BAB II BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA
A. Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Bimbingan pada dasarnya proses bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu mencapai perkembangan diri yang optimal. Pengertian bimbingan banyak dikemukakan oleh para ahli seperti W. S. Winkel (1985 : 17) mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup. Selain definisi di atas, Shertzer & Stone (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengemukakan bahwa ‘Guidance is the process of helping individual to understand themselves and their world’. Moh. Surya (1988 : 36) memberikan definisi yang lebih lengkap bahwa: Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Hampir senada dengan pendapat Moh. Surya di atas, Prayitno (1987 : 35) mengemukakan bahwa : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu : (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.
13
14
Selanjutnya Moegiadi (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengungkapkan bahwa : Bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal : memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan. Definisi yang lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan di sekolah ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh Miller (Moh. Surya, 1988 : 36) bahwa ‘bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk melakukan penyesuaian diri sendiri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan masyarakat’. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa : (a) bimbingan merupakan bantuan yang diberikann kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, (b) yang bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola kebiasaan yang dimaksudkan adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya serta bagaimana individu tersebut memiliki kebiasaan-kebiasaaan yang positif di lingkungan sekitarnya.
15
2. Pengertian Bimbingan Belajar Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran (Syaodih, 2004 : 240). Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah besar, diantaranya mengenai masalah kebiasaan. Prayitno dan Erman Amti (2004 : 280) mengemukakan masalah belajar bahwa “...bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya”. Menurut Burton (Abin Syamsudin, 2000 : 307) bahwa seorang siswa dapat dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar apabila siswa yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuantujuan belajarnya. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya), intelegensi, dan bakat. Siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam siswa berprestasi kurang. Siswa yang berprestasi kurang ini diantaranya dapat disebabkan oleh kebiasaan belajar siswa yang bersangkutan kurang baik. Bimbingan belajar (Prayitno, 2004 : 279) merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak
16
selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai. Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memcahkan masalah-masalah akademik (Nurihsan, 2003 : 20). Masalah-masalah akademik meliputi : pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. Bimbingan belajar (Winkel, 1997 : 140) merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara-cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar juga diartikan sebagai proses pemberian bantuan terhadap siswa untuk dapat belajar secara optimal dan dapat memenuhi tuntutan setiap mata pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang baik setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan bakat, minat yang dimiliki masing-masing siswa. Menurut Munandar (1999) bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian
bimbingan
mengembangkan
dari
suasana
pembimbing
belajar
yang
kepada kondusif
siswa dan
dengan
cara
mengembangkan
keterampilan serta kebiasaan belajar agar mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
17
Tujuan umum layanan bimbingan belajar bagi siswa adalah tercapainya penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Secara khusus, program bimbingan belajar diarahkan untuk membantu siswa memahami potensi maupun kelemahan diri, memiliki kebiasaan belajar yang baik, mampu memecahkan masalah belajar dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Cece Rakhmat (1997 : 35) yang mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan dari guru pembimbing terhadap siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini, bimbingan belajar yang diberikan bagi siswa adalah bimbingan yang dilakukan dengan maksud mengembangkan kebiasaan belajar yang positif sehingga siswa dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. 3. Kedudukan Bimbingan Belajar dalam Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dan terpadu dalam proses pembelajaran di sekolah, maka keberadaan bimbingan dan konseling diperlukan. Ketercapaian pendidikan bukan hanya ditentukan oleh faktor akademis saja, namun menyangkut semua aspek kepribadian siswa. Bimbingan dan konseling menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja (1993 : 46) : Suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar dapat kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri
18
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli yang dibimbing dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki, sehingga individu tersebut memiliki tanggung jawab, baik pada dirinya sendiri maupun lingkungannya. Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangn siswa, bimbingan dapat diklasifikasikan menjadi 4 bidang, yaitu : (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan sosial-pribadi, (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga (Syamsu Yusuf, 2006 : 37). Bidang bimbingan belajar oleh penulis dianggap sangat penting dikarenakan siswa lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya di sekolah dibandingkan dengan di rumah. Di sekolah siswa dapat lebih terfokus untuk memahami pelajaran karena siswa dapat bertanya langsung kepada guru apabila mengalami kesulitan. Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah belajar (Syamsu Yusuf, 2006 : 37). Bimbingan belajar membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, penyesuaian akademis dan pencapaian standar kompetensi. Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesultian belajar. Para pembimbing membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara
19
belajar efektif, mengembangkan kebiasaan belajar yang positif, membantu siswa agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan
pendidikan.
Dalam
bimbingan
belajar,
pembimbing
berupaya
memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. 4. Tujuan Bimbingan Belajar Abin Syamsudin (2000 : 277) mengungkapkan tujuan dari layanan bimbingan adalah agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal. Sedangkan layanan bimbingan belajar sendiri bertujuan untuk membantu dan membekali individu (peserta didik) agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar yang positif agar mencapai prestasi yang optimal. Secara umum, tujuan bimbingan belajar (Muhibin Syah, 2004 : 23) adalah tercapainya penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Secara khusus, tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut: a.
Siswa dapat memahami dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan dan kelemahan diri. Hal ini dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya. Menurut Munandar (1999 : 98) rasa aman dapat tercipta jika guru dapat menerima siswa sebagaimana adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya dan tetap menghargainya. Guru seyogianya memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan diri dalam situasi siswa dengan melihat dari sudut pandang siswa.
20
b. Siswa memiliki keterampilan belajar, misalnya keterampilan untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan. Siswa-siswa berharap harus diperkenalkan dan dilatih pada situasi permasalahan atau persoalan yang rumit yang harus siswa alami agar dapat memberi pertimbangan dan menemukan penyelesaian yang paling tepat. c.
Siswa mampu memecahkan masalah belajar, misalnya bagaimana cara menyelesaikan
persoalan
secara
kreatif,
tidak
cukup
untuk
hanya
mengemukakan macam-macam gagasan atau menghasilkan sejumlah kemungkinan penyelesaian masalah. Untuk dapat membuat pilihan, siswa harus mempunyai alasan dan patokan yang relevan untuk menilai pilihan yang terbaik. d. Terciptanya suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Kondisi lingkungan yang dapat memupuk kemampuan siswa yaitu terlebih dahulu guru memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan diri dalam situasi dan sudut pandang siswa. e.
Siswa memahami lingkungan pendidikan. Adanya bimbingan belajar, diperoleh manfaat bagi siswa maupun pengajar
atau konselor sekolah. Bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman dan efektif, dapat mereduksi dan mengatasi terjadinya kesulitan belajar dan dapat meningkatkan keberhasilan belajar. Bagi pengajar maupun konselor sekolah adalah dapat membantu untuk lebih menyesuaikan materi pembelajaran atau materi bimbingan dengan keadaan
21
siswa, dapat memahami dan memperhatikan siswa sebagai pribadi yang utuh serta memudahkan pengajaran dalam memahami karakteristik siswa. 5. Program Bimbingan Belajar a. Definisi Program Bimbingan Program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Faktor-faktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek-aspek tujuan, jenis kegiatan, personel, waktu, teknik, atau strategi, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya (Suherman, 1989 : 8). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan program bimbingan, sebagai berikut. 1. Karakteristik peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling; 2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan; 3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan; 4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan; 5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan; 6. Ketersediaan tenaga professional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. b. Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Program Program bimbingan berisikan mengenai sejumlah kegiatan bimbingan. Suatu program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program bimbingan yang dikembangkan merupakan pedoman bagi tenaga
22
pembimbing sehingga pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, efisien, serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses, maupun hasil. Program bimbingan yang disusun secara baik dan matang memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapatkan layanan maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang melaksanakannya. Ciri-ciri program bimbingan yang baik adalah seperti yang dikemukakan oleh Miller (Suherman dan Sudrajat, 1998 : 23), sebagai berikut. 1. Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa. 2. Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa. 3. Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur petugas. 4. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis. 5. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf pelaksana. 6. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. 7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan. 8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa. 9. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat. 10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu sendiri, kemajuan siswa yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan, keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya.
23
11. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal: a) Pelayanan kelompok dan individual. b) Pelayanan yang diberikan oleh berbagai guru pembimbing. c) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif. d) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling. e) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan. f) Pemberian konseling umum dan khusus. c. Fase-fase dalam Pengembangan Program Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah, menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995 : 55-61) ada empat fase, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) perancangan (designing), (3) penerapan (implementing), dan (4) evaluasi (evaluating). 1) Perencanaan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah: (a) identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), (b) isi pokok program (tujuan dan ruang lingkup program), (c) organisasi program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan). Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi tentang kebutuhan siswa.
Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini
adalah menyangkut: (a) penempatan dan pengembangan staf, serta (b) penyediaan dan fasilitas.
24
2) Perancangan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah menyangkut aspek-aspek berikut. a) Kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan? b) Siapa saja yang harus diberi layanan: apakah semua siswa dengan pendekatan pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan kuratif? c) Keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing: mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan informasi dengan mempertimbangkan prioritas tertentu? d) Bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu mendukung program pengajaran? 3) Penerapan Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksana dengan baik. 4) Evaluasi Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di masa yang akan datang.
25
d. Jenis-Jenis Layanan dalam Program Berdasarkan jenis layanan, dalam bimbingan dan konseling dibedakan empat jenis layanan utama, yaitu: 1) Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu para siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilanketerampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya pada aspek akademik atau belajar. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya secara optimal. 2) Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan responsif sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bidang
akademik atau
belajar. 3) Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang memberikan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar (a) memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya yang menyangkut akademik atau belajar; (b) dapat belajar memantau dan memahami perkembangan
26
dirinya, dan (c) dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara pro-aktif. 4) Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990). Ketiga komponen program di atas (layanan dasar bimbingan, layanan responsif, dan layanan perencanaan individual), merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada para siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaraan perkembangan siswa. Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaaraan ketiga program layanan di atas. Program layanan bimbingan kebiasaan belajar ini lebih difokuskan pada pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan oleh siswa SMP kelas VII dalam aspek akademik atau belajar. Oleh karena itu program dibuat dengan lebih mengutamakan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan pada siswa SMP kelas VII sebagai upaya penanganan secara preventif melalui layanan responsif. Strategi layanan responsif dilakukan melalui: 1) Konseling individual dan kelompok Bimbingan dan konseling kelompok merupakan bantuan yang diberikan pada konseli melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok memungkinkan
27
setiap konseli (anggota kelompok) berbagi informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran (Juntika Nurihsan, 2005 :17). 2) Referal (rujukan atau alih tangan) Apabila konselor kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak yang lebih berwenang. 3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik, memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan. 4) Kolaborasi dengan orang tua Konselor perlu melakukan kerjasama dengan orang tua, karena proses bimbingan tidak hanya terjadi di sekolah saja tetapi juga di rumah. 5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah Konselor perlu menjalin kerja sama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan. 6) Konferensi kasus Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah peserta didik.
28
7) Kunjungan rumah Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya.
B. Kebiasaan Belajar Tujuan utama dari program pembelajaran di sekolah adalah untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa. Tetapi dalam pencapaian hasil belajar tersebut, tidak semua siswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya karena dalam pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi siswa. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekstern (luar) dan faktor intern (dalam). Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau dari lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri termasuk di dalamnya kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajar merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi siswa dalam pencapaian hasil belajarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan merupakan cerminan
perilaku
seseorang
dalam
merespon
sesuatu
berdasarkan
pemahamannya, suasana hati untuk melakukan atau tidak melakukan, menolak atau menerima sesuatu dalam belajar. Jika kebiasaan siswa itu positif yaitu memiliki kecenderungan mau belajar dimungkinkan hasil belajarnya akan maksimal, dan sebaliknya apabila siswa cenderung memiliki kebiasaan yang negatif atau kurang baik maka dimungkinkan hasil belajar siswa tersebut akan kurang maksimal.
29
1. Pengertian Kebiasaan Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan individu dalam menghadapi situasi atau kondisi tertentu disebut kebiasaan. Dalam proses pembentukan kebiasaan siswa tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu ditampilkan, seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan Pusat Kurikulum (2005 : 3) menyebutkan pembiasaan adalah “proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif menetap artinya sudah menjadi kebiasaan. Pengalaman yang berulang-ulang adalah pengalaman yang dibentuk melalui proses pembelajaran, bukan merupakan hasil kematangan atau proses pemaksaan, proses pembelajaran ini akhirnya sampai pada tahap otonomi (kemandirian). Tahap otonomi berarti sikap dan perilaku tersebut sudah menjadi bagian dari diri individu itu sendiri (internalisasi) yang ditandai dengan munculnya rasa bersalah (guilty feeling) apabila melakukan pelanggaran, berani menyatakan pendapat secara tegas (asertif) apabila situasi atau kondisi tersebut tidak sesuai dengan keyakinan dan perasannya maka individu dengan tegas bisa menolak atau mengatakan “tidak” dan akan mengatakan setuju apabila sesuai dengan perasaan dan keyakinannya, mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan yang matang dari diri sendiri, tanpa adanya intervensi dari pihak lain.
30
Kebiasaan merupakan perilaku individu yang selalu ditampilkan apabila individu tersebut menghadapi suatu situasi atau kondisi tertentu, maka kebiasaan ini perlu dibentuk melalui kegiatan pembiasaan. Pusat Kurikulum dalam buku Pedoman Pembiasaan SMP/MTs (Sularti, 2008 : 22) menyatakan ada 4 bentuk kegiatan pembiasaan : a.
Rutin : yaitu kegiatan yang dilakukan secara reguler baik di kelas maupun di luar kelas, di rumah ataupun di masyarakat. Seperti kebiasaan shalat, kebiasaan senam, pemeriksaan kesehatan, pergi ke perpustakaan, kebiasaan sebelum belajar, dan lain sebagainya dengan tujuan agar siswa memiliki kebiasaan yang baik.
b. Spontan : yaitu kegiatan melatih siswa terbiasa secara spontan bersikap baik kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja seperti tidak tergantung waktu dan tempat seperti memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, menolong teman yang sakit, bertanya secara baik, dan lain sebagainya. c.
Teladan : kegiatan yang mengutamakan pemberian contoh dan teladan kepada siswa, seperti datang tidak terlambat, berpakaian rapih, menggunakan bahasa yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik sesuai dengan norma yang ada.
d. Terprogram : kegiatan yang direncanakan dan diprogramkan secara berkala seperti seminar, kunjungan ke panti, aneka lomba, bazaar dan sebagainya. Tujuan dari kegiatan Pembiasaan menurut Pusat Kurikulum (Sularti, 2008 : 22) secara umum bertujuan untuk “Mengembankan potensi peserta didik secara
31
optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan menjawab berbagai tantangan dari dalam diri dan juga lingkungan secara adaptif dan konstruktif”. Selanjutnya menurut Prayitno (2004 : 19) kebiasaan adalah : Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu, kebiasaan ini dapat terwujud dalam tingkah laku nyata seperti memberi salam, tersenyum, ataupun yang tidak nyata seperti berpikir, merasakan, dan bersikap. Sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan sosial, mengikuti aturan, belajar serta sikap dan kebiasaan dalam menghadapi kondisi tertentu seperti : jatuh sakit, menghadapi ujian, bertemu guru atau orang tua dan juga ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan dan lain sebagainya. Contoh siswa yang selalu datang tepat waktu, kemudian pada suatu hari terlambat, maka siswa tersebut merasa dirinya bersalah dan dengan tegas mampu mengutarakan alasannya terlambat dengan penuh tanggung jawab dan meminta maaf tanpa adanya intervensi dari pihak lain untuk membuat alasan yang direkayasa. Paparan mengenai kebiasaan yang dijelaskan di atas dapat membentuk kebiasaan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya dan menjadikan “aktivitas kehidupan” sehari-hari, kehidupan pribadi seperti : makan, minum, tidur, shalat, berdoa, belajar, mengikuti aturan, tata tertib dan norma-norma dan aktivitas lainnya. 2. Pengertian Belajar Belajar merupakan inti kegiatan individu sejak dalam kandungan hingga menutup mata (life-long learning) belajar sepanjang hayat. Hal ini dipertegas oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2002 : 46). Life-long learning adalah proses dan aktivitas yang terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari karena dia selalu diperhadapkan
32
kepada lingkungan yang selalu berubah yang menuntut dia harus menyesuaikan, memperbaiki dan mengubah perilaku untuk dapat merespon dan mengendalikan lingkungan secara efektif. Paparan mengenai life-long learning diatas dapat menjadikan strategi utama dalam pengembangan perilaku efektif individu, karena dengan melalui belajar individu dapat memperoleh pengalaman yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang terus berkembang mengikuti perkembangan jaman, individu dituntut untuk terus memperbaharui pengetahuannya melalui belajar. Belajar menurut Ngalim Purwanto (1992 : 84) adalah “suatu perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang relatif menetap”. Sementara belajar menurut Suparno, S. A. (2001 : 2) “merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan dari hasil kegiatan meniru, ganjaran, penguatan, dan pengalaman yang bersifat relatif menetap”. Dari berbagai pendapat mengenai belajar maka dapat diartikan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari kegiatan meniru, latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan yang sifatnya positif seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dan perubahan yang dapat disebut sebagai hasil belajar adalah perubahan yang bergerak ke arah positif atau ke arah yang lebih baik. 3. Pengertian Kebiasaan Belajar Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang
33
yang terbiasa belajar setelah sholat maghrib sampai dengan larut malam, maka ia akan melakukannya setiap hari, tanpa memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh. Kebiasaan belajar menurut Syamsu Yusuf, L. N (2006 : 116) adalah “perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar”. Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajeg dari waktu-kewaktu dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di sekolah, di rumah maupun bersama teman. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang telah dikuasai untuk melakukan studi. Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu menjadi terbiasa sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar. Kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang positif atau baik dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik. Kebiasaan belajar yang positif akan membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran. Sedangkan
34
kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik akan mempersulit peserta didik untuk memahami materi pelajaran. 4. Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar Menurut Chaniago (2007 : 72) kebiasaan adalah sesuatu yang dikerjakan berulang-ulang. Sedangkan menurut Surya (1992 : 28) kebiasaan adalah suatu cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk suatu masa tertentu. Tingkah laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi karena sifatnya sudah relatif menetap. Menurut Sulaeman (1984 : 70) kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara-cara atau teknik-teknik yang mantap yang dilakukan siswa pada waktu ia menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut. Konstruk kebiasaan belajar dalam penelitian ini menganut pada konstruk Dadang Suleman (1984). Aspek-aspek kebiasaan belajarnya yaitu: 1) Kebiasaan siswa sebelum belajar. a) Menyiapkan PR/Tugas. b) Menyiapkan perlengkapan sekolah. c) Menyiapkan mental. d) Menyiapkan fisik. 2) Kebiasaan belajar siswa diwaktu senggang. a) Pemanfaatan waktu istirahat. b) Pemanfaatan waktu jam pelajaran kosong. c) Menggunakan waktu luang saat di rumah atau saat libur.
35
3) Kebiasaan belajar bersama teman. a) Kemampuan mengendalikan diri. b) Aktivitas dalam belajar bersama. c) Menerima/menolak pendapat teman. 4) Kebiasaan belajar di kelas. a) Sebelum pelajaran dimulai. b) Saat pelajaran berlangsung. 5) Kebiasaan siswa dalam belajar kelompok. a) Tanggapan terhadap pendapat teman. b) Kehadiran dalam kelompok belajar. c) Aktivitas dalam kelompok belajar. 6) Kebiasaan belajar di rumah. a) Belajar di rumah. b) Belajar dengan bantuan kakak/orang tua. 5. Karakteristik Kebiasaan Belajar Sularti (2008 : 90-92) mengemukakan aspek-aspek perilaku yang termasuk dalam kebiasaan belajar yang baik antara lain menyiapkan alat, mental, dan fisik saat akan belajar, baik belajar di rumah atau di sekolah, memanfaatkan waktu luang untuk menambah ilmu pengetahuan, belajar kelompok, memperhatikan saat guru menerangkan mata pelajaran di kelas, berkontribusi dalam diskusi kelompok, serta memiliki jadwal belajar di rumah. Siswa yang telah menyiapkan alat, mental, dan fisiknya sebelum berangkat ke sekolah, jika dibiasakan akan menyebabkan siswa terhindar dari kehilangan
36
konsentrasi saat belajar. Akibatnya, siswa membiasakan diri untuk selalu konsentrasi saat belajar, meskipun jam pelajaran yang terakhir. Akan tetapi, jika siswa tidak menyiapkan alat, mental, dan fisik sebelum ke sekolah, kemungkinan siswa tersebut akan sulit konsentrasi saat belajar atau bisa jadi tugas yang seharusnya dikumpulkan tertinggal di rumah, karena tidak dipersiapkan terlebih dahulu. I Nengah Konten (2009 : http://www.balipost.com/mediadetail.php) mengemukakan bahwa kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan oleh siswa, dengan mempedomani asas-asas sebagai berikut: a.
Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri kalau mungkin.
b.
Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk rekreasi.
c.
Tidak bersaing dengan penganggu-penganggu perhatian.
d.
Melakukan aktivitas belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran pada waktu yang sama setiap hari.
e.
Tidak belajar dalam posisi terlalu santai.
f.
Tidak melakukan hal lain ketika belajar.
g.
Menggunakan waktu yang cukup untuk belajar.
h.
Segera memulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.
i.
Tidak terlalu banyak beraktivitas di luar pelajaran.
j.
Membuat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.
37
k.
Mencari kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih pengetahuan yang baru.
l.
Pada awal setiap mata pelajaran, mengusahakan memperoleh gambaran menyeluruh mengenai isinya.
m. Mencurahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai sesuatu, dan selalu ingin belajar. n.
Melatih kebiasaan untuk belajar tuntas.
o.
Memperhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar Kebiasaan belajar dapat terwujud dan dilaksanakan siswa dalam kaitannya
dengan aktivitas kehidupan yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, kebiasaan belajar ini tidak muncul dengan sendirinya melainkan dikondisikan dan dibentuk melalui berbagai kegiatan baik melalui pengalaman, latihan dan belajar, yang dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran. Pengalaman dan latihan itu disengaja dan disadari, atau merupakan proses belajar sampai dengan tercapainya kematangan dan kemantapan dalam mengambil keputusan dan rencana masa depan, perubahan itu terjadi karena adanya proses pembelajaran, dalam pembentukan kebiasaan dengan melalui pembelajaran ini individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor luar individu (ekstern) dan faktor dalam individu itu sendiri (intern). Sejalan dengan yang diungkapkan Syamsu Yusuf (2004) bahwa kebiasaan belajar dapat dipengangaruhi oleh faktor interen dan ekstern dan dapat
38
dikembangkan melalui latihan, pemahaman, perasaan dan keyakinan tentang manfaat belajar. Sularti (2008 : 33-35) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut. a.
Sikap guru. Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususya pada anak-anak yang kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas.
b. Keadaan ekonomi orang tua. Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki buku lembar kegiatan siswa (LKS), dan kesulitan belajar di rumah karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapan belajarnya. c.
Kasih sayang dan perhatian orang tua. Siswa malas pada umumnya berasal dari keluarga yang broken home, orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak tiri, sehingga orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anaknya, anak merasa diterlantarkan, disia-siakan, merasa bahwa dirinya tidak berarti.
d. Layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing dianggap kurang dapat memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Hal ini akibat dari keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus menangani 875 siswa, seharusnya satu guru pembimbing menangani 150-225 siswa sebagaimana
39
telah dijelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (2002 : 17), keterbatasan sarana, dan dorongan dari para pemegang kebijakan sekolah. Faktor
dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai
berikut. a.
Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita-cita atau harapan.
b. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas atau membolos dapat disebabkan siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung, mudah marah, dan mudah putus asa. c.
Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong sekedar menutupi kekurangannya.
d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus. 7. Cara-Cara untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang dikemukakan oleh Novita (2005 : 29) yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan.
40
a. Menyusun Rencana Belajar Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa. Manfaat rencana belajar yang baik menurut Hamalik (Subroto, 2004 : 24) adalah (1) menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis; (2) menjadi pendorong dalam belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada waktunya; (3) menjadi alat bantu dalam belajar; (4) rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai di mana tujuan belajar siswa tercapai, sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya. b. Menyusun Jadwal Belajar Menyusun jadwal belajar pada umumnyya adalah belajar sedikit demi sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu mengikuti pelajaran dan praktik (kalau ada) di sekolah serta belajar di luar pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh dari yang diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit.
41
c. Penggunaan Waktu Belajar Penggunaan waktu siswa ada dua hal, yaitu: (1) penjatahan waktu untuk masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masingmasing pelajaran. Selain itu waktu belajar juga perlu diperhatikan karena setiap siswa ada yang suka belajar pada siang, sore, atau malam hari. Untuk itu hendaknya penggunaan waktu diatur seefisien mungkin sesuai dengan keadaan masing-masing; (2) menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran akan dapat dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah dianjurkan. Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan pelajaran sambil menyempurnakan dan melengkapi. d. Teknik Belajar Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa. Menurut Suryabrata (1989 : 56) hal-hal yang bersifat umum adalah cara mengikuti pelajaran. Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran.
42
Menurut Hamalik (1990 : 37-39) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut : (1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut; (2) mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan esok harinya; (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung; (4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang halhal yang dianggap masih kurang jelas; (5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena akan mengganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman; (6) mencatat persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal-hal yang belum dipahami untuk dipelajari di rumah dari buku bacaan; (7) bila pelajaran telah berakhir dan guru memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila tugas tersebut belum dipahami apa maksud dan isi tugas, maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan. Setelah sampai di rumah, kerjakanlah tugas-tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaannya itu tepat pada waktunya; (8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada masing-masing siswa. Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah. Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas dua macam kegiatan yaitu : (1) mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau bahan terdapat dimana-mana, namun tempat yang paling lengkap sumbernya
43
adalah perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum. Untuk menemukan bahan bacaan di perpustakaan diperlukan informasi tertentu agar sumber bacaan yang diperlukan cepat ditemukan. Misalnya untuk buku perlu diketahui nama pengarang dan judul buku. Belajar di perpustakaan dapat dilakukan pada waktu luang, misalnya pada waktu istirahat; (2) membuat catatan atau ringkasan, seorang siswa yang belajar dari sumber bacaan tertentu sebaiknya membuat catatan atau ringkasan mengenai hal-hal yang telah dibacanya. Keuntungan dengan dibuatnya ringkasan adalah siswa lebih meresap akan apa yang dipelajarinya dan juga siswa dapat langsung membaca ringkasannya apabila ia ingin mempelajari isi bahan bacaan kembali (Suryabarata, 1989 : 74); (9) bertanya dan diskusi, untuk dapat lebih meresapkan apa yang dipelajari serta mengetahui apakah penangkapan isi yang dipelajari betul, maka siswa perlu mengkomunikasikan dengan orang lain, dalam hal ini adalah teman dan guru. Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting sebagai bukti telah belajar adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tanpa memikirkan bahwa dapat mengajukan pertanyaan juga merupakan bukti bahwa orang itu tahu apa yang dipersoalkan (Suryabrata, 1989 :76). Dengan bertanya atau menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang sangat penting supaya dapat berpatisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. e. Konsentrasi Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran.
44
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan. Kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperoleh sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur. Konsentrasi seseorang pun dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsenttasi dalam mempelajari materi pelajaran. Oleh karena itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat. f. Disiplin Belajar Menurut Gie (1980 :15) disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar.
45
Disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil. Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari. Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain berbeda. Oleh karena itu, guru ataupun guru BK di sekolah hendaknya dapat memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa-siswanya. Penggunaan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil. Menurut Sunarja (1989 : 13) kebiasaan belajar siswa merupakan perilaku yang berulang kali dilakukan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar tidak muncul seketika, akan tetapi berawal dari kebiasaan sebelumnya dan berkembang terus dalam proses belajar yang dialami siswa. Timbulnya kebiasaan belajar tertentu pada diri siswa menurut Crow and Crow (Sunarja, 1989 : 14), dengan menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar tersebut, yaitu:
46
a. Sikap belajar Sikap belajar ini merupakan sikap terhadap guru dan pendidikan yang diberikan kepada siswa, dan muncul dari pengalaman belajar. Jika siswa mengalami pengalaman belajar dengan gurunya di sekolah secara baik, maka hal itu memunculkan sikap positif terhadap guru dan pendidikan di sekolah. Sikap tersebut mendorong siswa untuk melakukan kebiasaan belajar yang efektif dan positif, sehingga memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal. Sebaliknya, bila terjadi pengalaman belajar yang kurang menyenangkan siswa, maka sikap belajar yang negatif akan muncul. Keadaan demikian menyebabkan siswa melakukan kebiasaan belajar yang kurang efektif sehingga prestasi belajarpun akan menurun. b. Kelelahan dalam belajar Kelelahan
itu
dapat
terjadi
karena kondisi
belajar
yang tidak
menyenangkan antara lain lampu belajar yang suram, udara di ruang belajar lembab, siswa mengalami gangguan emosi, dan adanya kebosanan karena bahan dan situasi belajar-mengajar tidak menarik. Jika keadaan lelah itu terus-menerus berlangsung, maka kemungkinan kebiasaan belajar negatif akan muncul. c. Kurang kemampuan memusatkan perhatian Keadaan ini mungkin menimbulkan kebiasaan belajar yang kurang baik. Sebab, ketidakmampuan memusatkan perhatian menyulitkan siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Akibatnya mungkin timbul kebiasaan menunda tugas, metode belajar atau bekerja yang tidak efisien, malas belajar, suka bolos dan sebagainya.
47
d. Pengaruh-pengaruh yang mengganggu konsentrasi Pengaruh-pengaruh tersebut cukup banyak, seperti lokasi sekolah dekat pasar, keadaan gaduh karena suara-suara yang mengganggu konsentrasi belajar siswa, dan bunyi kendaraan yang lalu lalang. Demikian juga guru tidak dapat mengajar dengan tenang, sehingga menimbulkan ketegangan emosional seperti lekas marah-marah.
C. Program Bimbingan Belajar untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar Siswa Miller (Dina, 2008 : 44) mengemukakan bimbingan adalah suatu proses untuk membantu individu dalam memahami dirinya agar mampu membuat pilihannya dan membentuk tingkah laku untuk dapat mengarahkan tujuannya atau memperbaiki dirinya. Bimbingan ditujukan kepada individu normal yang mengalami permasalahan atau kesulitan dalam hidupnya, kurang mampu memahami dirinya, sehingga sulit untuk membuat keputusan. Bimbingan belajar pada siswa ini merupakan salah satu upaya pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa tersebut dapat memahami dan mengarahkan dirinya dalam pengembangan kebiasaan belajar yang positif yang sesuai dengan tuntutan akademik yang berlaku di sekolah. Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek kebiasaan belajar sebagai berikut.
48
a.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik secara fisik dan psikologis.
b.
Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
c.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
d.
Memliki kemampuan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dengan baik.