27
BAB II KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA AL-QURAN DAN PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE (TGT) TEAMS GAMES TORNAMENT
A. Belajar membaca Al-Quran Istilah belajar Menurut kamus besar
bahasa Indonesia
adalah
perubahan tingkahlaku sebagai hasil latihan pengalaman atau proses perubahan tingkahlaku melalui latihan dan pengalaman dan merupakan proses pertumbuhan yang tidak disebabkan oleh proses pendewasaan biologis. Sedangkan menurut ahli bidang pendidikan H.M. Arifin belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima,menanggapi serta menganalisa bahanbahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasahi bahan pelajaran yang disajikan itu. Sedangkan menurut pendapat lainnya “Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku (baik yang bias dilihat maupun yang tidak), maka keberhasilan belajar terlertak adanya perubahan tingkah laku yang secara relative bersifat permanen. 1 Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal tidak hanya sekedar menghafal tulisan tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman, interprestasi, membaca
1
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, jakarta: kalam mulia,2001, h. 76.
28
krisis, dan pemahama kreatif.2 Agar kegiatan membaca tidak membosankan dan minat baca terus timbul pada diri anak, maka perlu keterampilan untuk membaca, yakni membaca dengan efektif dan efesien. Kiat-kiatnya pertama, persiapan diri anak sebelum mulai membaca, kedua melihat sekilas bahan bacaan sebelum anak mulai membaca, ketiga melibatkan indera yang dimiliki anak.3 Burns dkk. (1996) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan suatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan deanga anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca, membaca semakin penting dalam kehidupa masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. 4
Untuk mempelajari, memahami, serta mengamalkan ajaran islam setiap muslim terlebih dahulu harus dapat mempelajari dan dapat membaca Al-Quran deangan baik dan benar, banyak manfaat yang akan diperoleh dari kepandaian membaca Al-Quran, antara lain: a. Pandai membaca huruf Arab yang menjadi tulisan dari Al-Quran b. Ingin mengetahui arti dan makna yang terkandung dalam Al-Quran c. Dapat menghayati ajaran islam secara langsung dari sumbernya
2
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2007,
h.2. 3
Anik Pamilu,
Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Jakarta:Citra Media, 2007,
h.83. 4
Farida Rahim, Op.Cit., h.1.
29
d. Dapat melaksanakan ajaran islam untuk pribadi, keluarga dan dalam pergaulan hidup sehari-hari dengan orag banyak e. Dapat mengetahui kebenaran dan kelebihan ajaran agam islam dan agama lainya.5
B. Model Pembelajaran Kooperatif Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakankegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya ini sesuai dengan pan angan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pem belajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Triyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran 5
Agus Salim Sutompul, Urgensi pendidikan belajar membaca dan menulis Al-Qur’an anak-anak dan remaja, makalah P3M IAIN SUKA Yogyakarta, 1993, h. 25.
30
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitsi siswa dengan pengalaman sifat kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.6
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-5 yang sederajat tetapi heterogen (berbeda kemampuan dan jenis kelamin) dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknnya untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: 1. Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk maningkatkan kinerja siswa
dalam
tugas-tugas
akademik.
Beberapa
ahli
berpendapat
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan panilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
6
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 42.
31
2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dan belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian prestasi belajar secara individu maupun kelompok. Kahfi menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya 3 hal yaitu struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Masing-masing struktur smempunyai tujuan kognitif (informasi akademik sederhana) dan tujuan sosial (kerjasama dan
32
kelompok), struktur tugas (siswa menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya), serta struktur penghargaan (penghargaan diberikan berdasarkan hasil turnamen. Penghargaan berupa sertifikat atau yang lainnya).7
Menurut Nur model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang bererbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda.8
Pendekatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, yaitu: a. Ketrampilan sosial Artinya keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok
untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
b. Interaksi tatap muka Setiap individu akan berinteraksi
secara bersemuka dalam
kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. c. Pelajar harus saling bergantung positif Setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi 7
Kahfi, M.S., Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), h. 7. 8 Nur, pembelajaran kooperatif, (Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRES,2000), h. 4.
33
dan bantu-membantu. Menurut Muslimin Ibrahim, langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut:9
Tabel 1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Fase 1
Indikator Menyampaikan
Aktivitas guru tujuan Guru
dan memotivasi siswa
menyampaikan
pembelajaran
yang
semua
ingin
tujuan
dicapai
pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa
4
5
ke
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
dalam caranya membentuk kelompok belajar dan
kelompok-kelompok
membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar
transisi secara efesien
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar bekerja dan belajar
pada saat mengerjakan tugas
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah
dipelajari
atau
masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
9
. Muslimin Ibrahim, Penbelajaran kooperatif, (Surabaya: University Negeri Surabaya, 2000), h. 10.
34
6
Memberikan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau
penghargaan
hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok
Menurut Kagan (1994),pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu: 1. Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; 2. Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; 3. Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; 4. Dapat meningkatkan kepercayaan diri; 5. Dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
C. Model Pembelajaran Kooperatif TGT ( Teams Games Tournament ) TGT merupakan salah satu metode dari pembelajaran koperatif yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan dan peralatan khusus. TGT sebagaimana pembelajaran kooperatif yang lain memunculkan adanya kelompok dan kerjasama dalam kelompok. TGT seperti halnya STAD dalam setiap hal, namun perbedaanya dalam sistem penskoran individu. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan
35
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament didesain serta dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada tahun 1990. Pada metode ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-6 orang yang merupakan campuran menurut tingkat akademik, kinerja, jenis kelamin, dan suku. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ini terdiri dari beberapa tahap, dan pada awal kegiatan, siswa terlebih dahulu mendapatkan pemberitahuan bahwa pada akhir kegiatan pembelajaran akan diadakan turnamen antara kelompok. Tahapan-tahapan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (1995) antara lain: 1. Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok oleh guru dengan pertimbangan gender, kemampuan akademik, tingkatan kinerja, dan karakter lain sehingga kelompok yang dihasilkan heterogen. 2. Guru memberikan pengajaran maupun menyajikan materi pelajaran dengan metode tertentu. 3. Setiap kelompok yang telah dibentuk tadi belajar bersama-sama untuk persiapan tes pada tahap berikutnya.
36
4. Setiap anggota meninggalkan kelompoknya menuju meja arena turnamen untuk bertanding seputar materi yang telah diajarkan dengan siswa dari kelompok lain. 5. Kegiatan pertandingan dapat berupa diskusi, cerdas cermat, maupun tanya jawab antar siswa yang bertanding. Guru, siswa dari kelompok lain, dan siswa dari anggota kelompok yang tampil melakukan evaluasi dengan memberikan tanggapan pada prestasi dan hasil penyelidikannya. Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: a. Penyajian kelas Guru memulai siklus TGT dengan perintah langsung, guru seharusnya
aktif
dalam
membangun
ketertarikan
siswa,
aktif
mendemonstrasikan konsep, atau ketrampilan dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pada presentasikelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yangdisampaikan guru, karena ini akan membantu mereka bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game akan menentukan skor kelompok. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
37
Pada kegiatan ini, guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu dengan cara pengajaran langsung, diskusi atau dapat menggunakan cara yang lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi adalah dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi kelas biasa, karena presentasi kelas pada pembelajaran kooperatif tipe TGT yang disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan. Dengan demikian siswa harus memperhatikan secara cermat selama presentasi kelas berlangsung. Siswa harus menyadari bahwa kecermatannya sangat menunjang untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat mendukung keberhasilan belajar selanjutnya dan pada akhirnya dapat membantu usaha mengumpulkan nilai bagi kelompok mereka. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran disusun dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan dan detil kegiatan pembelajaran.10 Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Detil kegiatan pembelajaran menggambarkan secara rinci aktifitas pembelajaran yang tercantum dalam rencana kegiatan. Materi dalam model pembelajaran kooperatif TGT dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Oleh karena itu, sebelum penyajian materi maka guru harus mempersiapkan terlebih dahulu Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang akan dipelajari saat belajar kelompok, 10
Kahfi, M.S., Mengembangkan Skenario Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Malang: Universitas Negeri Malang, 1003, h. 18.
38
dan lembar jawaban dari LKS tersebut. Selain itu perlu dipersiapkan soalsoal turnamen untuk kegiatan turnamen dan lembar jawaban dari soal tersebut. b. Kelompok (team) Kelompok disini merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, Tekanannya terletak pada anggota kelompok,
yaitu
untuk
melakukan
sesuatu
yang
terbaik
untuk
kelompoknya dan dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama belajar. Kelompok memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggotanya hingga setiap anggota merasa dihargai. Sebuah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dibentuk dengan beranggotakan empat sampai enam orang siswa, yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik berbeda, yaitu siswa berkemampuan akademik tinggi (pandai), sedang dan rendah. Selain itu dalam penempatan kelompok ini, guru sebaiknya mempertimbangkan kriteria heterogen lainnya, misalnya: jenis kelamin, latar belakang sosial, suku atau ras, atau yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa dalam penempatan kelompok ini siswa jangan sampai memilih sendiri untuk menentukan anggota kelompoknya. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
39
bersama teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Pada tahapan ini lah siswa saling berdiskusi, tukar menukar ide dan pengalaman untuk memecahakan masalah. Kelompok dalam pembelajaran kooperatif TGT ini terdiri dari 4 orang siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan siswa tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akademiknya maupun jenis kelamin dan rasnya. Belajar kelompok merupakan langkah dimana siswa belajar dengan menggunakan lembar kerja. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja dan lembar jawab masing-masing dua rangkap. Fungsi utama belajar kelompok adalah memastikan bahwa masing-masing anggota kelompok memahami materi yang sedang dipelajari dan mempersiapkan anggota kelompok untuk menghadapi turnamen. Jadi dalam belajar kelompok siswa yang kesulitan dalam belajarnya akan dibantu oleh anggota kelompok yang lebih paham sehingga setiap anggota kelompoknya mempunyai penguasaan materi yang sama. Dan untuk mengetahui penguasaan materi setiap kelompok dilakukan presentasi oleh perwakilan setiap kelompok.
40
Fungsi utama kelompok adalah untuk lebih memahami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal saat game. Kelompok A A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen I
Meja Turnamen II
C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Kelompok B B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen III
Meja Turnamen IV
D-1 D-2 D-3 D-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Keterangan gambar 1. Kelompok A terdiri empat siswa yaitu A1, A2, A3, A4, kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B1, B2, B3, B4, kelompok C terdiri dari 4 siswa yaitu C1, C2, C3, C4 sedangkan kelompok D terdiri dari 4 siswa yaitu D1, D2, D3, D4. Kelompok A, B, C, D merupakan kelompok belajar. 2. A1, B1, C1, D1 saling dipertandingkan di meja 1 karena ketiganya mempunyai kemampuan akademik tinggi. 3. A2, B2, C2, D2 saling dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya
41
mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan akademik sedang 1 semuanya. 4. A3, B3, C3, D3 saling dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan akademik sedang 2 semuanya. 5. A4, B4, C4, D4 saling dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan akademik rendah semuanya c. Game Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang dipperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan pada meja yang terdiri tiga siswa yang memiliki kemampuan akademik yang sama, tiap-tiap siswa mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan permainan yang digunakn berupa pertanyaan- pertanyaan yang diberi nomor dan disajikan pada lembar pertanyaan. Games disusun dalam pertanyaan yang berhubungan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan diskusi kelompok. Games dimainkan pada meja yang terdiri dari tiga sampai empat orang masing-masing mewakili dari kelompok yang berbeda. Kebanyakan game terdiridari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
42
pertanyaan itu akan akan mendapatkan skor. Skor ini nantinya akan dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. Aturan dalam permainan ini adalah sebagi berikut, masingmasing siswa dalam sebuah meja turnamen mengambil sebuah kartu untuk menentukan pembaca pertama, yaitu siswa yang mengambil kartu dengan nomor tertinggi. Permainan berlangsung menurut arah jarum jam dari pembaca pertama, pada saat permainan tersebut dimulai pembaca mengocok kartu dan mengambil kartu yang paling atas, ia kemudian membaca denga kertas pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut, termasuk pilihan jawaban apa bila pertanyaan tersebut berbentuk pilihan ganda, kemudian pembaca menjawab pertanyaan yang ia baca dan apa bila ia ragu terhadap jawabanya diperbolehkan mereka karena apabila jawaban pembaca salah tidak dikenai hukuman. Setelah pembaca tersebut memberikan sebuah jawaban siswa disebelah kirinya disebut penantang pertama, memiliki kesempatan untuk menentang dan menyampaikan jawaban berbeda atau setuju pada pembaca, jika ia menyatakan pas atau tidak menggunakan kesempatan tersebut, atau jika penantang kedua mempunyai jawaban berbeda dri dua jawaban pertama, penentang kedua dapat menentang. Sementara itu, para penantang harus hati-hati karena mereka akan kehilangan kartu yang berhasil dikumpulkan apabila jawaban mereka salah. Apabila setiap siswa telah menjawab atau pas maka pemain disebelah kanan pembaca yang disebut penantang kedua mencocokan dengan lembar jawaban dan
43
membacakan jawaban tersebut dengan keras, pemain mmenjawab dengan benar menyimpan kartu tersebut, apabila ada penantang memberikan jawaban yang salah, ia harus mmengembalikan kartu yang ia menangkan sebelumnya ke tumpukan kartu, apabila tidak ada stupun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikan. Setelah permainan selesai, para pemain para pemain mencacat banyak kartu yang mereka menang kan pada lembar skor permainan. d. Turnamen Turnamen merupakan pelaksanaan dari game. Biasanya game dilakukan pada akhir minggu atau pada tiap unit, setelah guru melakukan penyajian materi dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada saat turnamen gurumembagi siswa kedalam meja-meja turnamen sesuai dengan kemampuannya, artinya dalam satu meja turnamen terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang homogen. Turnament
merupakan
struktur
bagaimana
dilaksanakanya
permainan tersebut. Turnamen ini biasanya dilaksanakan pada akhir minngu setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih denga LKS. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan tiga siswa yang memiliki kemampuan akademik pringkat atas dalam kinerja sebelumnya dalam satu meja, yang selanjutnya disebut meja turnamen 1. Artinya meja turnamen 1 ditempatioleh tiga siswa dengan peringkat akademik tertinggi berdasarkan kinerja sebelumnya. Selanjutnya tiga pemain berikutnya yang memiliki kemampuan akademik
44
tingkat menengah dalam kinerja sebelumnya ditempatkan dalam satu meja, yang selanjutnya disebut meja tuurnamen 2, dan seterusnya, mereka bertanding dengan lawan seimbang sehingga memungkinkan bagi siswa dari seluruh tingkat kinerja yang lalu menyumbang secara maksimal keppada sector timnya apabila mereka melakukan yang terbaik. Setelah minggu pertama tersebut, siswa dapt berpindah meja tergantung kepada kinerja mereka sendiri, pada turnamen paling akhir yang mereka jalani. Pemenang pada setiap meja berpindah kemeja yang ditempati oleh siswa dengan kemampuan akademik lebih tinggi, misalnya dari meja turnamen 2 kemeja turnamen 1, siswa yang memperoleh skor urutan kedua tetap berada dimeja yang sama, sedangkan siswa yang mendapat skor paling rendah berpindah kemeja yang ditempati oleh siswa yang kemampuan akademik paling rendah, misalnya dari meja turnamen 2 kemeja turnamen 3. Dengan cara ini jika ada siswa yang salah tempat pada awal maka akhirnya akan keatas atau kebawah, sampai mereka berada pada tingkat yang besar. Inilah yang dinamakan istilah bumping Prosedur turnamen diuraikan di bawah ini: 1) Dalam tiap meja turnamen telah disediakan satu set perangkat pembelajaran yang sama untuk semua meja turnamen. 2) Guru menunjuk satu orang siswa untuk mengocok kartu, nomor soal yang harus dikerjakan dalam meja tersebut. Kemudian siswa yang bertugas mengocok tadi harus membacakan pada anggota lainnya dalam satu meja.
45
3) Jika soal satu telah selesai dikerjakan oleh salah satu anggota dalam meja turnamen maka sesegera mungkin menyelesaikan jawabannya dengan lembar jawaban yang ada pada guru, jika benar maka akan mendapat skor. 4) Siswa yang mendapatkan skor menuliskan skor turnamen yang telah disediakan 5) Bagi meja yang telah menyelesaikan soal pertama segera lanjutkan ke soal berikutnya dengan mengocok kartu lagi tetapi yang mengocok adalah teman lainnya sesuai dengan urutan bangkunya. Kemudian pertandingan dilanjutkan seperti pada langkah 2 dan 4. 6) Misalkan dalam pertandingan ada beberapa kelompok yang belum selesai maka kelompok yang sudah menyelesaikan semua soal harus menunggu teman yang lain. 7) Jika
semua
anggota
kelompok
sudah
selesai
maka
guru
bertugasmengumpulkan lembar skor turnamen. Nilai yang diperoleh anggota dalam turnamen akan digabung dengan anggota kelompok belajar yang lainnya, kemudian ditotal dan dirata-rata. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, turnamen akademik haruslah didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk menguji pengetahuan yang telah dicapai setiap siswa. Soal turnamen ini biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Pada setiap pelaksanaan turnamen akademik, setiap meja turnamen dapat dilakukan oleh tiga atau empat orang siswa yang
46
mempunyai kemampuan akademik yang setara, dan setiap siswa mewakili kelompoknya masing-masing. Perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk turnamen ini adalah berupa lembar soal dengan jawabannya yang diberi nomor dan dilengkapi dengan setumpuk kartu bernomor untuk pengundian soal/pertanyaan turnamen. Siswa yang memperoleh giliran pertama mengambil satu kartu bernomor, lalu membaca pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yang terambil kemudian siswa tersebut berusaha menjawab pertanyaan yang ada. Apabila siswa tersebut tidak dapat menjawab, boleh menyatakan lewat dan kesempatan menjawab diberikan pada siswa yang mendapat giliran berikutnya. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama tadi berusaha menjawab dan siswa yang mempunyai kesempatan menantang pertama (giliran kedua) mempunyai jawaban yang ”berbeda”, maka siswa giliran kedua boleh ”menantang”, jika siswa tersebut tidak menantang maka kesempatan menantang dapat diberikan pada siswa yang mendapat giliran berikutnya. Siswa yang dapat menjawab dengan benar, maka dapat menyimpan kartu bernomor tadi sebagai bukti bahwa siswa tersebut dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar. Pada kahir turnamen dilakukan perhitungan kartu yang telah dikumpulkan siswa untuk menentukan skor siswa dalam turnamen, penghitungan skor tersebut
47
dilakukan sesuai dengan aturan pemberian skor dalam pembelajaran kooperatif TGT.11 e. Penghargaan kelompok (team recognise) Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing
anggota
kelompok
dibagi
dengan
dibagi
dengan
banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masingmasing team akan mendapat hadiah penghargaan atau aplous apabila ratarata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing - masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh. Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan kepada kelompok bukan pada individu siswa. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggotanya. Ada tingkat penghargaan diberikan berdasarkan pada skor tim rata-rata, yaitu:
11
Rochiati Wiriatmadja, Metode Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 72.
48
Tabel 1.Kriteria pengahargaan kelompok Rata-rata skor kelompok
Penghargaan kelompok
40
Kelompok Baik (Good Team)
45
Kelompok Hebat (Great Team)
50
Kelompok Super (Super Team)
Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
berupaya
menggabungkan tujuan kooperatif dan kompetitif. Dalam proses pembelajaran dengan TGT, baik tujuan kooperatif maupun kompetitif keduanya saling mendukung. Menurut Johnson dan Johnson, menyatakan membangun hubungan yang positif melalui tujuan kooperatif membantu menjaga kompetensi agar sesuai harapan, siswa dapat menikmatu aktivitas belajarnya baik menang maupun kalah. Sebaliknya, melalui struktur belajar kompetitif , siswa tidak akan dalam kelompoknya dan tidak hanya bergantung pada kelompoknya melainkan siswa akan merasa tertangtang dan berusaha mendapatkan nilai sebaik-baiknya.12 Dari keterangan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang meliputi presentasikelas oleh guru, belajar kelompok di mana siswa dikelompokkan dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa dan mempelajari materi bersama, tournament berupa permainan dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok bermain yang berkemampuan akademik homogen yang 12
Lie, A., Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 34.
49
terdiri dari 3 sampai 4 siswa dan saling tanding, serta kelompok yang mencapai criteria tertentu mendapat penghargaan. f. Sistem pensekoran TGT Bagi masing-masing anggota dalam TGT pada saat turnamen berlangsung, selain memiliki kesempatan untuk membaca soal dan menjawab soal juga memiliki kesempatan untuk menulis skor pada lembar skor turnamen yang telah disediakan oleh guru. Penentuan skor dalam pelaksanaan lomba telah ditetapkan oleh guru.
D. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi
bahwa
metode-metode
pembelajaran
kooperatif
yang
menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif. Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana
para
siswa
bekerja.
Deutsch
(1949)
dalam
Slavin
(2008)
mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
50
a. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. b. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya. c. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. Sedangkan
dari
perspektif
teori
kognitif,
Slavin
(2008)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau
51
elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan
teknik
TGT,
memiliki
keunggulan
dan
kelemahan
dalam
implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa. Ada beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap
pencapaian
belajar
siswa
yang
secara
inplisit
mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut: a.
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b.
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c.
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
52
d.
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e.
Keterlibatan
siswa
lebih
tinggi
dalam
belajar
bersama,
tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak. Kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif TGT (Teams Game Tournaments) sebagai berikut: 1. Kelemahan pembelajaran kooperatif TGT (Teams Game Tournaments) adalah membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga target kurikulum kemungkinan tidak dapat tercapai secara maksimal, membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, menimbulkan suasana gaduh dikelas (terjadi ketika siswa mengubah posisi tempat duduknya, baik posisi duduk waktu diskusi maupun posisi duduk untuk turnamen), siswa menjadi terbiasa belajar dengan pemberian hadiah, dan pembelajaran ditekankan pada hasilnya bukan prosesnya karena waktu yang diperlukan untuk turnamen dibuat sesingkat mungkin dan lebih menekankan pada kecepatan menjawab. 2. Keuntungan pembelajaran kooperatif TGT (Teams Game Tournaments) adalah siswa menjadi bersemangat dalam belajar, keterlibatan siswa dalam belajar tinggi karena mereka saling membantu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru secara berkelompok, pengetahuan yang diperoleh dari siswa bukan hanya dari guru saja tapi siswa dalam satu kelas dan menumbuhkan sikap positif dalam diri siswa seperti kerjasama, toleransi serta dapat menerima pendapat oarng lain.