BAB II LITERATURE REVIEW
2.1. Definisi Beberapa Istilah Berkaitan dengan Komunitas 2.1.1. Community Kata community didefinisikan dengan dua cara yang berbeda. The Universal English Dictionary menggambarkan community sebagai 'a society or body of persons living in the same place, having the same rights, privileges, and interests, and acknowledging the same laws.' Definisi lainnya oleh The Oxford English Dictionary menjelaskan bahwa community adalah 'common character or commonness.' Meskipun masing-masing menjelaskan kata tersebut dengan cara yang berbeda, keduanya mengandung pengertian yang identik dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut answers.com, kata community dapat berarti beberapa hal, diantaranya: a. Sekelompok orang yang bertempat tinggal pada lokasi yang sama dan di bawah kepemimpinan yang sama. b. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan minat c. Sekelompok orang yang dipandang membentuk suatu segment masyarakat tertentu.
12
13
Cohen (1985: 12) berpendapat bahwa ‘komunitas’ melibatkan dua saran yang saling berkaitan yakni anggota dari sebuah kelompok yang memiliki sesuatu yang sama dengan yang lainnya; dan sesuatu yang diselenggarakan pada umumnya membedakan mereka secara signifikan dari anggota kelompok lainnya. Oleh karena itu, komunitas mengandung persamaan dan perbedaan. Itu adalah sebuah gagasan yang berhubungan: ’pertentangan antara satu komunitas dengan yang lainnya atau dengan keberadaan sosial lainnya’ (op. cit.). Ini mengarahkan kita akan pertanyaan atas daerah perbatasan tersebut- apa yang menandai adanya permulaan dan akhir dari sebuah komunitas.
2.1.2. Online Community Menurut encyclopedia term yang terdapat pada website pcmag.com, definisi online community adalah suatu referensi pada website secara spesifik dimana orangorang berkumpul bersama guna membahas sebuah subject secara online ataupun memperkenalkan diri secara langsung. Menurut web-strategist.com, definisi online community adalah “situasi dimana sekelompok orang dengan minat atau tujuan yang sama berhubungan dan bertukar informasi menggunakan web tools.”
14
2.1.3. Virtual Community Menurut encyclopedia term yang terdapat pada web pcmag.com, pengertian virtual community adalah sekumpulan individu yang berbagi kesamaan minat via email, blogs, instant messages, chat room atau newsgroups. Menurut pengertian yang didapat dari web apus.edu (center of teaching and learning), virtual community adalah suatu konsep dimana orang membentuk agregat sosial berdasar pada kesamaan minat dalam suatu lingkungan online. Sedangkan
menurut
marketing
glossary
yang
terdapat
dalam
web
latencia.com, pengertian virtual community adalah sekumpulan pengguna Internet, yang berbagi kesamaan minat, dan berkaitan dengan dunia maya.
2.1.4. Sense of Community Definisi menurut Gifford Pinchot (1998), yaitu: “.. a clear preference for the warm feelings that fellowship, belonging, mutual commitment, and shared liberty produce which are thrived in a well-structured community that values altruistic service.”
15
Definisi menurut McMillan & Chavis (1986), yaitu:
“a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members’ needs will be met through their commitment to be together.”
Sedangkan definisi oleh Hill, 1999; Hill & Hannafin, 1997; Shin (1999) yaitu:
“.. to socially construct meaning and immerse oneself in a virtual environment, students must be committed, articulate, and considerate of each other’s needs”
2.2
Jenis Komunitas Di sini kita akan menjelajahi arti komunitas dalam tiga bahasan yang berbeda
(after Willmott 1986; Lee dan Newby 1983; dan Crow and Allen 1995). yaitu:
1.
Tempat. Suatu daerah atau tempat komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana orang-orang memiliki sesuatu yang sama, dan bagian ini dimengerti secara geografis. Cara lain untuk menamakan ini adalah ‘locality’. Pendekatan terhadap komunitas ini memperluas literatur – pertama dalam ‘pembelajaran komunitas’ dan akhir - akhir ini dalam studi setempat (sering terfokus dalam ruang pekerja).
2.
Daya tarik. Dalam daya tarik atau ‘pemilihan’, orang-orang dalam komunitas berbagi karakteristik umum lainnya daripada tempat. Mereka
16
dihubungkan bersama dengan berbagai faktor seperti, kepercayaan agama, orientasi seksual, pekerjaan atau suku bangsa asal. Dengan cara ini, akan memungkinkan kita untuk membahas mengenai ‘komunitas gay’, komunitas penganut Buddha’ atau ‘komunitas orangorang Cina’. Perkembangan dalam apa yang mungkin disebut sebagai identitas sosiologi dan diri sendiri memiliki peranan yang cukup penting dalam pembukaan konseptual wilayah tanpa komunitas berdasarkan wilayah dapat dimengerti’ (Hoggett, 1997:7). ‘Kelompok pemilihan’ dan ‘kelompok yang disengaja’ (berdasarkan Hoggett op cit dari komunitas cyber) adalah kunci dari kehidupan yang sama. 3.
Persamaan. Dalam kelemahannya, kita dapat melihatnya sebagai persamaan tempat, kelompok atau ide (dengan kata lain, hal itu adalah semangat dalam komunitas). Dalam kekuatannya, aspek ini membentuk kebersamaan yang membutuhkan sebuah pertemuan -tidak hanya dengan orang lain, akan tetapi juga dengan Tuhan dan ciptaan-Nya.
2.3. Traditional Sense of Community (SoC) Tabel 2.1 Summary Riset Terdahulu yang Membahas Mengenai SoC Tradisional (offline) PENELITI & TAHUN PUBLIKASI
TOPIK
McMillan and Elements of a Sense of Community and Their Hypothesized Chavis, 1986 Relationships
17
Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Membership Merupakan suatu perasaan memiliki terhadap, dan teridentifikasi dengan, sebuah komunitas - Influence Merupakan suatu perasaan memiliki pengaruh pada, juga dipengaruhi oleh, sebuah komunitas - Integration and Fulfillment of Needs Merupakan suatu perasaan akan adanya dukungan dari sebuah komunitas, sembari juga mendukung mereka kembali - Shared Emotional Connection Merupakan perasaan akan suatu hubungan, disharingkan, serta “semangat” suatu komunitas
kenangan
yang
Muniz, Jr and Brand Community O’Guinn, 2001 Merupakan komunitas tertentu yang mengikat tanpa memperhitungkan keadaan geografis, berdasarkan pada suatu rangkaian hubungan sosial yang terstruktur diantara para pengagum suatu merk tertentu; merupakan komunitas eksklusif karena berpusat pada suatu produk atau layanan yang bermerk. Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Consciousness of Kind Para anggota merasakan hubungan yang erat berkaitan dengan suatu merk, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat satu dengan yang lainnya. - Ritual and Traditions Mewakili proses sosial utama dimana arti sebuah komunitas direproduksi dan disebarkan di dalam maupun di luar komunitas. - A Sense of Moral Responsibility Merupakan apa yang kemudian dapat menghasilkan tindakan kolektif dan berkontribusi terhadap meleburnya suatu kelompok Nasar & Julian, Psychological Sense of Community in The Neighborhood 1995 Elemen-elemen yang diteliti adalah:
18
- Casual Contacts - Social Support - Fear of Crime - Territoriality - Community Size Burroughs Eby, 1998
and Psychological Sense of Community at Work Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Coworker support - Emotional safety - Sense of Belonging - Spiritual Bond - Team Orientation
Christopher Caldwell, 2005
A Bad Sense of Community Elemen-elemen yang diteliti adalah:
Mark S. Rosenbaum, Amy L. Ostrom, Ronald Kuntze, 2005
Charles Lockwood, 1997
-
Indiscriminate Respect
-
Tolerance
-
Nonviolance Friendship
-
Integration
Loyalty Programs and a Sense of Community Elemen-elemen yang diteliti adalah: -
Sense of Belonging
-
Social Identity
-
Moral Responsibility
Rebuilding a Sense of Community Elemen-elemen yang dibahas mencakup:
19
-
Mutual Faith
-
Sense of Belonging
-
Trust
-
Moral Responsibility
Shepherd Zeldin, Sense of Community and Positive Adult Beliefs Toward Adolescents 2002 and Youth Policy in Urban Neighborhoods and Small Cities. Elemen-elemen yang dibahas mencakup:
Tim Evans, 2003
-
Positive Judgment
-
Shared Faith
-
Solidarity
Gay Central Indiana Residents Turn to Internet for Sense of Community Elemen-elemen yang dibahas meliputi: -
Emotional Safety
-
Social Interaction
-
Equal Liberty
Beberapa penjelasan literatur yang berkaitan dengan Sense of Community: 1. Brand Community (Muniz, Jr & O’Guinn, 2001) Brand
community
adalah
komunitas
tertentu
yang
mengikat
tanpa
memperhitungkan keadaan geografis, berdasarkan pada suatu rangkaian hubungan sosial yang terstruktur diantara para pengagum suatu merk tertentu. Komunitas tersebut merupakan komunitas eksklusif karena pusatnya adalah suatu produk atau jasa yang bermerk.
20
Brand community membentuk suatu kumpulan oleh karena kesamaan minat terhadap suatu merk tertentu. Juga,
lingkungan bertetangga, seperti halnya brand
community, digambarkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Elemen-elemen yang sudah diteliti adalah sebagai berikut: 1. Consciousness of Kind Para anggota merasakan hubungan yang erat berkaitan dengan suatu merk, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat antara satu dengan lainnya. Para anggota berasumsi bahwa mereka ‘merasa mengenal satu sama lain’ pada suatu tingkatan tertentu, meskipun mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Elemen Consciousness of Kind ditemukan dalam brand community melampaui batasan geografis. Hal ini terlihat jelas dalam pengamatan pada kumpulan komunitas, sebagaimana dalam analisa pada halaman-halaman Web. Brand Community merupakan komunitas yang terbentuk secara abstrak (Anderson, 1983). Para anggota menjadi bagian atas suatu komunitas yang besar, minim tatap muka, namun terbentuk secara mudah. 2. Ritual and Traditions. Elemen Ritual and traditions mewakili proses sosial utama dimana arti sebuah komunitas direproduksi dan disebarkan di dalam maupun di luar komunitas. Beberapa diantaranya tersebar secara jelas dan dimengerti oleh semua anggota komunitas, sementara lainnya lebih terfokus pada asal-usul dan pengaplikasiannya. Elemen Ritual and traditions ini umumnya mengarah pada pengalaman berbagi konsumsi dengan suatu merk. Seluruh brand community
21
yang ditemukan dalam project tersebut memiliki beberapa bentuk ritual atau tradisi. Ritual dan tradisi yang berlangsung dalam brand community bermanfaat untuk mempertahankan budaya komunitas tersebut. 3. A Sense of Moral Responsibility Elemen Moral responsibility merupakan suatu ‘sense of duty’ terhadap komunitas secara keseluruhan, dan terhadap masng-masing anggota individunya. Tanggung jawab moral ini adalah apa yang menghasilkan tindakan koleksif dan berkontribusi terhadap peleburan kelompok. Tanggung jawab moral sebaiknya tidak dibatasi oleh hukum karena selain berkaitan dengan persoalan hidup dan mati, tetapi lebih pada komitmen sosial yang terjadi sehari-hari. Sistem moral dapat menjadi lunak dan kontekstual Brand community mengungkap kealamian suatu merk secara sosial sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar ringkasan perilaku atau stereotype yang melemahkan. Sementara arti dari suatu merk diketahui sebagai kualitas yang penting (Dobni and Zinkhan 1990, Fournier 1998, Gardner and Levy 1955; Levy 1959), secara mengejutkan hanya mendapat sedikit perhatian penelitian dan bahkan lebih sedikit lagi dari sudut pandang sosiologis. Merk merupakan entiti sosial fundamental yang tak terbantahkan, diciptakan sebanyak customer yang ada oleh para marketer (Firat and Venkatesh 1995) dalam suatu konstruksi sosial yang kompleks. 2. Psychological Sense of Community in The Neighborhood (Nasar & Julian, 1995) Banyak masalah perkotaan disebabkan oleh menurunnya sense of community. Guna menilai klaim tersebut dan guna mempelajari bagaimana kebijakan
22
mempengaruhi sense of community, kita memerlukan suatu pengukuran yang valid dan dapat diandalkan. Karya ilmiah ini menggambarkan pengembangan dan pengujian 11-item skala Likert terhadap sense of communitydalam lingkungan bertetangga, menggunakan respon dari 54 resident pada tiga daerah pinggiran kota di Columbus, Ohio. Sebuah test menggunakan skala dengan 100 resident dalam area single-use dan mixed-use berdekatan antara satu dengan lainnya menemukan sense of community yang lebih signifikan pada lingkungan mixed-use. Sense of community lebih terasa diantara orang-orang yang telah menikah dan para pasangan yang telah memiliki anak dibandingkan dengan para lajang dan pasangan yang belum memiliki anak. Sebuah test terhadap 32 penyewa dalam bangunan apartemen yang bertetangga, satu dengan courtyard outdoor dan yang lain dengan suatu koridor double-loaded interior, menemukan bahwa sense of community lebih terasa pada bangunan courtyard. Nilainya pun sejalan dengan dua pengukuran lainnya terkait dengan komunitas; jumlah tetangga yang diketahui berdasar atas nama, dan jumlah teman dalam bangunan yang sama. Studi ini bertujuan untuk menguji kekuatan pengukuran yang diskriminatif, bukan untuk menjelaskan alasan atas perbedaan yang terjadi dalam sense of community. Sebagaimana studi ini tidak mengendalikan siapa saja yang tinggal pada tiap-tiap area atau bangunan, perbedaan pada sense of community dapat terjadi dari perbedaan yang muncul, entah karena pengaturan secara fisik maupun karena jenisjenis resident yang memilih untuk tinggal dalam pengaturan semacam itu. Guna menentukan sebabnya, penelitian lanjutan perlu mempertimbangkan kecenderungan para resident terhadap sosialisasi dan privacy mereka sebelum memulai melakukan penelitian. Penelitian tersebut mungkin juga perlu meng-examine area-area dinamis,
23
seperti asrama, dimana penugasan unit secara acak dimungkinkan. Percobaan semacam itu mungkin dapat memperjelas tingkat dimana pengaturan secara fisik memelihara sense of community, atau sekedar menarik resident yang beriorientasi komunitas. Dengan skala singkat yang valid dan dapat diandalkan, para peneliti bertentangga dapat mengeksplorasi pengaruh sense of community atas faktor-faktor seperti casual contacts, social support, fear of crime, territoriality, dan community size. Mereka juga dapat menggunakan skala ini untuk mempelajari apakah pengembangan neo-tradisional akan menghasilkan sense of community. Para perencana dapat menggunakan skala ini untuk menilai sense of community dalam lingkungan bertetangga yang beraneka ragam dan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai program, rencana, dan desain sense of community. Dimana mengembangkan suatu sense of community merupakan suatu tujuan, instrumen ini dapat memberikan si perencana suatu cara untuk mengukur efektivitas atas berbagai usaha. 3. Security in an Insecure World (Love, 2007)
Sehubungan dengan revolusi industri terdahulu, para individu menemukan suatu unsur sense of community dalam kota-kota mereka, lingkungan tempat tinggal, sekolah, atau tempat-tempat lain dimana tujuan yang sama, tanggung jawab yang sama, serta hubungan face-to-face merupakan suatu bagian hidup yang integral (McMillan and Chavis, 1986; Nasar and Julian, 1995; Sarason, 1974). Organisasi menjadi sebuah kekuatan yang memaksa dalam memisahkan orang-orang dari keterikatan tradisional seperti ini, dan sekarang
24
individu menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja ketimbang pada komunitas mereka. Sebagai tambahan, organisasi sekarang menyediakan banyak keuntungan yang ditujukan untuk kepentingan komunitas, seperti pengasuhan anak, fasilitas olahraga, dan kesempatan menempuh pendidikan (Burroughs and Eby, 1998). Atas alasan-alasan inilah, tempat kerja menjadi suatu faktor dalam sebuah perluasan pandangan terhadap komunitas (Burroughs and Eby, 1998; Klein and D’Aunno, 1986; Lambert and Hopkins, 1995; Price, 1985; Royal and Rossi, 1996; Zemke, 1996). Burroughs and Eby (1998) mendefinisikan psychological sense of community pada lingkungan kerja (PSCW) sebagai dimensi yang melingkupi: a. Coworker support, sebuah keinginan dan hasrat seseorang untuk menolong dan menerima satu sama lain; b. Emotional safety, tingkat dan mutu interaksi dengan orang lain pada lingkungan kerja; c. Sense of belonging, tingkat kepercayaan dan perasaan memiliki yang dirasakan seseorang terhadap kelompok kerja mereka; d. Spiritual bond, ketika kolega meminta bantuan dan berbagi prinsip bimbingan spiritual yang diterjemahkan menjadi tindakan sehari-hari, dan e. Team orientation, ketika para anggota komunitas di tempat kerja merasa dilibatkan dalam mengusahakan suatu visi bersama.
25
4. A Sense of Community (Gifford Pinchot, 1998) Meskipun seluruh sistem manusia menggunakan gabungan dari kekuasaan, pertukaran, dan komunitas untuk menghasilkan suatu keputusan, organisasi menggunakan ketiga elemen tersebut dalam proporsi yang amat berbeda. Chain-of-command suatu organisasi pada dasarnya memiliki dominasi dan kepatuhan. Sistem free-market menekankan pada pertukaran secara sukarela antara dua pihak yang berkepentingan. Sedangkan prinsip komunitas adalah kemurahan hati. Ketiga sistem tersebut masing-masing menetapkan status tertinggi dengan perilaku yang berbeda-beda. Pada sistem chain-of-command, status didefinisikan berdasarkan level dalam suatu hirarki ”siapa harus tunduk pada siapa.” Kekuasaan adalah serupa dengan status. Pada sistem trading atau free-market, kekayaan dan kepemilikan mendefinisikan status. Sedangkan komunitas menerapkan prinsip yang sama sekali bertentangan. Dari perspektif komunitas, siapapun berkontribusi paling banyak terhadap komunitas dan para anggotanya, ialah yang memiliki status tertinggi. Memberi daripada menyimpan untuk dirinya sendiri, menghasilkan status. Seperti halnya seorang ilmuwan. Ilmuwan yang pantas menyandang status tertinggi bukanlah ia yang memiliki pengetahuan terluas, namun ia yang berkontribusi terbanyak pada bidang tertentu yang ia tekuni.
26
Terdapat enam langkah yang perlu ditempuh dalam penciptaan komunitas organisasional, yaitu: a. Creating a common purpose b. Supporting the gift economy c. Establishing a shared environment d. Moving toward equality e. Creating internal not-for-profit entities f. Providing safety, security, and love
Sarason (1974) mencetuskan ide bahwa suatu psychological sense of community diciptakan ketika seseorang memilih suatu referensi untuk menggunakan struktur dan arti ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Banyak orang memilih kelompok kerja mereka sebagai referen (Burroughs and Eby, 1998; Royal and Rossi, 1996; Zemke, 1996).
2.4 Online Sense of Community Tabel 2.2 Summary Riset Terdahulu yang Membahas SoC secara online PENELITI & TAHUN PUBLIKASI Satu Suvikki 2001
TOPIK
Kyröläinen, Sense of Community on Virtual Community Empat faktor penting yang dibahas: - Reciprocal Improvement
27
- Basic Trust for Others - Common Purpose & Similiarity - Shared History Brent G. Wilson, 2001
Sense of Community as a Valued Outcome for Electronic Courses, Cohorts, and Programs Karakter-karakter yang dibahas adalah: - Belonging - Trust - Expected Learning - Obligation
Phillips, 2000
Online Community Bloc Party Elemen-elemen yang diteliti adalah:
Lisa Bertagnoli, 2001
-
Interactive
-
Borderless
-
Mutual Needs Fulfillment
It Takes a Community to Build e-Success Elemen-elemen yang dibahas mencakup:
Christopher Price, 1998
-
Similar Purpose
-
Moral Responsibility
-
Mutual Loyalty
Creating a New Sense of Community: GeoScience Elemen-elemen yang diteliti mencakup:
Anita L. Blanchard, Lynne Markus, 2004
-
Sense of Belonging
-
Virtual Interaction
-
Moral Responsibility
M. The Experienced ”Sense” of a Virtual Community: Characteristics and Processes. Elemen-elemen yang ditelusuri adalah:
28
-
Recognition among members
-
Emotional Attachment
-
Exchanging Support
-
Relationship
-
Identity Establishment
Beberapa literatur yang berkaitan dengan sense of community secara online: 1. Sense of Community as a Valued Outcome for Electronic Courses, Cohorts, and Programs (Brent G. Wilson, 2001) Sense of Community diantara para pelajar kelihatannya meliputi karakteristik berikut: a. Belonging; para anggota mengidentifikasi diri dengan kelompoknya dan merasakan suatu sense of buy-in (minimal sedikit) terhadap nilai dan tujuan kelompok yang bersangkutan. b. Trust; para anggota merasa aman dan terjaga di dalam kelompok dan percaya bahwa umumnya mereka akan bertindak apapun demi kebaikan mereka bersama sebagai satu kesatuan. c. Expected Learning; para anggota berharap kelompok mereka dapat menciptakan suatu nilai tertentu, khususnya penghargaan atas tujuan pembelajaran mereka.
29
d. Obligation; para anggota merasakan sebuah desakan moral dan keinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan berkontribusi pada tujuan kelompok. 2. Online Communities Bloc Party (Phillips, 2000) Dikatakan bahwa Internet telah terbukti sebagai basis subur bagi site-site komunitas, dimana orang bisa chatting atau bertukar informasi secara online, meski dipisahkan oleh lokasi geografis, kapanpun. Dari penelitian yang dilakukan, didapat hasil bahwa orang yang menggunakan komunitas online cenderung membeli produk atau jasa secara online. 3. It Takes a Community to Build e-Success (Lisa Bertagnoli, 2001) Demi menjaga kelangsungan hidup website yang intinya menawarkan merchandise, dikatakan bahwa sense of community turut membantu menciptakan sense of loyalty pada situs yang bersangkutan, dimana pada akhirnya akan bertransformasi menjadi pendapatan bagi perusahaan. Komunitas online tidak selalu efektif bagi tiap bidang usaha. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Mesti ada sejumlah besar customer, paling tidak untuk perusahaan yang lebih besar yang lebih memungkinkan untuk meng-outsource-kan bangunan untuk komunitasnya. 2. Suatu komunitas online harus sesuai dengan keseluruhan business plan.
30
Keuntungan lain atas terciptanya komunitas online dalam situs yang bersangkutan adalah si pihak website akan bisa menerima berbagai feedback dari para customernya; mereka seringkali berbagi masukan tentang betapa mereka menyukai site tersebut. Dari sisi customer sendiri pun, mereka memandang adanya komunitas sebagai bagian integral dalam kelangsungan bisnis website tersebut.
2.5. Cara Mengukur Kadar SoC Sense of community yang terdapat pada sebuah komunitas dapat diukur menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh McMillan & Chavis (1986). Berikut dipaparkan keempat elemen utama beserta atributnya. 1. Keanggotaan (Membership)
Aspek utama sense of community adalah keanggotaan dari komunitas itu sendiri. Membership mengulas mengenai literature pada dimensi tertentu, McMillan & Chavis mengidentifikasikannya menjadi lima atribut :
a. Batasan b. Keamanan emosional. c. Perasaan kepemilikan dan identifikasi
31
d. Investasi personal e. Sistem simbol umum
"Batasan" ditandai oleh beberapa hal seperti bahasa, pakaian, adat, menunjukkan siapa yang memiliki sesuatu dan siapa yang tidak memiliki sesuatu. Penulis mengakui bahwa “batasan” tersebut adalah hal yang paling menyusahkan dalam mendefinisikan “keanggotaan”, tetapi juga dapat menyatakan “pada saat terlalu banyak ketertarikan yang bersifat berbelas kasih dan menghasilkan penelitian pada orang-orang yang menyimpang, kebutuhan legitimasi para anggota kelompok pada batasan untuk melindungi diri dari keintiman hubungan sosial telah sering kali terlewatkan” (p. 9).
Keempat atribut keanggotaan lainnya adalah “keamanan secara emosional” (atau secara umum mengenai keamanan, keinginan untuk menyatakan bagaimana yang sesungguhnya dirasakan), “perasaan mengenali dan saling memiliki” (pengharapan atau keyakinan akan apa yang dimiliki, dan penerimaan oleh komunitas), “investasi diri sendiri” (kejanggalan teori kognitif), dan “system symbol yang umum”. Merujuk pada kelima atribut diatas, Nisbet & Perrin, menyatakan bahwa :
Pengertian akan sistem simbol yang umum adalah prasyarat untuk mengerti suatu komunitas. “Simbol dunia sosial yang menjadi sel menuju ke dunia biotic dan inti dari dunia physic… Simbol adalah permulaan daripada dunia sosial seperti yang telah kita ketahui" (Nisbet & Perrin, 1977, p. 47).
32
Kemudian dapat kita simak beberapa contoh literatur yang menjadi fungsi yang penting dalam penggambaran simbol beberapa level sosial. Pada level bertetangga misalnya, simbol mungkin saja ditemukan dalam nama, logo, hal-hal yang menonjol, atau gaya arsitektur; peran integratif dalam simbol nasional juga diperhitungkan, seperti bendera, hari libur, bahasa nasional (Jung, 1912), Kelompok menggunakan simbol-simbol seperti ritual, upacara, slogan yang menunjukkan batasan guna menunjukkan siapa yang merupakan anggota kelompok dan siapa yang bukan.
Pada 1996, McMillan menambahkan dan memperluas apa yang telah ia tulis pada tahun 1986, dan menganggap keanggotaan, merupakan penekanan yang lebih baik terhadap “jiwa” berkomunitas dalam “percikan persahabatan” (p.315).
2. Pengaruh (Influence)
McMillan & Chavis (1986) menyatakan bahwa pengaruh dalam sebuah komunitas memiliki dua fungsi, yaitu: anggota dalam sebuah kelompok harus merasa diberikan kekuasaan untuk memiliki pengaruh lebih atas apa yang telah dilakukan oleh kelompok (jika tidak, mereka tidak akan termotivasi atau berpartisipasi), dan kelompok yang kohesif tergantung pada kelompok yang memiliki pengaruh kepada para
anggotanya.
Mereka
juga
menyatakan
beberapa
pembelajaran
yang
menganjurkan ada dua kekuatan yang bertentangan yang dapat bekerja secara simultan, dan menyatakan bahwa:
33
Individu yang memahami apa yang dibutuhkan oleh orang lain, nilai apa yang dimiliki oleh orang lain, dan opini-opini yang berpengaruh pada orang lain adalah anggota kelompok yang sangat berpengaruh, disaat orang lain mencoba untuk menekan pengaruh, mendominasi orang lain, mengesampinkan harapan dan opini dari orang lain adalah anggota yang paling tidak memiliki kekuatan pengaruh (p. 11). McMillan dan Chavis merujuk pada ulasan Lott & Lott (1965) dimana penemuan utama adalah korelasi yang positif antara kelompok-kelompok yang kohesif dan tekanan untuk menyesuaikan diri. Di sisi lain, mereka juga berdiskusi mengenai penelitian “validasi hukum”, dimana “kekuatan demonstrasi terhadap keseragaman adalah transaksional—yang datang dari orang yang sebaik kelompok” (McMillan & Chavis, 1986, p. 11) 3. Integrasi dan Pemenuhan Kebutuhan
McMillan & Chavis menggunakan kata “kebutuhan” disini (sebagai kata-kata yang umum digunakan oleh psikolog, yang mungkin saja kurang akurat) untuk mengartikan bahwa lebih dari usaha bertahan hidup dan kebutuhan yang lain, tetapi juga melingkupi apa yang diharapkan dan dinilai. Anggota kelompok dilihat telah dihargai dengan berbagai cara untuk partisipasi mereka, dimana Rappaport (1977) menyebutnya orang yang mencintai lingkungan sekitar. Penelitian mengindikasikan bahwa hal ini mungkin saja merupakan kompetensi dari anggota komunitas. “Berbagi nilai” telah didiskusikan sebagai konsep yang dapat mengarahkan isu “kebutuhan” diluar dari usaha bertahan hidup. Sarason (1974, p.157) menyatakan hal yang serupa
34
“pemahaman akan saling ketergantungan terhadap orang lain, kesediaan untuk menjaga ketergantungan terhadap orang lain dengan memberikan atau melakukan sesuatu untuk orang lain yang sangat diharapkan.
4. Hubungan Emosional yang Disharingkan
Hasil penelitian McMillan & Chavis's pada dimensi berbagi hubungan emosi meliputi pernyataan yang tegas “sepertinya akan menjadi elemen yang menentukan dalam komunitas yang benar” (1986, p. 14). Pada 1996 (p. 332) McMillan menambahkan bahwa “berbagi pengalaman sepertinya menjadi seni dan symbol dalam cerita berkomunitas.” Pernyataan kesimpulan pada hubungan emosional yang disharingkan meliputi asersi bahwa "it seems to be the definitive element for true community" (1986, p. 14). Mereka menyinggung peranan sejarah yang disharingkan (partisipasi dalam atau paling tidak identifikasi dengan sejarah yang disharingkan tersebut). Pada tahun 1996 (p. 322) McMillan menambahkan bahwa "shared history becomes the community's story symbolized in art" (dalam perasaan yang sangat umum). McMillan & Chavis (1986) mengurutkan tujuh fitur penting dalam hubungan emosional yang disharingkan :
a. Kontak hipotesis. Interaksi secara personal yang baik akan meningkatkan lingkungan yang membuat anggotanya semakin dekat. b. Kualitas interaksi.
35
c. Muncul pada saat terakhir. Interaksi yang ambigu ini membuat kelompok menjadi kohesif. d. Berbagi hipotesis. e. Investasi. Dibalik segala perawatan atau perbaikan yang dilakukan dalam komunitas, komunitas itu pada akhirnya menjadi bagian penting bagi seseorang yang telah banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk komunitas tersebut. f. Efek penghargaan dan penolakan dalam anggota komunitas. Seseorang yang mendapat penghargaan di depan anggota yang lain biasanya lebih aktif daripada seseorang yang mendapat penolakan. g. Keterkaitan spiritual. Satu Suvikki Kyröläinen (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor penting dalam sense of community pada virtual community. Berikut adalah empat faktor tersebut beserta komponen – komponen yang membangunnya: 1. Reciprocal Improvement Mengandung pengertian bahwa interaksi timbal balik antar anggota yang satu dengan anggota lainnya berlangsung saling menguntungkan. Adapun elemen-elemen yang mendasari faktor pertama ini adalah: •
Social interaction, reciprocity
•
Awareness, social presence
36
•
Trust
•
Norms, conformity
2. Basic trust for others Mengandung pengertian bahwa hubungan interaksi antaranggota perlu dilandasi oleh kepercayaan. Adapun elemen-elemen yang mendasari faktor kedua ini adalah: •
Trust
•
Norms, conformity
•
Awareness, social presence
3. Common purpose, similiarity Mengandung
pengertian
bahwa
partisipasi
para
anggota
dalam
berinteraksi memiliki suatu tujuan yang sama. Adapun elemen-elemen yang mendasari faktor ketiga ini adalah: •
Common purpose
•
Norms, conformity
4. Shared History Mengandung pengertian bahwa interaksi yang terjadi diantara para anggotanya didasarkan atas asal mula terbentuknya komunitas tersebut, keberagaman latar belakang para anggotanya, serta motivasi yang menyemangati
37
tumbuhnya komunitas tersebut. Adapun elemen-elemen yang mendasari faktor terakhir ini adalah: •
Common history
•
Awareness, social presence
Gambar berikut menggambarkan keempat faktor tersebut diatas : Gambar 2.1 The four critical factors of sense of community, and the variables that compose them.