BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori 2.1 Definisi Penerjemahan Nida dan Taber (1982:12) mendefinisikan penerjemahan sebagai “reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style”. Mengartikan penerjemahan sebagai usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumberke dalam bentuk yang paling sepadan ke dalam bahasa penerima atau bahasa sasaran. Menurut definisi ini, masalah pilihan kata yang tepat dan sepadan menjadi hal pertama yang harus dihadapi seorang penerjemah sebelum mempermasalahkan mengenai bentuknya. Menurut Nababan (2003:19-20), penerjemahan tidak hanya mengalihkan pesan saja tetapi juga bentuk bahasanya, baik penerjemah karya sastra atau penerjemah karya ilmiah perlu mempertimbangkan tidak hanya isi pesan tetapi juga bentuk bahasa dalam terjemahan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya bahasa dalam mengungkap pesannya. Sehingga, dalam pengalihan gagasan atau pikiran diusahakan sedekat mungkin dengan yang ada dalam BSu dan pengungkapan pesan harus sewajar-wajarnya. Catford
(1965:20)
mendefinisikan
penerjemahan
sebagai
“the
replacement of textual material in one language (Source Language) by equivalent textual material in another (Target Language)”. Dalam hal ini penerjemahan
16
16
dapat didefinisikan sebagai pergantian materi tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber) ke dalam materi tekstual bahasa lain (bahasa sasaran) yang sepadan. Dengan kata lain, penerjemahan adalah pengalihan makna atau pikiran dari satu bahasa ke bahasa lain, yang juga harus setia mempertahankan semantik dan gaya bahasanya. Selanjutnya Bell menegaskan pengertian penerjemahan yang hampir sama
dengan
Catford,
yakni
penerjemahan
merupakan
suatu
bentuk
pengungkapan suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya sebagai bahasa sasaran, dengan mengedepankan semantik dan ekuivalen. “translation is the expression in another language (or sasaran language) of what has been expressedd in another, sourcelanguage, preserving semantic and stylistic equivalences.” (Bell,1991:4-5). Lebih lanjut menurut Newmark (1981) menyatakan bahwa penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa yang berbeda. Lebih jelasnya, penerjemahan juga harus mempunyai keterampilan untuk mengubah struktur bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran demi menjaga kesetiaan makna. Dari berbagai definisi penerjemahan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran atau bahasa penerima terjemahan yang sepadan dan sedekat mungkin dengan memperhatikan gaya bahasa yang sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa sasaran untuk menghasilkan terjemahan alami.
17
2.2 Proses Penerjemahan Nababan (2003:24) mendefinisikan bahwa proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang mana ada 3 tahap proses penerjemahan. Tahap pertama adalah analisis teks bahasa sumber, tahap kedua yaitu pengalihan pesan, dan yang terakhir adalah tahap restrukturisasi. Ketiga tahap dalam proses penerjemahan tergambar dalam bagan berikut: Analisis
PROSES BATIN Transfer
Restruturisasi
Teks Bahasa Sumber (Bsu)
Pemahaman
Isi, Makna Pesan
Padanan 2
Isi, Makna Pesan
Teks Bahasa Sasara n (Bsa)
Evaluasi dan Revisi
1 3 Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Suryawinata dalam Nababan (1997:80) 1.
Analisis teks bahasa sumber Dalam tahap ini seorang penerjemah menganalisis teks BSu dengan
membaca teks tersebut. Tahap yang selanjutnya adalah menganalisis BSu pada tataran frasa, kata serta kalimat, selain faktor linguistik, penerjemah juga harus memahami faktor ekstralinguistik yang terkait dengan sosio budaya teks Bsu. 2.
Pengalihan pesan Pada tahap ini dilakukan pengalihan isi, pesan, makna yang terkandung
dalam BSu ke dalam BSa. Pada tahap transfer ini, penerjemah dituntut untuk
18
dapat menemukan padanan kata Bsu dalam Bsa secara lisan atau tertulis. Untuk memperoleh terjemahan yang lebih baik maka terjemahannya perlu diselaraskan. 3.
Restrukturisasi Menurut Kridalaksana (dalam Nababan, 2003:28) restrukturisasi ialah
pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk stilistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca, atau pendengar. Pada tahap penyelarasan ini seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan. Penerjemah juga perlu memperhatikan untuk siapa terjemahannya itu ditujukan. Setelah menyelesaikan tahap-tahap analisis pemahaman teks bahasa sumber, pengalihan isi, makna, pesan dalam Bsu ke dalam Bsa dan penyelarasan, maka sampailah pada tahap evaluasi dan revisi untuk meninjau kembali apabila ada kekurangan pada terjemahan.
2.3 Teknik Penerjemahan Molina dan Albir (2002) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Teknik penerjemahan yang digunakan dapat dilihat dari hasil terjemahan secara mikro. Teknik penerjemahan tidak dapat dievaluasi jika terlepas dari konteksnya, tetapi hanya dapat dievaluasi dalam konteks tertentu. Treknik tertentu tidak dapat dikatakan benar atau salah begitu saja, tetapi harus dilihat dari konteksnya. Teknik penerjemahan digunakan secara fungsional dan dinamis sesuai dengan: 1) genre teks, 2) tipe penerjemahan (bidang teknik, sastra, dsb.), 3) mode penerjemahan
19
(tertulis, lisan, dsb.), 4) tujuan penerjemahan dan karakteristik terget atau sasaran penerjemahan, dan 5) metode yang dipilih. Teknik penerjemahan memiliki 5 karakteristik dasar menurut Molina dan Albir (2002) seperti berikut: 1) Teknik penerjemahan memengaruhi hasil terjemahan. 2) Teknik diklasifikasikan dengan perbandingan pada teks aslinya. 3) Memengaruhi unit mikro dari teks. 4) Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu. 5) Teknik bersifat fungsional. Molina dan Albir juga mengklasifikasikan teknik penerjemahan menjadi 18 macam. Berikut teknik-teknik penerjemahan beserta penjelasannya:
1.
Adaptasi (Adaptation). Adaptasi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menggantikan unsur budaya sumber dengan unsur budaya yang mempunyai sifat yang sama dalam bahasa sasaran, dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca sasaran. BSu
: Meatball (bahasa Inggris)
BSa
: Bakso (bahasa Indonesia)
As white as snow digantikan dengan ungkapan seputih kapas, bukan seputih salju karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran. 2.
Amplifikasi (Amplification). Amplifikasi adalah teknik penerjemahan dengan menyampaikan detil yang tidak terdapat dalam bahasa sumber, yang dapat berwujud informasi atau paraphrase yang bersifat eksplisit. BSu
: Ramadan
20
BSa 3.
: Bulan puasa kaum muslim
Peminjaman (Borrowing). Peminjaman adalah teknik penerjemahan dengan meminjam
kata atau ungkapan langsung dari bahasa lain. Teknik
peminjaman dapat berbentuk peminjaman murni (pure borrowing) dan peminjaman dengan penyesuaian (naturalized borrowing).
4.
BSu
: Hotel (bahasa Inggris):
BSa
: Hotel (bahasa Indonesia) → naturalized borrowing
BSu
: Calculator (bahasa Inggris)
BSa
: Kalkulator (bahasa Indonesia) → pure borrowing
Kalke (Calque). Kalke adalah penerjemahan secara literal atas kata atau frase dari bahasa asing, yang dapat berwujud leksikal atau struktural.
5.
BSu
: Secretariat General (bahasa Inggris)
BSa
: Sekretaris Jendral (bahasa Indonesia)
Kompensasi (Compensation). Kompensasi adalah teknik penerjemahan dengan memperkenalkan unsur-unsur
informasi bahasa sumber yang
mengandung efek stilistika ke dalam bahasa sasaran. BSu
: Never did she visit her aunt (bahasa Inggris)
BSa
: Wanita itu benar-benar tega tidak menemui bibinya (bahasa
Indonesia) 6.
Deskripsi (Description). Deskripsi adalah teknik penerjemahan yang diterapkan mengganti sebuah istilah atau ungkapan, dengan sebuah deskripsi bentuk dan atau fungsinya. BSu
: panetton (bahasa Italia)
21
BSa
: Kue tradisionalItalia yang dimakan pada saat ahun baru (bahasa Inggris)
7.
Kreasi Diskursif (Discursive Creation). Teknik ini digunakan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Biasanya, sering dijumpai dalam penerjemahan judul.
8.
BSu
: Shopaholic and Sister (judul film berbahasa Inggris)
BSa
: Si Gila Punya Kakak (bahasa Indonesia)
Padanan Lazim (Established Equivalence). Padanan lazim adalah menggunakan istilah atau ungkapan
yang dikenal (dalam kamus atau
penggunaan sehari-hari) sebagai padanan dalam BSa. Teknik ini juga digunakan bila suatu istilah dalam bahasa sumber memiliki lebih dari satu istilah dalam bahasa sasaran, sehingga dipilih yang paling mendekati.
9.
BSu
: Morning, kids (bahasa Inggris)
BSa
: Selamat pagi, anak-anak (bahasa Indonesia)
Generalisasi (Generalization). Generalisasi adalah teknik penerjemahan dengan menggunakan istilah yang lebih umum dan lebih netral. BSu
: vehicles (bahasa Inggris)
BSa
: becak (bahasa Indonesia)
10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification). Perwujudan teknik ini adalah dengan menambahkan elemen linguistik. Teknik ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan konsekutif dan sulih suara. BSu
: “Shall we?” (bahasa Inggris)
BSa
: “Kita minum sekarang?” (bahasa Indonesia)
22
11. Kompresi Linguistik (Linguistic Comprehenssion). Teknik penerjemahan ini dapat diterapkan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik dalam bahasa sasaran. Teknik ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan simultan dan subtitling. BSu
: Dr. Smith was not the man he said he was (bahasa Inggris)
BSa
: Dr. Smith itu bukan identitas yang sebenarnya (bahasa Indonesia)
12. Terjemahan Harfiah (Literal translation). Penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan dengan menerjemahkan kata atau ekspresi secara kata per kata. BSu
: I will ring you (bahasa Inggris)
BSa
: Saya akan menelpon anda (bahasa Indonesia)
13. Modulasi (Modulation). Teknik modulasi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitan dengan BSu, bisa bersifat leksikal atau structural. BSu
: You are going to have a child (bahasa Inggris)
BSa
: Anda akanmenjadi seorang bapak (bahasa Indonesia)
14. Partikularisasi (Particularization). Realisasi dari teknik ini adalah dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik atau konkrit dalam bahasa sasaran (superordinat ke subordinat). BSu
: Air transportation (bahasa Inggris)
BSa
: Helikopter (bahasa Indonesia)
15. Reduksi (Reduction): mengurangi elemen tertentu dari bahasa sumber. Reduksi (pengurangan) merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi.
23
BSu
: The Moslem month of fasting (bahasa Inggris)
BSa
: Ramadan (bahasa Indonesia)
16. Substitusi (Subtitution). Teknik ini mengubah elemen linguistik ke dalam paralinguistik atau sebaliknya. Teknik ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan. BSu
: Kata “shy” (bahasa Inggris)
BSa
: Gestur menundukkan kepala (bahasa Indonesia)
17. Transposisi (Transposition). Teknik ini diterapkan dengan mengubah sebuah kategori gramatikal dalam kaitannya dengan BSu. BSu
: Couldn’t you have a longer engagement? (bahasa Inggris)
BSa
: Apa kau tidak bisa memperpanjang pertunanganmu? (bahasa
Indonesia) 18. Variasi (Variation). Realisasi tekni adalah dengan mengubah elemen linguistik atau paralinguistik (misalnya: intonasi dan gestur) yang mempengaruhi aspek-aspek variasi linguistik: pengubahan ton secara tekstual, gaya, dialek sosial, dialek geografis dan lain-lain. BSu
: Hi girl!
Bsa
: Hi cewek!
2.4 Kualitas Penerjemahan Nababan (2012) mengusulkan kajian kualitas terjemahan yang dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan.
24
a. Keakuratan (accuracy) Keakuratan (accuracy) merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam pengevaluasian terjemahan untuk merujuk pada apakah teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran sudah sepadan ataukah belum (Nababan, 2012: 44). Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara Bsu dan Bsa. Akurasi berhubungan erat dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence) antara teks Bsu dan Bsa. Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramtikal, kesepadanan makna, dan pragmatik.
b. Keberterimaan (acceptability) Istilah keberterimaan merujuk pada apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran ataukah belum. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat yang membentuk suatu teks terjemahan dankemudian mengaitkannya dengan konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan bahwa suatu
25
terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima (acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran (dalam Munday, 2001).
c. Keterbacaan (readibility) Keterbacaan (readibility) merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62), merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan yang terdapat dalam teks BSu. Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003).
2.5 Kalimat Tanya 2.5.1 Definisi Kalimat Tanya Kalimat tanya pada umumnya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu. Menurut Quirk (1985:457) definisi dari kalimat tanya adalah“as a semantic class which is primarily used to seek information on specific poin”. Dengan kalimat tanya seseorang dapat menanyakan berbagai hal dalam hal ini kalimat tanya sangat membantu seseorang untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Quirk dalam bukunya A Comprehensive Grammar of The English
26
Language juga menambahkan, questions as a sentence that asks for information on spesific point and (usually) to request the listener to supply this information verbally (1085: 294).
2.5.2 Kalimat tanya Bahasa Inggris Ada beberapa jenis kalimat tanya dalam bahasa Inggris. Menurut Quirk, Greenbourn, Leech, and Svartvick dalam bukunya A Comprehensive Grammar of The English Language membagi kalimat tanya menjadi dua kelas yaitu kelas mayor dan kelas minor (Quirk, 1985:806). Kelas mayor dibedakan menjadi 3 yaitu: Yes-No question, WH-question, dan Alternative question. 1.
Yes-No question. Yes-no question adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan yes atau no.
Kalimat tanya ini biasanya diawali dengan kata kerja bantu. Quirk membagi Yes no questions sendiri menjadi beberapa bagian yaitu :
Kalimat tanya dengan menggunakan tobe (is/am/are, was/were) dan auxilary (Kata bantu: do/does, did, have/has/had). Quirk masih membaginya menjadi negatif dan positif yes no questions
Yes-no questions dengan modal auxilaries.
Tag questions
Deklaratif questions
27
1.1 Yes-no questions dengan tobe atau auxilary Azar memberi beberapa contoh yes – no question dengan dua alternatif jawaban yaitu jawaban pendek dan panjang: a. Do you know John Smith? Yes I do.(I know John smith) No, I don’t. (I don’t know John Smith) b. Are you studying English? Yes I am. (I’m studying ) No I’m not. (I’m not studying ) Dalam bahasa Indonesia padanan untuk kata tanya dalam Yes-no questions pada contoh di atas adalah ‘apakah’. Pola pada Yes - No question yaitu tobe (am, is, are, was, atau were) diletakkan sebelum subjek (Krohn,1971:33). Selain Krohn, Quirk (1985:807) juga menyatakan bahwa: “ yes – no questions are usually formed by placing the operator before the subject and giving the sentence a rising intonation”. Seperti yang diungkapkan di atas dalam yes no questions terdapat kalimatpositif dan negatif. Beberapa contoh yang diberikan oleh Quirk untuk bentuk positive yes no questions adalah sebagai berikut : Statement
Questions
a. Someone called last night
Did anyone call last night ?
b. The boat has left already
Has the boat left yet ? Did someone call last night? Do you live somewhere near Dover?
28
Pada contoh kalimat tanya di atas terdapat penambahan any pada anyone, respon jawaban yang diharapkan dari positive yes no questions yang mendapat penambahan any atau ever bersifat netral. Sedangkan contoh yang ‘b’ mengharapkan respon yang positif dari pendengar. Di bawah ini adalah contoh-contoh Yes-no Questions yang berbentuk negatif. a. Don’t you believe me ?
(Quirk, 1985:808) :
b. Aren’t you joining us this evening ? c. Hasn’t he told you what to do ? Negative Yes-no Questions adalah kalimat tanya yang berbentuk negatif. Pola negative
yes
no
questions
sama
dengan
kalimat
positif
yaitu
tobe
(is/am/are,was/were) dan auxilary (do/does, did, have/has/had) diletakkan di depan sebelum subjek, tetapi bedanya tobe atau auxilary ditambahi dengan kata not. Azar (1989: A15) menyatakan bahwa kalimat negatif ini digunakan ketika pemikiran atau anggapan dari pembicara tidak benar atau dikarenakan keterkejutan, shock, terganggu, dan kemarahan. Contoh: The teacher is talking to Jim about test, he failed. The teacher is surprised that Jim failed the test because he usually doesn’t do it very well. The teacher says. “What happened? Didn’t you study? (Azar, 1989: A15)
Pada contoh di atas, guru merasa yakin bahwa Jim tidak belajar. Jawaban yang di harapkan adalah: ‘no’.
29
Sama halnya dengan Azar, Quirk (1985:808) menyatakan bahwa bentuk negatif dalam yes-no questions digunakan untuk menyatakan keterkejutan atau ketidakpercayaan. 2) Yes-no questions dengan modal auxilaries Selain memakai to be is, am, are, was atau were dan do, does atau have, yes-no questions dapat menggunakan modals seperti may, can, would dan sebagainya. Penggunaan modals dalam bentuk kalimat tanya mempunyai fungsi masing-masing, pada contoh di bawah ini may dan can digunakan untuk meminta izin, must dan have to untuk suatu keharusan, yang umumnya merupakan otoritas pembicara dalam pernyataan dan otoritas pendengar dalam suatu pertanyaan (Quirk, 1985:815). a. {May/ can } I have leave now? Yes you may / can b. Must I / Do I have to leave now ? Yes you must/have to c. Shall we carry your suitcases?
(‘Will you permit me,…..’) (‘I will permit you…..….’) (‘Are you telling me.……’) (‘I’m telling you……...…’) (‘Would you like us to..?’)
Yes, please do (so) d. Shall we have dinner?
(‘Would you like us (includingyou)to…?’)
Yes lets Azar (1992: 5) juga menyatakan bahwa penggunaan modals dalam kata tanya digunakan untuk meminta izin dan meminta bantuan. Untuk kalimat tanya yang menggunakan can, may bisa diartikan ‘dapatkah’, sedangkan will diartikan ‘akankah’, dan untuk would bisa diartikan dengan ‘maukah atau dapatkah’.
30
3) Kalimat tanya penegas (Tag questions) Kalimat tanya penegas (Tag questions) adalah kata tanya yang ditambahkan dalam suatu kalimat dan letaknya di akhir kalimat dengan menggunakan auxilary verb (Azar, 1992: 156). Seperti contoh yang diambil dari http;//eenglishcourse.info/20: Positif 1. Elisabeth usually gets the bus to college
Negatif doesn’t she?
2. Jo and Lori know that the time of the lesson has changed
don’t they?
3. The introduction tells you what the book’s doesn’t it?
about
Negatif
Positif
4. You’re not having an early lunch today
are you?
5. Jennifer Gold hasn’t got a job at the
has she?
moment
do we?
6. We don’t see each other very often nowadays
Pada contoh nomor 1, 2, 3, jika kata kerja utamanya adalah affirmatif , maka tag questions-nya negatif. Sebaliknya, seperti contoh nomor 4, 5, 6 jika kata kerjautamanya negatif, maka tag question-nya adalah positif. Pola-pola diatas juga diungkapkan oleh Jacobs (1995: 262): “if the declarative clause is affirmative, then the tag is normally negative. If thedeclarative clause is negative, then the tag questions is affirmative.” Dalam bahasa Indonesia tag questions diartikan dengan ungkapan bukan? Kan? atau betul? atau begitu kan? atau ya nggak?.
31
Masih menurut Azar (1992: 156), seseorang menggunakan tag questions karena berharap pendengar setuju dengan gagasannya atau jawabannya sesuai gagasannya. Sebagai contoh:
Gagasan atau pemikiran dari pembicara bahwa kamu tahu Bob Wilson. The speaker’s idea: I think that you know Bob Wilson. Berdasarkan pemikirannya tersebut si pembicara menanyakannya. The speaker’s question: You know Bob Wilson, don’t you? Dan jawaban yang diharapkannya adalah yang sesuai dengan pemikirannya. Expected Answer: “Yes, I do” Dengan lebih sederhana lagi Jacobs (1995:263) mengungkapkan bahwa jika kalimat deklaratifnya affirmatif maka pembicara mengharapkan jawaban affirmatif, tetapi jika kalimat deklaratifnya negatif maka pembicaranya mengharapkan jawaban negatif.
4) Kalimat tanya deklaratif (declarative questions) Declarative question adalah jenis kalimat tanya yang diidentikan dengan kalimat deklaratif atau pernyataan tetapi fungsinya adalah sebagai pertanyaan yang ditandai dengan penggunaan nada tinggi. Ini bisa dilihat dari contoh dibawah ini:
32
You relize what the RISK is? Boris will be THERE, I suppose? He didn’t finish the RACE?
Kalimat tanya deklaratif tersebut mengundang verifikasi pendengar untuk menjawab yes atau no (Quirk et al, 1985:814). Selain itu Andrew (1997: 163) memaparkan declarative questions terjadi karena adanya stimulus dari pembicara lain, dia memberikan pengelompokan yang berbeda untuk declarative questions yaitu memasukkanya ke dalam kelas yang diberi nama yes-no question echoquestion. Disini, Andrew membedakan yes-no question dalam yes-no question non-echo question dan yes-no question echo-question. Yes-no non echo questions adalah pertanyaan yang menggunakan tobe dan auxilary sebagai kata tanya, sama seperti yang diuraikan di atas, sedangkan yesno echo questions adalah kalimat tanya berbentuk deklaratif yang timbul karena stimulus dari speaker lain. Seperti contoh berikut: SPEAKER A: I bought a car SPEAKER B: You bought a car ? Kalimat pertama yang diucapkan speaker satu memberikan stimulus, yang membuat speaker B bertanya dengan pernyataan yang sama seperti yang diucapkan B. Kalimat B adalah merupakan kalimat tanya meskipun bentuk kalimat pertanyaan pada speaker B tidak terdapat susunan kalimat tanya. b) Wh – questions Menurut Hurfard (1994 : 113) pertanyaan dengan Wh-questions mengharapkan jawaban yang lebih informatif. Wh- questions terdiri dari: who,
33
where, what, when ,why, how, which. Quirk membagi Wh-questions menjadi dua yaitu: Positive wh questions dan negative wh-questions. Where was she born ? (Positive wh questions) Why don’t you shave? (negative wh-questions)
Penyusunan Wh questions dalam sebuah kalimat memiliki kesamaan dan perbedaan tersendiri dengan pola pada yes-no questions. Seperti yang digambarkan oleh Krohn (1971:9) dalam contoh berikut : Does John like coffee? (Yes-No questions) What does John like? (Wh - questions) Dari contoh di atas Krohn menyimpulkan bahwa: “Wh-questions of this type begin with questions word, such as who, what, when,or where. The rest of the word-order pattern is the same as in YesNo questions:do, does, or some other auxiliary is placed before the subject”. Tetapi tidak selalu Wh-questions di ikuti auxiliary, seperti yang diungkapkan Betty Schramfer Azar (1992: 132) ketika who atau what digunakan sebagai subjek dalam pertanyaan, bentuk do tidak digunakan, contohnya:
S 1. Who came?
S Someone came
O 2. Who(m) did you see?
O I saw someone
S 3. What happened?
S Something happened
O 4. What did you see ?
O I saw something
34
Pada contoh nomor dua di atas penggunaan whom lebih formal daripada who: Formal
: whom did you see?
Informal
: who did you see?
Di bawah ini akan diuraikan satu persatu (Azar, 1989: 10) mengenai whquestions: a. When When dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan kapan. When digunakan untuk menanyakan waktu, contohnya : “When did you arrive?”
“Yesterday”
When will you come?”
“Next Monday”
b. Where Where digunakan untuk menanyakan tentang tempat. Seperti contoh berikut: “where did he go ?” “Where is she?”
“ At home”
Where dalam Bsa mempunyai arti ‘dimana’ yang juga mempunyai fungsi sama untuk yaitu untuk menanyakan tempat. contoh:
35
“Dimana kakakmu?”
“di Jakarta”
c. Why Why digunakan untuk menanyakan pertanyaan mengenai alasan. Why diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “mengapa”. Contohnya: “Why did he leave early?”
“Because he’s ill”
“Why aren’t you coming with us?”
“I’m tired”
Contoh dalam bahasa Indonesia “Mengapa kamu bersedih”
“Dompetku hilang”
Biasanya jawaban dari pertanyaan ‘mengapa’ diawali dengan ‘karena’, namun bukanlah suatu keharusan seperti halnya dalam bahasa Inggris. Untuk kata tanya Why yang berbentuk negatif yang diawali dengan why don’t atauwhy not menurut Quirk (1985: 821) biasanya digunakan untuk undangan, saran atau perintah, seperti pada contoh berikut: Why don’t you clean your teeth ? Why don’t you come for a meal one day next week ?
d. How Ungkapan ‘how’ dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘bagaimana’. Ungkapan How dalam bahasa Inggris mempunyai banyak fungsi Azar (1992: 144). Tetapi tidak seperti dalam bahasa Inggris, ungkapan ‘bagaimana’ dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai banyak kegunaan umumnya hanya digunakan
36
untuk menanyakan keadaan dan cara. Sehingga ungkapan seperti how old are you, how tall are you, atau how far tidak bisa diterjemahkan dengan bagaimana umurmu, bagaimana tinggi atau bagaimana jauh, namun diterjemahkan dengan kata ‘berapa’, berapa usiamu, berapa tinggimu, berapa jauh: How yang digunakan untuk menanyakan cara “How do you go to school?”
I go to school by car I take a bus
How juga digunakan dengan adjective (kata sifat) dan adverb “ How old is she”?
Twenty five
“ How smart is he”?
He always gets first rank
“How carefully do you drive your
Only 40 km per hour
motorcycle”?
How digunakan untuk menanyakan frekuensi “ How often do you go shopping ?”
Every day
“How many times a day do you
Three or four
eat”?
How far How far digunakan untuk menanyakan jarak. A:”How far is your house from Solo?” B:”200 miles” A:”How far do you do your project?” B:”I’ve done for chapter four”
37
Untuk menanyakan jarak selain “how far” digunakan juga”How many miles” “How many kilometers is Balapan station from Sebelas Maret university?”
How long How long digunakan untuk menanyakan lamanya waktu. A:”How long did you stay in London?” B:”Four years” A:”How long will you be in Jakarta?” B:”Two days” Selain menggunakan “how long” juga bisa menggunakan how many +
Minutes Hours Days Weeks months
A:“How many days will you be in Jakarta”? B:”Two” Selain penggunaan-penggunaan how yang disebutkan diatas, ada beberapa penggunaan how lain yang disebutkan oleh Azar (1992, 152) yaitu : How yang digunakan untuk menanyakan bagaimana ejaan dari kata atau nama,dan menanyakan bagaimana mengucapkan kata atau kalimat tertentu. How do you spell “study” How
do
you
say
“belum”
s-t-u-d-y in
Dereng
Javanese?
How yang digunakan untuk sapaan atau menanyakan kabar How are you so far ?
Great
38
How’s it going ?
Okay
How are you doing ?
Fine
How yang digunakan untuk menanyakan kesehatan atau keadaan emosi seorang How do you feel
Terrific!
How are you feeling
Wonderful! Great! Fine Okay So-so Terrible!
How yang digunakan ketika perkenalan dalam suasana formal. How do you do ?
How do you do
How do you do ini digunakan oleh dua orang pembicara ketika saling memperkenalkan diri dalam suasana formal.
e. Who Who digunakan sebagai subjek dalam pertanyaan, ungkapan Who dan Whom diterjemahkan dengan kata ‘siapa’. “Who came?”
Someone came
f. Whom Whom digunakan sebagai objek dalam pertanyaan. Dalam bahasa percakapan whom jarang digunakan, umumnya menggunakan who. Whom hanya
39
digunakan untuk pertanyaan yang formal, sedangkan who digunakan dalam pertanyaan yanginformal. Formal
: whom did you see? I saw my old friend
Informal
: who did you see? I saw my old friend
g. Whose Whose digunakan untuk menanyakan milik. A:“Whose (doll) is this?” B: “It’s Mery’s (doll)” A:“ Whose car did you borrow” B: “I borrow Mery’s (car)”
Dari contoh diatas pembicara dapat mengilangkan kata bendanya (book) jika artiatau maksudnya jelas bagi pendengar.
h. What What dapat digunakan sebagai subyek atau obyek dalam pertanyaan. Kata ‘what’dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan kata ‘apa’. seperti halnya ‘how’,what mempunyai banyak kegunaan, sedangkan padanan ‘apa’ dalam bahasaIndonesia mempunyai fungsi yang terbatas, tidak semua kata tanya yangmenggunakan ‘what’ diterjemahkan dengan apa, tergantung dari jenis kalimatnya. S What happened ?
S Something happened
40
O What did you see ?
O I saw something
Seperti halnya who, ketika what digunakan subyek dalam pertanyaan maka auxilary do atau does/did tidak digunakan. Ada beberapa penggunaan ‘what’: 1) What kind of What kind digunakan untuk menanyakan informasi tentang tipe yang spesifik dalam kategori yang umum. What kind of bisa diterjemahkan dengan ‘macam apa/jenis apa’, misalnya ‘sepatu jenis apa yang kamu beli’? What kind of shoes did you buy?
Boots Sandals Tennis Shoes Loafers Running Shoes High Heels, etc
Dari contoh diatas yang merupakan kategori umum adalah: ‘shoes’, sedangkantipe yang spesifik adalah: high heels, boots etc. 2) What + a Form of Do What + a form of do digunakan untuk menanyakan tentang kegiatan. Kata ‘what’ dalam contoh dibawah bisa diterjemahkan dengan ‘apa’. “What did you do yesterday ?”
“I went down town”
“What is marry doing ?”
“Reading a book”
3) What countries, what time, what color
41
What dapat digunakan bersama noun atau kata benda seperti: What countries,what time, what color. Dalam Bahasa Indonesia padanan kata untuk ‘what countries’ dan ‘what time’ adalah ‘negara mana’ dan ‘jam berapa’, jadi kata ‘apa’tidak digunakan disini kecuali untuk kata tanya ‘what colour’ diartikan dengan‘warna apa’. “What countries did you visit last night”?
“Italy and Spain
“ What time did she come” ?
“ Seven o’clock”
“ What colour is his hair”?
“ Dark brown”
4) What + be like What + be like digunakan untuk menanyakan gambaran umum dari kualitas tertentu. “ What is Ed like?”
“He’s kind and friendly”
“ what is the weather like?”
“Hot and humid”
5) What + look like What + look like digunakan untuk menanyakan gambaran secara fisik. “ What does Ed look like ?”
“ He’s tall and has dark hair”
“ What does her house look like ?”
“It’s two stairs, red brick house”
i. Which Which mempunyai padanan yaitu: ‘yang mana’. Which mempunyai fungsi untuk menanyakan pilihan tertentu sebagai contoh:
42
I have two pen. “Which pen do you want?” “Which one do you want?”
“The blue one”
“Which do you want?” “Which book should I buy?”
“That one”
c. Pertanyaan dengan Pilihan (Alternative Questions) Menurut Rodney (1997:366) pengertian dari alternative question adalah sebagai berikut: “ here the set of answer is derivable from the question itself: it is matter of selecting from among a number of alternatives given in the questions – and such questions are therefore commonly called Alternative questions”. Hampir senada dengan Rodney, Nancy (2003:95) juga memberi gambaran bahwa“….disjunctive provides two alternatives, constraining the adressee to chooseone.”Namun disini Nancy menyebut kalimat tanya dengan pilihan atau alternative questions dengan disjunctive questions. Dalam alternative questions pendengar dihadapkan pada dua pilihan, yang harus di pilih salah satu, seperti contoh berikut: Do you buy a car or a motorcycle? Susunan kalimat dalam alternative questions biasanya menggunakan kata sambung or (Jacobs, 1995:263). Will Mabel talk to me or will her brother go to police? Susunan kalimat alternative questions yang panjang, pada bagian kedua dari alternative questions bisa dihilangkan, seperti contoh berikut:
43
Are you coming today or are you coming tomorrow? atau Are you coming today or tomorrow? Selain bentuk positif, dalam alternative question juga terdapat bentuk negatif. Lain halnya dengan alternative questions yang positif, bentuk negatif ini adalah pengecualian, bentuk ini mengundang verifikasi jawaban yes atau no dari pendengar. Namun menurut Jacobs (1995: 263) bentuk ini tidak lazim, seperti contoh yang diberikannya dibawah ini: Are you coming or aren’t you coming? Atau bisa disingkat dengan : Are you coming or aren’t you? Are you coming or not? Menurut Jacobs bentuk-bentuk di atas digunakan mungkin pembicara tidak sabar dikarenakan
lawan
bicaranya
tidak
segera
memberikan
jawaban
yang
diinginkannya.
2.5.3 Kalimat tanya dalam bahasa Indonesia Dalam tata baku bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2003:337) berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) Kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, (4) kalimat eksklamatif atau kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasar sintaksisnya tidak berkaitan langsung dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi pemakaian bahasa untuk tujuan
44
komunikasi. Seperti kalimat interogatif dalam bahasa Indonesia lazim digunakan untuk meminta informasi atau untuk bertanya, tetapi pada konteks wacana tertentu dapat berfungsi permintaan ( sejenis kalimat perintah halus):
Ali : Apa ada air Bu ? Ibu : Ada, Nak, ambil, sendiri. (Alwi, 2003:337) Ali pada dialog di atas menginginkan untuk diberi minuman, bukannya jawaban verbal. Sedangkan Ibu, tidak cukup hanya menjawab “ada” , tetapi dia perlu mengambil minuman. Kalimat interogatif atau kalimat tanya dalam tata bahasa baku Indonesia, Alwi (2003: 357) secara formal ditandai dengan kata tanya seperti apa, siapa, berapa,kapan dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Kalimat interogatif ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat tanya digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak”, atau meminta informasi. Pada tata bahasa baku Indonesia, Alwi (2003: 358) ada beberapa cara membentuk kalimat tanya dari kalimat deklaratif : 1. Menambahkan partikel penanya apa a. Dia istri pak Bambang b. Apa dia istri pak Bambang ? c. Pemerintah akan memungut pajak deposito. d. Apa pemerintah akan memungut pajak deposito ?
45
Kalimat-kalimat dalam contoh memerlukan jawaban “ya” atau “tidak” 2. Membalikkan susunan kata dalam kalimat deklaratif. Pada cara kedua ini ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan a) Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus, sudah dan mau , kata tersebut dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambah partikel –kah a. Dia dapat pergi sekarang b. Dapatkah dia pergi sekarang? c. Narti harus segera kawin. d. Haruskah Narti segera kawin ? Bentuk kalimat sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam kalimat seperti ini. b) Kalimat yang predikatnya nomina atau adjektiva, urutan subjek dan predikatnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel –kah ditambahkan pada frasa yang telah dipindahkan ke muka. a. Masalah ini urusan Pak Ali. b. Urusan Pak Alikah masalah ini? c. Linda pacar Rudy. d. Pacar Rudykah Linda ? c)
Jika predikatnya adalah verba taktransitif, ekatransitif atau semitransitif. Verba beserta objek atau pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal kalimat dan kemudian ditambah partikel –kah. a. Dia menangis kemarin. b. Menangiskah dia kemarin? c. Mereka bekerja pada pabrik roti.
46
d. Bekerjakah mereka di pabrik roti? Meskipun kalimat-kalimat di atas ada dalam bahasa Indonesia, namun kalimat yang berobjek dan berpelengkap seperti diatas lebih umum diubah menjadi kalimat tanya yang memakai partikel apa(kah), apakah dia menangis kemarin? 3. Dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak(kah). a. Dia sakit. b. Dia sakit, bukan? c. Bukankah dia sakit? d. Para peserta sudah datang. e. Para peserta sudah datang, (apa/ atau) belum? f. Kamu mengerti soal ini. g. Kamu mengerti soal ini, (apa/atau) tidak? Kalimat interogatif yang yang diakhiri dengan kata ingkar bukan, belum, atau tidak dinamakan kalimat interogatif embelan. 4. Dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti kalimat deklaratif, tetapi mengubah intonasi menjadi naik. a. Jawabannya sudah diterima? b. Dia jadi pergi ke Medan? 5. Memakai kata tanya apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa. a. Dia mencari Pak Achmad. b. Dia mencari siapa? c. Pak Tarigan membaca buku. d. Pak Tarigan membaca apa? e. Minggu depan mereka akan berangkat ke Amerika. f. Kapan minggu depan mereka akan berangkat Amerika? g. Keluarga Daryanto akan pindah ke Surabaya. h. Keluarga Daryanto akan pindah kemana?
47
h. Dia memecahkan masalah itu dengan baik. i. Bagaimana dia memecahkan masalah itu?
3. Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna ujaran secara eksternal dalam kaitannya dengan penutur. Seperti yang dikatakan oleh Yule (1996) bahwa Pragmatics is study of the relationship between linguistics form and the users of those forms. Juga pendapat dari Leech (dalam Trosborg 1995: 6) yang mendefinisikan pragmatik sebagai The study of meaning in relation to speech situation. Leech memandang pragmatik dikaitkan dengan pengguna bahasa (what did you mean by x?) sehingga makna pragmatik berbeda dengan makna semantik (what does x mean?). Levinson (1983) pragmatik merupakan hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya. Senada dengan pernyataan yang dikemukakan Griffiths (2006:1) Pragmatics is cincerned with the use of these tools in meaningful communication. Pragmatics is about the interaction of semantic knowledge with our knowledge of the world, taking into account contexts of use. Jadi dengan pragmatik, makna kontekstual dapat dievaluasi sehingga menghasilkan makna sesungguhnya. Maksudnya, dibalik suatu ujaran terdapat makna lain. Kajian pragmatik berkaitan erat dengan makna yang dimaksud (intended meaning), asumsi, persepsi, tujuan penutur dalam berkomunikasi dalam segala fariasinya. Dari definisi tersebut juga dapat kita pahami jika kajian pragmatik ini bukan hanya fokus pada tuturan atau ujaran saja akan tetapi melibatkan banyak hal. Seperti penutur, mitra tutur, dan bagaimana konteks situasi tuturan tersebut.
48
Setiap tuturan dapat dikaji lebih dalam untuk mengetahui maksud dari penutur terhadap mitra tutur. Tidak semua maksud pada tuturan disampaikan secara langsung, namun bisa saja pada tiap tuturan terdapat maksud yang tidak tersampaikan secara langsung. Maka dengan kajian pragmatik, makna tersembunyi dari suatu tuturan dapat dievaluasi untuk mengungkap maksud secara jelas dan gamblang. Kesimpulannya, pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang penggunaan bahasa terkait konteksnya. Dengan kata lain, pragmatik mengkaji bagaimana tuturan dalam suatu percakapan dan hubungannya dengan konteks situasi ujaran. Lebih spesifik lagi, salah satu materi dalam pragmatik yang mengkaji tuturan adalah tindak tutur (speech act).
2.6 Tindak Tutur Tindak tutur adalah merupakan bagian yang terpenting dalam pragmatik yangmengarah pada bagaimana konteks dari ucapan mempengaruhi ucapan tersebut sehingga bisa dimengerti. Teori tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh Austin (1962) melalui bukunya yang berjudul How To Do Things with Words. Teori tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa ilmuwan seperti Searle (1976) dan Yule (1996). Tindakan yang dilakukan melalui tuturan bisa disebut tindak tutur atau speech act, sedangkan peristiwa yang melingkupinya disebut peristiwa tutur atau speech event (Yule, 1996:47). Menurut Austin (1962: 94-102), tindak tutur secara umum dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi.
49
1. Lokusi merupakan dasar dari tindak tutur yang memproduksi ekspresi linguistik
yang
bermakna.
Lokusi
merupakam
tindakan
untuk
mengujarkan kalimat dengan makna tertentu. Selanjutnya, dapat diartikan sebagai tindakan ketika seseorang mengatakan sesuatu. Ia menciptakan ujaran yang dimengerti. Tindak
tutur ini dimaksudkan untuk
mengucapkan atau menyampaikan makna kata dalam kalimat sesuai dengan artinya dalam kamus atau kaidah sintaksisnya. Fokusnya adalah makna tuturan yang diucapkan bukan fungsi dan maksud tuturan tersebut. 2. Ilokusi membentuk tuturan yang tidak hanya bermakna, tetapi juga mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Ilokusi adalah tindak tutur untuk mengujarkan kalimat dengan daya tertentu, seperti penutur bermaksud untuk menyatakan tindak pujian, kritik, persetujuan dan sebagainya. Selanjutnya, Autin juga berpendapat bahwa ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Ilokusi tidak lagi membahas mengenai makna suatu ujaran tapi mengacu pada fungsi dan maksud untuk apa ujaran itu dilakukan. 3. Perlokusi merupakan pengaruh lanjutan yang terjadi pada pihak pendengar yang di inginkan oleh penutur, sehingga menyebabkan pendengar melakukan sesuatu atau ujaran. Sebagai contoh : percakapan antara anak dan ibunya. Anak tersebut menolak disuruh ibunya untuk tidur. Kemudian ibunya berkata “saya akan padamkan lampu”. Tindak lokusinya adalah ujaran saya akan padamkan lampu. Tetapi sebenarnya maksud dari ibu tersebut adalah sebagai ancaman atau kemarahannya yang merupakan
50
tindak ilokusinya. Kemudian sebagai tindak perlokusinya adalah anak tersebut segera beranjak untuk tidur karena takut ibunya akan lebih marah lagi. Menurut Searle (1969), dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat pula berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah (dalam Rani, 2004:158). Searle (1976) dan Yule (1996) membagi tindak tutur ilokusi dalam lima kategori. Menurut Searle (1976) ilokusi dikategorikan menjadi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Yule (1996) membagi ilokusi menjadi deklarasi, reprensentatif, ekspresif, direktif, dan komisif.
a.
Representatif Representatif merupakan tindak tutur yang bertujuan memberi informasi dan
untuk mengungkapkan sesuatu yang diketahui atau dipercayai oleh penutur. Contoh: Kebanyakan meja dibuat dari kayu. Dunia ini bulat.
51
b.
Deklarasi Tindak tutur deklarasi dapat mengubah dunia lewat tuturan yang ada,
misalnya membaptis, memberi nama, menikahkan, dan sebagainya. Contoh: Saya mengesahkan anda berdua sebagai suami dan istri. Dengan ini konferensi saya buka. c.
Ekspresif Ekspresif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan perasaan penutur. Contoh:
d.
Saya sungguh minta maaf.
Selamat, aku turut senang!
Direktif Tindak tutur direktif digunakan jika penutur ingin orang lain melakukan
sesuatu. Tuturan direktif dapat berupa perintah, permintaan, saran, dan sabagainya. Contoh:
e.
Tolong ambilkan saya segelas air!
Lebih baik kamu cepat pulang sekarang.
Komisif Jenis tindak tutur saat penutur mengutarakan maksud terhadap suatu tindakan yang akan datang, bisa dalam bentuk janji, ancaman, penolakan, atau sumpah.
52
Contoh: Saya akan datang jam 1 siang. Kami siap membantu menghias ruangan.
2.7 Tindak Tutur Ilokusi Kalimat Tanya Pada penerjemahan kalimat tanya lebih difokuskan pada daya ilokusi. Daya ilokusi juga merupakan wilayah kajian dari pragmatik. Pragmatik sendiri mengkaji tentang bagaimana bahasa digunakan pada suatu tuturan. Dalam sebuah tuturan atau percakapan terdapat beberapa jenis kalimat yang digunakan yaitu:kalimat deklaratif, kalimat tanya, dan perintah. Daya ilokusi yang ada dalam kalimat tanya adalah untuk menanyakan sesuatu. Namun, menurut Larson (1984) ada beberapa kalimat tanya yang tidak berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya. Secara struktural berbentuk kalimat tanya, tetapi daya ilokusinya berbeda. Sehingga kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi (bertanya) tertentu tetapi mempunyai fungsi yang lain seperti menunjukkan memberi saran (suggesting),
perintah
(commanding),
melarang (prohibiting),
konfirmasi
(confirming) dan sebagainya. Dalam hal ini Larson (1984) membuat dua klasifikasi kalimat tanya yaitu: pertanyaan nyata (real questions) dan pertanyaan retoris (rethoric questions). Kalimat tanya retoris dikatakannya sebagai fungsi kedua dalam kalimat tanya sedangkan real questions adalah merupakan fungsi utama dari sebuah kalimat tanya.
53
a. Pertanyaan nyata (Real questions) Menurut Larson (1984:234) “the purpose of a real questions is to ask informations”. Real questions digunakan untuk meminta informasi. Seperti kalimat berikut: Where is your house? What time are you coming ? Dua kalimat diatas, menggunakan bentuk kalimat tanya dan tujuan dari pembicara bermaksud menanyakan informasi tentang alamat dan waktu kedatangan.
b. Pertanyaan retoris (Rethoric questions) Di sisi lain menurut Larson (1984), rhetoric questions adalah kalimat yang bentuk atau susunan kalimatnya merupakan kalimat tanya tetapi tujuan dari penggunaan kalimat tersebut lebih dari sekedar mencari informasi. Pertanyaan retoris tampak seperti real questions tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukanlah suatu pertanyaan. Tujuan dari pertanyaan tersebut mungkin saja untuk menyampaikan
perintah,
mengekspresikan
kemarahan,
memberi
saran,
mengkonfirmasi suatu informasi, melarang dan sebagainya. Seperti pada contoh berikut : Why don’t you wash the dishes ? Bentuk atau pola kalimat di atas adalah kalimat tanya, mungkin dalam beberapa konteks kalimat di atas bisa digunakan untuk menanyakan informasi dan bisa dijadikan fungsi utama. Namun dalam bahasa Inggris sering digunakan sebagai salah satu cara untuk memberikan suatu saran (suggesting) yang sopan. Kalimat
54
wash the dishes bukan suatu kalimat dengan penekanan yang kuat sebagai kalimat perintah tetapi juga bukan suatu pertanyaan. Kalimat tersebut adalah sebuah saran. Jawaban dari kalimat pertanyaan diatas adalah okay, I will. Jika why adalah kata tanya yang
menanyakan informasi maka jawabannya adalah sebuah alasan,
sebagai contoh jawaban adalah : Because I’m just too tired. Rhetorical questions dalam bahasa Inggris juga digunakan untuk menyatakan kemarahan. Larson (1984:235) memberikan contoh, dengan katatanya when yang digunakan untuk menunjukkan amarah. “When are you empty the garbage ?” Konteks kalimat tersebut adalah seorang
ibu yang marah terhadap anaknya
karena sampah tidak segera dibuang. Ibunya menyuruh anaknya untuk membuang sampah dan anak tersebut tahu bahwa itu merupakan kewajibannya. Ibu itu ingin menyampaikan apa yang dia rasakan yaitu perintah untuk membuang sampah dan rasa emosinya kepada anak tersebut. Penyampaiannya tidak menggunakan kalimat perintah tetapi dengan sebuah pertanyaan. Daya ilokusi dari kalimat tersebut adalah perintah, namun secara gramatikal berbentuk question, kata tanya when biasanya digunakan untuk menanyakan waktu. Jika kata when pada kalimat di atas diterjemahkan secara literal di berbagai bahasa menurut Larson (1984:235) maka tujuan pembicara yang sebenarnya yaitu perintah tidak dapat tertangkap ataupun hilang maknanya. Sehingga kalimat tersebut hanya dimengerti sebagai pertanyaan.
55
Rhetorical questions mempunyai banyak fungsi. Dalam bahasa Inggris, kalimat retoris mempunyai beberapa fungsi (Larson, 1984:236) yaitu: untuk menekankan fakta yang ada, menyatakan saran dan perintah, sebagai indikasi keraguan atau ketidakpastian, untuk menyampaikan topik baru atau aspek baru dari sebuah topik, untuk menunjukkan keterkejutan, teguran atau desakan, untuk menyampaikan evaluasi dari pembicara. Ada beberapa contoh yang ditunjukkan Larson (1984:236): 1) Kalimat tanya retoris yang menekankan fakta How I can pass you , if you don’t turn in your assignment? Kalimat interogatif di atas, berfungsi untuk menekankan fakta yang ada. Meskipun kalimat di atas berbentuk interogatif namun maknanya adalah suatu pernyataan/deklaratif yang menyatakan fakta yang ada. “ I can’tpass you , if you don’t turn in your assigments” . 2) Kalimat tanya retoris yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian. What are we going to eat? Adalah kalimat tanya yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian tentang harga makanan yang tinggi. Makna yang sebenarnya adalah : “ I’m concerned about how I willhave enough money to buy the things we need”. 3) Kalimat tanya yang digunakan untuk mengenalkan topik yang baru atau permulaan pembicaraan.
56
Di beberapa bahasa, seperti bahasa Inggris. mengenalkan topik yang baru atau permulaan pembicaraan sering menggunakan bentuk kalimat tanya.Seseorang mungkin akan berkata : “Why is there so much unemployment these days ?” Dan kemudian tanpa menunggu jawaban, pembicara tersebut mulai mengatakan tentang alasan-alasan adanya unemployment. Makna sebenarnya dari kalimat tanya di atas adalah “ I’m going to tell you why there is so much unemployment these days?” 4) Kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukkan keterkejutan. Sebagai contoh, beberapa tamu datang lebih awal dan sang istri yang sedang menyiapkan makan malam melihat mereka datang, berkata “arethey here so soon? I haven’t even gotten dressed yet.” Sang
istri tidak bermaksud benar-benar bertanya, dia tahu mereka sudah
datang, istri tersebut hanya menunjukkan rasa keterkejutannya. Makna yang sebenarnya adalah : “I’m surprised they are here so soon.” 5) Kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukkan teguran atau desakan. “why are you always bothering grandfather? Makna yang sebenarnya adalah : “you shouldn’t bother your grandfather so much”. Bentuk kata tanya why pada bahasa Inggris dalam kalimat afirmatif adalah merupakan pernyataan kritik. Selain Larson, ada ahli lain yang mengelompokkan fungsi dari rhetorical questions yaitu Kirkpatrick (dalam Larson, 1984:237) “rhetorical questions are also used to make statement, to arouse thought or get attention, or to express attitudes of wonder, admiration, doubt, reproach,indignation, and other emotions”.
57
Rhetorical questions juga digunakan membuat pernyataan untuk menimbulkan pemikiran atau mendapatkan perhatian, untuk mengungkapkan sikap keheranan, kekaguman, keraguan, penyesalan, kemarahan dan emosi-emosi yang lain. Larson (1984) menyatakan bahwa seorang penerjemah dalam menerjemahkan kalimat tanya sebaiknya mempelajari tentang fungsi darirethorical question untuk memudahkan dalam menerjemahkan. Pada saat menerjemahkan, seorang penerjemah harus menentukan terlebih dahulu kalimattanya yang hendak diterjemahkan apakah fact questions atau rhetorical questions, kemudian baru menentukan bentuk terjemahannya sehingga makna yang sebenarnya dapat tertangkap. Seperti kesalahpahaman yang terjadi antara orang Inggris dan Vietnam. Orang Inggris terbiasa untuk minum kopi di pagi hari,kemudian dia bertanya temannya yang berasal dari vietnam “Would you like todrink tea?”, orang Vietnam tersebut tampak bingung dan berkata “no”. Menurut pemikiran orang Vietnam “mungkin dia tidak menginginkan saya untuk minum teh”. Seharusnya bentuk penggunaannya yang digunakan dalam bahasa Vietnam berbentuk imperatif “Take this tea and drink it”. Dalam hal ini seorang penerjemah harus mampu menentukan fungsi dari kalimat tanya untuk selanjutnyadapat diterjemahkan berdasarkan budaya dan sistem bahasa pada bahasa sasaran tanpa menghilangkan makna yang sebenarnya.
2.8 Komik 2.8.1
Definisi Komik Komik
menurut
http://aaipoel.wordpress.com/2007/06/07/aplikasi-
semiotika-komunikasi/ adalah cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau
58
berbentuk buku yang pada umumnya mudah dicerna dan lucu. Demikian juga dalam Ensiklopedi Indonesia seri 4 (1983:1838) dijelaskan lebih jelas bahwa komik atau cerita bergambar adalah cerita berupa rangkaian gambar yang terpisah-pisah, tetapi berkaitan dalam isi: dapat dilengkapi dengan maupun tanpa naskah. Sedangkan McCloud , Understanding Comics (Kinanti, trans. Memahami Komik, 1993) mendefinisikan komik sebagai seni berurutan. McCloud berpendapat bahwa pembentukan definisi atau arti suatu hal bergantung
pada muatan dan gagasan yang diberikan oleh sang pembuat,
sehingga untuk memperoleh definisi komik secara tepat dan sempurna akan cukup sulit (McCloud 1993:6). Selanjutnya McCloud mendefinisikan komik sebagai “Gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjustaposisi dalam urutan tertentu.” Dengan demikian, komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk alur cerita. Menurut (Maharsi, 2011:7) komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti. Komik dianggap sebagai media yang menggabungkan antara tulisan dengan gambar menjadi satu kesatuan yang estetis serta mampu secara maksimal menyampaikan pesan. Elemen huruf dan tulisan memiliki kedudukan setara, sehingga dalam tampilan visualisasi dari tulisan dapat diimajinasikan menyatu ke dalam sebuah rangkaian gambar. Tampilan visual atau gambar di dalam komik sangat berkontribusi untuk memberikan alur penceritaan komiknya sehingga akan sangat berpengaruh pada pemaknaan cerita atau pesan yang ingin disampaikan oleh komikus melalui rangkaian-rangkaian gambar tersebut. Makin
59
eksplisit gambar, adegan yang terangkai, dan perkembangan cerita yang dikaji, maka makin keci peranan pendukung, seperti dialog atau narasi dari cerita (Boneff, 1998:132).
2.8.2 Karakteristik Komik a. Bentuk dan Jenis Cerita Komik Menurut Bonneff, komik dibedakan dalam 2 kategori berdasarkan bentuknya yaitu komik bersambung (comic-strips) dan buku komik atau comicbooks (Bonneff, 1998 dalam Maharsi). Namun dalam perkembangan selanjutnya ada pula novel grafis, komik kompilasi yang menggabungkan beberapa cerita yang berlainan dalam satu buku dan juga muncul pula web comic atau komik online. Menurut (Maharsi, 2011) komik sendiri terbagi menjadi beberapa bentuk dan jenis, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut 1. Komik Strip (comic strips)Istilah komik strip (comic strips) merujuk pada komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya muncul di surat kabar ataupun majalah. Komik jenis ini terbagi menjadi 2 katagori yaitu : a.
Komik strip bersambung
Komik strip bersambung merupakan komik yang terdiri dari tiga atau empat panel yang terbit di surat kabar atau majalah dengan cerita bersambung dalam setiap edisinya. b. Kartun komik
60
Komik strip dalam katagori ini adalah komik yang hanya terdiri dari tiga atau empat panel yang merupakan alat protes dalam bentuk banyolan. 2. Buku Komik (Comic Book) Comic Book atau buku komik adalah komik yang disajikan dalam bentuk buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya. Kemasan comic book ini lebih menyerupai majalah dan terbit secara rutin. 3. Novel Grafis (Graphic Novel) Istilah Graphic Novel atau Novel Grafis pertama kali dikemukakan olehWill Eisner. Yang membedakan novel grafis dengan komik lainya adalah pada tema-tema yang lebih serius dengan panjang cerita yang hampir sama dengan novel dan ditunjukkan bagi pembaca yang bukan anak-anak. Istilah ini juga untuk menghilangkan kesan bahwa komik adalah suatu media yang dicap murahan. 4. Komik Kompilasi Komik kompilasi merupakan kumpulan dari beberapa komikus yang berbeda. Cerita yang terdapat dalam komik kompilsai ini bias tidak berhubungan sama sekali, namun kadang ada juga penerbit yang memberikan tema yang sama walaupun dengan cerita yang berbeda. 5. Komik Online (Web Comic) Sesuai dengan namanya maka komik ini menggunakan media internet dalam publikasinya. Dengan memakai situs web maka komik jenis ini hanya menghabiskan biaya yang relatif lebih murah dibanding media cetak dan
61
jangkauannya sangat luas tak terbatas. Komik ini muncul seiring dengan munculnya cyberspace di dunia teknologi komunikasi. b. Komik Berdasarkan Jenis Cerita Menurut (Maharsi, 2011), pembagian komik berdasarkan jenis cerita terbagi menjadi 4 (empat) macam yaitu : 1. Komik Edukasi Komik secara nyata memberikan andil yang cukup besar dalam ranah intelektual dan artistik seni. Keragaman gambar dan cerita yang ditawarkan menjadikannya sebagai alat atau media untuk menyampaikan pesan yang beragam, salah satunya adalah pesan didaktis kepada masyarakat awam. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa komik memiliki dua fungsi sekaligus. Pertama adalah fungsi hiburan dan kedua dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung untuk tujuan edukatif. Hal ini karena kedudukan komik yang semakin berkembang kearah yang baik karena masyarakat sudah menyadari nilai komersial dan nilai edukatif yang biasa dibawanya (Bonneff, 1998:67 dalam Maharsi). 2. Komik Promosi (Komik Iklan) Pangsa pasar komik sangat beragam, komik juga mampu menumbuhkan imajinasi yang selaras dengan dunia anak. Sehingga muncul pula komik yang dipakai untuk keperluan promosi sebuah produk. Visualisasi komik promosi ini biasanya menggunakan figur superhero atau tokoh yang merupakan manifestasi citra dari produk yang di promosikan. 3. Komik Wayang
62
Komik wayang berarti komik yang bercerita tentang cerita wayang, yaitu Mahabharata yang menceritakan perang besar antara Kurawa dan Pandawa maupun cerita Ramayana yang bercerita tentang penculikan Dewi Shinta. Komik jenis ini di Indonesia muncul di tahun 60-70an dengan beberapa komik yang mengawali masa ini yaitu; Lahirnya Gatotkatja (Keng Po), Raden Palasara karya Johnlo, Mahabharata karya R.A Kosasih yang sangat terkenal terbitan melodi dari Bandung. 4. Komik Silat Komik silat sangatlah popular, karena tema-tema silat yang didominasi oleh adegan laga atau pertarungan sampai saat ini masih menjadi idola. Untuk seting cerita komik jenis ini menyesuaikan budaya dari masing-masing Negara yang menerbitkan komik tersebut. Misalkan Jepang dengan ninja dan samurainya atau China dengan kung funya. Sebut saja Naruto dan Twins karya Tony Wong lalu ada juga komik Warrior dari Korea bias sebagai contoh maraknya komikkomik jenis ini.
2.8.2 Elemen dalam Komik
Terdapat beberapa elemen yang terdapat dalam komik, elemen-elemen tersebut adalah(Maharsi, 2011): 1. Panel Panel adalah kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang nantinya membentuk sebuah alur cerita. 2. Sudut pandang dan ukuran gambar dalam panel
63
3. Parit Parit adalah ruang diantara panel 4. Balon kata Menurut Faido Simanjuntak (2006:37) komik mempunyai empat tipe teks yaitu kata-kata yang diucapkan dalam pikiran karakter (dalam balon). Balon kata merupakan representasi dari pembicaraan ataupun narasi dari peristiwa yang sedang terjadi atau keadaan yang sedang digambarkan dalam panel tersebut. a. Balon ucapan Dalam komik representasi ucapan ini berbentuk seperti balon atau gelembung dengan penunjuk arah yang disebut ekor yang mengarah pada tokoh yang mengucapkan kata-kata tersebut. b. Balon Pikiran Balon ini dipakai untuk mempresentasikan pemikiran tokoh dalam komik. Pemikiran berarti sebatas hanya kata-kata dalam batin saja atau kata-kata yang diucapkan dalam pikiran karakter. Visualisasi balon pikiran ini bentuknya seperti rantai yang saling menyambung (balon berawan-awan). c. Kotak Narasi Kotak ini dipakai untuk mempresentasikan kata-kata yang yang diucapkan atau komentar yang diberikan oleh narator.
d. Captions
64
Secara umum dipakai untuk pengisahan atau penjelasan naratif non dialog atau kata-kata anomatopaea. Bisa juga berupa penjelasan situasi, adegan ataupun setting lokasinya. 5. Bunyi huruf Disebut juga sound lettering. Bunyi huruf ini digunakan untuk mendramatisir sebuah adegan. 6. Ilustrasi Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk memberi penjelasan atas suatu tujuan atau maksud tertentu secara visual (Kusrianto, 2007: 140). Terdapat dua jenis ilustrasi dalam komik, yaitu ilustrasi kartun dan realis. Ilustrasi kartun merujuk pada suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual (Noerhadi, 1986: 189). Tokoh-tokoh kartun bersifat fiktif yang dikreasikan untuk menjadi komedi-komedi bertema sosial serta visualisasi jenaka. Gambar komik realis merupakan ikon yang paling mirip dengan manusia atau objek aslinya (McCloud, 2001: 29).
2.9 Penerjemahan Komik Dalam menerjemahkan sebuah komik, seorang penerjemah dihadapkan pada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pada dasarnya, menerjemahkan sebuah komik hampir sama dengan menerjemahkan sebuah buku bergambar. Saat seseorang membaca sebuah komik atau buku bergambar, maka dia juga secara langsung memperhatikan gambar yang menyertai kata-kata atau teks-teks tersebut. Dengan demikian, sama seperti yang diungkapkan oleh Kuss Indarto dalam
65
http://kuss-indarto.blogspot.com/2007_02_01_archieve.html bahwa gambar, teks, dan narasi merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling menganyam satu dengan yang lain, sehingga seorang penerjemah komik tidak dapat menerjemahkan suatu komik tanpa memperhatikan gambar yang ada dalam komik tersebut. Oleh karena itu, dalam suatu komik, untuk memahami makna suatu kata dari suatu peristiwa tutur, seorang penerjemah dapat mengamati makna suatu kata dari suatu peristiwa tutur, seorang penerjemah dapat mengamati ciri-ciri konteks sosial dari peristiwa tutur tersebut yang berupa gambar yang menggambarkan peristiwa tutur tersebut diucapkan. Gambar-gambar dan bahasa yang ada dan digunakandalam komik asli menggambarkan budaya dari penulis asli komik tersebut. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi penerjemah komik karena penerjemah dihadapkan pada dua budaya yang berbeda yaitu budaya BSu dan budaya BSa. Untuk mengatasinya, penerjemah harus memahami betul kedua macam budaya ini (budaya Bsu dan budaya BSa) sehingga hasil terjemahannya akurat. Keterbatasan ruang pada balon tuturan dan kotak narasi yang disediakan juga menjadi hal penting yang tidak boleh diremehkan oleh penerjemah komik. Pada kenyataannya, seperti yang diungkapkan oleh Pia Toivonen (2001, dalam Faido Simanjuntak, 2006) bahwa memang balon tuturan dan kotak narasi ini dapat dimodifikasi menurut kebutuhan kebutuhan penerjemah, akan tetapi modifikasi yang bisa dilakukan tidak banyak sehingga penerjemah harus mampu menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan ukuran balon tuturan atau kotak narasi. Oleh sebab itu, teks hasil terjemahan komik diharapkan sesingkat mungkin.
66
B. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan alur pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian ini. Kerangka pikir ini dimulai dari mencari kalimat tanya dalam teks bahasa sumber dan terjemahannya. Kemudian peneliti mengidentifikasi tindak tutur ilokusi kalimat tanya tersebut. Selanjutmnya, peneliti menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan. Sehingga peneliti akan menemukan teknik apa saja yang digunakan untuk menerjemahkan kalimat tanya. Tahapan selanjutnya adalah menganalisis kualitas terjemahan tindak tutur ilokusi kalimat tanya melalui tiga aspek yaitu keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan dengan melibatkan 3 orang rater yang akan menganalisis keakuratan, 3 orang rater menganalisis keberterimaan, dan 5 orang informan akan dilibatkan untuk menganalisis keterbacaan. Berikut sajian alur penelitian ini: Komik Land of Black Gold
Komik Negeri Emas Hitam Tindak Tutur Ilokusi Kalimat Tanya
Teknik Penerjemahan
Kualitas Penerjemahan
Simpulan Gambar 2.2 Kerangka Pikir