BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP terdiri dari materi Fisika, Biologi, Kimia dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Kempat elemen IPA tersebut, memerlukan eksperimen agar menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Sebuah pembelajaran akan menjadi bermakna apabila pembelajaran tersebut melibatkan tiga aspek (ranah), yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Taksonomi Bloom, Benjamin S. Bloom 1956, dalam Agus Supriyono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, 2010). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek motorik, seperti tulisan tangan, malakukan pengukuran , gerakan-gerakan yang sudah dipolakan dll. Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dilandasi teori pembelajaran kognitif dengan penekanan aspek kolaborasi sosial
11
Menurut Piaget, perkembangan kognitif individu terdiri dari empat aspek, yaitu : 1. Kematangan 2. Pengalaman 3. Interaksi sosial 4. Ekulibrasi Aspek pertama terjadi karena faktor fisiologis dan psikologis seorang individu. Aspek ini terbentuk karena faktor usia, perkembangan susunan syaraf, hormon dll. Aspek ke-dua terbentuk oleh interaksi antara individu dengan dunianya. Aspek inilah yang dikemudian hari membentuk karakter dan pola pikirnya. Aspek ke-tiga terbentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan sosial atau pergaulannya. Aspek ini yang akan menentukan perannya di lingkungan yang digelutinya. Aspek ke-empat terbentuk sebagai suatu usaha untuk mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Teori belajar Vigotsky menekankan perlunya scaffolding. Scaffolding adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang makin lama porsinya semakin dkurang, sehingga pada saat peserta didik sudah memiliki kompetensi untuk mengerjakan sendiri, peerta didik diberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab dalam pembelajarannya. Bantuan kepada siswa dapat berupa petunjuk langsung, pembiasaan, arahan, dorongan, larangan yang diarahkan agar peserta didik menjadi mandiri. Vigotsky menjabarkan implikasi utama dari teori pembelajarannya, yaitu :
12
1. Setting kelas kooperatif 2. Scaffolding Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain (Abdul Kholid dkk, 2009, 11-13) 1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw : a. Model
Pembelajaran
Kooperatif
Jigsaw
dapat
meningkatkan
hubungan kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa dan dapat mengembangkan kompetensi akademis siswa. Siswa menjadi lebih banyak belajar kepada temannya dalam belajar kooperatif daripada kepada guru. b. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa 2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw a. Prinsip utama dari Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah pembelajaraan teman sebaya (peer teaching). Apabila siswa yang menjadi anggota kelompok ahli kurang memahami konsep yang dibahasnya, maka dimungkinkan terjadinya kesalahan konsep saat mentansfer pengetahuan yang
didapatnya kepada teman satu
kelompoknya. Dalam hal ini guru perlu mengawasi proses interaksi siswa di dalam kelompok asal. b. Materi yang disampaikan siswa yang kompetensinya di bawah ratarata akan sulit diterima rekan satu kelompoknya.
13
Penelitian yang dilaksanakan oleh salah seorang guru di SMPN 43 Bandung yang memanfaatkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran fisika pada konsep listrik dilaksanakan dalam 4 siklus. Aspek yang diteliti adalah tentang aktivitas dan pemahamamn siswa terhadap materi pelajaran yang menghasilkan peningkatan aktivitas siswa mulai dari 79% hingga 91 %, sedangkan untuk tingkat pemahaman mulai dari 45% hingga 80%. Dari penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas, ternyata Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa baik dari segi aktivitas maupun pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sebagai sebuah model pembelajaran kooperatif, Jigsaw memiliki kemampuan untuk memberdayakan seluruh anggota kelompok, dimana seluruh anggota kelompok asal yang dikirim ke kelompok pakar akan sungguh-sungguh melakukan eksperimen, karena selain untuk dirinya sendiri, kompetensi yang didapat harus pula dipertanggungjawabkan dengan cara mentransfer kompetensi yang dimilikinya kepada rekan satu kelompoknya saat kembali ke kelompok asal. Pada tahap inilah terjadi proses Jigsaw, seperti terlihat pada tabel berikut :
14
Tabel 2.1 Hubungan Model Pembelajaran Kooperastif Jigsaw Dengan Aspek-Aspek yang Mampu Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Tahap Kegiatan Model Faktor-faktor yang mampu membantu No. Pembelajaran Kooperatif mengatasi kesulitan belajar Jigsaw Pembentukan kelompok 1 asal dan pakar - Siswa terfokus hanya pada satu kegiatan Eksperimen di kelompok eksperimen dalam satu kali pertemuan 2 pakar - Siswa terpacu untuk sungguh-sungguh dalam melakukan eksperimen. - Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi yang dibahasnya di kelompok pakar sekaligus Diskusi di kelompok asal 3 menjelaskan kepada rekan-rekannya di (mengerjakan LKS) kelompok asal. - Masing-masing anggota kelompok saling berbagi dan melengkapi informasi kepada rekan satu kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas dan uraian pada Bab 1, maka penulis menetapkan hipotesis tindakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw akan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi Pesawat Sederhana.
15