BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini dapat kita lihat secara formal bahwa siswa belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan peralatan di laboratorium. Di rumah ia berinteraksi dengan catatan-catatan kuliah, melaksanakan tugas yang diberikan guru, dan dengan alam lingkungannya. Sebagai mana telah dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Nasution (1992 : 39) bahwa : “Learning is the process by which an activity originates or shange through training procedure (whether in the labolatory or in the natural environment) as distinguish from changes by factors not artributable to training.” Pendapat di atas memiliki arti bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui latihan (apakah dalam laboratorium atu dalam lingkunagn alamiah) yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan. Untuk memperoleh dan menambah wawasan tentangan belajar, berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian berlajar dari berbagai ahli pendidikan. Natawijaya (1997 : 1) menjelaskan bahwa : “Belajar menurut arti yang luas yaitu suatu bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai studi atau lebih
7
8
luas lagi dalam bebagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi”.
Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
Menurut pengertian-pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Definisi belajar menurut Hilhard Bower dalam buku Theories of Learning (1975). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan kematangan. Menurut Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) Belajar terjadi apabila sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Morgan memberikan definisi belajar adalah Setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Wetherington berpendapat belajar yaitu suatu perubahan didalam kepribadian yang mengatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Galloway dalam
9
Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Drs. M. Ngalim Purwanto, MP memberikan definisi belajar dari beberapa elemen : a.
Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan
yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau tidak dianggab sebagai hasil belajar seperti perubahanperubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c.
Belajar adalah perubahan relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu priode waktu yang cukup panjang.
d.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Menurut pendapat yang lebih modern belajar dianggap sebagai “a change
behavior” atau perubahan tingkah laku sepertidikemukakan Sartai (M. Surya 1995 : 22) bahwa belajar “... A change in behavior as a result of experience” atau belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan-perubahan
meliputi
respon
terhadap
stimulus
(rangsangan-
10
rangsangan),
memperoleh
keterampilan,
mengetahui
fakta-fakta
dalam
mengembangkan sikap terhadap sesuatu. Selanjutnya M. Surya (1995 : 23) mengemukakan pendapatnya tentang belajar ini sebagai berikut : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang disengaja dan disadari oleh individu agar tercapai perubahan tingkah laku. Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.”
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Dalam faktor ekstern ada di antaranya kemampuan awal yang dapat mempengaruhi belajar. Beberapa ahli perancang pembelajaran, mengisyaratkan bahwa rancangan pembelajaran dikatakan baik
11
apabila memperhitungkan kemampaun awal siswa sebagai sasaran. Pada awal proses pembelajaran kadang-kadang siswa belum mempunyai kemampuan yang dijadikan tujuan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk memperoleh dan menambah wawasan tentangan faktor yang mempengaruhi belajar yang antara lain adalah kemampuan awal, berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian kemampuan awal dari berbagai ahli pendidikan. Menurut Winkel (1991), tingkah laku awal itu dipandang sebagai pemasukan (input; entering behavior), yang menjadi titik tolak dalam proses pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran (output; final behavior). Kalau demikian kemampuan awal siswa merupakan salah satu karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perancang pembelajaran atau guru dalam merancang pembelajaran
tertentu,
karena
kemampuan
awal
memungkinkan
proses
pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan pencapaian hasil sebagaimana yang diharapkan. Benyamin S. Bloom (1976), menyebutkan kemampuan awal (Cognitive Entery Behavior) adalah berkaitan dengan
berbagai tipe pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi yang dipersyaratkan (prerequisite), yang esensial untuk mempelajari tugas atau satu set tugas khusus yang baru. Ini berarti kemampuan awal itu adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang telah dipelajari atau dikuasai oleh siswa sebagai persyaratan untuk mempelajari tugas-tugas pembelajaran yang baru. Pengetahuan faktual itu mungkin saja
12
sesuatu yang telah atau pernah dipelajari oleh siswa, yang perlu dikeluarkan untuk mempelajari atau memecahkan soal-soal yang sedang dipelajari. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal dibutuhkan untuk mempelajari suatu mata pelajaran selanjutnya, artinya kemampuan awal merupakan landasan dasar untuk pelajaran selanjutnya, bukan saja pengetahuan yang dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan, tetapi juga pengetahuan mata pelajaran lain. Pengetahuan awal pada suatu mata pelajaran memungkinkan untuk dimanfaatkan secara lintas mata pelajaran. Misalnya, kemampuan membaca pemahaman dapat mempermudah mempelajari semua mata pelajaran yang tertulis. Begitu pula, simbol-simbol atau angka-angka yang telah dipelajari dan dikuasai melalui mata pelajaran matematika dapat digunakan di samping untuk mempelajari matematika lebih tinggi, tetapi juga untuk mempelajari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, tata buku, geografi, ekonomi, statistik, dan sebagainya.
2.1.3. Struktur Bangunan II Kompetensi dan Tujuan Umum Perkuliahan Struktur Bangunan II Matakuliah Struktur Bangunan II mempunyai bobot 4 SKS dan diberikan pada semester 6, matakuliah ini merupakan matakuliah bidang studi pilihan dan merupakan pemantapan dari matakuliah Struktur Bangunan I yang merupakan matakuliah bidang studi wajib. Kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan struktur bangunan II sesuai dengan silabus perkuliahan
13
yaitu mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem struktur pada bangunan berlantai banyak dan bangunan bentang lebar. Tujuan
perkuliahan
ini,
yaitu
setelah
mahasiswa
menyelesaikan
perkuliahan ini, mahasiswa harus mampu merancang sistem struktur pada bangunan berlantai banyak dan bangunan bentang lebar. Tujuan matakuliah
ini,
perkuliahan mahasiswa
ini,
yaitu
harus
setelah
mampu
mahasiswa
menyelesaikan
mengaplikasikannya
kedalam
perancangan bangunan : 1.
Pemahaman pengertian, manfaat, macam-macam bahan Struktur Bangunan
2.
Pemahaman pembebanan dan reaksi terhadap bangunan
3.
Pemahaman bagian-bagian dari struktur dan konstruksi
Kegiatan kelas atau materi perkuliahan : 1.
Manfaat mempelajari Struktur Bangunan
2.
Macam bahan dalam penggunaan Struktur Bangunan dan karakteristiknya untuk berbagai kegunaan dan fungsi bangunan
3.
Prinsif pembebanan maupun reaksi terhadap bangunan
4.
Pembebanan dan penyaluran gaya pada balok sebagai struktur bangunan
5.
Pembebanan pada portal dan penyaluran gayanya
6.
Pembebanan pada lantai dan prinsip penyaluran gaya pada lantai plat dan grid
7.
Struktur rangka dan prinsifnya
8.
Struktur rangka dan penerapannya
9.
Sistem permukaan bidang sebagai sistem Struktur Bangunan
14
Persyaratan perkuliahan : 1.
Selalu hadir (minimal 75% dari total pertemuan) dan aktif mengikuti perkuliahan.
2.
Bekerja secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas.
3.
Mengaistensikan tugas dan menyerahkan pada waktu yang telah ditentukan.
Kriteria Penilaian : Bobot penilaian didasarkan kepada : Tugas terstruktur matakuliah yang dikumpulkan pada waktu UAS ditambah dengan kehadiran apabila 75%. Tugas terstruktur mahasiswa pada matakuliah Struktur Bangunan II Dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas Struktur Bangunan II mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tepat waktu, dan mahasiswa harus terbuka wawasan tentang materi kuliah yang telah disampaikan di perkuliahan. Matakuliah Struktur Bangunan II merupakan salah satu matakuliah yang memiliki keterkaitan dengan matakuliah Studio Perancangan Arsitektur III. Tugas Struktur Bangunan II yaitu membuat denah bangunan diatas atau = 4 lantai, atau bangunan dengan bentang lebar dengan deskripsi proyek : Presentasi Gambar : 1.
Denah
2.
Potongan Struktural
3.
Potongan Memanjang
4.
Potongan Memanjang
5.
Rancangan Pondasi
15
6.
Rancangan Pembalokan dan Lantai
7.
Portal Memanjang dan Portal Melintang
8.
Potongan Prinsip
9.
Rancangan Atap
2.1.4. Studio Perancangan Arsitektur III Kompetensi dan Tujuan Umum Perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III Matakuliah Studio Perancangan Arsitektur III mempunyai bobot 4 SKS dan diberikan pada semester 6. Kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa mwngikuti perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III sesuai dengan silabus perkuliahan yaitu mahasiswa dapat merencanakan dan merancang bangunan publik. Tujuan
perkuliahan
ini,
yaitu
setelah
mahasiswa
menyelesaikan
matakuliah ini, mahasiswa harus mampu membuat desain bangunan publik dengan rincian : 1.
Melaksanakan survei pendahuluan dan menyusun preliminary design arsitektur.
2.
Merancang dan menggambar predesain bangunan.
3.
Membuat gambar perspektif (tiga dimensi).
4.
Membuat laporan konsep perancangan, spesifikasi, dan biaya.
16
Kegiatan kelas atau materi perkuliahan : 1.
Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, struktur/konstruksi, material, dan utilitas
2.
Gambar lokasi dan situasi
3.
Gambar siteplan
4.
Gambar denah, tampak, potongan
5.
Gambar rencana arsitektur
6.
Gambar rencana sistem struktur dan konstruksi
7.
Gambar rencana sistem utilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomunikasi)
8.
Gambar detail
9.
Gambar perspektif (tiga dimensi)
10. Ujian Akhir Semester/pemasukan tugas.
Persyaratan perkuliahan : 1.
Selalu hadir (minimal 80% dari total pertemuan) dan aktif mengikuti perkuliahan/melaksanakan praktek studio sesuai jadwal.
2.
Bekerja secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas.
3.
Mengaistensikan tugas dan menyerahkan pada waktu yang telah ditentukan.
4.
Mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
17
Kriteria Penilaian : Bobot penilaian didasarkan kepada : 1.
Keaktifan dalam praktek studio
(15%)
2.
Keaktifan dalam asistensi
(25%)
3.
UAS (Tugas : Perancangan bangunan) (60%)
Tugas terstruktur mahasiswa pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur III Dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas Studio Perancangan Arsitektur III mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikannya tepat waktu, dan mahasiswa harus terbuka wawasan tentang materi kuliah yang telah disampaikan di studio serta matakuliah-matakuliah lainnya karena dalam pendidikan Jurusan Arsitektur semua matakuliah saling keterkaitan. Tugas terstuktur matakuliah SPA III merupakan satuan rangkaian tugas yang berkesinambungan antara matakuliah-matakuliah yang berkaitan dengan perancangan lainnya.. Dalam pendidikan arsitektur semua matakuliah memiliki keterkaitan terutama matakuliah Studio Perancangan Arsitektur karena matakuliah Studio Perancangan Arsitektur merupakan perkuliahan praktikum yang menyajikan materi perancangan ruang dan bangunan dengan tuntunan fungsional, serta keterpaduan pemecahan dan penerapan struktur, konstruksi, utilitas dan etika. Obyek tugas SPA III : 1.
Hotel Butik,
18
2.
Hotel Resort,
3.
Hotel dan Spa,
4.
SMK Agro Industri,
5.
SMU Internasional,
6.
SD/SMP (Boarding School),
7.
Studio Penyiaran Televisi,
8.
Studio Film,
9.
Gedung Teater / Opra,
10. Gedung Pertemuan, 11. Kantor Konsultan Keuangan / Pemasaran, 12. Kantor Distributor / Show Room Mobil (mewah), 13. Pabrik / Industri Manu Faktur, 14. Rumah Sakit, 15. Sport Centre, 16. Mall, 17. Town House / Rumah Badar, 18. Fasilitas Rehabilitas WTS dan Narkoba. Kriteria tugas SPA III : 1.
Bangunan minimal 3 lantai,
2.
Bangunan tunggal atau jabar,
3.
Luas bangunan minimal 6.000 M2,
4.
Luas tanah disesuaikan dengan aturan BCR (Buillding Coverage / perbandingan antara luas bangunan dengan luas tanah).
19
Tema tugas SPA III : 1.
Arsitektur Etnik,
2.
Arsitektur Post Modern,
3.
Arsitektur Modern
4.
Arsitektur Hijau / Eko Arsitektur,
5.
Arsitektur Tropis,
6.
Arsitektur Kolonial / Art Deco,
7.
Arsitektur Kontekstual.
Deskripsi tugas SPA III : 1.
Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, struktur / konstruksi, material, dan utilitas.
2.
Gambar lokasi (skala 1 : 1000) dan situasi (skala 1 : 500).
3.
Gambar siteplan (skala 1 : 100).
4.
Gambar denah, tampak, potongan (skala 1 : 100).
5.
Gambar rencana arsitektur (skala 1 : 100).
6.
Gambar rencana sistem struktur dan konstruksi (skala 1 : 100).
7.
Gambar rencana sistemutilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomunikasi skala 1 : 100).
8.
Gambar detail (bentuk, struktur, konstruksi, utilitas, material, skala 1 : 10 dan 1 : 20).
20
9.
Gambar persfektif (tiga dimensi).
10. Ujian Akhir Semester/Pemasukan tugas.
2.2.
Anggapan Dasar Dalam penelitian ini peneliti merumuskan anggapan dasar sebagai berikut:
1.
Matakuliah Struktur Bangunan II merupakan salah satu matakuliah yang harus dikuasai untuk mendukung matakuliah Studio Perancangan Arsitektur III.
2.
Matakuliah Struktur Bangunan II merupakan salah satu matakuliah yang berkontribusi dalam prestasi belajar matakuliah Studio Perancangan Arsitektur III.
3.
Matakuliah Studio Perancangan Arsitektur adalah matakuliah yang wajib dikuasai oleh mahasiswa JPTA.
2.3.
Perumusan Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang positif dan signifikan hasil belajar matakuliah Struktur Bangunan II terhadap nilai akhir matakuliah Studio Perancangan Arsitektur III mahasiswa JPTA UPI.