BAB II LITERATURE REVIEW
2.1
Pengertian Komunitas Beberapa definisi tentang komunitas yang diungkapkan oleh para ahli antara
lain sebagai berikut : Menurut McMillan dan Chavis (1986) mengatakan bahwa komunitas merupakan kumpulan dari para anggotanya yang memiliki rasa saling memiliki, terikat diantara satu dan lainnya dan percaya bahwa kebutuhan para anggota akan terpenuhi selama para anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama. community is “ a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members needs will be meet through their commitment to be together “ - McMillan & Chavis (1986) Jauh sebelum McMillan & Chavis mengutarakan pendapatnya tentang komunitas, Hillery, George Jr. (1955) telah mengutarakan terlebih dulu dengan melakukan studi tentang komunitas dalam psikologi rural, komunitas adalah hal yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).
5
6
Community bounded by Physical or geographical location (Neighborhood, School) and Basic of Common Interests, Goals or needs (Sporting, hobby or political groups) – Hillery, George, Jr (1955) Definisi komunitas adalah individu atau orang – orang yang mempunyai kesamaan karakteristik seperti kesamaan geografi, kultur, ras, agama, atau keadaan sosial ekonomi yang setara. Komunitas dapat didefinisikan dari lokasi, ras, etnik, pekerjaan, ketertarikan pada suatu masalah – masalah atau hal lain yang mempunyai kesamaan. “Community is aggregate of persons with common characteristics such as geographic, professional, cultural, racial, religious, or socio economic similarities, communities can be defined by location, race, ethnicity, age, occupation, interest in particular problems or outcomes or others common bond”
Webster’s new world dictionary (1998) mengatakan komunitas adalah sekelompok orang yang tinggal bersama sebagai unit sosial yang mempunyai ketertarikan antar satu dan yang lain. Dalam Democracy and Education, Dewey melihat komunitas terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara rumit saling terkait melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa “masyarakat tidak terus ada karena penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan bahwa masyarakat terwujud dalam komunikasi” (1916, hlm. 4). Ikatan-ikatan, dalam bentuk seperti ‘tujuan,
7
kepercayaan, dan pengetahuan’ (hlm. 4), adalah keharusan bagi terbentuknya komunitas, dan terbangun melalui komunikasi. Dalam konsepsi Dewey, komunikasi dan cara-cara di mana komunikasi dilakukan adalah krusial bagi pembentukan komunitas, dan kita bisa menyimpulkan juga bahwa ‘kualitas’ komunikasi menyatu dengan kualitas komunitas tersebut.
Tidak ada pengertian atau definisi yang diterima dan diakui secara luas untuk sebuah
kata
“komunitas”.
Kata
–
kata
yang
digunakan
adalah
untuk
mendiskriminasikan yang ditujukan kepada suatu grup negara, grup keagamaan, sebuah grup dari suatu organisasi professional, serta suatu grup dari ketetanggaan. Bagaimanapun juga, dalam sebuah survey kontemporer yang digunakan dalam hal ini, Garcia, Giuliani, dan Wiensenfeld (p 728-729) menemukan bahwa diperlukan satu atau lebih konsep dasar untuk membentuk sebuah atau suatu komunitas. Hal ini termasuk: sekelompok masyarakat, mempunyai interaksi sosial, berbagi pengalaman atau budaya, memiliki kesamaan dalam hal geographis seperti suatu lingkungan tempat tinggal yang sama, dan memiliki rasa kepemilikan terhadap komunitas tersebut. Gusfield membagi penggunaan arti komunitas yang berbeda menjadi dua kategori. Yang pertama merujuk pada persamaaan lokasi geografi, atau teritori. Persamaan ini muncul dari adnya perasaan memiliki wilayah tempat tinggal yang sama, kota ataupun negara bagian. Kategori yang kedua terdiri dari komunitas yang terbentuk dikarenakan oleh persamaan minat ataupun hobi dari para anggotanya, yang tidak terlalu peduli akan wilayah tempat tinggal seperti pada kategori pertama (Gusfield 1975). Dan setelah lebih dari dua puluh tahun, konsep komunitas yang
8
berdasarkan pada sisi geografi untuk berinteraksi sosial telah berpindah ke satu tempat yang lebih baik dan penting dalam hal arti dan identitas. Dalam Cohen (1985) menyarankan bahwa komunitas memiliki pengertian yang lebih baik sebagai simbol sebuah struktur daripada hanya sebagai tempat berdasarkan pada pelatihan serta pembelajaran sosial. Dalam penjelasan pertamanya The WELL (Whole Earth 'Lectronic Link), salah satu dari dukungan yang paling pertama muncul untuk membangun ruang sosial, Rheingold menekankan potensi sosial dari komunikasi secara online. Ia mengartikan komunikasi yang sebenarnya sebagai “kelompok sosial yang muncul dari Internet ketika sejumlah orang melanjutkan percakapan umum tersebut dengan perasaan manusia yang cukup untuk membentuk jaringan hubungan pribadi dalam Internet” (Rheingold, 1993, p. 5).
Analis jaringan, yang tidak seperti sosiologis komunitas yang merujuk pada tempat atau wilayah, lebih menyukai mendefinisikan komunitas dengan istilah relasi antara orang-orang dengan dunia, yang berbagi cara pandang. Wellman dan Gulia (1999) menunjukkan bahwa “komunitas tidaklah harus suatu kelompok tersendiri yang padat akan para tetangga tetapi dapat juga sebagai jaringan sosial dari anggota keluarga, teman dan rekan kerja yang tidak perlu tinggal dalam satu lingkungan yang sama. Dengan cara yang sama, Royal dan Rossi (1996, p. 395) memberikan pandangan bahwa "makna dari komunitas sebagai fenomena teritorial telah sirna, dan pada saat yang sama makna dari komunitas sebagai fenomena hubungan antar sesama telah berkembang”.
9
Dalam Imaginary Communities, Anderson (1991, p.5) menjelaskan sebuah bangsa sebagai “bayangan komunitas politik” merupakan bayangan para anggota yang berbagi ide umum dalam asosiasi mereka, meskipun mereka tidak pernah bertemu dengan anggota lainnya. Pada kenyataannya, semua komunitas yang mulamula melakukan kontak secara tatap wajah dan itu adalah gaya dimana mereka dibedakan satu dengan yang lainnya. Semenjak Internet menyediakan berbagai macam cara baru untuk mengamati dunia ini, mulai tercipta kemungkinan untuk membentuk komunitas dengan cara yang berbeda.
Echoing Anderson, Poster (1995, pp. 35-6) mengingatkan kita bahwa, hanya dengan sebagai komunitas yang sebenarnya menunjukkan karakter dari apa yang kita pertimbangkan untuk menjadi ‘komunitas yang nyata’. Komunitas yang ‘nyata’ juga bergantung pada khayalan, penentu yang sangat penting dari sebuah komunitas yang benar, Poster menyarankan, bahwa setiap anggota kelompok memperlakukan komunikasi diantara mereka dengan sangat penting dan cukup berarti. Baik Rheingold’s secara elektronik menengahi “webs sebagai hubungan pribadi,” maupun Wellman’s “jaringan sosial,” membentuk sebuah komunitas, kemudian, bergantung pada tahap dimana para anggota menyatakan keberadaan akan karakter yang sangat penting yang dapat mendukung komunikasi yang berarti. Karakter-karakter tersebut berada pada tahap dimana mereka dapat membayangkannya atau merasakannya dengan ikut berpartisipasi. Ini adalah apa yang Sarason (1977, p. 157) gambarkan sebagai sebuah “sense of community” secara psikologis.
10
Cukuplah membantu memulai dari nol bahwa komunitas dapat didekati sebagai sebuah nilai (Frazer 2000: 76). Dapat juga digunakan untuk menjelaskan berbagai elemen, seperti solidaritas, tanggung jawab, kebersamaan dan kepercayaan. Seperti yang tertulis dalam spanduk Revolusi Prancis – rasa persahabatan (seperti dari yang kebanyakan kita ingat, kemerdekaan dan persamaan). Para sosialis seperti William Morris mengatakan “persahabatan” yang serupa:
Persahabatan adalah surga dan kurangnya persahabatan adalah neraka; persahabatan adalah kehidupan dan kurangnya persahabatan adalah kematian; dan yang kau perlukan dalam dunia ini adalah persahabatan. (A Dream of John Ball, Ch. 4; first published in The Commonweal 1886/7)
Cohen (1985: 12) berpendapat bahwa ‘komunitas’ melibatkan dua saran yang saling berkaitan yakni anggota dari sebuah kelompok yang memiliki sesuatu yang sama dengan yang lainnya; dan sesuatu yang diselenggarakan pada umumnya membedakan mereka secara signifikan dari anggota kelompok lainnya. Oleh karena itu, komunitas mengandung kesamaan dan perbedaan. Itu adalah sebuah gagasan yang berhubungan:’pertentangan antara satu komunitas dengan yang lainnya atau dengan keberadaan sosial lainnya’ (op. cit.). Ini mengarahkan kita akan pertanyaan atas daerah perbatasan tersebut- apa yang menandai adanya permulaan dan akhir dari sebuah komunitas?
Pendapat Cohen akan daerah perbatasan tersebut, dapat diibaratkan seperti peta (sebagai daerah administrasi), atau dalam hukum, atau dengan bentuk fisik
11
seperti sungai atau jalan. Beberapa diantaranya mungkin bersifat keagamaan atau berhubungan dengan bahasa. Akan tetapi tidak semua daerah perbatasan itu mudah dimengerti: ”Mereka mungkin berpikir, lebih baik sebagai wujud dalam pikiran dari pemirsa” (Cohen 1985: 12). Seperti mereka yang dapat dilihat dari berbagai macam cara, akan tetapi tidak hanya dari salah satu sisi diantara mereka, tetapi juga dengan orang-orang dari sisi yang sama. Ini merupakan lambang faktor dari komunitas (keakraban) daerah perbatasan dan merupakan dasar untuk mendapatkan penghargaan bagaimana masyarakat menemukan pengalaman dalam berkomunitas. Sebuah contoh nyata untuk hal ini adalah sejenis upacara keagamaan orang-orang yang berkaitan dengan perayaan keagamaan, sebagai contoh upacara keagamaan, benda-benda yang terlibat dan aktivitas dari pendeta, imam ato rabi. Sebetulnya, itu cukup berarti bahwa anggapan mengenai komunitas timbul kembali dalam beberapa agama utama:
… kecocokan para umat Kristiani dengan keakraban orang-orang suci dan perhimpunan dan Perjamuan suci sebagai wujud dari komunitas; kesatuan dari umma atau komunitas dalam tradisi Islam dan praktik teology sementara, komunitas merupakan topic yang paling menonjol dalam ajaran Yahudi, dan Buddha. Ajaran Kong Fu Ze tidak termasuk, tentu saja sebuah agama, tetapi ajaran Kong Fu Ze modern cukup dekat dengan ajaran Buddha dan kepercayaan tradisional dari keluarga dan nenek moyang, dan norma keluarga dari para pengikut ajaran Kong Fu Ze dan komunitas kehidupan sangat signifikan dalam konteks sementara (Frazer 1999: 24)
12
Setiap ekspresi memiliki lambang masing-masing dan tanda dari daerah perbatasan membatasi siapa yang berada dalam komunitas dan siapa yang tidak berada dalam komunitas. Perbatasan tempat dari orang-orang yang berada di dalamnya atau dibelakang garis. Penjelasan mengenai ‘komunitas’ dapat menjadi exclusionary act. Keuntungan dari memiliki kelompok tertentu ditolak oleh meraka yang tidak termasuk dalam kelompok. Sebuah contoh yang cukup jelas adalah ‘komunitas pagar’ di USA dan UK. Sebuah halangan materi diciptakan untuk menjaga agar tetap berada diluar, dalam hal ini, mereka yang miskin atau mereka yang dianggap sebagai ancaman atau bahaya (Blakely and Snyder 1997).
2.2
Komunitas Sebagai Jaringan dan Sistem Sosial Lokal Lee dan Newby (1983: 57) menerangkan, pada dasarnya manusia hidup erat
dengan yang lain tidak berarti mereka melakukan berbagai macam kegiatan satu dengan yang lainnya. Mungkin hanya terdapat sedikit interaksi antara para tetangga. Akan tetapi itu adalah sifat dasar dari sebuah hubungan dan dari jaringan social mana mereka berasal adalah salah satu bagian yang sering menjadi sebuah aspek yang cukup signifikan untuk sebuah komunitas.
Ketika orang menanyakan apa arti dari ‘komunitas’ untuk mereka, itu adalah salah sau kutipan yang sering dikutip.’Untuk kebanyakan dari kita, arti yang cukup dalam dari kepunyaan adalah keakraban kita dalam interaksi sosial kita, terutama keluarga dan teman. Selain dari tempat kerja, gereja, tetangga, kehidupan di kota dan
13
berbagai macam ikatan lainnya (Putnam 2000: 274). Selain membantu kita untuk membangun sebuah persaan akan diri kita sendiri, seperti hubungan yang tidak resmi ‘juga memungkinkan kita untuk mencari jalan kita dalam berbagai macam kebutuhan dan berbagai macam kemungkinan peristiwa lainnya dalam kehidupan seharihari’(Allan 1996: 2). Dalam studinya, Bott (1957: 99) berpendapat bahwa kedekatan dengan lingkungan social dalam kehidupan di kota merupakan suatu pertimbangan yang terbaik,’tidak dengan area setempat dimana mereka tinggal, akan tetapi jaringan akan hubungan social yang sesungguhnyalah yang mereka pertahankan, tanpa mempedulikan apakah semua itu dibatasi area setempat atau berjalan diluar daerahnya’. Bagi kebanyakan ilmuwan sosial, gagasan akan ‘jaringan’ cukup menarik dikarenakan itu dapat digolongkan dan diukur. Penulis seperti Stacey (1969) mengartikan komunitas sebagai sebuah ‘tanpa konsep’ dan pengganti sistem sosial setempat. ‘Hubungan’ akan jaringan sosial membantu menjelaskan atau setidaknya menggambarkan kunci akan pengalaman orang-orang.
Sebuah contoh akan analisa jaringan yang disediakan oleh Wenger’s study mendukung orang-orang yang lebih tua di North Wales (1984; 1989; 1995 dan didiskusikan oleh Allan 1996: 125-6). Dia melihat perubahan susunan akan sebuah jaringan melibatkan tiga kriteria: kedekatan hubungan sanak keluarga, tingkat keterlibatan para anggota keluarga, teman dan tetangga; dan tingkat interaksi antara para sukarelawan dan kelompok komunitas. Sebagai hasilnya, ia mengidentifikasi lima jenis jaringan yang mendukung.
14
Wenger dalam dukungan jaringan untuk orang-orang yang lebih tua. Wenger mengidentifikasikan lima jenis jaringan dalam studinya: •
The local family-dependent support network. Ini sebagian besar bergantung pada kedekatan para anggota keluarga, yang sering berbagi kehidupan
•
The locally integrated support network. Secara khas, ini terdiri dari keluarga local, sahabat dan para tetangga..
•
The local self-contained support network. Biasanya terbatas dalam ukuran dan terdiri dari para tetangga, bentuk ini memiliki sedikit keterlibatan para anggota keluarga.
•
The wider community-focused support network. Melibatkan tingkat aktifitas komunitas yang cukup tinggi, bentuk ini juga memerlukan jumlah anggota keluarga dan para sahabat yang cukup banyak.
•
The private restricted support network. Terbentuk dengan ketidakhadiran para anggota keluarga, selain dari suami-istri dalam kasus tertentu, tipe ini juga berarti sedikit teman atau tetangga.
2.3
Jenis Komunitas Disini kita akan menjelajahi arti dari komunitas dalam tiga jalan yang berbeda
(after Willmott 1986; Lee dan Newby 1983; dan Crow and Allen 1995). Seperti:
15
•
Tempat. Suatu daerah atau tempat komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana orang-orang memiliki sesuatu yang sama, dan bagian ini dimengerti secara geografis. Cara lain untuk menamakan ini adalah ‘locality’. Pendekatan terhadap komunitas ini memperluas literatur – pertama dalam ‘pembelajaran komunitas’ dan akhir-akhir ini dalam studi setempat (sering terfokus dalam ruang pekerja).
•
Daya tarik. Dalam daya tarik atau ‘pemilihan’, orang-orang dalam komunitas berbagi karakteristik umum lainnya daripada tempat. Mereka dihubungkan bersama dengan berbagai faktor seperti, kepercayaan agama, orientasi sex, pekerjaan atau suku bangsa asal. Dengan cara ini memungkinkan kita untuk membahas mengenai ‘komunitas gay’, komunitas Katolik’ atau ‘komunitas orang-orang Cina’. Perkembangan dalam apa yang mungkin disebut sebagai identitas sosiologi dan diri sendiri memiliki peranan yang cukup penting dalam pembukaan konseptual wilayah tanpa komunitas berdasarkan wilayah dapat dimengerti’ (Hoggett 1997: 7). ‘Kelompok pemilihan’ dan kelompok yang disengaja’ (berdasarkan Hoggett op cit dari komunitas cyber) adalah kunci dari kehidupan yang sama.
•
Persamaan. Dalam kelemahannya, kita dapat melihatnya sebagai persamaan tempat, kelompok atau ide (dengan kata lain, itu adalah ‘semangat
dari
komunitas).
Dalam
kekuatannya,
membentuk
kebersamaan memerlukan sebuah pertemuan- tidak hanya dengan
16
orang lain, akan tetapi juga dengan Tuhan dan ciptaannya. Satu contoh yang dapat dilihat disini adalah perkumpulan orang-orang suci umat Kristiani- penyatuan spiritual antara orang Kristen dan Kristus (dan untuk sekarang antara setiap orang Kristen). Yang lainnya adalah Martin
Buber’s
yang
tertarik
dalam
pertemuan
dan
“diantaranya”.(http://www.infed.org/community/community.htm)
2.4
Mengapa Komunitas Penting Sejak akhir dari abad ke 19, penggunaan arti komunitas telah meninggalkan
beberapa asosiasi tambahan sekali lagi dengan pengharapan yang segar akan kedekatan, kehangatan dan harmoni yang baik antara orang-orang yang mempermasalahkan atau orang-orang yang dulu tidak jelas akan arti komunitas (Elias 1974, dikutip oleh Hogget 1997: 5). Sebelum tahun 1910, terdapat literatur kecil dari ilmu sosial yang memberikan sedikit perhatiannya akan “komunitas” dan benar pada tahun 1915 pertama kalinya didapatkan definisi sosial yang jelas muncul ke dunia. Hal ini dikemukakan oleh C.J. Galpin dalam hubungannya melukiskan komunitas pedalaman dalam pertukaran barang dan servis area yang mengelilingi pusat desa (Harper dan Dunham 1959: 10). Setelah itu beberapa definisi mengenai komunitas pun mulai muncul ke permukaan dengan cepat. Beberapa memfokuskan komunitas pada wilayah geografi, beberapa berpusat pada sekumpulan orang yang tinggal di
17
wilayah tertentu dan yang lainnya melihat komunitas sebagai suatu area dari kehidupan biasa.
Di sisi lain dari itu semua beredar beberapa isu mengenai komunitas yang muncul dalam pembahasan politik. Untuk sebagian orang mungkin ini hanya sedikit lebih mengagungkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh masyarakat. Untuk yang lainnya, mungkin hal ini merupakan organisasi ideal yang sangat kuat seperti merekamereka yang menaruh perhatian kepada agenda komunitas yang lebih dalam.
2.5
Pengertian SOC Sense of community (SOC) telah menjadi pusat untuk berhadapan dengan para
peneliti untuk beberapa waktu. McMillan dan Chavis (1986) memiliki pandangan dan penelitian yang cukup baik dalam membuat konsep SOC. Mereka menjelaskan SOC terdiri dari empat karakteristik: •
Perasaan akan keanggotaan: Perasaan akan kepunyaan dan kesamaan dengan komunitas;
•
Perasaan akan mempengaruhi: Perasaan akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunitas;
•
Penggabungan dan pemenuhan akan kebutuhan: Perasaan didukung oleh yang lainnya dan juga mendukung mereka; dan
18 •
Berbagi hubungan emotional: Perasaan akan suatu hubungan, berbagi cerita, dan ‘semangat’ akan komunitas tersebut
Banyak peneliti yang menerapkan konsep dari SOC (seperti: García, Giuliani, & Wiesenfeld, 1999; Zaff & Devlin, 1998). Para peneliti yang lain ada juga yang melakukan perubahan dalam pengukuran SOC dengan memvariasikan tingkat keberhasilannya (seperti Burroughs & Eby, 1998; Hughey, Speer, & Peterson, 1999). Peneliti yang lain juga membuat ukuran mereka sendiri untuk mengukur SOC (Royal & Rossi, 1999; Schuster, 1998; Skjæveland, Gärling, & Mæland, 1996). McMillan (1996) pun melakukan sedikit perubahan konsep SOC dengan mencakup lebih ‘semangat’ dan ‘seni’ dari komunitas.
Meskipun demikian, pendefinisian oleh
McMillan dan Chavis’s dipertimbangkan sebagai yang terkuat. Chipuer and Pretty telah mengkritik hal ini dan peneliti lainnya mengenai konsep definisi dari SOC, tetapi hal ini tidak membuat kekuatan teori dari McMillan dan Chavis mengenai SOC.
Penelitian SOC dalam komunitas yang sesungguhnya belumlah begitu banyak. Akan tetapi, beberapa peneliti pernah melaporkan penemuan yang serupa dengan apa yang pernah dilaporkan dalam SOC secara ‘face to face’. Mereka menjabarkan keberadaan akan: •
Keanggotaan, daerah perbatasan, kepunyaan dan lambang kelompok (Baym, 1995, 1997; Curtis, 1997; Greer, 2000; Herring, 1999; Kollock & Smith, 1996; Markus, Manville, & Agres, 2000; Phillips, 1996);
19 •
Pengaruh, dalam hal memaksakan dan menantang norma (Baym, 1997; Kollock & Smith, 1996; Markus, 1994a, 1994b; McLaughlin, 1995; Pliskin, 1997);
•
Pertukaran semangat antara para anggota (Baym, 1995, 1997; Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993);
•
Berbagi hubungan emotional antara para anggota (Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993).
2.6
Sense of Community Dalam konteks pemakaian teori komunitas berdasarkan pada wilayah untuk
merujuk pada perbedaan yang sangat afektif antara ketetanggaan dan komuntas yang sebenarnya terdapat dalam “sense of community” (SOC). Para peneliti telah menaruh perhatian pada SOC sejak tahun 1960an. Dalam pekerjaan berorganisasi misalnya, SOC telah ditemukan untuk menaikkan kepuasan dalam bekerja dan perilaku berorganisasi, kesetiaan, menjadi warga negara yang baik, mementingkan kepentingan orang lain, serta kesopanan (Burroughs & Eby, 1998). Pada komunitas yang berdasarkan pada kesamaan tempat atau wilayah dan komunitas yang bertemu secara tatap muka yang berdasarkan pada ketertarikan akan sesuatu, SOC memimpin kepuasan serta komitmen dalam asosiasinya dengan keterlibatannya dalam aktifitas komunitas dan fokus pada permasalahan perilaku (McMillan & Chavis, 1986). Pada awalnya, SOC kadang kala hanya dimengerti sebagai akibat dari kehidupan dalam
20
suatu komunitas atau bahkan hanya sebatas definisi dari komunitas itu sendiri (García et al., 1999). Konsep yang membingungkan ini khususnya dimengerti dalam “komunitas yang bedasarkan pada ketertarikan akan sesuatu” dimana para anggotanya dibagi bukan berdasarkan wilayah tetapi lebih kepada interaksi para anggotanya. masalah dalam definisi ini juga muncul dalam konsep dunia maya yang direfleksikan dalam penerapan yang rendah dari Jones (1997) dalam perbedaan antara penyelesaian dan komunitas atau masyarakat. Dalam hal ini, kita menemukan perbedaan antara pengelompokan social dalam dunia maya dan SOC itu sendiri (yang mungkin tidak akan dikemukakan). Kita mendefinisikan SOC seperti yang dilakukan oleh McMillan dan Chavis (1086, p.9): SOC adalah “perasaan memiliki yang dipunyai oleh para nggota komunitas tersebut, perasaan bahwa anggota kelompok yang lain adalah bagian dari kita sendiri, dan berbagi keyakinan dan kebutuhan antar sesama anggota yang bertemu dalam komitmen mereka untuk bersama-sama atau menjadi satu kesatuan. Kita juga menemukan perbedaan antara SOC sebagai respon afektif dalam suatu kelompok dari perilaku yang dapat diobservasi pada saat SOC itu ada, tetapi tidak akan ditemukan apabila tidak ada SOC. Masalah pada definisi kedua muncul karena kualitas subjektif dari para pakar yang meneliti SOC mungkin saja adalah ‘sangat dikhususkan dan dibatasi” (Rapley & Pretty, 1999) atau bahkan sangat unik antara satu komunitas dengan komunitas yang lain (Sarason, 1986). Oleh karena itu, komunitas peneliti telah mencari cara-cara yang dapat dipercaya untuk mendeskripsikan manifestasi SOC yang beragam dalam
21
komunitas yang tertentu. Menurut McMillan dan Chavis’ (1986), kerangka deskriptif SOC telah diterima secara luas untuk pembelajaran komunitas yang berdasarkan pada wilayah ataupun komunitas yang berdasarkan pada ketertarikan akan sesuatu hal karena telah berdasarkan teori dan disertai dukungan empiris qualitative. Kerangka ini memiliki empat dimensi : •
Perasaan keanggotaan : perasaan memiliki dalam komunitas
•
Perasaan keterpengaruhan : perasaan untuk terpengaruh bagi, dan terpengaruh oleh komunitas
•
Integrasi dan pemenuhan kebutuhan : perasaan didukung oleh anggota yang lain selagi kita juga mendukung
•
Berbagi perasaan emosional : perasaan menjalin hubungan, berbagi cerita, berbagi pengalaman dan jiwa dari berkomunitas
Berikut ini merupakan beberapa literatur terdahulu yang membahas mengenai sense of community secara bertatap muka. Tabel 2.1 Literatur Terdahulu yang Membahas Sense of Community Tatap Muka PENELITI & TAHUN PUBLIKASI
TOPIK
McMillan and Psychological Sense of Community: Theory of McMillan & Chavis Chavis, 1986 Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Membership Merupakan suatu perasaan memiliki terhadap, dan teridentifikasi dengan, sebuah komunitas
22 - Influence Merupakan suatu perasaan memiliki pengaruh pada, juga dipengaruhi oleh, sebuah komunitas - Integration and Fulfillment of Needs Merupakan suatu perasaan akan adanya dukungan dari sebuah komunitas, sembari juga mendukung mereka kembali - Shared Emotional Connection Merupakan perasaan akan suatu hubungan, kenangan yang disharingkan, serta “semangat” suatu komunitas Mark A. Royal & Schools as Communities Robert J. Rossi, Elemen-elemen SOC menurut Anthony Bryk dan Mary Driscoll (1988), 1997 sebuah communally-organized school dikategorikan menjadi tiga, yaitu: -
A system of shared values
-
Common activities
-
An “ethos of caring” in interpersonal relations
Sedangkan menurut Mary Anne Raywid (1993), ia menggarisbawahi 6 (enam) atribut yang terkandung dalam komunitas sekolah alternative, yaitu: -
Respect
-
Caring
-
Inclusiveness
-
Trust
-
Empowerment
-
Commitment
Nasar & Julian, Psychological Sense of Community in The Neighborhood 1995 Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Casual Contacts - Social Support - Fear of Crime
23 - Territoriality - Community Size Burroughs Eby, 1998
and Psychological Sense of Community at Work Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Coworker support - Emotional safety - Sense of Belonging - Spiritual Bond - Team Orientation
Ben Crites, 2006
Clubs Encourage a Sense of Community Melalui keanggotaan pada berbagai klub (bocce, book clubs, golf outings etc), para penghuni Shipyard, yang terpisah ratusan bahkan ribuan mil jauhnya dari sanak keluarga dan orang-orang tersayangnya, berpikir bahwa tak hanya persahabatan baru yang mereka ciptakan, tetapi juga komunitas.
Gifford Pinchot, A Sense of Community 1998 Sistem sosial manusia dibentuk dari tiga jenis hubungan: 1. Hubungan berdasar atas kekuatan memberi perintah (dominance and submission) 2. Hubungan berdasar atas pertukaran secara sukarela (trading and buying) 3. Hubungan atas memberi tanpa mengharapkan apapun sebagai balasannya (community) Muniz, Jr and Brand Community O’Guinn, 2001 Merupakan komunitas tertentu yang mengikat tanpa memperhitungkan keadaan geografis, berdasarkan pada suatu rangkaian hubungan sosial yang terstruktur diantara para pengagum suatu merk tertentu; merupakan komunitas eksklusif karena berpusat pada suatu produk atau layanan yang bermerk. Elemen-elemen yang diteliti adalah: - Shared Consciousness Para anggota merasakan hubungan yang erat berkaitan dengan suatu
24 merk, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat satu dengan yang lainnya. - Ritual and Traditions Mewakili proses sosial utama dimana arti sebuah komunitas direproduksi dan disebarkan di dalam maupun di luar komunitas. - A Sense of Moral Responsibility Merupakan apa yang kemudian dapat menghasilkan tindakan kolektif dan berkontribusi terhadap meleburnya suatu kelompok Tim Evans, 2003
Gay Central Indiana Residents Turn to Internet for Sense of Community Oleh sebab tidak memiliki central point of connection di Indianapolis, banyak penghuni Indiana tengah yang berorientasi gay, lesbian, bisexual dan transgender mulai menggunakan fasilitas Internet guna menemukan orang lain dengan kesamaan minat serta membantu membangun sense of community. Trish Osborn dan partnernya merupakan satu diantara lebih dari 10,200 partner sesama gender yang tinggal bersama yang terdaftar di Indiana dalam sensus terbaru. Mereka mulai sering mengunjungi mutualfriends.org, sebuah Web site nonprofit didesain menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama. Terapis Indianapolis Michele O'Mara, yang mengoperasikan mutualfriends.org, meluncurkan situs tersebut tahun lalu setelah menjumpai adanya kebutuhan atas pekerjaan yang ia lakoni dengan para klien gay dan lesbian. GayIndy.org merupakan situs lain dimana orang dapat mempelajari lebih banyak tentang komunitas yang bersangkutan. Diresmikan pada tahun 1995, situs tersebut, dianggap sebagai "Central Indiana's Virtual GLBT Community Center," termasuk kolom berita, kalender aktivitas, daftar email, forum diskusi dan sebuah resource directory. Situs tersebut dioperasikan oleh grup nonprofit Diversity Inc.
Beberapa penjelasan literatur yang berkaitan dengan Sense of Community secara tatap muka. 1. Brand Community (Muniz, Jr and O’Guinn, 2001)
25
Brand Community adalah komunitas tertentu yang mengikat tanpa memperhitungkan keadaan geografis, berdasarkan pada suatu rangkaian hubungan sosial yang terstruktur diantara para pengagum suatu merk tertentu. Komunitas tersebut merupakan komunitas eksklusif karena pusatnya adalah suatu produk atau jasa yang bermerk. Brand community membentuk suatu kumpulan oleh karena kesamaan minat terhadap suatu merk tertentu. Juga, lingkungan bertetangga, seperti halnya brand community, digambarkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Elemen-elemen yang sudah diteliti adalah sebagai berikut: 1. Shared Consciousness Para anggota merasakan hubungan yang erat berkaitan dengan suatu merk, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat antara satu dengan lainnya. Para anggota berasumsi bahwa mereka ‘merasa mengenal satu sama lain’ pada suatu tingkatan tertentu, meskipun mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Elemen Shared Consciousness ditemukan dalam brand community melampaui batasan geografis. Hal ini terlihat jelas dalam pengamatan pada kumpulan komunitas, sebagaimana dalam analisa pada halamanhalaman Web. Brand Community merupakan komunitas yang terbentuk secara abstrak (Anderson, 1983). Para anggota menjadi bagian atas suatu komunitas yang besar, minim tatap muka, namun terbentuk secara mudah.
26
2. Rituals and Traditions Elemen Rituals and traditions mewakili proses sosial utama dimana arti sebuah komunitas direproduksi dan disebarkan di dalam maupun di luar komunitas. Beberapa diantaranya tersebar secara jelas dan dimengerti oleh semua anggota komunitas, sementara lainnya lebih terfokus pada asal-usul dan pengaplikasiannya. Elemen Ritual and tradition ini umumnya mengarah pada pengalaman berbagi konsumsi dengan suatu merk. Seluruh brand community yang ditemukan dalam project tersebut memiliki beberapa bentuk ritual atau tradisi. Ritual dan tradisi yang berlangsung dalam brand community bermanfaat untuk mempertahankan budaya komunitas tersebut. 3. A sense of moral responsibility Elemen Moral responsibility merupakan suatu ‘sense of duty’ terhadap komunitas secara keseluruhan, dan terhadap masng-masing anggota individunya. Tanggung jawab moral ini adalah apa yang menghasilkan tindakan koleksif dan berkontribusi terhadap peleburan kelompok. Tanggung jawab moral sebaiknya tidak dibatasi oleh hukum karena selain berkaitan dengan persoalan hidup dan mati, tetapi lebih pada komitmen sosial yang terjadi sehari-hari. Sistem moral dapat menjadi lunak dan kontekstual
27
2. Schools as Community (Royal & Rossi, 1997) Sense of Community yang terbentuk dalam lingkungan sekolah memiliki pengaruh, baik terhadap para karyawan yang bekerja di tempat tersebut maupun para siswa yang berada didalamnya. Sense of Community yang terjalin secara erat dapat berpengaruh terhadap para staff yang dapat menjadikan semangat juang meningkat, ketidakhadiran guru berkurang, dan para guru lebih puas akan pekerjaan mereka. Pengaruh sense of community
tersebut
secara
tidak
langsung
juga
akan
berimbas
pada
pengembangan sense of community diantara para pelajar, membantu menjadikan diri lebih dewasa dalam hubungan interpersonal mereka masing-masing. Dari hasil penelitian juga didapat kesimpulan bahwa sekolah yang berkapasitas lebih kecil memiliki keyakinan akan pengembangan komunitas yang lebih baik, serta lebih potensial dalam meningkatkan sense of community diantara para staff dan pelajar ketimbang sekolah yang lingkupnya lebih besar. Lebih lanjut, pengembangan sense of community yang sehat diperlukan guna mempertahankan kesuksesan jangka panjang atas kegiatan schoolimprovement.
3. Psychological Sense of Community: Theory of McMillan & Chavis (1986)
Sebagai salah satu peneliti yang menjadikan sense of community (SOC) sebagai subjek penelitiannya, McMillan dan Chavis memiliki pandangan dan
28
penelitian yang cukup baik dalam membuat konsep SOC. Mereka menjelaskan bahwa SOC terdiri dari empat karakteristik: •
Perasaan akan keanggotaan: Perasaan akan kepunyaan dan kesamaan dengan komunitas;
•
Perasaan akan mempengaruhi: Perasaan akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunitas;
•
Penggabungan dan pemenuhan akan kebutuhan: Perasaan didukung oleh yang lainnya dan juga mendukung mereka; dan
•
Berbagi hubungan emotional: Perasaan akan suatu hubungan, berbagi cerita, dan ‘semangat’ akan komunitas tersebut
Menurut mereka, kerangka deskriptif SOC tersebut telah diterima secara luas untuk pembelajaran komunitas yang berdasarkan pada wilayah ataupun komunitas yang berdasarkan pada ketertarikan akan sesuatu hal karena telah berdasarkan teori dan disertai dukungan empiris qualitative. Tabel 2.2 Beberapa riset terdahulu yang membahas mengenai online Sense of Community PENELITI & TAHUN PUBLIKASI Satu Suvikki 2001
TOPIK
Kyröläinen, Sense of Community on Virtual Community Empat faktor penting yang dibahas: - Reciprocal Improvement - Basic Trust for Others
29 - Common Purpose & Similiarity - Shared History Brent G. Wilson, 2001
Sense of Community as a Valued Outcome for Electronic Courses, Cohorts, and Programs Elemen-elemen yang dibahas adalah: - Belonging - Trust - Expected Learning - Obligation
Alfred P. Rovai, 2002
Building Sense of Community at a Distance Elemen-elemen classroom community adalah: -
Spirit
-
Trust
-
Interaction
-
Commonality of Expectation and Goals: Learning
Sedangkan elemen-elemen yang terdapat dalam Learning at a distance adalah:
Anita L. Blanchard, Lynne Markus, 2004
-
Transactional Distance
-
Social Presence
-
Social Equality
-
Small Group Activities
-
Group Facilitation
-
Teaching Style and Learning Stage
-
Community Size
M. The Experienced ”Sense” of Characteristics and Processes.
a
Virtual
Community:
Membahas tentang konsep sense of virtual community dalam sebuah newsgroup yang disebut Multiple Sports Newsgroup (MSN). Demonstrasi awal menemukan bahwa MSN nyatanya memiliki sense of virtual community tetapi dimensinya
30 memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan komunitas secara fisik. Studi ini juga membahas mengenai proses perilaku yang berkontribusi pada sense of virtual community pada MSN – pertukaran dukungan, penciptaan identitas dan pembuatan identifikasi, serta penghasilan kepercayaan. Lagi, prosesproses tersebut serupa dengan proses yang ditemukan pada komunitas nonvirtual, namun mereka memiliki kendala pada komunikasi secara elektronik. Membangun suatu tempat pertemuan secara virtual dapat menghasilkan sebuah penyelesaian secara virtual. Namun komunitas virtual adalah suatu penyelesaian virtual dimana sense of virtual community ada berdampingan dengan serangkaian proses dan perilaku serupa-komunitas.
Beberapa literatur yang berkaitan dengan sense of community secara online: 1. Sense of Community as a Valued Outcome for Electronic Courses, Cohorts, and Programs (Wilson, 2001) Sense of Community diantara para pelajar kelihatannya meliputi karakteristik berikut: a. Belonging; para anggota mengidentifikasi diri dengan kelompoknya dan merasakan suatu sense of buy-in (minimal sedikit) terhadap nilai dan tujuan kelompok yang bersangkutan. b. Trust; para anggota merasa aman dan terjaga di dalam kelompok dan percaya bahwa umumnya mereka akan bertindak apapun demi kebaikan mereka bersama sebagai satu kesatuan.
31
c. Expected Learning; para anggota berharap kelompok mereka dapat menciptakan suatu nilai tertentu, khususnya penghargaan atas tujuan pembelajaran mereka. d. Obligation; para anggota merasakan sebuah desakan moral dan keinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan berkontribusi pada tujuan kelompok. 2. Building Sense of Community at a Distance (Rovai, 1997) Ketika komunitas dipandang sebagai apa yang dilakukan bersama-sama, ketimbang di mana atau dengan cara apa hal tersebut dilakukan, komunitas dipisahkan oleh keadaan geografis, lingkungan fisik, dan kampus. Dimensi komunitas berbeda dari setting yang satu dengan setting lainnya. Satu diantaranya adalah classroom, baik secara fisik maupun virtual. Berdasarkan atas pengertian diatas, komunitas classroom secara fisik memiliki 4 (empat) dimensi, yaitu: a. Spirit Menggambarkan keanggotaan dalam suatu comunitas dan perasaan bersahabat, kohesi, dan ikatan yang terbangun diantara para pelajar dimana mereka berinteraksi satu sama lain dan menantikan untuk dapat menghabiskan waktu bersama-sama.
32
b. Trust Merupakan suatu perasaan dimana anggota komunitas dapat dipercaya dan mewakili kesediaan bergantung pada anggota lainnya dalam komunitas dimana salah satunya memiliki kepercayaan. c. Interaction Meski bukan merupakan solusi akhir atas pengembangan suatu sense of community, tetapi interaksi antar pelajar termasuk elemen yang esensial. Apabila kita tidak dapat menggalakkan sense of community secara kuantitas, diusahakan interaksi yang terjadi dapat menjadi lebih berkualitas. d. Commonality of Expectation and Goals: Learning Menggambarkan komitmen atas suatu tujuan pembelajaran umum dan mengindikasikan perilaku pelajar berkaitan dengan kualitas pembelajaran.
Sedangkan komunitas classroom secara virtual memuat 7 (tujuh) elemen, yaitu: a. Transactional Distance Merupakan senggang komunikasi dan psikologis diantara pelajar dan instruktur. Tingkatannya adalah fungsi struktur dan dialog; struktur merupakan banyaknya
kendali
dilakukan
oleh
instruktur
dalam
suatu
lingkungan
pembelajaran dan berimplikasi untuk meningkatkan jarak psikologis dan mengurangi sense of community. Sedangkan dialog adalah banyaknya kendali
33
yang dilakukan oleh pelajar dan berimplikasi pada berkurangnya jarak psikologis dan meningkatkan sense of community. b. Social Presence Kehadiran secara social dalam dunia virtual memiliki kerumitan yang lebih tinggi terhadap kesadaran timbal balik pada suatu individu dan kesadaran individu terhadap orang lain. c. Social Equality Instruktur online mesti menyediakan kesempatan partisipasi yang sama pada semua pelajar. Satu teknik untuk mengurangi suasana anonim dan membantu para pelajar terhubung satu dengan lainnya adalah dengan cara si instruktur online meminta semua anggota memperkenalkan diri mereka selama minggu pertama pembelajaran dalam suatu area diskusi yang telah disediakan untuk tujuan ini. Kegiatan semacam itu dapat membantu memelihara etiket dan kesopanan dalam ajang diskusi dan mengembangkan sense of community. d. Small Group Activities Memperbanyak
kegiatan
pembelajaran
individual
dengan
kegiatan
kelompok kecil akan mengembangkan sense of community dengan membantu si pelajar terhubung satu sama lainnya. e. Group Facilitation Dialog merupakan elemen yang esensial dalam metode pembelajaran online dan usaha fasilitasi ditujukan agar para pelajar terinspirasi untuk berinteraksi satu sama lain.
34
f. Teaching Style and Learning Stage Suatu sense of community didukung dalam lingkungan pembelajaran dimana terdapat kesetaraan gaya pengajaran dan tingkat pembelajaran. Selfdirected learning sebagai suatu pilihan dalam situasi instruksional. Suatu model pembelajaran self-directed yang bertingkat dimana pelajar berevolusi dari mereka yang tergantung atas tingkatan intermediasi menjadi pelajar yang kemudian menjadi pelajar self-directed yang berfungsi secara penuh. g. Community Size Ukuran
suatu
komunitas
dalam
lingkungan
computer-mediated
berpengaruh kuat terhadap kegiatan pembelajaran. Terlalu sedikit anggota hanya menghasilkan sedikit interaksi sedangkan terlalu banyak anggota berakibat suatu sense of overwhelmed. Menakar jumlah yang tepat dalam suatu lingkungan pembelajaran sulit dilakukan mengingat kondisi komunitas adalah situasional dan berbeda content area, instruktur dan pelajarnya sendiri. Namun, delapan hingga sepuluh pelajar merupakan perkiraan yang logis sebagai jumlah yang sesuai guna menghasilkan interaksi yang memadai.
2.7
Sense of Virtual Community SOC belum menjadi focus yang khusus dalam pembelajaran dalam komunitas
dunia maya atau virtual. Bagaimana pun juga, bebererapa peneliti komunitas virtual telah mendeskripsikan perilaku-perilaku yang mungkin kita harapakan untuk diteliti pasa saat perasaan dalam komunitas virtual itu muncul (SOVC). Sebagai contoh,
35
penelitian empiris pada komunitas virtual telah menidentifikasi bukti-bukti dalam perilaku-perilaku di bawah ini : •
Keanggotaan, batasan, kepemilikan dan symbol-simbol kelompok (Baym, 1995, 1997; Curtis, 1997; Greer, 2000; Herring, 1996; Kollock & Smith, 1994; Markus et al., 2000; Phillips, 1996)
•
Pengaruh, dalam hal memaksakan dan menantang norma (Baym, 1997; Kollock & Smith, 1996; Markus, 1994a, 1994b; McLaughlin, 1995; Pliskin, 1997);
•
Pertukaran semangat antara para anggota (Baym, 1995, 1997; Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993);
•
Berbagi hubungan emotional antara para anggota (Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993).
Dengan jelas telah membuktikan perilaku objektif kepada pengalaman hidup dalam SOC muncul paling tidak dalam beberapa penyelesaian virtual yang sebenarnya mengalami perasaan yang jelas dalam komunitas virtual yang sejalan atau serupa dengan perasaan komunitas nonvirtual.
36
2.8
Bagaimana Mengukur SOC
1. Keanggotaan
Aspek utama daripada sense of community adalah keanggotaan dari komunitas tersebut. mengulas mengenai literature pada dimensi tertentu dalam keanggotaan, McMillan & Chavis mengidentifikasikannya menjadi lima atribut :
a. Batasan b. Keamanan emosional. c. Perasaan kepemilikan dan identifikasi d. Investasi personal e. Sistem symbol umum
"Batasan" ditandai oleh beberapa hal seperti bahasa, pakaian, adat, menunjukkan siapa yang memiliki sesuatu dan yang tidak memiliki sesuatu. Penulis mengakui bahwa “batasan” tersebut adalah hal yang paling sulit dalam mendefinisikan “keanggotaan”, tetapi juga menyatakan “Pada saat terlalu banyak ketertarikan yang bersifat berbelas kasihan dan menghasilkan penelitian pada orangorang yang menyimpang, kebutuhan legitimasi para anggota kelompok pada batasan untuk melindungi diri dari keintiman hubungan social telah sering terlewatkan” (p. 9).
37
Keempat atribut keanggotaan lainnya adalah “keamanan secara emosional” (atau secara umum mengenai keamanan, keinginan untuk menyatakan bagaimana yang sesungguhnya dirasakan), “perasaan mengenali dan saling memiliki” (pengharapan atau keyakinan akan apa yang dimiliki, dan penerimaan oleh komunitas), “investasi diri sendiri” (kejanggalan teori kognitif), dan “sistem simbol yang umum”. Merujuk pada kelima atribut diatas, Nisbet & Perrin, menyatakan bahwa :
Pengertian akan system symbol yang umum adalah prasyarat untuk mengerti suatu komunitas. “Simbol daripada dunia social yang menjadi sel menuju ke dunia biotic dan inti dari dunia physic… Simbol adalah permulaan daripada dunia social seperti yang telah kita ketahui" (Nisbet & Perrin, 1977, p. 47).
Kemudian kita lihat beberapa contoh dari litelatur yang menjadi funsi yang penting dalam menunjukan symbol dari beberapa level social. Pada level ketetanggaan misalnya, symbol mungkin saja ditemukan dalam nama, logo, hal-hal yang menonjol, atau gaya arsitektur; peran integrative dalam symbol nasional juga diperhitungkan, seperti bendera, hari libur, bahasa nasional (Jung,1912), Kelompok menggunakan simbol-simbol seperti ritual, upacara, slogan untuk menunjukkan batasan untuk menunjukkan siapa yang merupakan anggota kelompok dan siapa yang bukan.
38
Pada 1996, McMillan menambahkan dan memperluas apa yang telah ia tulis pada tahun 1986, dan menganggap keanggotaan, merupakaan tempat emphasis yang lebih baik dalam “jiwa” berkomunitas dalam “percikan persahabatan” (p.315).
2. Pengaruh
McMillan & Chavis (1986) menyatakan bahwa pengaruh dalam sebuah komunitas memiliki dua fungsi, yaitu: anggota dlam sebuah kelompok harus merasa diberikan kekuasaaan untuk memiliki pengaruh lebih untuk apa yang telah dilakukan oleh kelompok (kalau tidak mereka tidak akan termotivasi atau berpartisipasi), dan kelompok yang kohesif tergantung pada kelompok yang memiliki pengaruh kepada para
anggotanya.
Mereka
juga
menyatakan
beberapa
pembelajaran
yang
menganjurkan ada dua kekuatan yang bertentangan yang dapat bekerja secara simultan, dan menyatakan bahwa:
Individu yang memahami apa yang dibutuhkan oleh orang lain, nilai apa yang dimiliki oleh orang lain, dan opini-opini yang berpengaruh pada orang lain adalah anggota kelompok yang sangat berpengaruh, disaat orang lain mencoba untuk menekan pengaruh, mendominasi orang lain, mengesampinkan harapan dan opini dari orang lain adalah anggota yang paling tidak memiliki kekuatan pengaruh (p. 11). McMillan dan Chavis merujuk pada ulasan Lott & Lott (1965) dimana penemuan utama adalah korelasi yang positif antara kelompok-kelompok yang kohesif dan tekanan untuk menyesuaikan diri. Di sisi lain, mereka juga berdiskusi mengenai penelitian “validasi hukum”, dimana “kekuatan demonstrasi terhadap
39
keseragaman adalah transaksional—yang dating dari orang yang sebaik kelompok” (McMillan & Chavis, 1986, p. 11) 3. Integrasi dan pemenuhan kebutuhan
McMillan & Chavis menggunakan kata “kebutuhan” disini (sebagai kata-kata yang umum digunakan oleh psikolog, yang mungkin saja kurang akurat) untuk mengartikan bahwa lebih dari uaha bertahan hidup dan kebutuhan yang lain, tetapi juga melingkupi apa yang diharapkan dan dinilai. Anggota kelompok dilihat telah dihargai dengan berbagai cara untuk partisipasi mereka, dimana Rappaport (1977) menyebutnya orang yang mencinti lingkungan sekitar. Penelitian mengindikasikan bahwa hal ini mungkin saja merupakan kompetensi dari anggota komunitas. “Berbagi nilai” telah didiskusikan sebagai konsep yang dapat mengarahkan isu “kebutuhan” diluar dari usaha bertahan hidup. Sarason (1974, p.157) menyatakan hal yang serupa “pemahaman akan saling ketergantungan terhadap orang lain, kesediaan untuk menjaga ketergantungan terhadap orang lain dengan memberikan atau melakukan sesuatu untuk orang lain yang sangat diharapkan.
4. Shared emotional connection
Hasil penelitian McMillan & Chavis's pada dimensi berbagi hubungan emosi meliputi pernyataan yang tegas “sepertinya akan menjadi elemen yang menentukan dalam komunitas yang benar” (1986, p. 14). Pada 1996 (p. 332) McMillan menambahkan bahwa “berbagi pengalaman sepertinya menjadi seni dan symbol
40
dalam cerita berkomunitas” summary statement on shared emotional connection includes the assertion that "it seems to be the definitive element for true community" (1986, p. 14). They mention the role of shared history (participation in or at least identification with it). In 1996 (p. 322) McMillan adds that "shared history becomes the community's story symbolized in art" (dalam perasaan yang sangat umum). McMillan & Chavis (1986) mengurutkan tujuh fitur penting dalam berbagi hubungan emosi :
a. Kontak hipotesis. Interaksi secara personal yang baik akan meningkatkan lingkungan yang membuat anggotanya semakin dekat. b. Kualitas interaksi. c. Muncul pada saat terakhir. Interaksi yang ambigu ini membuat kelompok menjadi kohesif. d. Berbagi hipotesis. e. Investment. Dibalik segala perawatan atau perbaikan yang dilakukan dalam komunitas, komunitas itu pada akhirnya menjadi bagian penting bagi seseorang yang telah banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk komunitas tersebut. f. Efek dari penghargaan dan penolakan dalam anggota komunitas. Seseorang yang mendapat penghargaan di depan anggota yang lain biasanya lebih aktif daripada seseorang yang mendapat penolakan.
41
g. Keterkaitan spiritual.
Gambar 2.1 McMillan and Chavis (1986) Elements of a Sense of Community and Their Hypothesized Relationships. (Copyright © 1986. Reprinted by permission of John Wiley & Sons, Inc.)
2.9
Elemen Sense of Community McMillan dan Chavis (1986) mengungkapkan sense of community dapat
diwakilkan ke dalam 4 (empat) dimensi ukuran yang mempunyai elemen dari membership, influence, fulfillment of needs dan shared emotional connection dengan atribut – atribut terkait. Tabel 2.3 Elemen Sense of Community
42
Element
Attribute
Membership
Boundaries that separate us from them Emotional safety A sense of belonging and identification A common symbol system
Influence
Individual members matter to the group The group matters to the individual Making a difference to the group Individual members influence the group The group influences the individual member
Fulfillment needs
of Benefits and rewards Members meeting their own needs Members meeting the needs of others Reinforcement and fulfillment of needs
Shared emotional Identifying with a shared event, history, time, place or connection
experience Regular and meaningful contact Closure to events Personal investment Honour Spiritual connection
43
Albert M. Muniz, JR & Thomas C. O’Guinn (2001) dalam studinya mengenai sense of community pada brand community mengatakan bahwa sense of community mempunyai 3 komponen dasar yaitu : 1. Shared Consciousness 2. Rituals and Traditions 3. Sense of Moral Responsibility
Lebih lanjut, menurut Koh and Kim yang telah meneliti sense of community dalam komunitas online / internet (virtual community), memiliki pendapat bahwa sense of virtual community mempunyai 3 dimensi yaitu: 1. Membership: people experience feelings of belonging to their virtual community. 2. Influence: people influence other members of their community. 3. Immersion: people feel the state of flow during virtual community navigation.
Dari ketiga dimensi diatas Koh and Kim mendefinisikan sense of virtual community sebagai berikut: The sense of virtual community may be defined as the individual’s feelings of membership, influence, and immersion toward a virtual community. The dimensions of membership, influence, and immersion reflect, respectively, the
44
affective, cognitive, and behavioral aspects of virtual community members, as does the general construct of attitude in the areas of marketing or behavioral science. Satu Suvikki Kyröläinen (2001) mengemukan ada empat faktor penting dalam sense of community di virtual community. Berikut adalah empat faktor tersebut beserta komponen – komponen yang membangunnya: 1. Reciprocal Improvement • Social interaction, reciprocity • Awareness, social presence • Trust • Norms, conformity 2. Basic trust for others • Trust • Norms, conformity • Awareness, social presence 3. Common purpose, similiarity • Common purpose • Norms, conformity 4. Shared History • Common history • Awareness, social presence
45
Gambar berikut menjabarkan keempat faktor tersebut diatas :
46
Gambar 2.2 The four critical factors of sense of community, and the variables that compose them. Berdasarkan pada berbagai penelitian diatas maka dibuatlah tabel untuk meliat perbandingan antara elemen – elemen yang terdapat dalam komunitas offline maupun online. Tabel 2.4 Tabel perbandingan elemen – elemen dalam komunitas offline dan online Peneliti & Elemen yg Diteliti (offline) Peneliti & Elemen yg Diteliti (online)
47 McMillan & Chavis, 1986
Koh and Kim, 2003
- membership
- membership
- influence
- influence
- integration and fulfillment of needs
- immersion
- shared emotional connection Royal & Rossi, 1997
Brent G. Wilson, 2001
- respect
- belonging
- caring
- trust
- inclusiveness
- expected learning
- trust
- obligation
- empowerment - - commitment Nasar & Julian, 1995
Alfred P. Rovai, 2002
- casual contacts
- transactional distance
- social support
- social presence
- fear of crime
- social equality
- territoriality
- small group activities
- community size
- group facilitation - teaching style and learning stage - community size
Burroughs and Eby, 1998
Blanchard & Markus, 2004
- coworker support
- recognition between members
- emotional safety
- emotional attachment
- sense of belonging
- exchanging support
- spiritual bond
- relationship
- team orientation
- identity establishment
Muniz, Jr and O’Guinn, 2001
Satu Suvikki Kyröläinen, 2001
48 - shared consciousness
- reciprocal improvement
- ritual and traditions
- basic trust for others
- sense of moral responsibility
- common purpose & similarity - shared history