9
BAB II LANDASAN TEORI
1.1
Belajar
1.1.1
Pengertian Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan
lingkungannya. Hal ini dapat kita lihat secara formal bahwa siswa belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan peralatan di dalam laboratorium. Di rumah ia berinteraksi dengan catatan-catatan kuliah, melaksanakan tugas yang diberikan guru, dan dengan alam lingkungannya. Sebagai mana telah dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Nasution (1992 : 39) bahwa : “Learning is the process by which an activity originates or shange through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguish from changes by factors not artributable to training.” Pendapat di atas memiliki arti bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan. Untuk memperoleh dan menambah wawasan tentang belajar, berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian belajar dari berbagai ahli pendidikan. Natawijaya (1997: 1) menjelaskan bahwa : “Belajar menurut arti yang luas yaitu suatu bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir”.
10
Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Menurut pendapat yang lebih modern belajar dianggap sebagai “a change behavior” atau perubahan tingkah laku seperti dikemukakan Sartain (M. surya 1995: 22) bahwa belajar “... A change ini behavior as a result of experience” atau belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan-perubahan rangsangan),
meliputi
memperoleh
respon
keterampilan,
terhadap
stimulus
mengetahui
(rangsangan-
fakta-fakta
dalam
mengembangkan sikap terhadap sesuatu. Selanjutnya M. Surya (1995: 23) mengemukakan pendapatnya tentang belajar ini sebagai berikut : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang disengaja dan disadari oleh individu agar tercapai perubahan tingkah laku. Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingakah laku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut berdasarkan Taxosomi Bloom adalah sebagai berikut : 1. Domain kognitif, yang meliputi kemampuan intelektual,
11
2. Domain Afektif, yang meliputi perubahan sikap, perasaan, apresiasi, dan cara penyesuaian diri, 3. Domain Psikomotor, yang meliputi kemampuan motorik atau keterampilan.
Adapun hal-hal pokok yang ada dalam pengertian belajar menurut Sumadi Surya Subrata (1994: 253) adalah sebagai berikut : a. bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavior changes, aktual maupun potensial), b. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan c. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan disengaja). Selanjutnya menurut Winarno Surakhmad (M. Surya, 1995: 23) belajar merupakan proses : a. pengumpulan pengetahuan b. penamaan konsep dan kecakapan, serta c. pembentukan sikap dan perbuatan. Perubahan tingkah laku yang diharapkan adalah perubahan yang positif, sebab
sebab
perubahan
tersebut
berbentuk
prestasi
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Engkoswara : “Perubahan yang baik sudah barang tentu berbentuk prestasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau prestasi yang bertujuan. Prestasi itu dapat berupa penguasaan, penggunaan dan penilaian tentang sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berbagai bidang. Namun demikian prestasi yang maksimal hendaknya dicapai dalam suasana”.
12
1.1.2
Faktor faktor yang mempengaruhi Belajar Selanjutnya M. Surya (1995: 87) mengemukakan faktor-faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar (faktor internal), yaitu: 1. Faktor-faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor internal), yaitu : a. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid. Kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar. Jika kemampuan ini rendah maka hasil yang dicapainya juga rendah. b. Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu. Bakat ini sebagaimana intelegensi merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu, siswa yang kurang atau tidak berbakat dalam suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan belajar. c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motivasi yang besar anak akan banyak mengalami kesulitan belajar, karena motivasi ini merupakan factor pendorong. d. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-siswi tertentu. Misalnya pertentangan yang dialami dalam dirinya situasi kekecewaan (frustrasi), dalam kesedihan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan belajar. e. Faktor-faktor bawaan (herediter), seperti buta warna, kidal dan sebagainya. 2. Faktor-faktor yang terletak diluar diri siswa itu sendiri (faktor eksternal), yaitu:
13
a. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang tepat, situasi social di sekolah dan sebagainya. b. Situasi dalam keluarga yang kurang mendukung untuk situasi belajar, seperti kekacauan rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar, kurangnya kemampuan orang tua dalam hal pembiayaan. c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan (film, bacaan-bacaan), dan sebagainya. Secara fundamental Dollar dan Miller (Abin Syamsudin, 1995: 78) menegaskan bahwa keefektifan prilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu : a. Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learning must want something). b. Adanya perhatian dan tahu sasaran (cue), siswa harus memperhatikan sesuatu (the learner must notice something), c. Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something), dan d. Adanya evaluasi dan pengamatan hasil (reinforcement), siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something).
14
Selanjutnya Soemadi Suryabrata (Sukardi, 1993: 30) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan dua golongan (dengan catatan overlapping tetap ada), yaitu: a.
Faktor-faktor non sosial, dan
b.
Faktor-faktor sosial.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, inipun dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : a.
Faktor-faktor fisiologis, dan
b.
Faktor-faktor psikologis.
Dengan melihat beberapa pendapat di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pada setiap individu keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dengan segala aspeknya.
1.1.3
Prestasi Belajar Pengertian hasil belajar sebenarnya sangat luas karena tercakup di
dalamnya perubahan dalam dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Syaudin (1993: 124), hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Pengertian prestasi belajar tidak terlepas dari pengertian hasil belajar mengajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan.
15
Pencerminan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar mengajar disebut prestasi belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Surya (1995: 174), seluruh kecakapan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan belajar dapat dilihat melalui prestasi belajar salah satunya adalah melihat hasil akhir dari pembelajaran tersebut. Banyak para ahli pendidikan merumuskan tentang prestasi belajar, diantaranya adalah : Abin Syamsudin Makmun (1995: 7) menyatakan bahwa : “Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan (pengalaman). Perubahan dalam perkembangan ini mempunyai arah yang positif atau negative, dan kualifikasinya pun akan terbagi-bagi , tinggi, sedang, rendah atau berhasil, tidak berhasil dan lulus atau tidak lulus. Kriteria tersebut akan tergantung pada diri siswa itu sendiri”. Nurdin Abas (1994: 42) menyatakan bahwa : “Prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil belajar dari individu merupakan perubahan yang terdapat dalam diri individu yang dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri”. W.S. Winkel (1996: 162) menyatakan bahwa : “Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, berarti bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai dalam kegiatan atau proses belajar. Tentu saja untuk mencapai pada tingkat keberhasilan dari proses belajar ini diperlukan suatu rentang waktu tertentu dan diperoleh setelah mempelajari materi pelajaran yang diperlukan”.
16
Dengan melihat beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar mahasiswa dalam mempelajari pelajaran di kampus, setelah menempuh rentang waktu tertentu, dalam bentuk angka-angka/nilai-nilai yang diperoleh dari hasil test atau pengukuran suatu evaluasi.
1.2
Asistensi/Bimbingan
1.2.1
Pengertian Asistensi/Bimbingan Asistensi merupakan layanan bimbingan, asistensi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bimbingan tugas. Asistensi merupakan terjemahan istilah assist yang secara harfiah mempunyai arti membantu. Maka dari itu asistensi dan bimbingan adalah sama. Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah guidance, secara harfiah berasal dari kata guide, yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer). Pengertian bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (mahasiswa) agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif dan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengatasi masalahmasalah
belajar
yang
dialaminya,
sehingga
mencapai
prestasi
belajar
(pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian) yang optimal (Syamsu Yusuf LN, 2004 : 15). Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut: a) Bimbingan merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa bimbingan itu merupakan kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung
17
terus-menerus, buka kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. b) Bimbingan merupakan helping, yang identik artinya dengan aiding, assisting, atau availing, yang artinya adalah bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah mahasiswa sendiri. Dalam bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada mahasiswa, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan siswa. c) Bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberikan bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. d) Tujuan
bimbingan
secara
umum
adalah
perkembangan
optimal.
perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
1.2.2
Tujuan Bimbingan Untuk mengungkapkan tentang tujuan bimbingan, kita diperlukan
beberapa informasi tambahan. Dalam hal ini tujuan proses membantu itu dapat menumbuhkan pemahaman diri dan dunianya. Diperkirakan bahwa individuindividu yang memahami dirinya sendiri dan dunianya akan menjadi lebih efektif, lebih produktif dan manusia yang berbahagia. Mereka akan menjadi pribadi yang lebih fungsional (Carl Rongers, 1961).
18
Melalui layanan bimbingan individu-individu akan memiliki kesadaran yang lebih mendalam bukan saja tentang mereka, tetapi juga dapat berdiri sendiri, tujuan yang paling utama dari profesi membantu adalah termasuk perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan sosial klien itu sendiri (Carl Rongers, 1962). Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting proses belajar mengajar dapat dirumuskan tujuan program bimbingan sebagai berikut : a) Meningkatkan motivasi belajar b) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif c) Mengembangkan disiplin diri dalam belajar d) Mengembangkan
pemahaman
dan
kemampuan
untuk
memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar e) Mengembangkan keterampilan belajar yang efektif f) Mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya Disamping itu upaya mewujudkan dan mencapai tujuan tersebut diatas tidak akan berhasil tanpa disertai dengan adanya program asistensi yang efektif sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Adanya sarana yang cukup, adanya dosen pembimbing, adanya pengertian dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terkait sehingga kegiatan asistensi akan terlaksana secara efektif dan efisien. Pemberian layanan asistensi yang tidak terencana dengan baik, sehingga pembimbing hanya memberikan layanan asistensi secara isedental yaitu menurut kebutuhan yang muncul pada saat tertentu seperti bila ada mahasiswa yang datang
19
untuk bimbingan, keberadaan demikian menurut W.S Winkell (dalam Wibisono A, 2006:17) mengandung banyak kelemahan, antara lain : 1. Bentuk dan cara pelayanan bimbingan kurang dipikirkan secara matang, sehingga kurang dapat dipertangungjawabkan. 2. Kontinuitas pelayanan bimbingan tidak terjamin. 3. Kalau pelayanan bimbingan sampai kepada semua mahasiswa, berapa jumlah mahasiswa yang akhirnya terlayani. 4. Perhatian terutama akan diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa yang memiliki masalah. 5. Evaluasi program bimbingan menjadi sangat sukar karena sebenarnya tidak ada program yang mempunyai sarana-sarana tertentu. Dari uraian diatas sangat jelas terlihat bahwa program bimbingan atau asistensi sangat penting bagi mahasiswa. Selain itu akan terbina hubungan baik antara mahasiswa dan dosen terutama apabila antara keduanya ada toleransi, akan terbina hubungan yang harmonis, saling menghargai dan menghormati. Serta tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan hasil optimal.
1.2.3
Fungsi Bimbingan Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tersebut di atas maka bimbingan
berfungsi sebagai berikut: a) Menyalurkan,
ialah
fungsi
bimbingan
dalam
mendapatkan solusi sesuai dengan potensi dirinya.
membantu
mahasiswa
20
b) Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa di kelas untuk mengadaptasikan jawaban terhadap permasalahan. c) Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. d) Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiuswa untuk menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. e) Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa untuk memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai. f) Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar.
1.2.4
Prinsip-prinsip Bimbingan Prinsip-prinsip yang dikemukakan berikut berkenaan dengan tujuan,
praktik, dan kaidah umum pelaksanaan bimbingan di lingkungan pendidikan. a) Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada mahasiswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan mahasiswa. Pembimbing tidaklah memaksakan kehendak dan mengarahkan perkembangan mahasiswa, tetapi bantuan yang diberikannya itu harus berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan permasalahan mahasiswa. b) Bimbingan diperuntukan bagi semua mahasiswa. Bimbingan tidak hanya ditunjukan kepada mahasiswa yang bermasalah atau salah satu dari mereka, tetapi ditunjukan kepada semua mahasiswa. Prinsip ini mengandung arti
21
bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan mahasiswa secara menyeluruh dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan mahasiswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di kampus. Prinsip ini juga mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada mahasiswa tidak menunggu munculnya masalah pada mahasiswa melainkan diarahkan kepada upaya mencegah munculnya masalah dan mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah sendiri. c) Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan mahasiswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan mahasiswa baik fisik, mental, sosial, emosional dipandang sebagai suatu kesatuan dan saling berkaitan. d) Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap mahasiswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dilakukannya. Pembimbing tidak memilihkan sesuatu untuk mahasiswa melainkan membantu mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk melakukan pilihan. e) Bimbingan adalah bagian terpadu dari pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan seluruh aspek kepribadian mahasiswa. f) Bimbingan dimaksudkan untuk membantu mahasiswa merealisasikan dirinya. Prinsip ini mengandung arti bahwa bantuan didalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu mahasiswa mengenali dan memahami dirinya,
22
mengarahkan diri kepada tujuan yang realistik, dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh.
1.2.5
Asas-asas Bimbingan Penyelenggaraan bimbingan selain harus memperhatikan aspek fungsi dan
prinsip, juga dituntut untuk mempedulikan beberapa asa yang mendasari kinerja pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan layanan bimbingan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembimbing untuk memenuhi asas-asas tersebut, dan dia akan mengalami kegagalan atau hambatan dalam tugasnya, apabila tidak memperhatikannya. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut : a) Asas kerahasiaan, yaitu asas yang menuntut kerahasiaan segenap data atau keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan. b) Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik mengikuti/menjalani kegiatan bimbingan yang diperuntukan baginya. c) Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik bersikap terbuka dan tidak bersikap berpura-pura. d) Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik berpartisipasi secara aktif di dalam penyelanggaraan kegiatan bimbingan. e) Asas kemandirian, yaitu asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan, yaitu peserta didik mampu untuk mandiri dalam menyelesaikan permasalahan dalam kesulitan yang ditemukan dalam kegiatan belajar.
23
f) Asas kedinamisan, yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan bimbingna terhadap peserta didik yang sama kehendaknya selalu bergerak maju tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu. Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar, salah satunya adalah bimbingan/asistensi. Seperti yang diungkapkan oleh The Liang Gie, Oemar Hamalik, dan Dorothy Keither yang dikutip oleh Slameto (1995 : 88-89) yang intinya mencakup: 1. Tahap persiapan 2. Waktu dan jadwal 3. Pelaksanaan 4. Bimbingan/Asistensi 5. Membuat Arsip 6. Hasil Pengerjaan Tugas
1.3
Studio Perancangan Arsitektur III
2.3.1
Kompetensi dan Tujuan Umum Perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III Mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur III mempunyai bobot 3 SKS
dan diberikan pada semester 6. Kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III sesuai dengan silabus perkuliahan yaitu mahasiswa dapat merencanakan dan merancang bangunan publik.
24
Tujuan
perkuliahan
ini,
yaitu
setelah
mahasiswa
menyelesaikan
perkuliahan ini, mahasiswa harus mampu membuat desain bangunan publik dengan rincian : 1. Melaksanakan survei pendahuluan dan menyusun preliminary design arsitektur. 2. Merancang dan menggambar predesain bangunan. 3. Merancang dan menggambar detail desain bangunan. 4. Membuat gambar perspektif (tiga dimensi). 5. Membuat laporan konsep perancangan, spesifikasi, dan biaya. Kegiatan kelas atau materi perkuliahan : 1. Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, stuktur / kontruksi, material, dan utilitas. 2. Gambar lokasi dan situasi. 3. Gambar siteplan. 4. Gambar denah, tampak, potongan. 5. Gambar rencana arsitektur. 6. Gambar rencanan sistem struktur dan kontruksi. 7. Gambar rencana sistem utilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah, dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomusikasi skala 1:100). 8. Gambar detail. 9. Gambar perspektif (tiga dimensi). 10. Ujian Akhir Semester/Pemasukan tugas.
25
Persyaratan Perkuliahan : 1. Selalu hadir (minimal 80 % dari total pertemuan) dan aktif mengikuti perkuliahan/melaksanakan praktek studio sesuai jadwal. 2. Bekerja secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas. 3. Mengasistensikan tugas dan menyerahkan pada waktu yang telah ditentukan. 4. Mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Kriteria Penilaian : Bobot penilaian didasarkan kepada : 1. Keaktifan dalam praktek studio
(15%).
2. Keaktifan dalam asistensi
(25%).
3. UAS (Tugas : Perancangan bangunan)
(60 %).
2.3.2. Tugas terstruktur mahasiswa pada mata kuliah Studio
Perancangan
Arsitektur III Materi-materi yang telah disampaikan di atas dalam pelaksanaannya ada kalanya tidak tersampaikan seluruhnya pada pertemuan tatap muka di studio. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain upaya oleh dosen dengan diadakannya program asistensi mahasiswa dituntut untuk mengimbanginya. Dengan cara memahami materi kuliah dengna cara belajar mandiri dan mengikuti secara intensif asistensi tugas SPA III yang telah ditentukan jadwalnya oleh dosen yang bersangkutan.
26
Dalam pengerjaan dan penyelesaian mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikannya tepat waktu, dan mahasiswa harus terbuka wawasannya tentang materi kuliah yang disampaikan di studio. Nana Sudjana ( 1989 :81) mengungkapkan bahwa tugas adalah : “Tugas adalah suatu kegiatan belajar individu atau kelompok yang bertujuan memantapkan penguasaan siswa terhadap materi atau bahan yang telahdisampaikan didalam kelas dan dilakukan oleh siswa diluar jadwal yang telah ditentukan sekolah”. Dapat disimpulkan bahwa tugas adalah kegiatan mahasiswa yang diberikan oleh dosen yang dikerjakan diluar jam kuliah sejalan dengan materi yang telah disampaikan di kampus. Belajar mempunyai tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan menambah penguasaan materi oleh mahasiswa. Tugas terstuktur pada mata kuliah SPA III merupakan suatu rangkaian tugas yang berkesinambungan antara SPA I, SPA II, dan SPA III. Dimana mahasiswa harus terlebih dahulu lulus pada mata kuliah SPA 1 dan SPA II baru diperbolehkan mengontrak mata kuliah SPA III. Tugas-tugas mata kuliah SPA I merupakan dasar penguasaan materi dari mata kuliah SPA II, begitu juga tugas-tugas terstruktur mata kuliah SPA II merupakan penunjang dan dasar penguasaan materi untuk mengerjakan tugas pada mata kuliah SPA III. Dapat disimpulkan bahwa SPA I, SPA II, dan SPA III mempunyai keterkaitan karena mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur merupakan perkuliahan praktikum yang menyajikan materi perancangan ruang dan bangunan dengan tuntunan fungsional, serta keterpaduan pemecahan dan
27
penerapan struktur, kontruksi, utilitas dan estetika dimana deskripsi tugas dari perkuliahan SPA III ini adalah : 1. Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, stuktur / kontruksi, material, dan utilitas. 2. Gambar lokasi (skala 1:1000) dan situasi (skala 1:500). 3. Gambar siteplane (skala 1:200). 4. Gambar denah, tampak, potongan (skala 1:100). 5. Gambar rencana arsitektur (skala 1:100). 6. Gambar rencanan sistem struktur dan kontruksi (skala 1:100). 7. Gambar rencana sistem utilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah, dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomusikasi skala 1:100). 8. Gambar detail (bentuk, struktur, kontruksi, utilitas, material, skala 1:10 dan 1:20). 9. Gambar perpektif (tiga dimensi). 10. Ujian Akhir Semester / Pemasukan tugas.
28
Tabel 2.1 Distribusi Topik Dan Pembimbing Studio Perancangan Arsitektur III NO
JUDUL PROYEK
ARUS UTAMA PENDEKATAN/TEMA
1
Sekolah Tinggi
Pendekatan Lingkungan: Tema: Green Architecture
DRA. Cornelia Rimba Usep Surahman, ST, MT
2
Universitas
Pendekatan Teknologi/Struktur: Tema: Struktur Biomorfik
DRA. Cornelia Rimba Fauzi Rahmanullah, SPD,MT
3
Institut Kesenian Bandung
Pendekatan Bentuk: Tema: Struktur Metaforik
4
Institut
Pendekatan Fisika Bangunan dan Lingkungan: Tema: Arsitektur Tropis
Drs. Irawan Suraseca, MT Fauzi Rahmanullah, SPD,MT
5
Universitas
Pendekatan Bentuk: Tema: Struktur Metaforik
Drs. Irawan Suraseca ST Usep Surahman, ST, MT
6
Poliklinik
Pendekatan Perilaku: Tema: Akomodasi Perilaku Pemakai Difeferent Ability (Difabel)
DR. M. S. Barliana, MPD, MT, IAI Usep Surahman, SPT,MT
7
Universitas
PEMBIMBING
DR. M. S. Barliana, MPD, MT, IAI Fauzi Rahmanullah, SPD,MT
Pendekatan Teknologi/ME: Drs. Irawan Suraseca Tema: Intelligent Building ST Usep Surahman, (Bangunan Pintar) ST, MT
2.3.3. Asistensi Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur III Program asistensi merupakan program wajib dalam melaksankan perkuliahan Studio khususnya SPA III. Program asistensi merupaka proses dalam tahap penyelesaian tugas-tugas yang diberikan pada mata kuliah SPA III. Asistensi juga merupakan salah satu kriteria penilaian. Asistensi wajib diikuti oleh mahasiswa pada jam mata kuliah SPA III dilakukan oleh dosen yang bersangkutan
29
atau oleh asisten dosen tersebut. Asistensi juga biasanya dapat dilakukan diluar jam kuliah dapat dilakukan di lingkungan kampus ataupun luar kampus tergantung permintaan dosen pembimbing masing-masing. Untuk memudahkan dosen biasanya dalam pelaksanaannya asistensi dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-7 orang yang menyelesaikan tugas dengan tema yang telah ditentukan oleh dosen. Dengan seperti itu maka semua mahasiswa akan lebih kondusif dalam melaksanakan asistensi tugas SPA III, walaupun pada kenyataannya tetap saja banyak mahasiswa yang merasa bahwa asistensi tidak penting, dan bahkan ada mahasiswa yang merasa bahwa dirinya bisa mengerjakan tugas tanpa perlu melaksanakan asistensi. Telah disampaikan pada poin sebelumnya bahwa penyelenggaraan bimbingan harus memperhatikan aspek fungsi dan prinsip selain itu juga keberhasilan bimbingan dipengaruhi oleh pembimbing untuk memenuhi asas-asas bimbingan. Selain itu disampaikan juga bahwa bimbingan adalah suatu kegiatan yang berupa proses dan faktor yang mempengaruhi adalah kesinambungan dua objek yaitu adalah pembimbing dan mahasiswa. Dengan melihat kondisi seperti ini maka yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek : 1. Fungsi Bimbingan. •
Pengadaptasian
•
Penyesuaian
•
Pencegahan
•
Perbaikan
30
•
Penyaluran
2. Proses Asistensi •
Persiapan Mental dan perlengkapan
•
Waktu /Jadwal Asistensi
•
Kehadiran Pembimbing
3. Asas Bimbingan •
Kesukarelaan
•
Keterbukaan
•
Kegiatan
•
Kemandirian
•
Kedinamisan
•
Kerahasiaan