BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher. 1999 ). Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman.1999 ). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8 C (suhu oral atau aksila ) atau suhu rektal ( Donna L. Wong, 2003 ). B. ETIOLOGI Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik eksogen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu, terutama monosit makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus (Isselbacher, 1999 ). Selain pirogen latihan fisik yang berlebihan dapat menimbulkan panas, tetapi terdapat peningkatan kompensator dalam kehilangan panas. Aliran darah melalui kulit meningkat mengarah pada terjaidnya peningkatan suhu, kulit kehilangan panas utama pada latihan disebabkan peningkatan sekresi dan penguapan keringat (Sacharin, 1996 ). Peningkatan kecepatan dan pireksi / demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolisme diotak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila anak kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi ), maka elektrolitelektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior, dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan demam. Macam Demam : 1. Demam Persisten (menetap ). Keadaan demam dimana kenaikan suhunya menetap dengan variasi yang minimal 2. Demam Intermiten. Kenaikan suhunya menetap dengan variasi yang sangat luas, kalau serangan demam terjadi pada hari ke I dan II dinamakan Tertier (pada penyakit malaria ). Selebihnya hari ke III merupakan penyakit jenis limfoma. 3. Demam Remiten Suhu tubuh menurun setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai titik normal merupakan demam yang khas untuk penyakit TBC, penyakit virus, infeksi bakteri dan keadaan infeksius. TANDA DAN GEJALA Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung , anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu lebih tinggi dari 37,8° C – 40° C. Kulit hangat ,takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil / merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal : sakit kepala vertigo), keletihan,kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000 )
C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basal. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidarat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cenderung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis ( Sacharin, 1996 ). Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran logis hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin, 1996 ). Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apa bila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior akan mengalami gangguan. Pada pasien febris / demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, dan leukosit. Pada pasien febris / demam biasanya kadar Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan leukosit nya akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya,( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk-batuk ) (Isselbacher, 1999 ).
PATHWAY Agen infeksius Mediator inflamasi
Monosit / makrofag
Dehidrasi
Tubuh kehilangan cairan elektrolit
Sitokin pirogen
Mempengaruhi
Penurunan cairan intrasel dan ekstra sel
hipotalamus anterior
Aksi antipiretik
Demam(1)
Peningkatan evaporasi
pH berkurang Gg. rasa nyaman
Meningkatnya metabolik tubuh
Anoreksia
Rewel Cemas
Resiko defisit volume cairan(2) (5) Efek keluarga kurang pengetahuan Ditnadai dengan : Kelemahan Input makanan berkurang - turgor kulit menurun. - mukosa bibir kering. - konjungtiva anemis (4)Intoleransi aktivitas Resiko nutrisi kurang dari
- penurunan kesadaran kebutuhan tubuh (3) Ditandai dengan : ( BB turun, Mual, Muntah )
KONSEP TUMBANG Konsep tumbuh kembang pada anak usia sekolah menurut Denver II meliputi -
Motorik halus : Dimulainya proses kematangan pola fikir, ditandai dengan timbulnya pemikiran yang logis.
-
Motorik kasar : Lebih mampu menggunakan otot – otot kasar misal loncat tali, badminton.
-
Personal sosial : Anak sudah bisa melakukan segala aktivitas tanpa bantuan dari orang lain.
-
Bahasa : Anak menggunakan bahasa jawa dalam interaksi dengan keluarga. Dan menggunakan bahasa pergauklan dalam hubungan dengan teman sejawatnya.
D.
FOKUS INTRVENSI 1. Pengelolaan Medis Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan penggunaan
obat-obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak-anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja yang serupa dengan kerja asetaminofen
( Isselbacher, 1999 ).
2. Pengelolaan Keperawatan
Pengelolaan pada penderita febris meliputi diagnosa keperawatan dan rencana tindakan sebagai berikut : Diagnosa pertama yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan proses metabolik, dehidrasi, pemajaman pada panas matahari, yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dari 37.8° C peroral atau 38.8° C perektal. Diagnosa ini mempunyai tujuan suhu tubuh dalam batas normal
(36.5° C – 37.5°
C). Kriteria hasil yang diharapkan yaitu mempertahankan suhu tubuh pasien dalam batas normal . Intervensi yang hendak dilakukan yaitu : kaji tentang penyebab hipertermia, monitor tanda-tanda vital, berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas atau demam, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, pantau masukan dan haluaran , ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan selama cuaca hangat dan latihan, jelaskan kebutuhan untuk menghindari alkohol, kafein, dan makan banyak selama cuaca panas, hindari aktivitas di luar ruangan antara pukul 11.00 – 14.00, ajarkan tanda – tanda awal hipertermi atau sengatan panas : kulit merah, sakit kepala, keletihan, kehilangan nafsu makan, kolaborasi dalam pemberian antipiretik. Dagnosa keperwatan kedua yang muncul yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi yang ditandai dengan peningkatan penguapan / evaporasi ( Doenges,2000 ). Tujuan yang hendak dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan, defisit volume cairan dapat diatasi. Kriteria
hasil yang
diharapkan yaitu mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Intervensinya yaitu kaji masukan dan haluaran cairan, kaji tanda – tanda vital pasien, ajarkan pasien pentingnya memepertahanakan masukan yang adekuat ( sedikitnya 2000 ml / hari , kecuali terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal ), kaji tanda dan gejala dini
defisit volume cairan ( mukosa bibir kering, penurunan berat badan ), timbang berat badan setiap hari. Diagnosa keperawatan ketiga yang muncul yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan ( anreksia ) (Carpenito,1999 ). Tujuannya yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu berat badan normal,nafsu makan ada / bertambah. Intervensiyang akan dilakukan yaitu timbang berat badan pasien setiap hari, jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak, ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, pertahankan kebersihan mulut dengan baik, sajikan makanan dalam bentukyang menarik. Diagnosa keperawatan keempat yang muncul yaitu gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan ketidak mampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari – hari, meningkatnya keluhan fisik ( Carpenito, 2000; Carpenito, 1999 ). Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan intoleransi aktivitas dapat diatasi. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu klien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas keseharian. Intervensi yang akan dilakukan ialah ukur tanda – tanda vital seblum dan setelah melakuakan aktivitas, tingkatkan aktivitas perawatan diri klien dari perawatan diri parsial sampai lengkap sesuai indikas, ajarkan pasien tentang teknik penghematan energi
( menggunakan
kursi saat mandi, melakukan aktivitas dengan perlahan –lahan ), rencanakan periode istirahat sesuai jadwal harian klien, identifikasi dan dorong kemajuan klien. Diagnosa keperawatan kelima yaitu kurang pengetahuan berhubungan dngan kurangnya informasi yang ditandai dengan mengungkapkan kurang pengetahuan atau
ketermpilan atau permintaan infomasi ( Carpenito, 2000 ). Tujuannya yaitu pengetahuan kelurga tentang demam bertambah. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu keluarag menyatakan kepahamanya tentang perawatan demam dirumah. Intervensinya yaitu kaji tingkart pengetahuan tentang anak demam dan perawatannya dirumah, beri penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawayan anak demam diruamh, beri evaluasi tetang pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat, beri riward kepada orang tua atas keberhasilan menjawab yang diajukan oleh perawat