BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Laporan keuangan menurut Ahmad dan Herni (2010 : 13) adalah : Sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atau operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang. Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2009 : 1) dalam ”Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk 7
8
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Laporan
keuangan
merupakan
laporan
pertanggung
jawaban
manajemen kepada pemakai tentang pengelolaan keuangan yang dipercayakan kepadanya. Pemakai akan membaca laporan keuangan sebagai sebuah laporan pertanggung jawaban. (Hadri Mulya, 2008:14).
2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (IAI, 2009).
9
3. Pengguna dan Informasi Kebutuhan Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) paragraph 9 (Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
a. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan porfitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
dengan
informasi
yang
memungkinkan
mereka
menilai
10
kemampuan perusahaan dalam memperbalas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. c. Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memunginkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaa. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
karena
itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
11
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
4. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Ada tiga konsep luas pengungkapan dalam Suwardjono (2010) yaitu pengungkapan memadai (adequate disclousure), pengungkapan wajar atau etis (fair or ethical disclousure), dan pengungkapan penuh (full disclousure). Penjelasannya sebagai berikut : a. Pengungkapan memadai (adequate disclousure) Pengungkapan ini merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi agar laporan
keuangan
secara
keseluruhan
pengambilan keputusan yang diarah.
tidak
menyesatkan
untuk
12
b. Pengungkapan wajar (fair or ethical disclousure) Pengungkapan ini adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang krang diuntungkan posisinya, dengan kata lain tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi. c. Pengungkapan penuh (full disclosure) Menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah. Dalam penyajiannya tetap harus memperhatikan bahwa informasi yang diungkapkan tidak berlebihan karena pengungkapan yang berlebihan akan menyulitkan pengguna informasi dalam menangkap inti dari informasi yang disajikan.
Evan dalam Suwardjono (2010:578) mengartikan pengungkapan sebaga: Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information provided outside the financial statements. Berdasarkan sifatnya, Suwardjono (2010:583), menyatakan ada dua macam jenis pengungkapan yaitu :
13
1. Pengungkapan Wajib (Mandotory Disclosure) Merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi
yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkungan, laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai. Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
14
5. Laporan Tahunan Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Data dan informasi yang akurat menjadi kunci penulisan laporan tahunan. Isi dari laporan tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun.
a.
Komponen Laporan Tahunan Needles et al.1995 dalam Ardiasih 2009, terdapat 7 komponen yang
terdapat dalam laporan tahunan yaitu : 1. Sambutan kepada para pemegang saham Dalam bagian awal laporan tahunan terdapat sambutan dari direktur utama perusahaan yang ditujukan kepada para pemegang saham. Sambutan tersebut menjelaskan tentang kinerja perusahaan selama periode tertentu dan prospek perusahaan ke depannya. 2. Ikhtisar data keuangan Ikhtisar data keuangan merupakan penyajian data keuangan selama 10 tahun terakhir. Penyajian data keuangan dilengkapi dengan grafik untuk mempermudah pengguna laporan tahunan dalam melihat tren pergerakan keuangan perusahaan dalam 10 tahun terakhir. Salah satu data yang disajikan dalam bagian ini adalah tingkat penjualan bersih dalam bagian ini juga sering disajikan
15
data non-keuangan. Hal ini berguna untuk melihat kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang. 3. Laporan keuangan Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan meliputi laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Laporan ini disajikan untuk beberapa periode, sehingga dapat
membantu
pengguna
laporan
keuangan
dalam
membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan periode berjalan dengan periode-periode sebelumnya. 4. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang tedapat dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut : a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
16
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan
dalam laporan
keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan. c. Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen, dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan. 5. Laporan pertanggungjawaban manajemen Penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pernyataan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan struktur pengendalian internal prusahaan. Dalam bagian ini, pihak manajemen menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab mereka dan bahwa laporan keuangan tersebut telah melalui proses audit. 6. Hasil diskusi dan analisis manajemen Bagian ini menyajikan hasil pembahasan dan analisis manajemen atas kondisi keuangan dan hasil kinerja yang dicapai perusahaan. Dalam
bagian
ini,
manajemen
akan
melakukan
dan
membandingkan kinerja periode berjalan dengan berapa periode sebelumnya.
17
7.
Laporan hasil audit Auditor bertugas melakukan audit terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Auditor merupakan pihak independen yang memiliki peranan penting dalam menilai apakah laporan keuangan telah disajikan wajar. Setelah proses audit, auditor akan memberikan opini terhadap penyajian laporan keuangan oleh perusahaan dalam sebuah laporan hasil audit.
8.
Peraturan terkait Penyajian Laporan Tahunan. Penyajian informasi laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia telah diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam beberapa peraturannya. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Kemudian Surat Edaran Nomor SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik untuk tiga belas industry yang meliputi industry manufaktur, industry investasi, industry rumah sakit, industry jalan tol, industry perhotelan, industry restoran, industry
18
telekomunikasi,
industry
konstruksi,
industri
perdagangan,
industry real estate, industry peternakan, dan industry perkebunan. Di Indonesia pengungkapan laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009) dan diperkuat dengan Peraturan Nomor X.K.6 Kep134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang di dalam peraturan tersebut
Bapepam
menambahkan
item-item
yang
wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan yaitu laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab direksi atas laporan keuangan.
B. Pengungkapan Sukarela 1. Teori Terkait Luas Pengungkapan Sukarela Menurut Ningrum (2007) dalam Ardiasih (2009), terdapat beberapa teori yang terkait dengan pengungkapan sukarela : a. Signalling Theory Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil oleh manajer tipe tinggi daripada manajer tipe rendah. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan
19
berita baik (good news). Di samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2010:). b. Political Theory Teori ini bahwa dalam prkatek bisnis, perusahaan dapat menanggung biaya tambahan yang muncul sebagai akibat dari adanya adanya transfer kesejahteraan seperti biaya pajak tinggi, biaya pelaporan keuangan yang tinggi, permintaan karyawan akan gaji yang
tinggi
dan tingginya kerugian akibat terjadinya
inefisiensi dalam operasi. Pengungkapan sukarela berusaha untuk mencegah atau mengurangi political cost yaitu ukuran perusahaan dan sifat industry perusahaan. c. Legitimacy Theory Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan beusaha untuk menyakinkan bahwa nilai-nilai perusahaan sejalan dengan nilai yang berlaku di masyarakat sekitar kepada masyarakat di sekitar tempat perusahaan perushaan beroperasi. Konsekuesinya adalah perusahaan memiliki kewajiban untuk mewujudkan harapan dari masyarakat baik yang sifatnya implisit maupun eksplisit dan sebaliknya masyarakat akan memberikan hak kepada perusahaan
20
untuk memanfaatkan sumber daya dan beroperasi dalam komunis tersebut. Dalam hal ini perusahaan harus responsif dan adaptif terhadap harapan atau keinginan tersebut terus mengalami perubahan. d. Stakeholder Theory Teori ini menyatakan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh stakeholder (pemegang saham). Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya . Semakin kuat stakeholder, semakin besar pula kecendrungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdernya.
2. Motif Luas Pengungkapan Sukarela Keputusan perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi selain yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku dipengaruhi oleh beberapa motif. Healy dan Palepu (2001) dalam Ningrum (2007) menyatakan bahwa terdapat enam motif yang mempengaruhi perusahaan dalam membuat keputusan pengungkapan sukarela : a. Capital Market Transaction Hypothesis Motif pertama yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan untuk menerbitkan
21
saham, surat hutang, atau instrument modal lainnya. Sebelum pelaksanaan tersebut perusahaan harus terlebih dahulu mengetahui kondisi perusahaan di mata investor. Hal ini dapat mendorong untuk melakukan pengungkapan
yang dapat
meminimalkan asimetri
informasi sehingga mampu menurunkan biaya atas pendanaan eksternal. b.
Corporate Control Contest Hypothesis Motif yang kedua adalah adanya persaingan untuk mengelola perusahaan. Dewan komisaris dan para pemilik modal menyerahkan tanggung jawab kinerja saham perusahaan kepada manajemen. Harga saham yang rendah menjadi pemicu terjadinya pengambilalihan pengelolaan perusahaan oleh pihak luar. Risiko hilangnya pekerjaan sebagai akibat buruknya performa saham perusahaan memotivasi perusahaan manajemen untuk melakukan pengungkapan sukarela. Pengungkapan itu diharapkan dapat mengurangi penilaian buruk terhadap kinerja manajemen.
c. Stock Compensation Hypothesis Dalam prakteknya perusahaan yang menawarkan bentuk kompensasi lain kepada jajaran manajer dan karyawan. Salah satunya dengan pemberian hak untuk membeli saham perusahaan pada tingkat tertentu. Kompensasi tersebut membuat manajer memiliki peran ganda,
22
sehingga mempengaruhi manajer dalam membuat keputusan terkait dengan tingkat pengungkapan informasi perusahaan. Manajer yang mendapat
kompensasi
saham,
memiliki
kecenderungan
untuk
melakukan pengungkapan sukarela. d. Litigation Cost Hypothesis Aspek
hukum
juga
mempunyai
pengaruh
dalam
keputusan
pengungkapan manajer. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh pertama, ketika hukum atau peraturan berlaku menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat dan waktu yang tepat sehingga kecenderungan bagi manajer untuk meningkatkan pengungkapan sukarela terlebih ketika terdapat informasi negatif tentang perusahaan dan pengaruh kedua, aspek hukum justru menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan pengungkapan sukarela, karena perusahaan yakin bahwa perusahaan tidak melakukan kesalahan yang disengaja termasuk pengungkapan informasi kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa sistem hukum dapat membedakan kesalahan manajemen yang benar-benar disengaja dengan yang tidak disengaja. e. Management Talent Signalling Hypothesis Truman (1986) menyatakan manajer dengan kemampuannya yang baik memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan forecast pendapatan perusahaan dengan sukarela. Alasannya adalah bahwa nilai sebuah
23
perusahaan sangat tergantung persepsi investor tentang kemampuan manajer mengelola perusahaan terutama dalam menghadapi perubahan di masa mendatang. Ketika manajer melakukan pengungkapan sukarela forecast pendapatan perusahan di masa mendatang maka investor menginterpretasikan bahwa manajer memiliki strategi dalam menghadapi
perubahan
di
masa
mendatang
sehingga
akan
meningkatkan nilai perusahaan. f. Propietary Cost Hypothesis Beberpa penelitian Hayes dan Lundhom (1996) membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang tingkat kinerjanya relatif sama dalam bidang industri yang sama cenderung akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dibanding dengan perusahaan yang bergerak dalam industry lintas bisnis (melakukan diversifikasi). Teori ini dikaji lebih jauh lagi oleh Verrechia (2001) dan Dye (2001). Tidak seperti kelima motif pengungkapan sukarela lainnya, proprietary cost hypothesis mengasumsikan bahwa tidak ada konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
24
C. Struktur Kepemilikan 1. Pengertian Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam” (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan manajerial, kepemilikan blockholder, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) dan yang ditunjuk pemegang saham (principals), Erida (2011). 2. Jenis-jenis Struktur Kepemilikan a.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham (Erida, 2011). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain : mereka yang mewakili pemegang institusi, mereka yang merupakan tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan mereka yang duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham.
25
Berdasarkan teori keagenan, “hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, rawan terjadinya masalah keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk memperkecil adanya konflik agensi dalam perusahaan adalah dengan memaksimalkan jumlah kepemilikan
manajerial.
Dengan
menambah
jumlah
kepemilikan
manajerial, maka manajemen akan merasakan dampak langsung atas setiap keputusan yang mereka ambil karena mereka menjadi pemilik perusahaan” Jensen dan Meckling (1976) dalam Erida (2011) Peningkatan atas kepemilikan manajerial akan membuat kekayaan manajemen, secara pribadi, semakin terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaan. Kepemilikan manajerial yang tinggi berakibat pada rendahnya dividen yang dibayarkan kepada shareholder. Hal ini disebabkan karena pembiayaan yang dilakukan oleh manajemen terhadap nilai investasi di masa mendatang bersumber dari biaya internal.
Lue et al (2006) dalam Darus et al (2008) mengemukakan bahwa ketika kepemilikan manjerial meningkat, maka terdapat peningkatan risk averse untuk kesejahteraan boards itu sendiri dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak konsisten dengan kepentingan pemegang saham eksternal. Sejalan dengan hal ini, boards tersebut
26
cenderung melakukan pengungkapan yang kurang atau seadanya untuk menghindari pengawasan pemegang saham eksternal.
b. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagianbagiannya yang berstatus luar negeri (Erida 2011). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu, perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar
akan
mendorong
untuk
melaporkan
atau
mengungkapkan
informasinya secara sukarela dan luas. (Novita 2008).
Healy dan Palepu (2001) dalam Ardiasih (2009) menyatakan bahwa permasalahan asimetri informasi tidak dapat diatasi, maka biaya modal perusahaan akan meningkat. Manajer yang insentif untuk melakukan pengungkapan sukarela untuk mengurangi masalah asimetri informasi, sehingga diharapkan akan mengurangi biaya modal perusahaan. Xiao dan Yuan (2007) meneliti pengaruh struktur kepemilikan, komposisi boards terhadap pengungkapan sukarela perusahaan–perusahaan public di Cina. Keberadaan kepemilikan asing memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengungkapan sukarela.
27
Struktur kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing, dapat dirumuskan : Kepemilikan Asing : jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing X 100% jumlah saham beredar Total saham asing yang dimaksud adalah jumlah persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing pada akhir tahun, sedangkan total saham beredar dihitung dengan menjumlahkan seluruh saham yang diterbitkan oleh perusahaan pada akhir tahun.
D. Karakteristik Perusahaan 1. Ukuran Perusahaan Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Benardi dkk (2009), Kumalasari (2009) dan Kristina (2009), menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel yang sering digunakan dalam meneliti luas pengungkapan dan hasilnya ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Artinya semakin besar perusahaan, akan semakin luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan itu. Lang dan Lundholm (1993) dalam Benardi dkk. (2009) menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan, hal ini dikarenakan
28
perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik (publik demand) akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil.
Besar-kecil ukuran perusahaan dapat dilihat dari seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, karena aset yang dimiliki suatu perusahaan mencerminkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya untuk menghasilkan suatu output. Suryani (2007) mengatakan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Dalam penelitian ini proksi ukuran perusahaan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Benardi dkk (2009), Wulansari dan akan menggunakan ukuran total aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan.
2. Leverage Mardiyanto (2008) menyatakan bahwa leverage berasal dari kata lever yang berarti pengungkit. Mardiyanto (2008) mengatakan apabila dihubungkan dengan manajemen keuangan, biaya tetap (yang berasal dari aktivitas operasi dan keuangan) dapat dipandang sebagai leverage karena sanggup untuk menghasilkan atau mengungkit laba yang lebih
29
besar dan begitu juga sebaliknya,
leverage juga berpotensi
menimbulkan kerugian yang besar juga. Sugiono (2009) mengatakan bahwa leverage merupakan suatu alat yang penting bagi manajer keuangan untuk mengadakan perencanaan laba perusahaan dalam kaitannya untuk menentukan pilihan alternatif sumber dana yang paling baik untuk membelanjai pertambahan modal usaha perusahaan selaras dengan pertumbuhan perusahaan yang akan mendatang. Mardiyanto (2008) mengatakan bahwa bilamana tingkat leverage perusahaan tinggi maka perusahaan akan cenderung menurunkannya dengan cara menurunkan tingkat utangnya, begitu juga sebaliknya. Hal ini merupakan fakta bahwa tingkat leverage berhubungan dengan komposisi modal dan proporsi utang-ekuitas yang ditetapkan oleh perusahaan dalam mendanai investasinya (Mardiyanto, 2008). Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi harus melakukan pengungkapan lebih luas untuk dapat memenuhi kebutuhan kreditor akan informasi-informasi perusahaan tertentu. Oleh karena itu perusahaan
dengan
tingkat
leverage
yang
tinggi
memiliki
kemungkinan untuk membagi informasi yang bersifat rahasia dengan para kreditor. Jensen dan Meckling (1976) dalam Benardi. dkk. (2009) mengemukakan bahwa terdapat suatu potensi untuk mentransfer kekayaan dari debtholders kepada pemegang saham dan manajer pada
30
perusahaan yang tingkat ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga menimbulkan biaya keagenan (agency costs) yang tinggi. Penelitian yang dilakukan Benardi dkk (2009) menggunakan total utang terhadap total modal perusahaan sebagai proksi tingkat leverage.
E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Marwata (2001)
Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ukuran perusahaan, penerbitan sekuritas,ukuran perusahaan, penerbitan sekuritas,
Ukuran perusahaan dan penerbitan sekuritas berpengaruh signifikan; sedangkan leverage, likuiditas, basis perusahaan, umur perusahaan, struktur kepemilikan ditemukan tidak berpengaruh
Eng dan Mak
Mengetahui hubungan antara struktur kepemilikan dan komposisi Board of Directors (BoD) dengan tingkat pengungkapan sukarela.
kepemilikan jajaran manajerial, kepemilikan terpusat dan kepemilikan pemerintah.
Tingkat pengungkapan sukarela relative tinggi pada perusahaan dengan proporsi kepemilikan oleh jajaran manajerial kecil dan kepemilikan pemerintah. Variabel kepemilikan terpusat tidak berpengaruh pada tingkat pengungkapan sukarela perusahaan dengan BoD yang sebagian besar berasal dari luar perusahaan dan hal ini cenderung mengurangi informasi sukarela yang diungkapkan secara sukarela.
(2003)
31
Xiao dan Yuan (2007)
Ardiasih (2009)
pengaruh struktur kepemilikan, dan komposisi boards terhadap pengungkapan sukarela pada perusahaanperusahaan di Cina.
kepemilikan asing, kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan perorangan
Keberadaan kepemilikan asing memiliki hubungan positif dengan penigkatan pengungkapan sukarela, kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan perorangan tidak berpengaruh pada pengungkapan, perusahaanperusahaan besar memiliki tingkat pengungkapan yang lebih luas, sedangkan perusahaan-perusahaan dengn peluang pertumbuhan yang tinggi cenderung enggan untuk melakukan pengungkapan.
struktur kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur pada tahun 2007
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Blockholder, Kepemilikan institusional, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan, Kualitas Audit
kepemilikan manajerial pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela karena semakin kecil kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka akan cenderung melakukan pengungkapan sukarela, sedangkan kepemilikan blockholder, asing dan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela sehingga tidak banyak melakukan pengungkapan sukarela.
Sumber : Studi pustaka (literatur)
32
F. Kerangka Pemikiran Tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan motif. Penelitian empiris pada determinan-determinan
yang
mempengaruhi
pengungkapan
sukarela
bercabang pada dua aliran utama, yaitu mendokumentasikan pengaruh dari karakteristik perusahaan, seperti ukuran perusahaan, pencatatan di bursa (listing), leverage, profit dan pertumbuhan (growth); dan melihat pengaruh corporate governance, termasuk struktur kepemilikan dan komposisi dewan (dewan komisaris dan dewan direksi) terhadap pengungkapan laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada pengaruh struktur kepemilikan perusahaan terhadap tingkat luas pengungkapan sukarela perusahaan yaitu dalam bidang perusahaa manufaktur. Beberapa jenis kepemilikan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan asing. Gambar dibawah ini memaparkan kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.
33
Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Variabel Independen Kepemilikan Manajerial (X1) ( Kepemilikan Asing (X2)
Variabel Dependen Luas Pengungkapan Sukerela (Y)
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan (X3) Leverage (X4)