BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pesisir Danau Danau yaitu kumpulan genangan air yang cukup luas dan dikelilingi oleh daratan. Danau juga dapat diartikan sebagai sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas dan dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air (Hamdi, 2013). D a n a u mendapatkan air dari curahan hujan, sungai, dan air tanah, ketiga sumber tersebut bersama-sama mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya.
Keberadaan
ekosistem
danau
memberikan
fungsi
yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia (Budiyanto, 2013). Wilayah pesisir memainkan peran yang cukup penting bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Wilayah pesisir memiliki tingkat kepadatan penduduk dan intensitas pembangunan industri yang tinggi, sehingga lingkungan pesisir sering mendapat tekanan manusia yang tinggi. Kerusakan sumber daya alam saat ini tidak terlepas dari perilaku manusia dalam memperlakukan alam (Putri, 2011). 2.2 Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencaku perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Sanitasi
6
7
lingkungan dapat pula di artikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup : 1. Pasokan air yang bersih dan aman, 2. Pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien, 3. Perbandingan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, 4. Udara yang bersih dan aman, 5. Rumah yang bersih dan aman. Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vector pembawa penyakit. Jumlah fasilitas yang ada tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat dibanyak wilayah masih mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun dan sungai yang airnya kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dan banyak penyakit dapat timbul karena didukung, dan dirangsang oleh faktor –faktor lingkungan (Rianti, Bagus, Mansyur, 2009). 2.2.1
Sarana Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar 3/4 bagian tubuh kita terdiri atas air, tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar
8
80%. Di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Selain itu, juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air kondisi tersebut tetunya dapat menimbulkan wabah penyakit di mana-mana. Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. 2.2.1.1 Syarat-syarat air rumah tangga 1.
Syarat kuantitas Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-
200 liter/35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Berdasarkan analisis WHO pada Negara-negara maju, setiap orang memerlukan air antara 60120 liter per hari, sedangkan pada Negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Untuk Indonesia di perkirakan 100 liter/hari/kapita dengan perincian:
9
2.
Minum
: 5
liter
Memasak
: 5
liter
Membersihkan/mencuci : 15
liter
Mandi
: 30
liter
Kakus(WC)
: 45
liter
Jumlah
: 100 liter/hari/kapita (Entjang, 2000)
Syarat kualitas Berikut ini adalah beberapa parameter dalam survailans penyediaan air bersih
untuk masyarakat kecil yang praktis dan penting sebagai petunjuk yang bermanfaat dalam menilai kualitas air. 1. Kekeruhan Kekeruhan yang tinggi akan melindungi mikroorganisme dari pengaruh desinfeksi, mendorong pertumbuhan bakteri, dan menaikkan kebutuhan klor. Agar pada semua proses disinfeksi memperoleh hasil yang efektif, maka kekeruhan air selalu rendah 2. Warna Warna dalam air minum mungkin disebabkan karena adanya bahan organic berwarna seperti seperti bahan organic yang membusuk, logam (besi dan mangan), atau air buangan industry yang berwarna kuat. Pengalaman menunjukkan bahwa konsumen akan mencari sumber air lain yang yang mungkin tidak aman bila mana sumber air disediakan tidak estetik karena warnanya. Oleh karena itu, sebaiknya air bersih tidak berwarna
10
3. Rasa dan bau Bau air kebanyakan disebabkan oleh adanya bahan organic dalam air. Beberapa bau bisa menunjukkan adanya peningkatan aktivitas bakteri dan yang lain bisa disebabkan oleh pengotoran industry. Inspeksi sanitasi harus selalu melakukan terhadap kemungkinan sumber bau. Harus selalu ada usaha untuk mencoba menghilangkan masalah bau. Persepsi ganda yang sering diungkapkan terhadap unsure penyebab rasa dan unsure yang bisa menyebabkan bau biasanya disebut “rasa”. Masalah pada air bersih merupakan protes yang paling banyak dilontarkan oleh para konsumen. Umumnya unsure yang spesifik dijumpai adalah bahan organic seperti kalsium, copper, besi dan seng. Perubahan rasa secara normal dalam penyediaan air bersih bisa memberikan suatu tanda adanya perubahan kualitas sumber air baku atau adanya kekeliruan dalam proses pengolahan air. Berikut adalah syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air. 1. Syarat fisik. Air tersebut bening (tak berwarna), tidak berasa, dan suhu berada di bawah suhu luarnya. 2. Syarat bakteriologis. Air untuk minum harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Untuk mengetahuinya dengan memeriksa melalui sampel air, jika dari hasil pemeriksaan 100cc air terdapat < 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. 3. Syarat kimia. Air minum harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di
11
dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Mubarak dan chayatin, 2009). 2.2.1.2 Sumber Air Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan, dan air tanah. 1.
Air Hujan (Angkasa) Air hujan atau air angkasa merupakan sumber utama air bumi. Air ini dapat
dijadikan sebagai sumber air minum, tetapi air ini tidak mengandung kalsium, sehingga perlu dilakukan penambahan kalsium. Walau saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas (karbondioksida, nitrogen dan amonia) 2.
Air Permukaan Air permukaan yang meliputi : badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan. Sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Oleh karena itu keadaannya terbuka, maka air permukaan mudah terkena perpengaruh pencemaran, baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air seperti ini harus mendapat disinfeksi yang baik sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pembebasan tempat pengambilan air untuk penyediaan air bersih sangat penting. Tempat pengambilan air harus diletakkan di atas aliran dan sejauh mungkin dari tempat buangan air limbah industry dan air bekas pengairan pertanian.
12
3.
Air Tanah (Ground Water) Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian
mengalami perlokasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah bawah tanah, sehingga membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber air lain, di antaranya air tanah biasanya bebas dari kuman penyakitdan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan, persediaan air tanah juga cukup banyak sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi za-zat mineral semacam magnesium, dan logam berat seperti besi yang dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengalirkan air ke atas permukaan diperlukan pompa. Air tanah umumnya merupakan sumber yang paling cocok dan menyenangkan dalam penyediaan air bersih masyarakat kecil. Melindungi sumber air tanah dari setiap kontaminasi adalah penting. Oleh karena itu, sumber air tanah harus dijauhkan dari setiap sumber pengotoran seperti jamban, septic tank, tempat pembuangan air limbah dan tempat pembuangan air bekas irigasi. 2.2.1.3 Cara pengelolaan air minum Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan sebelum air dikonsumsi untuk keperluan minum.
13
1.
Pengelolaan secara sederhana Biasanya dilakukan penyimpanan (storage) dari berbagai macam sumber
seperti air hujan, air danau, air sungai, sumur dan sebagainya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam ditempatnya, kemudian akan terjadi kongulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, sampai akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada di dalam air mengendap 2.
Pengelolaan air dengan cara menyaring Model ini dapat dilakukan dengan menggunakan kerikil, ijuk, dan pasir,
sedangkan model penyaringan yang lebih maju dilakukan dengan teknologi tinggi seperti pada Perusahaan Air Minum (PAM). 3.
Pengelolaan air dengan penambahan zat kimia Zat kimia yang dimaksud adalah berupa : (a) zat kimia yang berfungsi
sebagai kongulan, sehingga mempercepat pengendapan (tawas), (b) zat kimia yang berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air (klor). 4.
Pengelolaan air dengan mengalirkan udara Pengelolaan ini bertujuan untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak, menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan lagi seperti CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air. 5.
Pengelolaan air dengan cara dipanaskan Pengelolaan cara ini bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang ada di
dalam air, tetapi cara ini membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit serta hanya cocok untuk konsumsi dalam batas kecil (rumah tangga).
14
2.2.1.4 Sumber air bersih dan aman Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber air yang bersih dan aman. Berikut ini adalah batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman 1.
Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
2.
Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
3.
Tidak berasa dan tidak berbau
4.
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic/rumah tangga
5.
Memenuhi standar minimal yang ditemukan oleh WHO atau departemen kesehatan RI Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-
bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Mubarak dan Chayatin, 2009). 2.2.1.5 Pengaruh air terhadap kesehatan Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. 1. Pengaruh tidak langsung Sama halnya dengan udara, pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh adalah
15
pengotoran badan-badan air dengan zat-zat kimia yang menurunkan kadar oksigen terlarut, zat-zat kimia tidak beracun yang sukar di uraikan secara alamiah dan menyebabkan masalah khusus seperti estetika, kekeruhan karena adanya zat-zat tersuspens. 2. Pengaruh langsung Pengaruh air secara langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air selain untuk minum, juga berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar agent penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air dapat berubah apabila kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan air tetapi juga meningkatkan jumlah dan memperburuk kualitas air buangan. Buangan-buangan inilah yang merupakan sumber-sumber pengotoran perairan (Soemirat, 2011). 2.2.2 Kepemilikan Jamban Yang di maksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak di pakai lagi oleh tubuh dan harus di keluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang di keluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di maksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut latrine, jamban dan kakus. Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan
16
kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya. 2.2.2.1 Jenis-jenis jamban 1.
Kakus jemplung Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakus macam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh ke dalam tempt penampungan. Kotoran yang dalam bahasa jawa “nyemplung”. Kakus cemplung ini hanya terdiri atas sebuah sebuah galian yang diatasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai kakus ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit. Kakus semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya. 2.
Kakus Plengsengan Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “melengseng” yang berarti miring.
Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring. Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak terbuat persis diatas tempat penampungan, tetapi agak jauh. Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin. Seperti
17
halnya kakus cemplung, maka cemplung dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup. 3.
Kakus Bor Dinamakan demikian karena penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan adalah bor tangan yang disebut Bor Auger dengan diameter antara 30-40 cm. sudah barang tentu lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung dan kakus plengsengan, akrena diameter kakus bor jauh lebih kecil. Kakus bor mempunyai keuntungan bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian kakus bor tidak dapat dibuat di daerah atau tempat yang tanahnya banyak mengandung batu. 4.
Angsatrine Kakus ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut Bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya. Karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran. Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan kemungkinan untuk dibuat di dalam rumah. Agar dapat terjaga kebersihannya, makan pada kakus semacam ini harus cukup tersedia air. 5.
Kakus diatas balong (Empang) Membuat kakus diatas balong (yang kotorannya dialirkan kebalong) adalah
cara
pembuangan
kotoran
yang
tidak
dianjurkan,
tetapi
sulit
untuk
18
menghilangkannya, terutama didaerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaa yang diharapkan, dapatlah cara tersebut diteruskan dengan memberikan persyaratan tertentu, antara lain : 1. Air dari balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi 2. Balong tersebut tidak boleh kering 3. Balong hendaknya cukup luas 4. Letak kakus harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh diair 5. Ikan dari balong tersebut jangan dimakan 6. Aman dalam pemakaiannya 7. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bawah balong tersebut atau yang sejajar dengan jarak 15 meter.\ 8. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air 6.
Kakus septic tank Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Kita pergunakan nama septictank karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Di dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Di dalam bak terdapat tiga macam lapisan.
19
1. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat. 2. Lapisan cair 3. Lapisan endap (Lumpur) 2.2.2.2 Syarat-syarat jamban 1.
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
2.
Tidak berbau
3.
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4.
Tidak mencemari tanah di sekitarnya
5.
Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6.
Di lengkapi dengan dinding dan atap pelindung
7.
Penerangan dan ventilasi yang cukup
8.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih (Hamzah, 2009)
2.2.3 Pengelolaan Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang,yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya. Dari sampah ini harus diperhatikan :
20
2.2.3.1 Sumber-sumber Sampah 1.
Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) : Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastic daun dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. 2.
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum : Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastic, botol, daun dan sebagainya 3.
Sampah yang berasal dari perkantoran : Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastic, kerbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabbish). 4.
Sampah yang berada di jalan raya : Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari :
kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdilonderdil kenderaan yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya. 5.
Sampah yang berasal dari industry (industrial wastes) Sampah ini berasal dari kawasan industry, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industry dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
21
misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6.
Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya : jerami,
sisa sayur mayor, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya. 7.
Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari
jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pemakaran (arang) dan sebagainya. 8.
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-
kotoran ternak, sisa-sisa makanan binatang dan sebagainya 2.2.3.2 Jenis-jenis Sampah Sampah padat, dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni : 1.
Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:
a.
Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastic dan sebagainya
b.
Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
2.
Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a.
Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastic, kain bekas dan sebagainya.
22
b.
Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.
3.
Berdasarkan karakteristik sampah
a.
Garbage, yaitu jenis sampah adalah sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.
b.
Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang udah terbakar seperti kertas, Karton, plastic dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.
c.
Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok
d.
Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
e.
Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-pabrik
f.
Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kenderaan atau dibuang oleh orang
g.
Bangkai kenderaan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.
h.
Sampah pembangunan (Contruction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing-puing,
23
potongan-potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003). 2.2.3.3 Beberapa faktor yang mempengaruhi sampah Beberapa faktor yang mempengaruhi sampah adalah jumlah penduduk, system pengumpulan/pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah, faktor geografis, waktu, social, ekonomi dan budaya, musim ujan, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi serta jenis sampah. 2.2.3.4 Pengelolaan sampah 1.
Penyimpanan sampah Untuk tempat sampah di tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik. Tempat
sampah janganlah ditempatkan didalam rumah atau pojok dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikusnya Tempat sampah sebaiknya : a.
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
b.
Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti : tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
c.
Ditempatkan diluar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian rupa sehingga karyawan bisa mengangkut sampah dengan mudah
2.
Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
24
sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA). Mekanisme, system, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang di dukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA, sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk 3.
Pemusnahan dan pengolahan sampah Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain sebagai berikut : a.
Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b.
Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator)
c.
Dijadikan pupuk (composting) Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah
organic daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Didaerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu di budayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organic dengan anorganik, kemudian sampah organic diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah organic
25
dibuang dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang. 2.2.3.5 Pengaruh sampah terhadap kesehatan Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat di kelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Yang di maksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain dari sampah industri. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila di timbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Seperti kita ketahui, lalat adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes. 2.2.4 Saluran pembuangan Air Limbah Air limbah adalah air yang tidak dipakai (bekas pakai). Air limbah meliputi semua air kotoran yang berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal dari industry-industri dan juga air hujan. Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa
26
sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar
biologis
berupa
bibit
penyakit,
bakteri,
dan
jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. 2.2.4.1 Karakteristik Air Limbah Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut : 1.
Karakteristik fisik Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan tersuspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti lautan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja dan sebagainya.
27
2.
Karakteristik kimiawi Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah memulai membusuk. Susbtansi organic dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni : a.
Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya : urea, protein, amine, dan asam amino
b.
Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya : lemak, sabun dan karbohidrat termasuk selulosa.
3.
Karakteristik bakteriologis Kandungan bakteri patogen serta organism golongan coli terdapat juga dalam
air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan. Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain : a.
Menjadi transisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama : cholera, typhus abnominalis, disentri baciler
b.
Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen
c.
Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
28
d.
Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e.
Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
f.
Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan sebagainya. Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas
diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut : a.
Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
b.
Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah
c.
Tidak menyebabkan pencemaran atau air untuk mandi perikanan, air sungai atau tempat-tempat rekreasi.
d.
Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor
e.
Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak
f.
Baunya tidak mengganggu
2.2.4.2 Cara-cara pembuangan air limbah Ada beberapa cara pembuangan air limbah rumah tangga yaitu : a.
Tempat pembuangan umum. Air limbah rumah tangga dibuang ke tempat penampungan umum, biasanya di halaman rumah.
b.
Digunakan untuk menyiram tanaman dikebun
c.
Dibuang ke tempat/lapangan peresapan
29
d.
Dialirkan ke saluran terbuka atau selokan
e.
Dialirkan ke saluran tertutup/sewered system Pembuangan air limbah rumah tangga yang terbuka mempunyai dampak
kurang baik, akan menimbulkan perkembangbiakan serangga seperti nyamuk culex pipien karena tempatnya berlumpur dan sering digunakan sebagai tempat bermain anak-anak. Pada daerah yang lapisan tanahnya kurang tembus air, cara pembuangan ke tempat atau lapangan resapan kurang baik terutama di daerah yang padat penduduknya. Penggunaan air limbah rumah tangga untuk penyiraman sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan dampak negatif terhadap kesehatan yang lebih kecildengan
catatan
genangan
air
harus
dihindari
untuk
mencegah
berkembangbiaknya nyamuk (Chandra, 2009). Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara alamiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut : 1.
Dengan pengenceran Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya
30
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, di antaranya : bahaya kontaminasi terhadap badanbadan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir. 2.
Kolam oksidasi (oxidation ponds) Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dalam kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yant terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. 3.
Irigasi Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat organic dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman (Notoatmodjo, 2003).
31
2.2.4.3 Dampak buruk air limbah 1.
Gangguan kesehatan. Air limbah dapat mengandung bibit penyakit, selain itu didalam air limbah mungkin terdapat zat-zat yang berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
2.
Penurunan kualitas lingkungan. Air limbah yang dibuang langsung ke air dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan seperti sungai dan danau, bahkan air limbah yang merembas ke dalam air tanah dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah.
3.
Gangguan terhadap kerusakan benda. Air limbah yang mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S yang dapat mempercepat proses perkaratan pada besi.
32
2.3 Kerangka Teori
Wilayah Pesisir Danau
Sanitasi Lingkungan
Sarana Air bersih
Kepemilikan Jamban
Pengelolaan sampah
Dampak Terhadap Kesehatan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori
Saluran Pembuangan Air Limbah
33
2.4 Kerangka Konsep
Sarana Air Bersih
Kepemilikan Jamban Sanitasi Lingkungan Masyarakat Pesisir Danau Pengelolaan Sampah
Saluran Pembuangan Air Limbah
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep