5
BAB II LANDASAN TEORI
A. LAPORAN KEUANGAN Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan haruslah mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari : neraca, laporan rugi-laba, laporan laba ditahan, laporan perubahan modal, dan laporan keuangan lainnya. Dengan melakukan analisis terhadap pos-pos neraca akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sedangkan analisis terhadap laporan rugi-laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan tersebut. Pada mulanya laporan keuangan perusahaan hanyalah sebagai alat penguji pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjunya laporan keuangan juga sebagai dasar untuk menilai posisi keuangan perusahaan, dimana hasil analisis tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti : pemilik perusahaan, manajer atau pemimpin perusahaan, para investor, para kreditur dan bankers, dan juga pemerintah serta pihak-pihak lainnya. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi antara data
6
keuangan
atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data tersebut. 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Jumingan (2009:4) “Laporan keuangan merupakan hasil tindakan perbuatan ringkasan data keuangan perusahaan”. Adapun Pengertian Laporan Keuangan yang dinyatakan oleh Sofyan (2007:105) adalah sebagai berikut : “laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.” Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Datadata keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2010:10) ada beberapa tujuan penyusunan laporan keuangan yaitu : 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
7
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva,dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. Jadi laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3. Komponen Laporan Keuangan Menurut Michell Suharli (2009:3) laporan keuangan lengkap memiliki sepuluh elemen (unsur) laporan keuangan yaitu harta (assets), kewajiban (liabilities), ekuitas ( equity, or net assets), investasi dari pemilik (investments by owners), distribusi kepada pemilik (distribution to owners), laba komprehensif (comprehensive income), pendapatan (revenues), beban (expenses), keuntungan (gains), dan Kerugian (losses).
8
B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu dan kemungkinan dimasa yang akan datang. Menurut Amril M. Said (2008:4) Analisa laporan keuangan pada umumnya bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang mana analisa yang digunakan terdiri dari : 1. Analisa likuiditas 2. Analisa solvabilitas 3. Analisa rentabilitas 4. Analisa aktivitas (leverage) Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisis keadaan perusahaan, tetapi analisis dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum digunakan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Hanafi dan Halim (2009:5) mengemukakan bahwa untuk menganalisis laporan keuangan, seorang analisis keuangan harus melakukan beberapa hal: a. Menentukan tujuan dari analisi keuangan b. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dari rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. c. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan.
9
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengadakan interpretasi tersebut tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibidang keuangan adalah analisis keuangan. Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Alwi, 2007:107). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan mengunakan alat analisa berupa ratio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standard (S.Munawir,2007:64) Arti analisis laporan keuangan menurut Sofyan (2007:189) adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses dari pengklasifikasian dan penyederhanaan
10
informasi yang dapat digunakan oleh pemakai sebagai salah satu alat untuk mengetahui tentang posisi dan kinerja perusahaan yang berguna dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan tersebut. Dan dari beberapa pengertian jelaslah bahwa mengadakan analisis rasio keuangan sangat penting artinya terutama bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Rasio dapat dihitung berdasarkan data laporan keuangan yang telah tersedia, yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi.
2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh para pemakai informasi. Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Weygant (2008:389) terdiri dari : 1. Analisis horizontal, adalah mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. 2. Analisis vertikal, adalah mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah yang menjadi dasar. 3. Analisis rasio, menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan.
11
Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Sofyan (2007:215) sebagai berikut”: a. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) b. Seri trend atau angka indeks c. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan analisis struktur laporan keuangan d. Analisis rasio e. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan, laporan variasi gross margin analisis break event, analisis dupont. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa metode dan teknik analisis laporan keuangan manapun yang digunakan adalah merupakan suatu permulaan dari proses analisis yang diperlukan dalam menganalisis laporan keuangan, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. 3. Jenis - Jenis Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2009:129), rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas adalah :
12
1. Rasio lancar (Current Ratio). Menurut S. Munawir (2007:105) Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, atau dapat dirumuskan dengan : Aktiva Lancar Rasio Lancar (Current Ratio) = Hutang Lancar 2. Kas Rasio (Cash Ratio). Menurut Toto Prihadi (2008:23) Cash Ratio Apabila dilihat, maka sebenarnya yang digunakan untuk membayar hutang adalah kas. Rasio ini mengukur kemampulabaan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara kas. Semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik.
Kas Rasio
=
Kas+Bang+Surat Berharga Jangka Pendek Hutang Lancar
Likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi, selanjutnya berkaitan dengan masalah likuiditas ini perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan liquid dan sebaliknya apabila perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan inliquid. b. Rasio Profitabilitas (Rentabilitas) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan
13
penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri. Klasifikasi dari tipe rasio ini adalah : 1. Return On Investment Ratio, merupakan rasio yang menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasioini semakin bagus. Rumusnya adalah :
EBIT+Penyusutan Return On Investment = Capital Employed 2. Return On Equity Ratio, suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini membandingkan imbalan untuk para pemegang saham dan kreditor dengan jumlah assets perusahaan. Rumusnya adalah :
Laba Setelah Pajak Imbalan Aktiva = Modal Sendiri c. Rasio Aktivitas Rasio yang menunjukkan sejarah mana efesiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh dan meningkatkan penjualan. Rasio ini diukur menggunakan tingkat perputaran aktiva perusahaan, baik secara parsial maupun secara total. Disebut juga sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya (Dwi dan Julianty, 2008 : 94). Yang termasuk kedalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut : 1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover), rasio ini digunakan sebagai tolak ukur seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi
14
normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Rumusnya adalah : Total Persediaan Inventory Turnover
=
x 365 hari Total Pendapatan Usaha
2. Rasio Waktu Penagihan (Collection Periods), rasio ini menunjukkan waktu yang diperlukan untuk menagih penjualan kredit harian. Rumusnya adalah : Total Piutang Usaha Rasio Waktu Penagihan
=
x 365 hari Total Pendapatan Usaha
3. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over), rasio ini menunjukkan bagaimana efektivitas menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan keseluruhan penjualan dan mendapatkan laba. Rumusnya adalah Total Pendapatan Rasio Perputaran Total Aktiva = Capital Employed d. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menunjukan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Yang termasuk ke dalam rasio solvabilitas adalah : 1. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva (Stockholder’s Equity Ratio), rasio ini menunjukkan tingkat solvabilitas perusahaan (likuiditas jangka panjang) dengan anggapan bahwa semua aktiva akan dapat direalisir sesuai dengan yang dilaporkan dalam neraca. Rumusnya adalah : Total Modal Sendiri Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva
= Total Aktiva
15
Berdasarkan SK Menteri BUMN No.KEP100/MBU/2002 tentang tingkat kesehatan finansial perusahaan analisis-analisis rasio yang digunakan adalah : 1. Return On Equity (ROE) 2. Return On Investment (ROI) 3. Rasio kas/Cash Rasio (CAR) 4. Rasio Lancar/Current Rasio (CR) 5. Collection Periods (COP) 6. Inventory Turn Over/Perputaran persediaan (PP) 7. Total Asset Turn Over (TATO) 8. Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS thd TA)
C. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN MENURUT SK MENTERI BUMN NO. KEP-100/MBU/2002 Badan Usaha Milik Negara mengukur kinerjanya berdasarkan pada laporan keuangan. Hasil laporan ini dijadikan dasar untuk menggolongkan tingkat kesehatannya. Mengenai penelitian tingkat kesehatan BUMN, dalam pedoman baru yaitu SK menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang penilaian Tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara, dirinci penggolongan tingkat kesehatannya. BUMN yang digolongkan Sehat dibagi kedalam tiga kategori AAA, AA, dan A.
16
Kurang Sehat dibagi menjadi BBB, BB, dan B, sedang yang Tidak Sehat dibagi menjadi CCC, CC, dan C. Total skor tersebut didiskusikan tingkat kesehatan finansial perusahaan menurut SK Menteri BUMN NO : KEP 100/MBU/2002 adalah sebagai berikut : a. Sehat, yang terdiri dari :
AAA, apabila Total Skor (TS) lebih besar dari 95
AA, apabila 80 < TS ≤ 95
A, apabila 65 < TS ≤ 80
b. Kurang sehat, yang terdiri dari :
BBB, apabila 50 < TS ≤ 65
BB, apabila 40 < TS ≤ 50
B, apabila 30 < TS ≤ 40
c. Tidak sehat, yang terdiri dari :
CCC, apabila 20 < TS ≤ 30
CC, apabila 10 < TS ≤ 20
C, apabila Total Skor (TS) ≤ 10
Total bobot penilaian untuk keseluruhan aspek yaitu keuangan, Administrasi, dan Operasional berjumlah 100.Sedang Aspek keuangan sendiri pada BUMN Infrastruktur adalah 50% dari total penilaian dan BUMN Non Infrastruktur adalah 70% dari total penilaian.
17
BUMN Non Infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan selain yang termasuk dalam BUMN Infrastruktur. BUMN Infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas yang bidang usahanya meliputi : 1. Pembangkitan, transmisi atau pendistribusian tenaga listrik 2. Jalan dan jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara. 3. Bendungan dan irigasi Penelitian tingkat kesehatan perusahaan menurut SK Menteri BUMN No.Kep-100/MBU/2002 ditentukan berdasarkan total skor kinerja perusahaan setiap tahunnya, yang didasarkan atas likuiditas, rentabilitas, aktivitas, dan solvabilitas yang terbagi dalam delapan indikator. Dan masing-masing indikator tersebut ditentukan bobot aspek keuangan.
18
Tabel 2.1 Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan Bobot Indikator Non Infrastruktur 1. Current Ratio 5 2. Cash Ratio 5 3. Return On Equity (ROE) 20 4. Return On Investment (ROI) 15 5. Perputaran Persediaan 5 6. Collection Periods 5 7. Perputaran Total Aset 5 8. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva 10 Total Bobot 70 Sumber : SK Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 Cara perhitungan total skor kinerja perusahaan adalah dengan menganalisa masing-masing indikator tersebut. Setelah mengetahui besarnya indikator, kemudian dicari skornya di daftar skor penilaian yang telah ditentukan oleh SK Menteri BUMN NO.Kep-100/MBU/2002 dari skor kesehatan perusahaan menurut golongannya berdasarkan SK Menteri BUMN NO. Kep-100/MBU/2002.
D. PENELITIAN TERDAHULU 1. Aay Muhaimin (2006) “Analisa tingkat Kesehatan dari Aspek Keuangan Pada PT DOK dan Perkapalan Kodja Bahari (persero) Cabang Banjarmasin” Hasil penelitian menunjukan tingkat kesehatan pada aspek keuangan PT DOK dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Cabang Banjarmasin dati tahun 20022004. Pada tahun 2002 skor diperoleh 32,5 digolongkan menjadi kurang sehat (BB). Pada tahun 2003 mengalami kenaikan skor menjadi 42,5 digolongkan menjadi kurang sehat (BBB). Tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 28,5
19
digolongkan menjadi kurang sehat (BB). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah analisis dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 pada aspek keuangan.
2. Youmil Abrian (2006) “Analisis Tingkat Kesehatan Finansial Perusahaan pada PT. Semen Padang , Tahun 1995-2004” Hasil penelitian menunjukan tingkat kesehatan pada finansial PT Semen Padang Tahun 1995-2004. Pada tahun 1995 tingkat kesehatan finansial perusahan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BB dengan skor 46,1. Pada tahun 1996 tingkat kesehatan finansial berada pada kondisi sehat dengan kategori A dengan skor 66. Total skor meningkat dari tahun 1995, karena terjadi peningkatan skor hampir pada semua indikator-indikator rasio yang digunakan dari tahun 1995, kecuali pada perhitungan ROI dan TMS thd TA, skor yang dihasilkan sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 1997 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BBB dengan skor 54. Total skor turun dari tahun 1996, karena terjadi penurunan skor hampir di semua indikator yang digunakan dari tahun 1996, kecuali pada rasio ROI yang skornya tetap dan pada TMS thd TA yang meningkat dari tahun sebelumnya . Secara keseluruhan pada masa sebelum krisis ekonomi kesehatan finansial peusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BBB. Pada tahun 1998 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BBB dengan skor 54,4.Total skor meningkat dari tahun 1997, karena ada beberapa indicator yang skornya naik dari tahun 1997 seperti : CP, TATO, TMS thd
20
TA, dan ada juga indikator-indikator yang mengalami penurunan skor seperti: ROE dan PP dan CR. Pada tahun 1999 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BBB dengan skor 53,8. Total skor turun dari tahun 1998, karena terjadi penurunan skor hampir di semua indikator dari tahun 1998, hanya ROE yang mengalami peningkatan skor, sedangkan skor yang dihasilkan ROI, CAR dan CR sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2000 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BB dengan skor 41,5. Total skor turun dari tahun 1999, karena terjadi penurunan skor secara keseluruhan indikator dari tahun 1999, kecuali pada perhitungan ROI CAR, dan CR yang skornya tetap, dan hanya TMS thd TA yang mengalami peningkatan skor dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2001 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada dalam kondisi kurang sehat dengan kategori B, dengan skor 38,4. Total skor turn dari tahun 2000, karena terjadi penurunan skor pada beberapa indikator, kecuali ROI, CR, PP dan TMS thd TA , yang skornya sama dengan tahun 2000, hanya rasio TATO yang skornya meningkat. Pada tahun 2002 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada dalam kondisi kurang sehat dengan kategori B, dengan skor 36,8. Total skor turun dari tahun 2001, karena turunnya skor yang dihasilkan indicator seperti : CP dan TMS thd TA dari tahun 2001, sedangkan indicator lainnya tetap. Pada tahun 2003 tingkat kesehatan finansial perusahaan berada dalam kondisi kurang sehat dengan kategori B , dengan skor 39. Total skor meningkat dari tahun 2002, karena adanya peningkatan skor pada beberapa indikator dari tahun 2002 seperti :
21
CAR dan PP sedangkan indikator yang lain mendapatkan skor yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 tingkat kesehahatan finansial perusahaan berada dalam kondisi kurang sehat dengan kategori BBB, dengan skor 53. Total skor meningkat dari tahun 2003, karena terjadi peningkatan skor hampir disemua indikator, kecuali CR dan TATO yang skornya sama dengan tahun 2003. Secara keseluruhan pada saat krisis ekonomi tingkat kesehatan finansial perusahaan berada pada kondisi kurang sehat dengan kategori BB. Tingkat kesehatan finansial perusahaan selama sepuluh tahun terakhir berada pada kondisi yang kurang sehat , hanya pada tahun 1996 yang berada dalam kondisi sehat. analisis dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 pada aspek keuangan. Berdasarkan dua penelitian diatas terdapat perbedaan antara objek dan tahun penelitian. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui seberapa besar tingkat perkembangan dari kesehatan keuangan perusahaan semen.
22
E. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan Perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mendapatkan data keuangan tahun 2009-2011. Kemudian dihitung kesehatan keuangan dari tahun 2009-2011 dengan menggunakan delapan indikator sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002. Hasil dari perhitungan akan menunjukan tingkat kesehatan dinilai dari aspek keuangan
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perusahaan Semen
Laporan Keuangan Tahun 2009-2011
Analisis Rasio ( 8 Indikator ) Tahun 2009-2011
Analisis Kesehatan Tahun 2009– 2011 berdasarkan KEPMEN BUMN No. Kep-100/MBU/2002