BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Percaya Diri
Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dan khawatir (Elly Risman, 2003). Menurut Psikolog W.H.Miskell (1939), percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Maslow mengatakan percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Sedangkan menurut Sigmund Freud, percaya diri adalah suatu
7
8
tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam berbuat sesuatu. Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar-benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Menurut Thursan Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses: a). Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. b). Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihannya.
9
c). Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri. d). Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya. Faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah : 1). Konsep diri Terbentuknya
kepercayaan
diri
pada
seseorang
diawali
dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. 2). Harga Diri Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempunyai harga diri
10
rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan. 3). Kondisi Fisik Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. 4). Pengalaman Hidup Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Terlebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian. 5). Pendidikan Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum (Hakim,2002). Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu
11
merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. 6). Lingkungan Hakim (2002) mengatakan keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
12
2.1.2
Peraturan Baris Berbaris (PBB)
Peraturan Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup bermasyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Maksud dan tujuan dari PBB adalah untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, selain itu secara tidak langsung juga dapat menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan. Rasa persatuan disini menekankan pada rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan proses pembinaan. PBB juga dapat melatih dan memupuk kedisiplinan yang dapat berfungsi untuk melakukan sesuatu dengan aturan. Selain itu, juga dapat menanamkan rasa tanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah menjadi beban yang harus diemban. Untuk memunculkan sikap seperti yang telah dipaparkan juga memerlukan waktu yang yang cukup dan pembinaan dilakukan secara teratur. Karena perlu adanya tingkat kebiasaan. Hal-hal itu nantilah yang hasilnya dapat menghasilkan tingkat kepercayaan diri yang baik.
13
2.1.3
Narapidana
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak jauh dari tindakan sebuah pelanggaran. Setiap pelanggaran pasti akan mendapatkan suatu sanksi sesuai dengan pelanggaran apa yang telah dilakukan. Sanksi hukum sendiri yang ada di Indonesia bermacam-macam. Hukum adat dan hukum negara, bahkan hingga hukum tertulis maupun tidak tertulis. Pelaksanaan hukuman bagi para pelanggar setelah mendapatkan putusan dari ketua adat atau hakim. Hukum di Indonesia sendiri terbentuk dari gabungan dari hukum-hukum yang ada di Indonesia. Pelanggar yang sudah mendapatkan putusan sanksi nantinya akan dimasukkan di Lembaga Pemasyarakatan untuk mendapatkan pembinaan. Keputusan yang diambil berdasakan dengan hukum pidana. Hukum pidana merupakan bagian dari hukum yang berlaku disuatu negara, yang berisi tentang aturan-aturan untuk menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai sanksi berupa pidana bagi individu yang melanggar. Di masyarakat menyebut tahanan dari tindak pidana dengan sebutan narapidana. Secara umum narapidana berarti orang yang
melakukan tindak
pidana. Berdasarkan UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Sedang pengertian terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan
14
Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab (UU No. 12 Tahun 1995 pasal 2). Dalam UU No.12 Tahun 1995 pasal 5 mengenai pembinaan. Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas : a. Pengayoman b. Persamaan perlakuan dan pelayanan c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan harkat dan martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan g.Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orangorang tertentu. Dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah individu yang dalam suatu konteks, perilakunya dianggap menyimpang dari aturan atau norma yang ada sehingga perlu diberikan suatu sanksi untuk memberikan efek jera dan merubah sikapnya dengan mendapatkan suatu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
15
2.2 Fokus Fenomena yang ada saat ini bahwa dunia luar yang sudah menganggap bahwa narapidana adalah simbol dari tindakan yang tercela dan menyimpang dari norma hukum dan masyarakat menjadi beban mental tersendiri bagi narapidana. Tidak jarang ketakutan yang sangat besar dialami narapidana ketika selesai menjalani masa tahanan. Perlu dipupuknya mental dengan mengembalikan kepercayaan diri narapidana dengan pembinaan yang terarah dan teratur untuk mengembalikan kepercayaan diri. PBB adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata hidup displin dalam masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tersebut. Dan merupakan salah satu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
maksud
dan
tujuannya
salah
satunya
adalah
untuk
mengembalikan rasa kepercayaan diri (Self Confidence) dari narapidana. Berdasarkan hal tersebut datas maka Praktek Kerja Nyata yang dilakukan oleh penulis pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya ini adalah tentang “Program Pelatihan PBB sebagai peningkatan Self Confidence pada Narapidana (NAPI) LAPAS Porong Klas I Surabaya”. Sehingga penulis dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan program pelatihan PBB terhadap meningkatkan self confidence narapidana.
16
2.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Nyata (PKN) ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 2 Juli 2012 sampai dengan 31 Juli 2012 . Kegiatan PKN dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya yang berlokasi di Desa Macan Mati Kecamatan Kebon Agung, Porong, Kabupaten Sidoarjo.
2.4 Rencana Kegiatan Tabel 1 Waktu Kegiatan minggu
Keterangan
hari
1-2
Perkenalan
Mengetahui pihak yang bersangkutan dengan
dan
kegiatan di LAPAS, mengetahui gambaran
penggalian
umum mengenai kondisi dan kegiatan di
informasi
LAPAS. Penggalian
1
2–4
Observasi
informasi
terkait
kondisi
dan
kegiatan di LAPAS dengan cara mengamati kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Menyesuaikan Mengikuti Kegiatan yang ada dalam lapas 5
dengan kegiatan
mengikuti fokus penggalian informasi. di
LAPAS 2
1–2
Wawancara
Penggalian informasi dengan menggunakan metode wawancara kepada subjek dan pihak
17
lapas yang sesuai dengan judul. 3–4
Memberikan
Penggalian informasi melalui pelatihan PBB.
pelatihan PBB Menyesuaikan Mengikuti
5
dengan kegiatan
Kegiatan
yang
diberikan
oleh
psikolog di LAPAS. di
LAPAS
3
1–4
Memberikan
Penggalian informasi melalui pelatihan PBB.
pelatihan PBB Menyesuaikan Mengikuti
5
dengan kegiatan
Kegiatan
yang
diberikan
oleh
psikolog di LAPAS. di
LAPAS
4
1–5
Konseling
Penggalian
individu
konseling secara personal terkait dengan judul.
Menyesuaikan Mengikuti 1 5
dengan kegiatan
informasi
Kegiatan
menggunakan
yang
diberikan
teknik
oleh
psikolog di LAPAS. di
LAPAS
2
Perpisahan
Perpisahan dengan penghuni dan pegawai di LAPAS.
18
2.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan judul yang diambil dalam PKN ini adalah “Program Pelatihan PBB sebagai peningkatan Self Confidence pada Narapidana (NAPI) LAPAS Porong Klas I Surabaya”. Maka penulis melakukan beberapa metode pelaksanaan kegiatan yang berfungsi untuk pengumpulan data, yaitu : a.
Metode Pemilihan Subyek Pemilihan subyek berguna untuk mempermudah penulis dalam melaksanakan
program kerja mengingat bahawa tidak memungkinkan penggunaan seluruh subyek dalam populasi. Pemilihan sample ini dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling dimana subyek mengikuti pernah dan masih mengikuti Program Pelatihan PBB. b.
Observasi Observasi dilaksanakan saat subyek mengikuti kegiatan PBB atau kegiatan
yang lainnya sehari-hari. Dilihat dari tingkah laku dan tata sikapnya. c.
Memberikan PBB (Peraturan Baris Berbaris) Program Pelatihan PBB adalah program di Lembaga Pemasyarakatan. Penulis
dalam praktek kerja nyata ikut membantu dalam memberikan pelatiahn PBB. Sesuai dengan pengalaman yang dimiliki penulis untuk memberikan variasivariasi dalam PBB. Selain itu juga sarana untuk menunjang penggalian data Praktek Kerja Nyata.
19
d.
Wawancara Wawancara merupakan interaksi yang dinamis anatara dua orang atau lebih
yang
memunculkan
komunikasi
interpersonal
antara
pihak-pihak
yang
bersangkutan, yang memiliki tujuan dan mempunyai rencana untuk fokus terhadap topik yang spesifik. Dalam PKN, penulis melakukan wawancara kepada 3 subyek narapidana dan beberapa informan yang berasal dari pembina dan pegawai Lembaga Pemasyarakatan. Metode pelaksanaan kegiatan dengan wawancara ini diharapkan dapat mengetahui emosi terdalam, keyakinan, perasaan dan perilaku subyek, sehingga memberikan jawaban sebenarnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.