BAB II METODE READING ALOUD DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA ARAB A. Metode Reading Aloud 1. Pengertian Metode Reading Aloud Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semuanya berdasarkan atas approach yang telah dipilih.1 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2 Metode juga merupakan sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk
menyatakan
kerangka
yang
menyeluruh
tentang
proses
pembelajaran. Proses ini tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural.3 Metode pembelajaran (thariqah at-tadris/teaching method) adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan 1
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 19 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 145 3 Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 40
22
23
erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan dan tidak bertentangan dengan pendekatan. Dengan kata lain metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu. Dalam tingkatan ini diadakan pilihan-pilihan tentang keterampilan-keterampilan khusus mana yang harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disampaikan dan bagaimana urutannya.4 Metode
pengajaran
banyak
ditentukan
oleh
tujuan
yang
dirumuskan oleh pengajar. Bila topik yang akan dibahas itu luas, maka mungkin berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode mengandung unsur-unsur berikut: (1) Uraian tentang apa yang akan dipelajari (2) Diskusi dan pertukaran pikiran (3) Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat instruksional, laboratorium, dan lain-lain (4) Kegiatan-kegiatan
dalam
lingkungan
sekitar
sekolah
seperti
kunjungan, kerja lapangan, eksplorasi dan penelitian (5) Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku perpustakaan, alat audio visual, dan lain-lain (6) Kegiatan kreatif seperti drama, seni rupa, musik, pekerjaan tangan dan sebagainya.
4
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya , 2011) hal. 168
24
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa metode mengajar adalah metode yang digunakan oleh pengajar dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya.5 Metode mengajar adalah hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Bahkan para ahli bahasa mengatakan bahwa metode mengajar adalah termasuk rukun keempat dalam proses belajar mengajar. Setelah guru, murid dan materi. Seorang guru merupakan tulang punggung dalam proses belajar mengajar, karena ia sebagai penengah antara murid dan buku pelajaran, maka metode mengajar sebagai lingkaran yang melibatkan tiga unsur (guru + materi/ buku pelajaran + murid) tersebut. Dengan metode, pengajar (guru) dapat mentransfer isi materi kepada murid, tetapi dengannya pula kesimpulan/ hasil mengajar dapat berbeda, manakala metode berbeda sekalipun buku dan materinya sama.6 Kemahiran yang digunakan manusia dalam mengungkapkan maksud atau gagasannya adalah meliputi mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Upaya menguasai masing-masing kemahiran telah melahirkan berbagai macam metode pengajaran, yang menuntut para ahli bahasa berbeda-beda dalam prioritas dan penekanannya. Sebagian menekankan pada kemahiran pertama dan kedua, dan sebagian yang lain
5
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit, hal. 216 Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal. 151 6
25
memberikan penekanan kepada kemahiran ketiga saja, serta yang lain lagi memberikan perhatian kepada keseluruhannya.7 Metode reading aloud termasuk salah satu metode yang menekankan pada kemahiran membaca. Metode membaca (reading method) yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara terlebih dahulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topiktopik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa atau menunjuk salah satu diantara
siswa
untuk
membacakan
pelajaran
dan
siswa
lain
memperhatikan dan mengikutinya.8 Membaca nyaring (al-qira’ah al-Jahriyyah) adalah membaca dengan menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Latihan membaca ini lebih cocok diberikan kepada pelajar tingkat pemula. Sesuai dengan sebutan bacaan ini, maka tujuan utama reading aloud atau membaca nyaring adalah agar para pelajar mampu melafalkan bacaan dengan baik sesuai dengan sistem bunyi dalam bahasa Arab.9 Pada
tahap
permulaan,
guru
sebaiknya
lebih
dahulu
memperkenalkan kata-kata yang sudah banyak diserap oleh bahasa pelajar. Hal ini dilakukan agar para pelajar tidak mengalami kesulitan, terutama bagi mereka yang baru belajar bahasa ini. Selanjutnya guru
7
Ibid., hal. 6 Ahmad Muhtadi Anshori, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-metodenya , (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 72-73 9 Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 144 8
26
memberikan contoh pengucapan kata-kata yang diikuti oleh para pelajar.10 Reading aloud atau membaca keras biasanya dipergunakan sebagai latihan, sehingga harus dapat menjaga ketepatan bacaan dengan qaidah-qaidah bahasa Arab.11 Metode reading aloud atau membaca keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi.12 Langkah-langkah metode reading aloud adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Batasi dengan pilihan yang kurang dari 500 kata. 2. Perkenalkan teks itu pada peserta didik. Perjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok untuk diangkat. 3. Bagikan bacaan teks itu dengan alenia-alenia atau beberapa cara lainnya. Ajaklah para sukarelawan untuk membaca keras bagianbagian yang berbeda. 4. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, hentikan dibeberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, munculkan beberapa pertanyaan, atau berilah contoh-contoh, buatlah diskusi-diskusi singkat, jika peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian lanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks.13
2. Tujuan Metode Reading Aloud Terminologi membaca nyaring (reading aloud) disini adalah jenis bacaan yang diekspresikan peserta didik dengan suara yang keras (tinggi), sedangkan peserta didik yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian.
10
Ibid., hal. 145 Abdul Mu’in, Op. Cit., hal. 173 12 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Penerjemah : Sarjuli, dkk., (Yogyakarta: Yappendis, 2005), hal. 132 13 Ibid, hal. 131 11
27
Jadi segala jenis bacaan yang sifatnya keras dan bersuara bisa dikatakan membaca nyaring. Membaca nyaring memiliki tujuan tersendiri, yaitu: 1) Medium untuk membangkitkan semangat peserta didik untuk gemar membaca, disamping merasakan nilai sastra dan aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan. 2) Medium
untuk
memperbaiki
ucapan,
membenarkan
bacaan,
mengekspresikan sesuatu yang baik, dan mampu mengungkapkan huruf-huruf dari makhraj al-huruf. 3) Medium pendidik untuk mengetahui kondisi kelemahan peserta didiknya, secara individual dalam mengucap serta memberikan solusi dalam kondisi yang tepat. 4) Medium pendidik untuk mengetahui kesalahan peserta didiknya, sekaligus merupakan standar berhasil tidaknya dalam aktivitas proses pembelajaran terhadap materi yang telah disampaikan. 5) Medium untuk menggembirakan pembaca dan pendengar secara simultan, sehingga keduanya dapat mengadakan internalisasi terhadap bahan bacaan, jika teks tersebut menarik.14 3. Teknik Reading Aloud Teknik pembelajaran (uslub al-tadris/teaching technique) lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya pembelajaran. Dikatakan demikian karena aspek ini bersentuhan langsung dengan kondisi nyata 14
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 101
28
seorang guru dalam menjabarkan metode ke dalam langkah-langkah aplikatif.15 Ada dua teknik yang mungkin bisa dilakukan dalam pengajaran membaca nyaring, yaitu teknik sintesis (al-tarkib) dan analisis (at-tahlil). a. Teknik sintesis (al-tarkib) Teknik ini dilakukan dengan mendahulukan huruf daripada kata. Teknik ini bisa disebut al-juz/ parsial, sebab pengajaran materi dimulai dari bagian terkecil (huruf) sampai kepada keseluruhan (kata). Langkah pertama, memisahkan kalimat tersebut menjadi bagian terkecil. Langkah kedua, menyatukan huruf-huruf sehingga menjadi bentuk kata yang utuh. Kata tersebut juga diucapkan oleh guru, lalu diikuti oleh pelajar. Setelah itu guru menjelaskan makna kata yang diajarkan. Teknik ini juga berlaku dalam mengajarkan kalimat (jumlah) jika sudah memungkinkan untuk diajarkan kalimat. Caranya dengan mendahulukan kata atas kalimat lengkap. Langkah pertama pemisahan kata-kata. Kata-kata diucapkan oleh guru, kemudian diikuti oleh pelajar. Setelah itu penjelasan makna masing-masing kata. Langkah kedua penggabungan kata-kata menjadi kalimat-kalimat (jumlah) yang diajarkan lebih dari satu. Lalu diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pelajar. Langkah ketiga penggabungan seluruh jumlah menjadi paragraf yang utuh. Jika pelajar
15
Acep Hermawan, Op. Cit., hal.168
29
dianggap telah baik dalam pengucapan kalimat-kalimat (jumlah), maka tidak diperlukan contoh. Setelah itu dilakukan pembahasan makna secara keseluruhan. b. Teknik analisis (at-tahlil) Teknik ini bisa disebut al-kull/ total, sebab pengajaran materi dimulai dari keseluruhan sampai kepada bagian. Ketentuannya adalah jika materi yang diajarkan berbentuk kata, maka yang didahulukan adalah kata lalu huruf. Langkah pertama adalah kata diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pelajar secukupnya kemudian penjelasan maknanya. Langkah kedua adalah pemisahan huruf-huruf yang ada dalam kata kerja tersebut. Sedangkan jika materi yang diajarkan berbentuk kalimat (jumlah), maka yang didahulukan adalah kalimat (jumlah) lalu kata. Langkah pertama adalah penyajian jumlah tersebut. Pada langkah ini para pelajar dibimbing mengucapkan kalimat-kalimat seperlunya. Setelah itu pembahasan makna seperlunya. Langkah kedua adalah pemisahan kalimat (jumlah), diikuti oleh pengucapan dan penjelasan makna seperlunya. Langkah ketiga adalah pemisahan kata diikuti oleh pengucapan dan penjelasan makna seperlunya.16 4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Reading Aloud Untuk keefektifan pembelajaran membaca nyaring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Al-Khuli mengatakan:
16
Acep Hermawan, Op. Cit., hal.145-147
30
a. Dalam memulai kegiatan membaca, guru hendaknya memilih pelajar yang bagus bacaannya. Hal ini dimaksudkan selain untuk percontohan bagi teman-temannya, juga akan turut memberikan semangat mereka untuk membaca. b. Sebaiknya guru menyuruh pelajar untuk membaca di depan kelas, dan sesekali membagikan pandangan kepada teman-temannya saat membaca. c. Hendaknya guru mampu menciptakan kelas yang turut serta menjadi pengoreksi kesalahan bacaan. Dalam arti semua pelajar harus terlibat memperhatikan bacaan pelajar yang diperintahkan membaca. d. Tidak diperkenankan guru menyuruh membaca terlalu lama, sebab akan cepat melelahkan. Demikian juga porsi waktu yang digunakan untuk membaca nyaring tidak terlalu lama, sehingga tidak menyita porsi waktu untuk mengajarkan keterampilan yang lain. e. Untuk menanamkan kemampuan memahami bacaan, di akhir bacaaan hendaknya guru mengajak berdiskusi kepada para pelajar tentang isi bacaan. 17 5. Kelebihan dan Kekurangan Reading Aloud Ada beberapa kelebihan mengajar membaca secara nyaring, antara lain seperti kata Nababan: 1) Menambah kepercayaan diri pelajar 2) Kesalahan-kesalahan dalam lafal dapat segera diperbaiki guru
17
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 147-148
31
3) Memperkuat disiplin dalam kelas, karena pelajar berperan serta secara aktif dan tidak boleh ketinggalan dalam membaca secara serentak 4) Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi (tulisan) 5) Melatih pelajar untuk membaca dalam kelompok-kelompok Namun
disamping
kelebihan
tersebut
terdapat
beberapa
kelemahan, menurut Al-Khuli kelemahan itu antara lain: 1) Membaca nyaring akan menyita banyak energi, akibatnya pelajar akan cepat lelah 2) Tingkat pemahaman membaca nyaring lebih sedikit dibandingkan membaca diam, sebab pelajar lebih disibukkan melafalkan kata-kata dibandingkan dengan memahami isi bacaan 3) Membaca nyaring dapat menimbulkan kegaduhan, kadang-kadang dapat mengganggu orang lain. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan tersebut, mengajar membaca nyaring perlu dilakukan, terutama kepada para pelajar tahap pemula. Pada tahap ini mereka harus dikenalkan kepada bunyi-bunyi huruf Arab dan dilatih pelafalannya. Seperti diketahui bahwa Bahasa Arab memiliki karakteristik bunyi yang berbeda secara prinsipil dibandingkan dengan bunyi-bunyi huruf pada bahasa pelajar. Jika tidak dikenalkan dan dilatih pengucapannya secara benar, maka akan menjadi kendala pada tahap pelajar selanjutnya.18
18
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 144-145
32
B. Pembelajaran Membaca Bahasa Arab 1. Pengertian Pembelajaran Membaca Pembelajaran yang diidentikkan dengan “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang didalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.
33
Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasanya arti pembelajaran
adalah
nominalisasi
proses
untuk
membelajarkan.
Seharusnya pembelajaran bermakna proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar. Adapun menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, materi meliputi buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran disebut juga proses perilaku dengan arah positif untuk memecahkan masalah personal.19 Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Dengan demikian, kegiatan membaca bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang diperkirakan banyak pihak sekarang ini. 19
hal. 3-4
M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)
34
Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata, dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya, dan setelah itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang disusun mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca. Pengajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara berpikir teratur dan baik. Hal ini disebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks, dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi seperti ingatan, pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah.20 Nuttal mengemukakan beberapa prinsip umum pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Hal ini berarti pembelajaran membaca tidak bisa dilakukan secara sporadis melainkan harus dilakukan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut adalah: a. Memberanikan anak membaca b. Mendorong anak membaca c. Menjajaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membaca
20
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit., hal. 246
35
d. Modeling
membaca:
mendemonstrasikan
cara-cara
yang
dibutuhkan anak dalam membaca e. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan. 2. Kemampuan baca anak tidak dapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan. 3. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas. 4. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks. 5. Pembelajaran membaca harus dilakukan dalam atmosfer kelas yang kondusif. 6. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya harus senantiasa melatihkan siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. 7. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan berorientasi ke depan, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai jenis bacaan baik untuk saat ini maupun pada jenjang pendidikan selanjutnya. 8. Pahamilah bahwa pada dasarnya hanya dua jenis kemampuan membaca yang harus secara mendalam diajarkan yakni kemampuan
36
membaca intensif (kegiatan baca yang memfokuskan pada satu teks tertentu dengan tujuan agar siswa tidak sekadar memahami makna bacaan tetapi mengetahui bagaimana makna dibentuk dari sebuah bacaan) dan kemampuan membaca ekstensif (kegiatan baca yang dilakukan dengan membaca berbagai teks guna mendapat pemahaman yang luas atas suatu isi bacaan).21 Tarigan melihat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Membaca dengan demikian melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah,kagum, rindu, sedih dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Lebih luas lagi membaca bukan hanya itu, tapi menggunakan isi bacaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi membaca dalam makna yang terakhir mencakup empat hal sekaligus, yaitu (1) mengenali simbol-simbol tertulis, (2) memahami 21
Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. (Bandung: Refika Aditama, 2012) hal. 13-14
37
makna yang terkandung, (3) menyikapi makna yang terkandung, dan (4) implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dalam makna yang sangat luas ternyata tidak mudah, sebab banyak variabel yang terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan.22 Agar pelajaran membaca ini menarik dan menyenangkan, teks bacaan hendaknya dipilihkan yang sesuai dengan minat, tingkat perkembangan dan usia pelajar. Teknik membaca dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca dalam hati dan membaca keras. 1. Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun perinciannya. Dalam latihan membacadalam hati ini diusahakan suasana tenang, sehingga memungkinkan untuk berkonsentrasi. 2. Membaca keras, biasanya bacaan ini dipergunakan sebagai latihan, sehingga harus dapat menjaga ketepatan bacaan dengan qaidahqaidah bahasa Arab.23
22
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 143-144 Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal. 172-173 23
38
2. Tujuan Pembelajaran Membaca Bahasa Arab Tujuan pembelajaran bahasa diperlukan agar seseorang dapat berkomunikasi
dengan
baik
dan
benar
dengan
sesamanya
dan
lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan kemahiran bahasa Arab, seperti muthala’ah, muhadatsah, insya’, nahwu dan sharaf sehingga memperoleh kemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu: kemahiran menyimak, kemahiran membaca, kemahiran menulis dan kemahiran berbicara. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah: (1) untuk dapat memahami al-Quran dan hadist sebagai sumber hukum ajaran islam; (2) untuk dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab; (3) untuk dapat berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab; (4) untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (supplementary); (5) untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional. Di samping itu, tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat membantu memperoleh kemahiran berbahasa, dengan menggunakan berbagai bentuk dan ragam bahasa untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, untuk tercapainya tujuan tersebut para pengajar/ ahli bahasa, pembuat kurikulum atau program pembelajaran harus memikirkan materi/ bahan yang sesuai dengan tingkat kemampuan
39
peserta didik serta mencari metode atau teknik pengajaran ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, dan melatih peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik kemahiran membaca, menulis dan berbicara.24 Secara umum, tujuan akhir dari pembelajaran membaca adalah agar siswa memiliki keterampilan membaca dan memahami teks berbahasa baik yang telah dipelajari maupun dalam kehidupan nyata.25 3. Keterampilan Membaca Bahasa Arab Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.26 Keterampilan membaca (maharah al-qira’ah/reading skill) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambanglambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan
24
M. Khalilullah, Op. Cit., hal. 8-9 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011) hal. 169 26 Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit., hal. 245 25
40
penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dangan bahasa tulis.27 Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.28 Secara umum kemahiran membaca mengandung dua pengertian. Pengertian pertama adalah mengubah tulisan menjadi bunyi, pengertian kedua adalah menangkap arti dari situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. a. Kemahiran mengubah lambang tulis menjadi bunyi Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Abjad Arab bersifat “sillabry” yang semua hurufnya hidup, sedangkan abjad latin bersifat “alphabetic” yang mengenal adanya huruf hidup dan huruf mati. Perbedaan lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan huruf-huruf Arab ketika berdiri sendiri, di awal, di tengah dan di akhir. Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesukaran bagi para siswa yang sudah terbiasa dengan huruf latin. Ditambah lagi 27 28
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 144-145 M. Khalilullah, Op. Cit hal. 9
41
dengan kenyataan bahwa buku-buku majalah dan surat-surat kabar berbahasa Arab ditulis tanpa syakal (tanda vokal). Dengan demikian kemahiran membaca tergantung pada penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang dimiliki atau yang dikuasai. Oleh karena itu, pada tingkat permulaan, teks bacaan masih perlu diberi syakal atau baris, dan secara bertahap dikurangi sesuai dengan perkembangan penguasaan kosakata dan pola kalimat bahsa Arab oleh para siswa. Tetapi pada prinsipnya sejak awal siswa dilatih dan dibiasakan membaca tanpa syakal dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan membaca untuk pemahaman. b. Kemahiran memahami makna bacaan Memahami makna bacaan merupakan inti dari kemahiran membaca. Dalam hal ini ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran membaca. Unsur-unsur tersebut ialah unsur kata, unsur kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan. Pembelajaran kemahiran membaca hendaklah dibuat menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu bahan bacaan yang diberikan harus
dipilih
yang sesuai
perkembangannya.29
29
Wa Muna, Op. Cit., hal. 169-170
minat,
bakat
siswa
dan
tingkat
42
4. Tes Kemampuan Membaca Bahasa Arab Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, tanpa membaca, kehidupan seseorang akan statis dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan. Demikian halnya dengan pelaksanaan tes kemampuan membaca (maharah qiraah). Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca, mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemampuan membaca, serta mengetahui hasil pengajaran bahasa Arab. Jika tes mendengar berkaitan erat dengan bahasa verbal atau artikulasi bunyi, sedangkan tes kemampuan membaca berdasarkan bahasa nonverbal atau simbol tertulis. Ada
beberapa
kemampuan
yang
harus
dimiliki
untuk
mengembangkan keterampilan membaca bahasa Arab antara lain adalah sebagai berikut: a) Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antar lambang dan bunyinya. b) Kemampuan mengenal kata, baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak. c) Memahami makna kata sesuai dengan konteks d) Memahami makna nyata (dzahir) sebuah kata
43
e) Mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu kalimat. f) Menyimpulkan isi wacana dengan cepat g) Membaca kritis h) Memahami metode gaya bahasa penulis i) Menemukan informasi tersurat ataupun tersirat sesuai dengan yang diharapkan penulis. j) Membaca cepat k) Ketelitian dan kelancaran membaca l) Menentukan tema atau judul bacaan m) Menemukan ide pokok dan ide penunjang. Yang dimaksud mengukur kemampuan membaca bahasa Arab pada dasarnya adalah mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab (fahm al-maqru), tetapi ada juga yang menambahnya dengan mengukur kemampuan kebenaran membaca yang meliputi: kebenaran dalam membaca dari segi pengucapannya, dan kebenaran nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan berbahasa Arab disebut al-qiraah al-shamitah (membaca dalam hati), dan untuk mengukur kebenaran dalam membaca disebut al-qiraah al-jahriyah (membaca dengan suara keras).
44
Untuk mengukur kemampuan membaca dan memahami teks bacaan, terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut: a) Membaca dengan suara keras (al-Qiraah al-Jahriyah) Disini siswa diminta untuk membaca teks bacaan berbahasa Arab yang telah dipilih dan diseleksi disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Jika siswa yang akan dites adalah dari kelompok siswa tingkat tinggi (al-mustawa al-mutaqadim), maka teks harus sesuai dengan tingkat kemampuannya, yaitu teks yang tingkat kesulitannya komplek. Untuk menghindari penilaian yang subjektif, maka dibuatkan pedoman
penilaian
yang
menjelaskan
tentang
unsur-unsur
kemampuan yang akan dinilai dengan memberi skor yang telah ditetapkan.
Seperti:
kelancaran
dalam
membaca,
kebenaran
pengucapan huruf dan kalimat, kebenaran bacaan nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur kebenaran pelafalan kata dan kalimat dapat langsung dilihat pada saat siswa membaca teks yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengetahui kebenaran bacaan dari segi nahwu dan sharaf dapat dilihat pada saat siswa membaca atau dapat juga melalui pertanyaan yang berkaitan dengan nahwu dan sharafnya, seperti: siswa diminta untuk menentukan fa’il, mubtada’, al-maf’ul bih dan
45
lain-lainnya pada teks yang dibaca, atau siswa diminta untuk menentukan kedudukan/jabatan beberapa kata (al-i’rab). b) Fahm al-Maqru (memahami teks bacaan) Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab, ada beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain: alikhtiyar min mutaaddid (pilihan ganda), shawab wa khata’ (benar salah), mil’u al-farag (isian singkat), muzawajah (menjodohkan).30
30
hal. 63-64
Abdul Hamid, Mengukur Kemampun Bahasa Arab. (Malang: UIN Maliki Press, 2013)