BAB II LANDASAN TEORITIS
II.1 Akuntansi, Laporan Keuangan dan Pemakai Laporan Keuangan Sebelum melakukan analisis laporan keuangan lebih jauh, terlebih dahulu dibahas mengenai pengertian akuntansi, laporan keuangan, pemakai laporan keuangan dan relevansinya antara ketiganya.
II.1.1 Pengertian Akuntansi Munawir (2004) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.” (h. 4). Horngren, Harrison dan Bamber (2005) mendefinisikan, “Accounting is the information system that measures business activity, processes the information into reports, and communicates the results to decision makers. Accounting is the language of business. The better you understand the language, the better your decisions will be, and the better you can manage your finances.” (p. 5). Terdapat pandangan yang berbeda tentang nature akuntansi, namun dapat ditarik kesimpulan yang sama tentang tahapan akuntansi. Akuntansi dapat dibagi menjadi tiga tahap.
7
1. Input Tahap mencatat, menggolongkan transaksi-transaksi atau kejadiankejadian atau data-data ekonomi. 2. Proses Tahap mengukur dan memproses informasi yang dicatat dan digolongkan dari tahap input dengan menggunakan metode secara konsisten. 3. Output Tahap menghasilkan dan mengkomunikasikan laporan keuangan tersebut kepada pihak-pihak pemakai laporan keuangan.
II.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004), “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergal dari laporan keuangan.” (h. 2). Horngren, Harrison dan Bamber (2005) mendefinisikan, “Financial Statements are documents that report on a business in monetary amounts, providing
information
to
help
people
make
informed
business
decisions.”(p. 5).
8
Kieso, Weygandt dan Warfield (2005) mendefiniskan, “Financial Statemets are statements that reflect the collection, tabulation, and financial summarization of the accounting data. ” (p. 63). Dari definisi-definisi laporan keuangan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Laporan keuangan merupakan output atau hasil akhir dari proses akuntansi. 2. Laporan keuangan perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis laporan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas. 3. Laporan keuangan merupakan alat untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
II.1.3 Pemakai Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004),”Pemakai laporan keuangan meliputi pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, para investor dan pemerintah tempat perusahaan berdomisili, buruh serta pihakpihak lainnya. 1. Pemilik perusahaan •
Pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin
perusahaannya
yang
dinilai/diukur
dengan
laba
perusahaan. •
Laporan keuangan diperlukan perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dan mungkin akan dicapai sehingga bisa menaksir 9
keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimiliknya. 2. Manajer perusahaan yang bersangkutan •
Dengan laporan keuangan manajer dapat menyusun rencana, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan.
•
Laporan keuangan sebagai alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.
3. Para kreditur Laporan keuangan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dan beban-beban bunganya sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak atau menerima permintaan kredit dari perusahaan. 4. Para investor Dari hasil analisa laporan keuangan para investor dapat mengetahui prospek keuntungan, perkembangan perusahaan di masa mendatang dan jaminan atas investasinya. 5. Pemerintah Laporan keuangan digunakan pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. 6. Karyawan
10
Dari laporan keuangan perusahaan karyawan dapat mengetahui kemampuan perusahaan memberikan upah, jaminan sosial dan pemberian bonus/premi.”(h. 2—5).
Horngren, Harrison dan Bamber (2005) kemudian membagi akuntansi menjadi dua bidang berdasarkan pemakai laporan,“Accounting can be divided into two fields—financial accounting and management accounting. Financial Accounting provides information for people outside the company. Lenders and outside investors are not part of day-to-day management. These people use the company’s financial statement. Management accounting focuses on information for internal decision making, such as the company’s financial statements.” (p. 5). Dengan demikian
secara
garis
besar
pemakai
laporan
keuangan
dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian. 1. Pengguna Internal (Internal Users) Pengguna internal adalah pihak-pihak yang mengambil keputusan untuk perusahaan, yaitu pemilik perusahaan dan manajer perusahaan yang bersangkutan. Analisa laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ini disebut analisa interen. 2. Pengguna Eksternal (External Users) Pengguna eksternal adalah pihak-pihak yang mengambil keputusan mengenai perusahaan, yaitu para kreditur, para investor, pemerintah dan karyawan. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan
11
dianalisa oleh pengguna eksternal. Oleh sebab itu, analisa yang ini disebut analisa ekstern.
II.1.4 Hubungan Akuntansi, Laporan Keuangan dan Pemakai Laporan Keuangan Dari pengertian akuntansi, laporan keuangan dan pemakai laporan keuangan yang dibahas di atas dapat dilihat bahwa adanya hubungan kausal antara ketiga variabel tersebut yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Hubungan Akuntansi, Laporan Keuangan dan Pemakai Laporan Keuangan
Akuntansi
b
Laporan Keuangan
a
Pemakai Laporan Keuangan
Keterangan: a. Pemakai laporan keuangan hendak mengambil keputusan berkaitan dengan kepentingannya terhadap perusahaan, maka dibuat laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. b. Kebutuhan laporan keuangan oleh pemakai laporan keuangan, maka dibutuhkan tiga tahap akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan. Dengan demikian akuntansi merupakan bahasa bisnis, alat untuk menyampaikan
informasi
keuangan
kepada
pihak-pihak
yang
memerlukannya. Untuk menyampaikan informasi-informasi tersebut, maka
12
digunakanlah laporan akuntansi atau yang dikenal sebagai laporan keuangan.
II. 2 Pasar Modal Menurut Darmadji, Tjiptono & Fachruddin, Hendry M. (2001), “Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.” (p. 1). Ada beberapa institusi yang terlibat dalam perdagangan saham yaitu Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan perusahaan efek. 1. Bursa Efek Menurut Darmadji et al (2001),”Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang
menyelenggarakan/menyediakan
mempertemukan
penawaran
jual
fasilitas
dan
beli
sistem Efek
(pasar) antar
untuk
berbagai
perusahaan/perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan Efek perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek.” (h. 17). Bursa Efek di Indonesia awalnya ada dua, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Namun pada tanggal 30 november 2007, BES telah efektif bergabung ke dalam BEJ yang selanjutnya berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Darmadji
et
al
mendefinisikan,”LKP
adalah
lembaga
yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi 13
Bursa.” (h. 18). LKP saat ini diselenggarakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). 3. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Darmadji
et
al
mendefinisikan,”LPP
adalah
lembaga
yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral (tempat penyimpanan terpusat) bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan pihak lain.”(h.18). LPP saat ini diselenggarakan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). 4. Perusahaan Efek Darmadji et al mendefinisikan,”Perusahaan efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.” (h. 19).
II. 3 Saham Menurut Darmadji et al (2001), “Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.” (h. 5).
II.3.1 Jenis-jenis saham Darmadji et al. mengelompokkan saham ke dalam berbagai jenis sebagi berikut, •
“Ditinjau dari segi kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim, maka saham terbagi atas: a. Saham Biasa (Common Stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, 14
dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham Preferen (Preferred Stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi juga bisa mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. •
Ditinjau dari cara peralihan saham, maka saham terbagi atas: a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
•
Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham terbagi atas: a. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
15
c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat growth stocks (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum” (h. 7). Pembahasan lebih lanjut mengenai saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dalam skripsi ini mengasumsikan bahwa saham tersebut adalah saham biasa.
II.3.2 Karakteristik Saham Biasa Darmadji et al. menyatakan karkteriskik saham biasa adalah sebagai berikut. •
“Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
•
Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote).
16
•
Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi(dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
•
Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.
•
Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.” (h. 8).
II.3.3 Keuntungan membeli saham Darmadji et al. menyatakan bahwa, “Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau membeli saham atau memiliki saham: 1. Dividen Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. a. Dividen Tunai Setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. b. Dividen Saham Setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tertentu.
17
2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.” (h. 8—9).
II.3.4 Risiko Investasi Saham Biasa Menurut Darmadji et al. (2005) berikut adalah risiko-risiko yang dihadapi dalam investasi saham biasa. 1. “Tidak Mendapat Deviden Jika perusahaan mengalami kerugian, maka perusahaan tidak membagikan dividen. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli, dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Ada kalanya pemodal menjual saham dengan rendah untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham. Istilah ini dikenal dengan cut loss. 3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Sesuai peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika suatu perusahaan bangkrut, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. 18
4. Saham Di-delist dari Bursa (Delisting) Suatu saham perusahaan di-delist dari Bursa umumnya karena: • kinerja perusahaan yang buruk, dan • perusahaan mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun. Saham yang telah di-delist
tidak dapat diperdagangkan di Bursa,
namun tetap dapat diperdagangkan di luar Bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas. 5. Saham Di-suspend Saham di-suspend artinya saham diberhentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut.”(h. 10—12).
II.4 Indeks Harga Saham II.4.1 Pengertian dan Fungsi Indeks Harga Saham Darmadji et al. (2005) mendefinisikan, “Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapakan memiliki lima fungsi yaitu: 1. sebagai indikator trend pasar, 2. sebagai indikator tingkat keuntungan, 3. sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, 4. memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, 5. memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.” (h. 95).
19
II.4.2 Jenis-jenis Indeks Harga Saham Darmadji et al. (2005) mengelompokkan indeks harga saham menjadi lima yaitu., 1. “Indeks Individual Indeks Individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 2. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks Harga Saham Sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. 3. Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan. 4. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite share price index) Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Rumus IHSG: Nilai pasar = Jumlah saham tercatat x Harga terakhir IHSG=
Nilai dasar = Jumlah saham tercatat x Harga perdana
X 100
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) Indeks Syariah mengakomodasi syariat investasi dalam Islam. Sahamsaham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.” (h 95—97).
20
Pada tanggal 10 Agustus 2007 Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi bekerjasama dengan koran Kompas untuk menerbitkan Indeks Kompas100. Indeks Kompas-100 merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di BEI. Karakteristik Sahamsaham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas-100 adalah sebagai berikut: •
memiliki likuiditas yang tinggi
•
nilai kapitalisasi pasar yang besar
merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Kompas100
II.5 ANALISIS TOP-DOWN Ada tiga hal penting yang harus dianalisis sebagai bagian proses valuasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi, yaitu perekonomian, industri dan analisis perusahaan.
II.5.1 Perekonomian Analisis ekonomi menyangkut penilaian keadaan umum perekonomian dan pengaruh potensialnya terhadap hasil sekuritas. Ada dua kebijakan yang dianalisis dalam perekonomian yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
21
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara akan mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan di negara tersebut, yang pada akhirnya
juga akan
mempengaruhi kegiatan seluruh industri dan perusahaan. 1. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) Menurut Sukirno (2006), “Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah
membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan
pengeluaran
pemerintah
dengan
maksud
untuk
mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian.” (h. 24). Menurut Tambunan (2007), ”Kebijakan fiskal yang longgar berupa pengurangan pajak akan meningkatkan gairah masyarakat untuk berbelanja. Sementara itu, penambahan pajak akan mengurangi gairah masyarakat untuk membelanjakan uangnya. Kenaikan atau penurunan anggaran pemerintah akan mempengaruhi kegiatan perekonomian secara keseluruhan.” (h.174). 2. Kebijakan Moneter (Monetary Policy) Menurut Sukirno (2006), “Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah—yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (di Indonesia Bank Sentral adalah Bank Indonesia) — untuk mempengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.” (h.24). Menurut Tambunan (2007), ”Kebijakan moneter juga mengakibatkan pengaruh yang sama. Kebijakan moneter yang ketat dengan menurunkan tingkat pertumbuhan uang beredar juga akan mengurangi 22
pasokan modal kerja dan memperlambat pertumbuhan dunia usaha. Akibatnya, suku bunga pinjaman akan naik sehingga biaya-biaya industri dan jasa akan menjadi lebih mahal bagi masyarakat. Pada akhirnya kebijakan moneter akan memberi pengaruh yang sangat luas bagi semua segmen perkonomian. ” (h.174). 3. Inflasi (Inflation) Menurut Sukirno (2006), “Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.” (h. 27). Menurut Tambunan (2007), ”Inflasi menimbulkan perbedaan antara real estate dan
nominal interest rate, serta mengubah perilaku
konsumen dan perusahaan dalam berbelanja dan menabung. Perubahan tingkat inflasi yang tidak terduga akan menyulitkan perusahaan untuk membuat rencana sehingga memperlambat pertumbuhan dan inovasi. Selain mempengaruhi perekonomian domestik, perbedaan inflasi juga akan mempengaruhi neraca perdagangan dan nilai tukar mata uang suatu negara.” (h.175). 4. Political Changes Menurut Tambunan (2007), ”Kejadian seperti perang, perubahan politik atau devaluasi moneter internasional dapat meningkatkan premi risiko (risk premium) berinvestasi di suatu negara.” (h.175).
23
II.5.2 Industri Analisis industri menyangkut studi mengenai industri di mana suatu perusahaan beroperasi, dan prospek industri tersebut di masa depan. Industri terdiri dari perusahaan-perusahaan sejenis yang memproduksi barang atau jasa yang serupa. Reaksi industri terhadap perubahan perekonomian akan berbeda-beda pada titik siklus bisnis (business cyle) tertentu. Dengan analisis industri digunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan industri perusahaan serta prestasi saham-sahamnya.
II.5.3 Analisis Perusahaan Menurut Tambunan (2007), “Analisis perusahaan menyangkut analisis historis dari laporan-laporan keuangan perusahaan. Hasil analisis laporan keuangan perusahaan kemudian dibandingkan dengan kinerja perusahaanperusahaan dalam bidang industri sejenis.” (h.177—178). Analisis perusahaan dimaksudkan untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan
perusahan,
mengidentifikasi
arah
dan
perkembangan,
mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat serta operasi perusahaan.
24
Penilaian saham 1. Dividend Discounted Model (DDM) Tambunan (2005) menyatakan, “Nilai wajar aset merupakan present value (nilai sekarang) arus kas yang diharapkan di masa mendatang (expected cashflow). Model investasi dengan time horizon tak terhingga mengasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan (g) dividen adalah tetap (tidak berubah selamanya). Dengan demikian deviden tahun depan adalah D1 = D0 (1 + g), dividen tahun kedua adalah D2 = D1 (1 + g), demikian seterusnya. Untuk time horizon tak terhingga, karena arus kas saham bagi seorang investor bersumber hanya dari deviden, nilai wajar sahamnya adalah present value arus kas dividen-dividen di masa mendatang. Dengan ks sebagai required rate of return, harga wajar saham biasa, dapat ditentukan melalui pendiskontoan proyeksi deviden-deviden masa mendatang dengan menggunakan ks. Rumus: Po =
D1 + D2 + … + D∞ 1 2 (1+ks1) (1+ks2) (1+ks∞)∞
Dan diketahui: Po
: harga wajar saham saat ini
D1, D2…D∞
: arus kas deviden-deviden
ks
: required rate of return dari saham
25
Rumus di atas kemudian disederhanakan menjadi: Po =
D1 ks – g
Jika suatu saat saham dijual yang akan menerima dividen-deviden selanjutnya adalah pihak yang membeli saham, sehingga perkiraan nilai saham bagi si pembeli akan ditentukan oleh dividen-dividen yang akan diterimanya di masa mendatang.” (h. 222—2224).
2. Price/Earning (P/E) Ratio Tambunan (2005) menyatakan, ”P/E Ratio adalah perbandingan antara harga pasar (market price) saham dan laba per saham (earning per share). Secara rumus dituliskan sebagai berikut: P/E Ratio =
P/E
Ratio
merefleksikan
Market Price EPS penilaian
investor
atas
pertumbuhan
keuntungan, risiko dan efisiensi serta kondisi keuangan perusahaan dalam satu paket rasio yang sederhana. P/E Ratio juga merupakan gambaran atas kesediaan seorang investor membeli saham dengan harga “sebesar sekian kali” laba-per-saham. Sebuah perusahaan dengan kinerja tinggi, bertumbuh cepat, mempunyai manajemen yang baik, serta berisko rendah, umumnya memiliki P/E Ratio yang tinggi”(h. 244—245). Darmadji et al. (2005) menyatakan, “Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return)
26
yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Rumus EPS adalah sebagai berikut: EPS =
Laba Bersih Jumlah saham yang beredar
Semakin tinggi nilai EPS semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”(h. 139). Tambunan (2007) menyatakan, “Dari
rumus Dividend Discounted
Model, diketahui nilai wajar sebuah saham, yaitu:
P0 =
D1 ks − g
Jika kedua sisi persamaan dibagi dengan E1 (perkiraan EPS tahun berikutnya), akan didapat rumus P/E Ratio sebagai berikut, yaitu: D1 P0 E1 DPR1 = = E1 k s − g k s − g
Diasumsikan sebuah perusahaan selalu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan earning. Penggunaan P/E Ratio-nya.” (h.245—246). Variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan nilai wajar saham melalui metode P/E Ratio. a.) Deviden Payout Ratio (DPR) Menurut Tambunan (2007), “Deviden payout ratio adalah persentasi deviden yang dibayarkan yang diambil dari laba bersih. Dengan
27
demikian, retention rate adalah 100% dikurangi Deviden payout
ratio.” (h. 158). b.) ks melalui Capital Asset Pricing Model (CAPM) Tambunan
(2007)
menyatakan,
“CAPM
digunakan
untuk
memperkirakan required rate of return dalam menilai saham biasa. Rumus CAPM adalah:
ks = Rf + β (Rm - Rf) Dan diketahui:
ks : required rate of return Rf : tingkat imbal hasil investasi bebas resiko (misalnya, Sertifikat Bank Indonesia, T-Bond, dan lainnya)
β : koefisien beta perusahaan Rm : tingkat imbal hasil portofolio pasar. Kofisien beta adalah ukuran sensivitas atau kepekaan individu saham terhadap pergerakan pasar.” (h. 241—242). c.) Firm’s Growth (g) Tambunan (2007) menyatakan, “Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dari pertumbuhan penjualan, laba, deviden dan lainlain.” (h.157).
3. Price to Book Value (PBV) Ratio Tambunan (2005) menyatakan, ”PBV Ratio adalah rasio perbandingan antara harga pasar saham (price) dan nilai buku per saham (book value
per share). Nilai buku per saham didapat melalui pembagian antara total 28
modal (total equity) dan jumlah saham beredar (outstanding shares). Rumusnya adalah sebagai berikut:
PBV =
Price of stocks Book value per share
dan diketahui:
Book value per share =
Total equity Number of outstanding shares
Untuk membandingkan PBV Ratio suatu saham, sebaiknya menggunakan PBV saham dari perusahaan sejenis di industri yang sama.”(h. 249—251).
Keputusan Akhir Menurut Tambunan (2005),”Perkiraan harga wajar umumnya selalu berbeda dengan harga pasar. Jika perbedaanya cukup signifikan, saham-saham yang harganya murah dapat dibeli, dan saham-saham yang harganya mahal sebaiknya jangan dibeli atau malah dijual saja jika saham sudah dimiliki dengan harga perolehan yang murah. Harga saham dikatakan murah jika harga pasar lebih rendah daripada harga wajar saham. Sedangkan harga saham dikatakan mahal jika harga pasar lebih tinggi dari perkiraan harga wajar. Keputusan akhir investor dapat diringkas dengan bagan di bawah ini:
•
jika harga pasar < perkiraan harga wajar Æ murah Æ buy, sedangkan
•
jika harga pasar > perkiraan harga wajar Æ mahal Æ hold/sell”(h. 251).
29