BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Obligasi Salah satu produk yang dikeluarkan pasar modal adalah obligasi. Obligasi dapat dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi (bond) merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan yang berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak yang membeli obligasi. Beberapa pengertian obligasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut. Menurut (Keown, 2011) obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggapun pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam dan berjanji untuk membayar kepada pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya. Pendapat yang dikemukakan oleh (Syahyunan, 2015) obligasi merupakan surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi (bond issuer) tersebut memperoleh pinjaman dana dari pembeli obligasi (bond holder) dan memiliki kewajiban membayar kupon (bunga) secara berkala atas obligasi tersebut serta kewajiban melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Syahyunan juga mengatakan obligasi merupakan bagian dari instrumen fixed income yang cukup menarik bagi calon investor yang ingin mendapatkan keuntungan tingkat suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan deposito. Jenis suku bunga yang diberikan obligasi bisa berbentuk suku bunga tetap (fixed rate) dan suku bunga mengambang ( floating rate). Periode jatuh tempo biasanya sekitar 5 tahun. Pembayaran suku bunga kepada pemegang saham obligasi bisa dilakukan dengan periode triwulan atau semesteran. Menurut (Brigham, 2010) obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor dipasar modal ataupun bagi perusahaan dalam mendapatkan dana untuk pengembangan perusahaan. Rivai et al. juga mengatakan obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak antara pemberi pinjaman dan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Menurut (Darmadji, 2006) merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang didalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa surat utang obligasi merupakan suatu instrumen keuangan dimana terdapat kontrak perjanjian didalamnya antara investor dengan perusahaan yang menerbitkan
Universitas Sumatera Utara
obligasi dimana perusahaan penerbit (bond issuer) berjanji untuk membayar bunga dari dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang tetap dan melunasi kewajiban pokoknya pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Pihak yang membeli obligasi (bond holder) akan mendapatkan keuntungan melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Kemudian, jika emiten (bond issuer) mengalami kebangkrutan, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibandingkan pemegang saham (Darmadji, 2006). 2.1.2 Jenis-Jenis Obligasi Menurut Brigham dan Houston jenis-jenis obligasi dibagi menjadi beberapa kategori antara lain: 1.
Berdasarkan Penerbitnya, obligasi terbagi menjadi: a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang terbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun badan usaha swasta. b. Government Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat suatu negara. Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN) dan lainnya. c. Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2.
Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, obligasi terbagi menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat dituangkan secara serkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya. c. Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara berkala. d. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan tertentu seperti average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu tingkat suku bunga deposit dari bank pemerintah atau bank swasta. e. Combination Rate Bonds yaitu obligasi yang besarnya merupakan kombinasi antara bunga tetap dan bunga mengambang. 3.
Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi, obligasi terbagi menjadi: a. Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan kedalam bentuk saham perusahaan penerbitnya. b. Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam jumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Collable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten (bond issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa umur obligasi tersebut berakhir. d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengaharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu (strike price) sepanjang umur obligasi tersebut. 4.
Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya, obligasi terbagi menjadi: a. Secured Bonds merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari pihak ketiga. b. Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
5.
Berdasarkan Nominalnya, obligasi terbagi menjadi: a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam satu nominal, contohnya Rp 1 Milyar per lot. b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang lebih kecil.
6.
Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil, obligasi terbagi kedalam 2 kategori: a. Conventional
Bonds
yaitu
obligasi
yang
diperhitungkan
dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
Universitas Sumatera Utara
b. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi syariah, yaitu: 1) Obligasi
Syariah
Mudharabah
merupakan
obligasi
syariah
yang
menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diterima oleh investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan cara mengetahui pendapatan emiten. 2) Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi yang menggunakan akad sewa sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan. 2.1.3 Peringkat Obligasi (Bond Rating) Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan. (Darmadji, 2006) mengatakan bahwa agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka
Universitas Sumatera Utara
investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi. Peringkat Obligasi (bond rating) merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi obligasi bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat obligasi tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Brigham, 2010). Menurut Brigham dan Houston (2010) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu: 1.
Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya.
2.
Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan,dan peringkatnya pun akan meningkat.
3.
Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.
4.
Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama oleh perusahaan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
5.
Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah dimata lembaga pemeringkat.
6.
Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.
7.
Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8.
Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9.
Anti trust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan.
10.
Operasi diluar negeri.
11.
Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk.
12.
Kewajiban atas produk.
13.
Kewajiban pension.
14.
Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul dimasa yang akan datang yang dapat memperlemah posisi perusahaan.
15.
Kebijakan akuntansi. Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas
memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang diterima dengan membeli obligasi (Brigham, 2010). Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia 13/31/DPNP Tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu PT Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard Poor’s (S&P). PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang dapat digunakan perusahaan termasuk Bank Indonesia.
Peringkat IdAAA
IdAA
IdA
IdBBB
IdBB
IdB
Table 2.1 Defenisi Peringkat Obligasi (Bond Rating) PT PEFINDO
Arti Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan ekonomi yang merugikan. Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
IdB
Lanjutan Tabel 2.1 IdCCC
IdD
Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor yang rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut. Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah berhenti berusaha. Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus(+) ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam suatu kategori peringkat.
Sumber: www.pefindo.com
Pefindo menyatakan peringkat obligasi suatu perusahaan dengan investment grade (AAA,AA,A,dan BBB) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut baik. Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya keperusahaan karena investor menganggap perusahaan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dan pefindo menyatakan suatu obligasi tersebut non investment grade (BB,B,CCC dan D) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut mengalami penurunan. Jika terjadi penurunan peringkat obligasi maka investor tidak akan tertarik menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau bahkan akan menjual saham yang dimiliki. Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industry (industrial accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan (takeover) atau restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko peristiwa (event risk) dan
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit (Syahyunan, 2015). 2.1.4 Risiko Obligasi Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi, obligasi memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila terjadi kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika terjadi penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat menyebabkan penjual akan merugi. Menurut Syahyunan (2015) terdapat beberapa jenis resiko yang ada pada obligasi, yaitu: 1. Risiko Gagal Bayar Resiko gagal bayar (default risk) adalah ketidakmampuan perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut (issuer) membayar kembali utang pokok (principal) dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan. Biasanya obligasi pemerintah merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh pemerintah/negara. Sedangkan pada obligasi perusahaan risiko gagal bayar bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin pada laporan keuangannya, baik pada neraca maupun laporan laba ruginya. 2. Risiko Tingkat Bunga Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga pasar naik, maka
Universitas Sumatera Utara
harga obligasi akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor akan merugi. 3. Risiko Inflasi Risiko inflasi (inflation rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat bunga (interest rate).Faktor ini biasanya sulit untuk diprediksi. Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi, karena apabila inflasi di suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang menyebabkan harga obligasi jatuh, begitupun sebaliknya. 4. Risk of Call Risk of Call atau sering juga disebut sebagai risiko ditarik kembali merupakan risiko yang melekat pada pemegang obligasi (bond holder), yaitu risiko yang terjadi akibat ketidakpastian antara arus kas dengan reinvestment risk yang menyebabkan ditariknya obligasi sebelum tanggal jatuh temponya. Risiko ini juga dapat diartikan bahwa penerbit obligasi (bond issuer) memiliki kewenangan untuk membeli balik (repurchase) obligasinya pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh tempo. 5. Risiko Likuidasi Risiko likuidasi (liquidity risk) merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh pemegang saham dan obligasi dimana pemegang (investor) memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam menjual sekuritas yang dimilikinya karena likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual sebuah obligasi di pasar sekunder.
Universitas Sumatera Utara
6. Risiko Politik dan Peraturan Risiko politik dan peraturan (political and regulatory risk) merupakan risiko investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara. Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak ataupun lingkungan hukum.
7. Risiko Usaha Risiko usaha (business risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang biasa disebut dengan faktor fundamental. 8. Risiko Maturitas Risiko maturitas ini adalah risiko yang berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi. Secara umum, semakin lama jangka waktu sebuah obligasi, semakin besar pula tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitasnya. 9. Risiko Pasar Risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi di pasar dan akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap para investor yang ada di pasar. 10. Reinvestment Risk Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan harus diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah. Kupon yang diterima
Universitas Sumatera Utara
investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki reinvestment risk adalah zero coupun bond. 11. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu Negara. Adanya potensi investasi antar negara memungkinkan munculnya risiko akibat dari perubahan nilai tukar mata uang. 2.1.5 Profitabilitas Rasio
profitability
menunjukkan
seberapa
mampu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki (Gumanti, 2011). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (Adams, 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut (Ross, 2004) ratio profitability measure how efficiently the firm uses its assets and how efficiently the firm manages its operatin. Dalam hal ini, rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu: Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity dengan rumus: Profit Margin
=
Net Income Sales
The ratio is measure of profit for dollar in sales.
Return On Assets
=
Net Income The ratio is measure of profit per dollar of assets. Total Assets
Return On Equity
=
Net Income The ratio is measure of how the stockholders fared during Total Equity the year.
2.1.6 Leverage Menurut Syahyunan (2015), “Leverage Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas”. Leverage Ratio yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Menurut Syahyunan (2015), ”Debt to Equity Ratio adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban”. Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika nilai dari rasio ini tinggi artinya beban utang perusahaan juga tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kembali kewajibannya jika dikaitkan dengan aset atau modal perusahaan menjadi berat atau sulit. Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi risiko yang di
hadapi perusahaan (Gumanti, 2011). Menurut Ross
(2004) long-term solvency ratios are intended to address the firms long-run ability to meet its obligations, or more generally its financial leverage. Rasio leverage yang umum dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt Equity Ratio, dan Time Interest Earned dengan rumus: Debt Ratio
=
Total Liabilities Total Asset
The ratio take into account all debt of all maturities to all creditors.
Debt Equity Ratio
=
Total Liabilities Total Equity
The ratio take into account all debt of equity all maturities to all creditors.
Time Interest Earned
=
EBIT Interest
The ratio measures how well a company has its interest obligations convered.
2.1.7 Likuiditas Menurut Gumanti (2011) likuiditas adalah “rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio)”. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk
Universitas Sumatera Utara
menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibankewajiban yang segera jatuh tempo (Tandelilin, 2010). Menurut Syahyunan (2015) Current Ratio adalah “kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia”. Dalam hal ini, rasio likuiditas dapat dihitung dengan Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dengan rumus : Current Ratio =
Aktiva Lancar U tan g Lancar
The ratio it indicates the extent to which current liabilities are covered by those assets expected to be converted.
Quick Ratio =
Current Asset − Inventory Current Liabilities
The ratio measure of the firm’s ability to pay off shortterm obligations without relying on the sale of inventories.
Cash Ratio
=
Cash The ratio it indicates the extent to which current liabilities Current Liabilities are covered by those assets expected to be converted to cash in the near future
2.1.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
Universitas Sumatera Utara
yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi. Sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat obligasi yang diperoleh karena semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung Ukuran perusahaan:
2.1.9 Pertumbuhan Brigham dan Houston (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade
dari
rating
berikutnya
diberikan
untuk
perusahaan
karena
growth
mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa dating dan meningkatkan nilai ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
(Andry, 2005) menyatakan bahwa pertumbuhan (growth) perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor dalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade. 2.1.10 Produktivitas Rasio produktivitas dapat mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan produktivitas yang tinggi dapat menghasilkn laba yang tinggi pula. Dengan demikian perusahaan dapat dengan lebih baik memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi produktivitas maka akan semakin baik peringkat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu
No 1
Nama dan Tahun Penelitian Abdullah Ash (2013)
Tabel 2.2 Deskripsi Penelitian Terdahulu Judul Penelitian
Variabel
Determinants and Impacts of Internal Credit
Variabel Dependen Peringkat Obligasi Variabel
Metode Analisis Data Logit Regression
Hasil penelitian 1. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
2
Yuliana al.(2011)
3
Adrian (2011)
4
et
Purwaningsih (2008)
Rating
Independen 1. Profitabilitas 2. Leverage 3. Firm Size 4. Intensitas modal
Analisis Faktor faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEI.
Variabel Dependen peringkat obligasi Variabel Independen 1. size, 2. leverage, 3. profitability, 4. activity, 5. market value ratio, 6. maturity, 7. secure, 8. reputasi auditor
Analisis Regresi Berganda
Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Variabel Dependen: peringkat obligasi
Analisis Regresi Logistik
Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ.
Variabel Dependen: peringkat obligasi
Variabel Independen 1. leverage, 2. profitabilitas, 3. likuiditas, 4. umur obligasi
Variabel Independen 1. Leverage 2. Likuiditas 3. Profitabilitas 4. Solvabilitas 5. Produktivitas
Analisis Faktor dan Regresi Backward
dan firm size berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi 2. Sedangkan Leverage dan intensitas modal berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi 1. Secara parsial variabel size profitability (ROA), jaminan (secure) dan reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. 2. Serta secara simultan variabel size, leverage, profitability, activity, market valueratio, maturity, secure, serta reputasi auditor berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 1. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi 2. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi dengan regresi backward yaitu rasio LTLA (rasio leverage), CFOTL (rasio solvabilitas), dan SFA (rasio produktivitas), Sementara dengan analisis faktor yaitu rasio CACL (rasio likuiditas).
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2 No 5
6
Nama dan Tahun Penelitian Andry (2005)
Adams et al. (2000)
Judul Penelitian
Variabel
Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi
Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen 1. growth, 2. size, 3. sinking fund, 4. secure, 5. maturity
“The Determinants of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry”
Variabel Dependen: Peringkat obligasi Variabel Independen 1. Kecukupan modal, 2. profitabilitas, 3. likuiditas, 4. pertumbuhan perusahaan, 5. ukuran perusahaan, 6. bentuk organisasi, 7. reasuransi kegiatan bisnis
Metode Analisis Data Analisis Regresi Logit
Ordered Probit Model
Hasil penelitian 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel growth, sinkingfund, maturity dengan umur kurang dari lima tahun dan auditor mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, 2. Sementara size dan secure tidak memiliki pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel likuiditas, profitabilitas dan bentuk organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi oleh A.M. Best, 2. Sementara peringkat obligasi oleh S&P menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan dan kecukupan modal (leverage) berpengaruh negatif signifikan.
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Profitability Terhadap Bond Rating Rasio
profitability
menunjukkan
seberapa
mampu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
(Gumanti, 2011). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan. 2.3.2 Leverage Terhadap Bond Rating Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2015). Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan dan menjadikan semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh (Adams et al.2000). 2.3.3 Likuiditas Terhadap Bond Rating
Universitas Sumatera Utara
Rasio likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik (Gumanti, 2011). Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasikan bahwa kewajiban jangka panjang juga dapat terpenuhi. Menurut Adams, et al., (2000) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. 2.3.4 Ukuran Perusahaan Terhadap Bond Rating Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi. 2.3.5 Pertumbuhan Terhadap Bond Rating
Universitas Sumatera Utara
Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan (growth) perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor dalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade. 2.3.6 Poduktivitas Terhadap Bond Rating Rasio poduktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumbersumber dana perusahaan. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan semakin baik pula peringkat yang diberikan pada perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Profitabilitas
Leverage
Likuiditas Bond Rating Firm Size
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah Profitability, Leverage, Liquidity, Firm size, Growth dan Produktivity secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Bond Rating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Universitas Sumatera Utara