangan (Design) Pada tahap ini adalah melakukan perancangan (design) yang lebih mendetail
sesuai dengan keinginan dari pemilik. Seperti membuat Gambar rencana, spesifikasi,
Universitas Sumatera Utara
rencana anggaran biaya (RAB), metoda pelaksanaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan : a. Mengembangkan ikhtisiar proyek menjadi penyelesaian akhir b. Memeriksa masalah teknis. c.
Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
d. Mempersiapkan: Rancangan terinci, Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal, serta daftar kuantitas Taksiran biaya akhir. Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan MK, konsultan rekayasa nilai dan konsultan quantitiy surveyor. 5.
Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender) Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan
proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya Kegiatan yang dilaksanakan : a. Prakulaifikasi b.
Dokumen Kontrak Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), konsultan MK.
6.
Tahap Pelaksanaan (Construction) Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di lapangan : a. Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah: Perencanaan dan pengendalian Jadwal waktu pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
Organisasi lapangan Tenaga kerja Peralatan dan material b. Kegiatan Koordinasi Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan Mengkoordinasi para sub kontraktor Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK, kontraktor, Sub Kontraktor, suplier dan instansi terkait. 7.
Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance & Start Up) Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai
dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan adalah : a. Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing) b. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan- kerusakan c.
Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan.
d. Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.
2.2.4 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2009) dalam kegiatan proyek konstruksi, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Secara skematik, pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dapat dilukiskan seperti Gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen proyek mempunyai kewajiban untuk mengoordinasikan semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut di atas sehingga tujuan proyek dapat tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal mendapatkan hal-hal yang menjadi tujuan atau sasaran keterlibatan mereka dalam proyek tersebut.
Lembaga Internal
Pemilik Proyek
Konsultan Kontraktor Utama & khusus
Tenaga Kerja Manajemen Proyek
Badan Pemerintah Lembaga Pelayanan
Masyarakat
Pemasok
Institusi Keuangan
Gambar 2.1 Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi Disamping memperhatikan sasaran yang ingin dicapai masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, manajemen proyek juga perlu memperhatikan saat-saat keterlibatan dari masing-masing pihak. 2.3 Unsur-Unsur Pembangunan Ervianto (2009) menjelaskan bahwa usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak yaitu pihak pemilik (Owner), pihak perencana (Designer), dan pihak kontraktor (Aannemer).
PEMILIK PROYEK
PENGGUNA JASA
KONSULTAN
KONTRAKTOR Universitas Sumatera Utara
PENYEDIA JASA
Gambar 2.2 Hubungan Antar Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi
2.3.1
Pemilik Proyek Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penerima jasa dan membayar biaya pekerja tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta. 2.3.2
Konsultan Pihak atau badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisah menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisnya, yaitu konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal dan lain sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut sebagai konsultan perencana. Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang merekat erat mebuat system bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/ perseorangan berbadan hokum/ badanbergerak dalam hukum yang dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3
Kontraktor Kontraktor adalah orang atau badan
menyelenggarakan
yang menerima pekerjaan dan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
2.3.4 Kontrak Konstruksi Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama adalah kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak konstruksi. Dasar-dasar pengertian mengenai kontrak dalam konteks kontrak pekerjaan konstruksi pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan:
Proses pembentukan kontrak
Proses dan prosedur pelaksanaan kontrak
Pelanggaran kontrak
Analisis kerugian akibat pelanggaran kontrak
Hubungan komunikasi
Proses pembentukan kontrak diawali dengan adanya dua pihak atau lebih yang telah saling menyetujui untuk mengadakan suatu transaksi, umumnya berupa kesanggupan
Universitas Sumatera Utara
oleh satu pihak untuk melakukan sesuatu bagi pihak lainnya dengan sejumlah imbalan yang telah disepakati bersama. Namun demikian tidak semua persetujuan dan transaksi akan dilanjutkan dalam bentuk kontrak. Persetujuan hanya dapat dilakukan dalam bentuk kontrak bila memenuhi dua aspek utama yaitu saling setuju serta ada penawaran dan penerimaan. Dalam proyek konstruksi hampir selalu terjadi pergeseran terhadap kelausul-kelausul kontrak. Hal ini disebabkan oleh karakteristik proyek tersebut dan juga aksi atau reaksi dari pihak-pihak yang telah bersepakat dalam kontrak. Terjadinya pergeseran tersebut tidak semuanya dikategorikan sebagai pelanggaran kontrak, tetapi harus ditinjau secara detail situasi atau kondisi yang menyebabkannya. Pelanggaran kontrak terjadi jika salah satu atau semua pihak yang terlibat dalam kontrak melanggar sebagian atau seluruh kesepakatan yang telah disetujui bersama. Akibatnya salah satu pihak atau kesemuanya akan mengalami kerugian dan oleh karena kerugian itu, dapat dilakukan tuntutan pergantian pada pihak yang menyebabkan. Pelanggaran kontrak akan terjadi jika pihak-pihak yang bersepakat melakukan pelanggaran terhadap satu atau lebih persyaratan yang terkandung dalam kontrak, dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak yang bersepakat. Dengan merujuk pada kadar pelanggaran yang terjadi, pihak yang merugikan dapat dituntut sesuai aturan yang berlaku atas akibat pelanggaran tersebut. Pemutusan kontrak dapat terjadi dengan sendirinya atau karena pertimbangan lain yang mengakibatkan kontrak terhenti sebelum saatnya. Jika dalam proses pelaksanaan kegiatan terjadi kegagalan yang bersifat material yang dilakukan oleh kontraktor, yang oleh pemilik dapat dinilai membahayakan kelangsungan dan penyelesaian pekerjaan seperti yang tercantum dalam klausul mengenai pemutusan kontrak, maka dapat terjadi pemutusan hubungan kontrak melalui pemberitahuan singkat atau bahkan tanpa ada
Universitas Sumatera Utara
pemberitahuan terlebih dahulu kepada kontraktor. Apabila ini terjadi maka pemutusan tersebut tentunya harus disertai dengan ganti rugi yang memadai bagi pihak kontraktor.
2.4 Penjadwalan Proyek Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan yang baik dapat menghemat ± 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai ± 400%. Sering terjadi ketidak tepatan persepsi oleh pihak industri konstruksi antara perencanaan dan penjadwalan. Kedua kata tersebut sering disatukan dan digunakan untuk menyebut jabatan seseorang dalam unit usaha “perencanaan dan penjadwalan”. Arti sesungguhnya dari keduanya sangat berlainan meskipun tetap saling berkaitan. “Penjadwalan” digunakan untuk menggambarkan “proses” dalam proyek konstruksi dan merupakan bagian dari “perencanaan”. Keterkaitan antara perencananaan dan penjadwalan dapat diilustrasikan sebagai berikut. Perencanaan pondasi dari sebuah bangunan mencakup beberapa fungsi yang terkait, yaitu fungsi estimasi, penjadwalan, pengendalian. Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan dari berbagai alternative yang mungkin, misalnya metoda konstruksi yang tepat dan urutan kerjanya. Proses ini nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan penjadwalan dan selanjutnya sebagai tolak ukur untuk pengendalian proyek. Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu
Universitas Sumatera Utara
yang dibutuhkan dan urutan kegiatan merefleksikan perencanaan dan oleh karenanya perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu. Hal – hal yang mendasar dari kegiatan perencanaan adalah pencarian informasi dan data, pengembangan dari berbagai alternative, pemilihan alternative, pelaksanaan dan memberikan masukan. Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek. Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek. Penjadwalan Proyek merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang Manajer Proyek dalam: Membagi projek kedalam bentuk tugas dan estiamsi waktu serta sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pengorganisasian tugas yang bersamaan untuk membuat jadwal yang optimum. Meminimumkan ketergantungan tugas untuk menghindari adanya jeda waktu (delay) yg ditimbulkan oleh suatu tugas yang pengerjaannya harus menunggu tugas lainnya selesai. Penjadwalan dibutuhkan dalam suatu proyek untuk membantu : Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek Mengidenifikasi hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara hal-kritis pada proyek
Universitas Sumatera Utara
Faktor-Faktor yang harus dipetimbangkan dalam membuat jadwal pelaksanaan proyek a. Kebutuhan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan b. Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek selanjutnya c. Alasan social politiklainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah d. Kondisi alam dan lokasi proyek e. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut f. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya g. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung h. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan teknis. i. Cuaca, musim dan gejala alam lainnya j. Referensi hari kerja efektif.
Prinsip-prinsip dalam Penjadwalan Proyek diantaranya adalah sebagai berikut: Pembagian Proyek harus dibagi-bagi ke dalam sejumlah tugas & aktifitas yang dapat dikendalikan untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan yang ada (melakukan dekomposisi masalah). Saling Ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
Adanya saling ketergantungan dari setiap tugas & aktifitas yang dibagi harus ditentukan dari awal penjadwalan proyek . Alokasi Waktu Setiap tugas yang akan dijadwalkan harus dialokasikan kedalam sejumlah satuan kerja (mis. Person-day dll). Validasi Kerja Setiap proyek memiliki staff tertentu, dimana pada saat pembagian tugas, harus dipastikan bahwa tidak akan kelebihan alokasi waktu atau jumlah SDM pada saat tertentu.
Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam Penjadwalan Proyek diantaranya adalah sebagai berikut: Produktifitas tidak berbanding lurus dengan jumlah orang yang mengerjakan tugas. Seringkali hal tersebut diatasi dengan solusi penambahan personal pada akhir proyek, namun solusi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya overhead komunikasi antar personal dalam proyek karena terlalu banyak personal yang terlibat dalam proyek. Segala sesuatu yang tidak diharapkan bahkan hal yang paling buruk mungkin akan terjadi, sehingga membutuhkan suatu perencanaan yang matang dalam penjadwalan proyek, apabila perlu dibuat perencanaan cadangan dalam proyek.
2.5 Metode Penjadwalan Proyek Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan-
Universitas Sumatera Utara
urutan tertentu sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek dapat diselesaikan. Kegiatankegiatan dalam proyek ini saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan yang logis, dalam artian bahwa beberapa kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya terlebih dahulu di selesaikan. Yang harus dicapai dalam proyek, kapan dan bagaimana proyek tersebut dilaksanakan. Adapun beberapa metode penjadwalan adalah sebagai berikut: Metode Gantt Chart Metode CPM (Critical Path Method) Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique) Metode PDM (Precedence Diagram Method ) Metode Schedule Linear ( Line of Balance )
2.5.1 Metode Gantt Chart Pada tahun 1917, Henry Gantt mengembangkan sebuah metode untuk membantu penjadwalan job shops. Metode ini akhirnya terkenal dan dipakai sampai sekarang dengan nama Gantt Chart. Gantt Chart adalah suatu metode yang bernilai khususnya untuk proyek-proyek dengan jumlah anggota tim yang sedikit.
Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat
fundamental dan mudah diterapkan oleh para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub-sub tugas dari proyek. Semakin banyak tugas-tugas dalam proyek dan semakin penting urutan antara tugas-tugas maka senakin besar kecendrungan dan keinginan untuk memodifikasi gant chart. Gant chart membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan “what if” saat melihat kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap kebutuan.
Universitas Sumatera Utara
Gantt Chart merupakan suatu grafik dimana ditampilkan kotak-kotak yang mewakili setiap tugas dan panjang masing-masing setiap kotak menunjukkan waktu pengerjaan tugas-tugas tersebut dalam format perwaktuan tertentu seperti jam, hari, tanggal, minggu,
bulan
atau
tahun
.
Gambar 2.3 Grant Chart dengan format perwaktuan hari
Gambar 2.4 Grand Chart Dengan Format Perwaktuan Bulan Beberapa keuntungan dalam menggunakan Gantt Chart: Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
Universitas Sumatera Utara
Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan. Beberapa kerugian dalam menggunakan Gantt Chart: Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru
2.5.2 Metode CPM (Critical Path Method) Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaanpekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007). Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
Universitas Sumatera Utara
Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek.
Jaringan Kerja Menurut Eka, Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) :
(anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke
Universitas Sumatera Utara
kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
(lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatankegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.
(anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.
(anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.
Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) : a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
Universitas Sumatera Utara
b.
Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi. d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event). Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.5 Ketergantungan Logikal Penggambaran Diagram Jaringan Kerja
a. Kegiatan B hanya dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilaksanakan. b. Kegiaatan C hanya dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai dilaksanakan c. Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilaksanakan. d. Kegiatan C dan D hanya dapat dilakukan setelah kegiatan A dan B selesai dilaksanakan
Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest Event Time) dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen,
Universitas Sumatera Utara
EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.
Gambar 2.6 EET dan LET suatu Kegiatan X /(i, j) = nama kegiatan i = Peristiwa awal kegiatan X j = Peristiwa akhir kegiatan X Lij = Durasi kegiatan (i, j)
EET ( Earliest Event Time) Perhitungan maju untuk mengitung EET (Earliest Event Time) EETj = (EETi + d)max Prosedur menghitung EET :
Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor satu berturut-turut samapi nomor maksimal
Tentukan nilai EET untuk pristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol.
Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas.
LET (Last Event Time) Perhitungan waktu mundur untuk menghitung LET (Last Event Time) LETi = (LETj + d)max Universitas Sumatera Utara
Prosedur Perhitungan LET :
Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan trakhir.
Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas
Bila terdapat lebih dari satu kegiatan ( termasuk dammy) maka dipilih LET yang minimum.
Total Float (TF) Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kehiatan boleh ditunda atau terlambat tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF) adalah
TF = LET – d - EET Contoh:
Float total kegiatan D : TF = LET – d – EET = 9 – 2 – 5 = 2 Nilai TF = 2, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaannya maksimal dua minggu tanpa menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. Free Float (FF)
Universitas Sumatera Utara
Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi atau menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free Float (FF) dapat dihitung:
FF = EETberiku(j) – d – EETawal(i) Contoh:
FF = EETj – d - EETi = 8 – 2 – 5 = 1 Nilai FF = 1, berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaannya maksimum 1 minggu tanpa mempengaruhi waktu pelaksanaan atau menyebabkan keterlambatan pada kegitan berikutnya (Kegiatan G). Inferent Float (IF) Adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), Sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.
IF = TF – FF Contoh:
IF = TF – FF = 2 – 1 =1
Universitas Sumatera Utara
Nilai IF = 1, berarti kegiatan D boleh mengalami penundaan lagi sebesar maksimal 1 minggu lagi (sampai nilai IF = 0) Jalur Kritis Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997). Jalur kritis dalam suatu diagram jaringan adalah lintasan yang terdiri dari kegiatankegiatan
kritis
dan
peristiwa-peristiwa
kritis
yang sangat
sensitif
terhadap
keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan satu hari juga (Ali, 1997). Sedangkan peristiwa kritis merupakan peristiwa yang memiliki EETi = LETi sehingga EETi - LETi = 0 hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. (Siagian, 1998). Menurut Badri (1997) Manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut : Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya.
Universitas Sumatera Utara
Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.
2.5.3
Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique) Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan
yang diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas. Pada diagram PERT, suatu aktifitas dalam proyek diwakili dengan jaringan simpul dan tanda panah yang kemudian dievaluasi untuk menentukan kegiatankegiatan terpenting, meningkatkan jadwal yang diperlukan dan merevisi kemajuankemajuan saat proyek telah dijalankan. Jadi pada metode PERT ini dilakukan dengan cara pembentukan diagram anak panah.
Universitas Sumatera Utara
Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan-kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi
Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek Gusti Ayu menjelaskan bahwa teori Probabilitas dengan kurva distibusinya bermaksud untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta menjelaskannya secara kuantitatif. Dalam metode PERT, diketahui tiga angka estimasi setiap kegiatan. Tujuan dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan rentang waktu yang paling lebar dalam melakukan sasaran dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan. Ketiga estimasi durasi tersebut adalah: Kurun waktu optimistic (optimistic duration time) Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama
Universitas Sumatera Utara
Kurun waktu paling mungkin (most likely time) Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time) Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segala sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te) atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Dalam menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan. Rumusannya adalah ( Yamit, 2003):
Dimana: te = waktu yang diharapkan a = waktu optimis b = waktu pesimis m = waktu paling mungkin
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi Jalur Kritis dan Slack Menurut Gusti ayu, Jalur kritis adalah jalur yang terdapat aktivitas-aktivitas paling banyak memakan waktu mulai dari permulaan hingga akhir jaringan. Dengan menggunakan konsep te dan angka-angka waktu paling awal peristiwa terjadi EET dan waktu paling akhir peristiwa terjadi LET maka identifikasi kegiatan kritis, jalur kritis dan slack yaitu: EETj = EETi + te(i-j) LETi = LETj -te(i-j) Untuk jalur kritis berlaku : Slack = 0 atau LET - EET = 0; TL=TE Deviasi Standar dan Varians Kegiatan Estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik, angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut (Soeharto,1995): Deviasi Standar Kegiatan (
)
Varians Kegiatan ( ) Dimana :
Universitas Sumatera Utara
S = deviasi standar kegiatan V(te) = varians kegiatan
Dalam menghitung Varians kegiatan V(te), varians peristiwa V(TE) baik untuk milestone ataupun untuk proyek secara keseluruhan, yang terdiri dari serangkaian kegiatan-kegiatan dengan rumus sebagai berikut (Soeharto,1995) : (EET)-4 = (EET)-1 + te(l-2) + te(2-3) V(EET) pada saat proyek mulai = 0 V(EET)-2= V(EET)-1 + V(te) 1-2 Total V(EET) diperoleh dari perhitungan pada jalur dengan kurun waktu terpanjang atau varians terbesar. Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z yaitu hubungan antara waktu yang diharapkan (EET) dengan target T(d) dengan rumus sebagai berikut: ( )
Dimana : z = Kemungkinan target yang hendak dicapai T(d) = Target waktu penyelesaian proyek EET = Waktu paling awal peristiwa S = Standar Deviasi Dengan menggunakan table Comulative Normal Distribution akan dapat menentukan persentase (%) proyek selesai pada target T(d).
Universitas Sumatera Utara
2.5.4
Metode PDM (Precedence Diagram Method ) Metode Preseden Diagram (PDM) diperkenalkan oleh J.W Fondahl dari
Universitas Stanford USA pada awal dekade 60-an. PDM adalah jaringan kerja yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya hanya sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy pada PDM tidak diperlukan. Ervianto (2009) menjelaskan bahawa Kegiatan dalam Presedence Diagram Method (PDM) digambarkan dengan lambang segiempat, karena letak kegiatan dibagian node sehingga disebut juga Activity On Node (AON) dalam Presedence Diagram Method (PDM) ini tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan.
Gambar 2.7 Bentuk Presedence Diagram Method (PDM) Perhitungan Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan hitungan maju yaitu Earliest Start(ES) dan Earliest Finish (EF). Jalur kritis ditandai oleh beberapa kegiatan sebagai berikut:
Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)
Earliest Finis (EF) = Latest Finish(LF)
Universitas Sumatera Utara
Latest Finish (LF) = Earliest Finish (EF)= Durasi
Sedangkan Float pada Presedence Diagram Method (PDM) dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Total Float (TF), dan Free loat (FF).
Total Float (TF) = Min (LS-EF) Free Float (TF) = Min (ES-EF)
2.5.5
Metode Schedule Linear (Line of Balance) Metode Line Of Balance mulai dikembangkan pada awal tahun 1940-1n pada
lingkungan manufaktur (Mendes & Heineck, 1978). Pada tahun 1965 Lumsden menjadi pionir yang mengaplikasikan metode LOB ini pada proyek konstruksi dan pada akhirnya metode ini dikenal sebagai metode terbaik untuk pekerjaan yang berulang misalnya proyek perumahan (Pilcher, 1992). Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penggambaran LOB chart, diantaranya adalah a. Handover Rate adalah besaran yang menunjukkan laju pekerjaan . b. Velocity Diagram merupakan bagan yang menunjukkan Handover Rate/ laju pekerja untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan per satuan waktu, hal ini digambarkan LOB sebagai kemiringan sudut dari grafik suatu aktifitas pekerjaan (Newitt, 2005) Persamaan garis untuk menggambarkan velocity diagram dapat dinyatakan sebagai berikut (Pilcher, 1992) Q = mt + C
Universitas Sumatera Utara
Dimana Q = jumlah unit yang dihasilkan M = jumlah unit per satuan waktu T = besaran waktu C = konstanta dari nilai Q c. Conflict, terjadi apabila suatu aktifitas laju produktifitasnya lebih lambat dibandingkan aktifitas pengikutnya.
d. Buffers menentukan diperbolehkan seberapa dekat suatu aktivitas pengikutnya saat dikerjakan. Sehingga tujuan pemberian buffer oleh para perencana adalah untuk meminimalisir resiko terjadi conflict yang menyebabkan idle time sumber daya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Newitt (2005) langkah-langkah penggambaran LOB chart secara umum dapat diuraikan sebagai berikut a. Tentukan aktivitas-aktivitas pekerjaan b. Estimasi laju produksi tiap-tiao aktivitas pekerjaan c. Tentukan urutan-urutan tiap-tiap aktibvitas pekerjaan d. Buat velocity diagram untuk aktivitas pertama e. Tambahkan velocity diagram ke setiap aktivitas pekerjaan f. Perhatikan conflicts dan buffers
2.6 Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project) Dalam suatu proyek yang dikehendaki selesai dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan dengan konsekuensi akan terjadi peningkatan biaya. Percepatan durasi pelaksanaan proyek dengan biaya serendah mungkin dinamakan Crashing Project (Badri, 1991). Pada CPM, untuk mempercepat waktu pengerjaan proyek maka diadakan percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis, dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur) Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Dengan adanya penambahan jam kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja. Adapun
Universitas Sumatera Utara
indikasi penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan jam kerja dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:
Indeks Produktivitas
1,3
Proyek Besar
1,2
1,1 Jam Lembur 1,0
2,0
3,0
Gambar 2.10. Indikasi menurunnya produktivitas akibat penambahan jam kerja (Sumber : Soeharto, 1997)
Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut: a. Produktivitas Harian
b. Produktivitas Tiap Jam
c. Produktivitas Harian Sesudah crash (
)
(
)
Universitas Sumatera Utara
Dimana: rja
g d. Crash Duration
Tabel.2.1 Koefisien Penurunan Produktifitas Jam Lembur (jam)
Penurunan Indeks Produktifitas
Prestasi Kerja
1
0.1
90
2
0.2
80
3
0.3
70
4
0.4
60
(%)
2.6.1 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost) Dengan adanya penambahan waktu kerja, maka biaya untuk tenaga kerja akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 bahwa upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Universitas Sumatera Utara
Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1. Normal ongkos pekerja perhari
2. Normal ongkos pekerja perjam
3. Biaya Lembur pekerja
Dimana: n = jumlah penambahan jam kerja 4. Crash Cost pekerja perhari (
)
(
)
5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan waktu)
2.6.2 Hubungan Antara Biaya dan Waktu Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.17. Titik A mnunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu-biaya.
Universitas Sumatera Utara
Biaya
Biaya waktu
B
Dipersingkat
Titik Dipersingkat
Biaya Dipercepat
A Titik Normal
Waktu Dipercepat
Waktu
Waktu
Normal
Gambar 2.11. Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk suatu kegiatan (Sumber : Soeharto ,1997)
Universitas Sumatera Utara