BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1.
Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulasi oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karenaitu proses tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan akan berlangsung setiap saat. Pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera yaitu mata sebagai penglihatan telinga sebagai pendengaran, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat penghisap, merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus yang diindera itu kemudian diorganisasikan dan interprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentangapa yang diinderakan itu, dan proses ini disebut persepsi.1
1
BimoWalgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta ;Andi Offset, 2004),hal.87.
18
19
Banyak pakar yang telah mengupas pengertian persepsi, antara lain: a.
Sondang P. Siagian Persepsi adalah bahwa apa yang dilihat seseorang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang menyebabkan mengapa dua porang yang melihat atau mengalami interprestasi yang berdeda tentang apa yang dilihat atau yang dialami.2
b.
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab Keduanya berpendapat bahwa persepsi adalah sebagai proses yang menggabungkan
dan
mengorganisasian
data-data
indera
kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadarkan diri kita sendiri.3 c.
Menurut Daffidof dalam Miftah Thoha Persepsi didefinisikan sebagai proses yang mengorganisasi datadata indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri.4 Melihat
dari
beberapa
pengertian
persepsi
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan kognitif yang dialami setiap orang atau individu dalam memahami informasi tentang lingkungan
2
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cetakanke-VII hal.98. 3 Abdul RahmanShalehdanMuhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar ; Dalam Perspektif Islam, (Jakarta :Predana Media, 2004), hal.88-89. 4 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 232.
20
melalui aktivitas yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.5 2.
Faktor – faktor yang berperan dalam persespsi Ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi diantaranya adalah: a.
Objek yang dipersepsi Objek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera suatu reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.Namun sebagai besar stimulus datang dari luar dirinyaatau individu tersebut.
b.
Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera atau resptor merupakan alat yang menerima stimulus.Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterim reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c.
Perhatian Untuk menyadari atau untuk tidak mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu sebagai langkah persiapan dalam rangka
5
Bimo Walgito, Op.Cit, hal. 89-90.
21
mengadakan persepsi.Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.6 3.
Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi dimulai dari suatu objek yang menimbulkan stimulasi, dan stimulasi tersebut mengenai alat indera atau reseptor. Objek dan stimulus adalah sesuatu yang berada, tetapi ada kalanya objek dan stimulus itu menjadi satu. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang di sebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba,yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi yang diambil dari individu dalam berbagai macam bentuk. Tidak semua stimulasi akan direspon oleh organisme atau individu. Respon yang diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian individu. Dengan demikian terjadi proses persepsi oleh individu tergantung kepada keadaan individu selain tergantung
6
Bimo Walgito, loc,cit. hal 89-90.
22
stimulusnya
atau
juga
tergantung
kepada
keadaan
individu
yang
bersangkutan.7 B. Masyarakat 1.
Pengertian Masyarakat Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama ditaati dalam lingkungan.8 Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi social dengan orangorang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi social sangat utama dalam tiap masyarakat9 Masyarakat dimaknai juga sebagai kumpulan orang yang di dalamnya hidup bersama dalam waktu lama yang cukup lama.Selanjutnya orang-orang yang membentuk masyarakat harus memiliki kesadaran bahwa mereka satu kesatuan, di mana masyarakat adalah suatu sistem hidup bersama yang di dalamnya menciptakan nilai, morma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka.10
7
Bimo walgito,Op.Cit. hal. 90-92. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-3, hal.97. 9 Nasution, Sosiologi Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-6, hal.60. 10 Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakim, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi II, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 81-82. 8
23
Banyak pakar yang telah mengupas masyarakat, antara lain: a.
Poerwadarminto, beliau berpendapat bahwa masyarakat adaalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.11
b.
Yusuf Hadi Miarso, beliau berpendapat bahwa masyarakat dapat diartikan pula kumpulan individu yang menjalin hubungan bersama sebagai satu kesatuan yang besar yang saling membutuhkan, memiliki cirri-ciri yang sama sebagai lingkungan social di mana para anggota mempunyai persamaan kepentingan dan saling berinteraksi sejalan dengan kepentingan bersama tersebut.12
c.
Menurut
Wijaya,
masyarakat
sebagai
sekelompok
orang
yang
mempunyai identitas sendiri yang membedakan dengan kelompok lain dan hidup dalam di dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri. Kelompok ini baik sempit maupun luas
mempunyai perasaan akan
adanya persatuan diantara kelompok itu. Sekelompok dapat dikatakan masyarakat apabila di dalamnya terdapat proses saling mempengaruhi.13 Abu Ahmadi menyimpulkan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
11
poerwadarminto, Partisipasi Masyarakat dalam Pengambangan Keputusan dan Perencanaan di Sekolah, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2013), Cet. Ke-1. Hal.32. 12 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kenanga, 2005), Cet. Ke-1, hal. 706. 13 Rodliyah, op. cit, hal. 33.
24
a.
Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
b.
Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.
c.
Adanya aturan-aturan aatu undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.14
2.
Ciri-ciri Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa suatu pergaulan hidup
atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut: a.
Adanya masyarakat yang hidup bersama dua atau lebih.
b.
Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system komunikasi dan tata cara pergaulan lainnya.
c.
Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan.
d.
Merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan.15 Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat
digolongkan
menjadi
masyarakat
sederhana
dan
masyarakat
maju
(masyarakat modern).
14
Abu Ahmadi, Op. Cit, hal. 107. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-33, hal. 152. 15
25
a.
Masyarakat sederhana Dalam lingkungan masyarak sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin.Pembagian kerja berdasarkan
jenis.Pembagian
kerja
berdasarkan
jenis
kelamin,
nampaknya berpangkal tolak dari kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria daalam menghadapi tantangan alam yang buas pada saat itu.Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu, menangkapi ikan dilaut, menebang pohon, berladang dan bertenak.Sedangkan kaum wanita melakukan pekerjaan yang ringanringan seperti mengurus rumah tangga menyusui dan mengasuh anak, merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam. b.
Masyarakat maju Sesuai dengan taraf perkembangan, tetapi ia lebih cenderung memergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu sederhana dan yang komplek. Masyarakat yang berada diantara keduanya diabaikan. Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhusus.Otonomi sejenis juga menjadi cirri dari bagian kelompok-kelompok
masyarakat
industry
dan
diartikan
dengan
26
kepandaian keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.16 C. Madrasah Aliyah 1.
Pengertian Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan formal menengah lanjutan tingkat atas yang berada dalam naungan Kementerian Agama, dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar di samping mata pelajaran umum. Undang- undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN).Sejak ditetapkannya Undang-undang ini maka pendidikan madrasah telah diakui sebagai subsistem Pendidikan Nasional.Madrsah didefinisikan sebagai sekolah umum berciri khas Islam. Sejak itu dualisme sistem pendidikan di tanah air selama ini praktis runtuh dengan adanya Undang-undang ini dengan demikian penerapan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 dikuatkan lagi dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan implementsai dari komitmen pemerintahan bersama DPR untuk memberdayakan dan meningkatkan mutu pendidikan madrsah. Penerapan kedua Undang-undang ini harus pula dilihat sebagai upaya untuk menjadikan madrasah sebagai “centre ofexcellence” atau pusat keunggulan, karena madrsah memiliki keunggulan yang komperatif yaitu penekanan yang signifikan pada pendidikan agama dan akhlak 16
Mansyur, http//id Wikipedia.Org Masyarakat Modern. Blogspot. Com diakses 13 Desember 2013.
27
(moralitas) disamping penekanan pada pendidikan umum berupa pemberian mata pelajran umum. Jadi pada intinya dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 posisi madrasah dengan sekolah umum itu sederajat atau mempunyai kedudukan yang setara tyaitu sama-sama lembaga pendidikan yang diakui pemerintah.17 Madrasah Aliyah merupakan pendidikan formal yang memberikan pengetahuan umum dengan perspektif keIslaman. Sebagai lembaga pendidikan formal Madrasah Aliyah ada yang diselenggarakan oleh pemerintah berupa Madrasah Aliyah Negeri dan ada juga yang dikelola pihak swasta atau masyarakat dimana Madrasah Aliyah tertentu sesuai dengan yayasan atau pengelola Madrasah Aliyah.18Madarasah identik dengan lembaga pendidikan Islam yang harus mempertahankan mutu pendidikan Agama
yang
menjadi
cirri
khasnya,
disisi
lain
dituntut
untuk
menyelenggarakan umum secara baik dan berkualitas sejajar dengan sekolahsekolah umum. Pada awalnya Madrasah Aliyah mempunyai 5 jurusan yakni: IPA, IPS, Bahasa, Agama/ Syariah dan Peradilan Agama/ Qadlo. Akan tetapi, dewasa ini Madrasah Aliyah memiliki jurusan yang terdiri dari: Fisika, Agama, Biologi, ilmu Pengetahuan Sosial, dan ilmu Pengetahuan dan kebutuhan masyarakat
yang mengarah kepada hal tersebut, sehingga
Madrasah Aliyah lebih banyak diminati oleh masyarakat.19
17
Tim Media Wacana Press,UU No.23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,(Yogyakarta: Media Wacana Press,2003), hal.16. 18 Khozim, Manajemen Pemberdayaan Madrasah, Percikan Pengalama Riset Aksi Partisipasi di Aliyah, (Malang: UMM Press, 2006), hal. 4. 19 Rodliyah, op, cit. hal. 20.
28
2.
Dasar danTujuan Madrasah Aliyah Ada beberapa dasar Pendidikan Madrasah diantaranya keputusan Menteri Agama Nomor. 1 Tahun 1952, yang berisikan klasifikasi dan penjenjangan pendidikan Madrasah berdasarkan keputusan itu, pendidikan Madrasah dilaksanakan dalam 3 tingkatan yaitu tingkat dasar 6 tahun, tingkat menengah 3 tahun, tingkat menengah atas 3 tahun. Dalam peratutan ini disebutkan juga bahwa di ketiga tingkat Madrasah tersebut minimal harus mengajarkan 3 mata pelajaran akademik yang diajarkan di sekolah umum dan mengikuti standar kurikulum Departemen Agama.20 Adapun Tujuan pendidikan Madrasah yaitu sasaran yang hendak dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, tujuan adalah dunia cita yaitu suasana ideal yang ingin diwujudkan sebekum masuk pada tujuan pendidikan madrasah, penulis akan menulis tentang tujuan pendidikan islam terlebih dahulu. Seperti tujuan pendidikan islam yang dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis, dimana kerangka dasarnya termuat dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti halnya dasar pendidikan, maka tujuan pendidikan Islam juga identik dengan tujuan Islam itu sendiri.Sejalan dengan tujuan tersebut maka filosofis pendidikan Islam bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia mengabdi Allah.Tujuan ini hanya dijadikan dasr dalam merumuskan tujuan pendidikan
20
Fatah Syukur, http//Critaedukasi, Blogsport, Com/2010/01. Madrasah-dan-PeranMasyarakat-html. (januari 23 2010)
29
Islam, sehingga secara operasaional akan diperoleh tujuan yang lebih konkret.21 Madrasah sebagaimaan tertuang dalam pasal 17 (2) UU Sisdiknas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UU Sistem Pendidikan Nasional. Hal itu sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang mempunyai fungsi yang sama dengan satuan pendidikan lainnya terutama dalam mengembangkan kemmpuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan produktif sebagai anggota masyarakat Indonesia yang berbhineka.22 Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Madrasah tidak lepas dari tujuan pendidikan Islam yang juga sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional, dimana tujuan pendidikan Madrasah adalah mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang pada akhirnya adalah memiliki tujuan yang sama yaitu menjadi pengabdi diri kepada Allah SWT.
21
Jalaudin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 79. AR. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta :Rineka Cipta, 2000), hal.149.
22
30
3.
Kurikulum di Madrasah Aliyah Kurikulum adalah rencana progam pengajaran atau pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.23 Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam Sistem Pendidikan Nasional.Kurikulum berfungsi sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kemampuan dan hasil belajar serta car ayang digunakan sebagaai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum diperlukan untuk membantu para guru dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan dari berbagai bahan kajian dan pelajaran yang diperoleh siswa sesuai dengan jenjang dari satuan pendidikan termasuk Madrasah Aliyah. Stuktur kurikulum Madrasah Aliyah menuat jenis-jenis mata pelajaran dan penjatahan waktu yang dialokasikan bagi setiap mata pelajaran sebagaimaana yang termuat dalam kurikulum Madrasah Aliayah yang 1 jam pelajarannya adalah 45 menit. Muatan pelajaran-pelajaran pada kurikulum Madrasah Aliyah dengan memperbanyak muatan pendidikan agam Islam dengan pendalaman yang lebih khusus atau terperinci seperti Aqidah Akhlak, Al-Quran Hadist, Fiqih, SKI dan Bahasa Arab. Dengan adanya Madrasaah lebih membentuk siswa yang berkarakter Agamis atau tidaknya lebih memiliki sikap yang
23
Arief Furchan, Tranformasi Pendidikan Islam di Indonesia,(Yogyakarta: Gama Media, 2004), hal. 87.
31
berakhlakul Karimah dibandingkan dengan siswa yang berada di sekolah menengah umum atau menegah kejuruan.24Di madrasah Aliyah pelaksanaan pemebelajaran dituangkan dalam bentuk kegiatan kulikuler dan ekstakulikuler.Kegiatan kulikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan sesuia dengan struktur kurikulum, ditujukan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai dengan bidang keahliannya. Kegiatan kulikuler dilakukan melalui kegiatan pembelajaran terstruktur sesuai dengan struktur kurikulum. Sedangkan ekstra-kulikuler merupakan kegiatan diklat di luar jam yang tercantum pada struktur kurikulum. Kegiatan ekstra-kurikuler ditujukan untuk mengembangkan bakat dan minat serta memantapkan pembentukan kepribadian peserta didik.25 Disamping bentuk pembelajaran tersebut Madrasah Aliyah yang sekarang ini menggunakan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi yang dirancang
untuk
mengantisipasi
kebutuhan
kompetensi,
kemampuan
kreativitas dan komunikasikan menjadi sangat penting, kemampuan tersebut diperjelaskan dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dan bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang etis atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses
24
Depag, Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 1998, Landasan, Progam dan Pengembangan, (Jakarta : Departemen Agama,1997), hal. 7. 25 Rodliyah, Op.Cit, hal. 22.
32
pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.26
26
Muhammad Nuh, Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Cet.-1 ( Jakarta : Media Kreatif, 2013), hal. 2.