BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu Berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian pertama adalah skripsi berjudul Ketidakpatuhan Maksim Prinsip Kerja Sama dalam Acara “Opini” di TV One: Sebuah Kajian Pragmatik, karya Nanik Yuniarsih (2011), Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimana ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”? dan (2) bagaimana implikatur ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”? Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama talk show “Opini”, dan (2) menjelaskan implikatur ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode padan pragmatik. Teknik pengambilan data berupa teknik rekam dan teknik catat. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan yang dilakukan oleh kedua presenter dengan pendukung acara lainnya yang direkam dalam lima episode. Penelitian ini menggunkan teknik analisis metode kontekstual. Penelitian
kedua
adalah
skripsi
berjudul
Jenis-Jenis
Implikatur
Percakapan Berdasarkan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Talk Show HItam Putih di Trans 7, karya Sri Suyamti (2012), Jurusan Pendidikan Bahasa 10
11 Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat pada percakapan atau dialog dalam talk show “Hitam Putih”, dan (2) mendeskripsikan wujud pengungkapan implikatur percakapan dari pelanggaran prinsip kerja sama dalam talk show “Hitam Putih”. Penelitian ini menggunakan teknik simak catat. Dalam hal ini penyimakkan dan pencatatan dilakukan sebanyak 4 episode dalam penayangan talk show “HItam Putih” di Trans 7 dengan durasi 60 menit yang mengenai teknik implikatur percakapan. Teknik simak adalah penyimakkan bahasa lisan yang secara spontan dan melakukan pencatatan data yang relevan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan pragmatik yang alat penentunya berupa bahasa yang bersangkutan. Metode padan pragmatik yaitu metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa. Metode ini dilaksanakan dengan alat penentu yaitu konteks. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diketahui ada 4 bentuk pelaggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam talk show “Hitam Putih”. Pelanggaran itu meliputi pelaggaran maksim kuantitas, pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim hubungan (relevansi), dan pelanggaran maksim cara (pelaksanaan). Penelitian ketiga adalah skripsi berjudul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Talk Show Jakarta Lawyer Club di TV One, karya Rido Mulyanto (2012) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah
12 menjelaskan bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur dalam talk show JLC di TV One. Data dalam penelitian ini adalah semua tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama dalam talk show JLC di TV One yang ditayangkan pada episode 26 Juli 2011, 2 Agusus 2011, 2 Agustus 2011, 9 Agustus 2011, 16 Agustus 2011, dan 22 Agustus 2011. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tehnik rekam dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis kontekstual. Hasil kajian penelitian tersebut (1) terdapat empat maksim prinsip kerja sama, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Pelanggaran yang paling banyak dilakukan ialah pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kemudian diikuti oleh maksim relevansi, maksim cara, dan maksim kualitas; (2) terdapat 15 macam wujud pengungkapan implikatur percakapan yaitu implikatur menolak, implikatur menyatakan marah, implikatur menyatakan mengalihkan pembicaraan, implikatur menyatakan pemberi saran, implikatur menyatakan pembelaan, implikatur menyatakan pembelaan, implikatur menyatakan perintah, implikatur menyatakan gurauan, implikatur meyatakan sindiran, implikatur menyatakan ejekan, implikatur menyatakan menyombongkan diri, implikatur menyatakan pujian, implikatur menyatakan menantang, implikatur menyatakan melebih-lebihkan, implikatur
menyatakan
menyederhanakan,
dan
implikatur
menyatakan
menyakinkan. Penelitian keempat adalah skripsi berjudul Prinsip Kerja Sama dalam Acara Talkshow Debat Indonesia Lawyers Club, karya Cut Nur Azizah Putri (2014), Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
13 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis pematuhan dan pelanggaran maksim prinsip kerja sama yang terjadi pada acara talk show debat Indonesia Lawyer Club. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah tuturan pembawa acara dan para narasumber yang diundang pada acara talk show debat Indonesia Lawyers Club. Objek kajian dalam penelitian ini adalah tuturan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan fungsi dari tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama pada acara talk showdebat Indonesia Lawyers Club. Instrumen penelitian ini adalah human instrument. Human instrument dilakukan dengan mengandalkan pengetahuan peneliti. Data penelitian dikumpulkan dengan metode simak dengan teknik dengar dan catat. Analisis data dilakukan dengan metode padan dengan submetode padan referensial. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan. Penelitian kelima adalah tesis berjudul Prinsip Kerja Sama, Implikatur dan Daya Pragmatik dalam Acara Tatap Mata di Trans7, karya Nisa Afifah (2016), Program Studi Lingusitik Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun tujuan peelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan maksim yang muncul dan dominan dipatuhi pada prinsip kerja sama dalam acara Tatap Mata di Trans7, (2) mendeskripsikan maksim yang muncul dan maksim yang dominan dilanggar, serta fungsi yang mempengaruhi pelanggaran prinsip kerja sama dalam acara Tatap Mata di Trans 7, dan (3) menjelaskan penerapan implikatur dan daya pragmatik dalam acara Tatap Mata di Trans7. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan pragmatik. Data penelitian ini berupa data lisan dari empat episode Tatap Mata di Trans7 yang didapat dengan
14 cara mengunduh di situs www.youtube com lalu ditranskripsikan ke dalam bentuk tulis. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik penyediaan data dilakukan dengan teknik rekam, serta teknik simak catat. Hasil penelitian ini menunjukkan percakapan yang dilakukan pembawa acara dan narasumber Tatap Mata di Trans7 lebih banyak mematuhi prinsip kerja sama daripada melanggar prinsip kerja sama. Pada pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama ditemukan pada semua maksim Grice, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selanjutnya, terdapat pula aplikasi implikatur dan daya pragmatik pada Tatap Mata di Trans7. Kelima penelitian terdahulu tersebut merupakan penelitian pragmatik yang menggunakan teori prinsip kerja sama dan implikatur. Penelitian dengan judul Penerapan Prinsip Kerja Sama dalam Acara Talk Show dr. Oz Indonesia di Trans TV yang dilakukan oleh penulis ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian di atas. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada data penelitiannya. Penulis tidak menemukan penelitian pada talk show mengenai kesehatan. Segi yang menarik dari penelitian ini adalah penulis dapat menemukan bahasa-bahasa yang digunakan dalam bidang kesehatan menjadi tuturan yang menimbulkan pematuhan prinsip kerja sama maupun pelanggaraan prinsip kerja sama. Ruang lingkup pemakaian bahasa dalam penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu maka kemungkinan hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian, penelitian ini membahas penerapan prinsip kerja sama yang terdiri dari pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama serta implikatur dengan sumber data penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.
15
B. Landasan Teori 1. Pragmatik Pegertian pragmatik menurut Leech (terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8) adalah studi tentang makna dalam hubugannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation). Aspek situasi ujar meliputi: penyapa dan pesapa, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai tindak ujar, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Dengan demikian, komunikasi berorientasi pada tujuan saat memproduksi suatu tuturan. Menurut Yule pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara dimana, kapan, dan dalam keadaan apa (1996: 3). Selanjutnya, Yule (1996:3) menyebutkan empat batasan ilmu pragmatik, yaitu: a. Pragmatics is the study of speaker’s meaning (pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur). b. Pragmatics is the study of contextual meaning (pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual).
16 c. Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said (pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan). d. Pragmatics is the study of the expression of relative distance (pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungapan jarak hubungan). Menurut Wijana “pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam berkomunikasi” (1996:2). Semantik dan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Makna yang ditelaah semantik adalah makna yang bebas konteks sedangkan makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks. Berikutnya, Gunarwan dalam PELBA 7 mengungkapkan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan (1994:83-84). Menurut Kridalaksana (2001:176) pragmatik adalah (1) syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; (2) aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Dari beberapa pengertian pragmatik menurut para ahli di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu cabang ilmu yang
17 mempelajari tentang maksud yang terkandung dalam ujaran yang terikat dengan konteks.
2. Situasi Tutur Menurut Rustono, situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat di identifikasikan melalui situasi tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (1999:25). Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993:19-21) menjelaskan mengenai aspek-aspek situasi tutur untuk mengetahui apakah suatu percakapan tersebut merupakan fenomena pragmatis atau semantis. Aspek situasi tutur tersebut adalah sebagai berikut. a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa dinyatakan dengan n (penutur) sedangkan orang yang disapa dinyatakan dengan t (petutur). Simbol-simbol tersebut merupakan singkatan untuk „penutur/penulis‟ dan „petutur/pembaca‟. Jadi penggunaan n dan t tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. Istlah-istilah „penerima‟ (orang yang seharusnya menerima dan menafsirkan pesan) dan „yang disapa‟ (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan) juga perlu dibedakan. Si penerima bisa saja seorang yang kebetulan lewat dan pendengar pesan dan bukan orang yang disapa.
18 b. Konteks sebuah tuturan Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Leech mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. c. Tujuan sebuah tuturan Leech berpendapat bahwa pemakaian istilah tujuan dan fungsi sering sekali lebih berguna daripada makna yang dimaksud atau maksud n mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakaiannya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan-tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Jadi pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Sebuah tuturan dapat menjadi suatu contoh kalimat (sentence-intence) atau tanda kalimat (sentence-token), tetapi bukanlah suatu maksud. Artinya, tuturantuturan merupakan unsur yang maknanya dapat dikaji di dalam pragmatik. Dengan perkataan lain, pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji maksud tuturan.
19
3. Prinsip Kerja sama Menurut Wijana, dalam suatu percakapan dibutuhkan kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur sehingga tuturan bisa diterima oleh kedua pihak. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat, ringkas (concise), dan selalu pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya. Akan tetapi, jika penutur dalam suatu percakapan melakukan penyimpangan atau ada implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan prinsip kerja sama dan tidak bersifat kooperatif (1996:45). Grice mengemukakan prinsip kerja sama yang merumuskan bahwa setiap tuturan kita harus berkontribusi pada setiap tahap terjadinya proses pertuturan. “Make your conversational contribution such as is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose of direction of the talk exchange in which you are engaged” (buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti) (1975:45). Selanjutnya, Grice juga mengungkapkan bahwa setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maksim of quantity), maksim kualitas (maksim of quality), maksim relevansi (maksim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maksim of manner).
1. The Maxim of Quantity (Maksim Kuantitas)
20 a. Make your contribution as informative as required (sumbangan informasi Anda harus seinformatif yang dibutuhkan) b. Do not make your contribution more informative than required (sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan). Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin.Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Contoh : Data (95) Konteks Tuturan: Percakapan berlangsung antara dr. Reisa dengan bintang tamu yaitu Sonya artis pemain sinetron. dr. Reisa bertanya kepada Sonya berapa usia anaknya dan dari jawaban yang diberikan Sonya terlihat adanya prinsip kerja sama dengan menjawab informasi seadanya dan tidak berlebihan. Bentuk Tuturan : dr. Reisa : “Jumpa lagi di dokter oz Indonesia, ya hari ini kita akan membahas tentang kontrasepsi. Suatu cara dan juga alat yang dilakukan oleh para pasangan suami istri untuk melakukan dan mencegah terjadinya kehamilan. Dan hari ini nih saya tidak akan sendirian di studio karena sudah hadirseorang narasumber dan juga bintang tamu tentunya yang akan menemani saya membahas tuntas tentang berbagai permasalahan tentang kontrasepsi yaitu dokter santi dan juga Sonya fatmala”. dr. Reisa : “Usianya udah berapa ini anaknya ?” Sonya : “Eeeeee..jalan dua setengah bulan.” dr. Reisa : “Jalan dua setengah bulan ya, waoooow luar biasa, pengalaman pertama jadi seorang ibu?” Sonya : “Iya pengalaman pertama” (95/MKS/MKnt/DOI/TransTV/13 Februari 2016)
21 Pada data (95) terdapat pematuhan maksim kuantitas. Maksim kuantitas yang dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan kontribusi yang seadanya dan seinformatif mungkin. Dr. Reisa bertanya kepada bintang tamuya, Sonya tentang anak pertamanya yang sudah berusia berapa bulan. Selanjutnya, Sonya memberikan jawaban sesuai dengan yang ditanyakan oleh mitra tutur, bahwa usia anak pertamanya adalah “Eeeeee. . jalan dua setengah bulan”. Dari jawaban Sonya tersebut menunjukan pematuhan prinsip kerja sama maksim kuantitas yang berfungsi menyampaikan informasi yang jelas.
Data (06) Konteks Tuturan : Konteks percakapan tersebut terjadi antara pembawa acara dr. Ryan dengan bintang tamu yaitu Dea. Percakapan di atas menunjukkan perkenalan antara dr. Ryan dengan Dea yang posisi nya di grup HI-vi sebagai vocalis. Bentuk Tuturan : dr. Ryan Dea dr. Ryan dr. Reisa dr. Ryan
: “Hehehe. Si cantik namanya siapa?” (sambil nunjuk Dea yang ada disamping Ilham) : “Hallo, nama saya Dalila Askadi Putri biasa dipanggil dengan Dea. ” : “Iya, tepuk tangan dengan Dea. ” : “Iya, enak banget ya suaranya itu lho dok. Hehehe. ” : “Iya. hehhe. ” (06/MKS/MKnt/DOI/TransTV/1 Januari 2016)
Pada data (06) terdapat pematuhan maksim kuantitas. Maksim kuantitas yang dipatuhi ialah pada submaksim kedua yakni memberikan kontribusi yang tidak lebih informatif dari yang dibutuhkan. dr. Ryan bertanya pada bintang
22 tamunya yaitu Dea, tentang siapa namanya, “Hehehe. Si cantik namanya siapa?”. Selanjutnya, Dea memberikan jawaban melebihi dari yang dibutuhkan oleh mitra tutur, Ia menjawab dengan menjelaskan nama panjangnya dan nama panggilannya, “Hallo, nama saya Dalila Askadi Putri biasa dipanggil dengan Dea”. Pada data diatas jawaban Dea tersebut walaupun lebih panjang, tetapi tidak lebih informatif dari yang ditanyakan, seharusnya Dea cukup menjawab nama panjangnya saja itu jawaban yang cukup informatif dari yang dibutuhkan mitra tutur.
2. The Maxim of Quality (Maksim Kualitas) a. Do not say what you believe to be false (jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini bahwa itu tidak benar) b. Do not say that for which you lack adequate evidence (jangan mengatakan sesuati yang bukti kebenarannya kurang menyakinkan) Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Contoh : Data (101) Konteks Tuturan : Percakapan berlangsung antara dr. Santi dengan bintang tamu yaitu Sonya. Percakapan tersebut Sonya bertanya kepada dr. Santi tentang apa perbedaan KB spiral tembaga dengan hormonal. Dilihat dari jawaban dr. Santi terjadi adanya prinsip kerja sama karena dari jawaban dr. Santi jawaban dari seorang dokter yang sudah terbukti akurat kebenarannya. Bentuk Tuturan : dr. Santi : “Nah ini nih untuk spiral ada bentuk aslinya ini.”
23 : “Tapi dok kalo yang tembaga sama yang hormonal lebih aman yang mana?” dr. Santi : “Eeee..kalo masalah aman dua-duanya sama-sama aman.” Sonya : “Bedanya?” dr. Santi : “Cuma ada keuntungannya, kalo dia spiral tembaga memang ini kan dia benda asing sehingga menyebabkan eee..lendir daripada vaginanya ini akan keluar lebih banyak itu beresiko untuk infeksi ya kalo kita tidak menjaga kebersihan vagina dengan baik. kemudian juga ia menyebabkan darah haid menjadi lebih banyak kemudian haid nya lebih panjang kemudian juga kadang-kadang ada spoting-spoting diluar siklus haid.” (101/MKS/MKlt/DOI/TransTV/13 Februari 2016) Sonya
Pada data (101) terdapat pematuhan maksim kualitas. Maksim kualitas yang dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan informasi yang diyakini benar. Pada data di atas, dr. Santi menuturkan bahwa “Eeee. .kalo masalah aman dua-duanya sama-sama aman”, dari jawaban tersebut terlihat ia benar-benar menyakini hal tersebut. Hal itu terbukti ketika ia diminta oleh mitra tutur, yaitu Sonya, untuk menjelaskan lebih lanjut perbedaan KB spiral yang tembaga dan KB spiral yang hormonal, dr. Santi bisa menjelaskan secara jelas dengan mengatakan “Cuma ada keuntungannya, kalo dia spiral tembaga memang ini kan dia benda asing sehingga menyebabkan eee. . lendir daripada vaginanya ini akan keluar lebih banyak itu beresiko untuk infeksi ya kalo kita tidak menjaga kebersihan vagina dengan baik. Kemudian juga ia menyebabkan darah haid menjadi lebih banyak kemudian haidnya lebih panjang kemudian juga kadang-kadang ada spoting-spoting diluar siklus haid”. Adapun fungsi pematuhan maksim kualitas tersebut ialah untuk menyampaikan informasi yang benar sesuai fakta dan bukti yang ada. Seorang penutur selain memberikan kontribusi yang diyakini benar, juga harus disertai bukti yang ada.
24 Data (59) Konteks Tuturan : Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang tamu yaitu Dea. Dalam percakapan tersebut dr. Ryan menunjukkan bahwa ada tempat kuliner yang memanfaatkan arang untuk membuat kopi yaitu kopi joss yang terletak di Jogjakarta. Bentuk Tuturan : dr. Ryan
Dea dr. Ryan
Dea dr. Ryan Dea
:”Jadi pemirsa memang, bisa dari beberapa bahan untuk membuat arang tapi sekarang itu dengan kemajuan dan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal ada juga yang menggunakan arang aktif. Arang aktif itu yaitu suatu arang yang dibuat dengan cara khusus dipanaskan di suhu sekitar 200 derajat. ” : “Waduh dimana?. ” : “Dan ini hampir banyak digunakan di tempat kuliner-kuliner kita ya salah satuny adalah Jogja, waktu itu dr. Oz pernah melihat langsung dimana di kopi jos namanya. ” : “Oooohh. . kopi joss. ” : “Pernah nikmati?” : “Pernah. . pernah… . ” (59/MKS/MKlt/DOI/TransTV/1 Januari 2016)
Pada data (59) terdapat pematuhan maksim kualitas. Maksim kualitas yang dipatuhi ialah pada submaksim kedua, yakni memberikan informasi yang diyakini benar dan disertai bukti. Dea bertanya tentang dimana tempat yang memanfaatkan arang aktif dengan suhu sekitar 200 derajat yang dimanfaatkan secara maksimal “Waduh dimana?”. Kemudian dr. Ryan memberikan jawaban yang diyakini benar dan disertai dengan bukti yang nyata, bahwa tim dr. Oz pernah mendatangi langsung tempat kuliner yang berada di Jogja, merupakan salah satu tempat kulier bernama kopi joss yang memanfaatkan arang aktif untuk pembuatan minuman kopi.
25 Kebenaran jawaban dr. Ryan tersebut, didukung oleh bukti yang Ia punya. Hal itu tampak pada tuturan, “Dan ini hampir banyak digunakan di tempat kuliner-kuliner kita ya salah satuny adalah Jogja, waktu itu dr. Oz pernah melihat langsung dimana di kopi jos namanya”. Fungsi pematuhan maksim kualitas tersebut ialah untuk mempetahankan pendapat.
3. The Maxim of Relevance (Maksim Relevansi) a. Make your contribution relevant (usahakan agar perkataan Anda ada relevansinya) Di dalam maksim relevansi dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan konstribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama Contoh : Data (150) Konteks Tuturan : Percakapan berlangsung antara pembawa acara dr. Ryan dengan bintang tamu Beniqno. Dalam percakapan tersebut dr. Ryan menyuruh Beniqno untuk membuka tudung saji yang ada di atas meja. Dilihat dari jawaban Beniqno terjadi prinsip kerja sama karena adanya tanggapan untuk membuka tujung saji tersebut.
Bentuk Tuturan : dr. Ryan : “Makanya proses membantu penyembuhan mukosa atau lapisan pada luka di area sariawan bisa dibantu dengan cara-cara di atas meja ini. Ada apa di dalam ini?” (sambil nunjuk benda di atas meja)
26 Beniqno dr. Ryan Beniqno dr. Ryan Beniqno
: : : : :
“Ada apa ini?” “Coba Beniqno silahkan dibuka!” “Oke.” jeng..jeng..jeng… .” (sambil membuka tudung saji) “Taraaaaa,,, ada apa?” “Air, air anget, ini garem, backing soda, ada minyak kelapa, ini madu.”(sambil nunjuk bahan-bahan di atas meja) (150/MKS/MRl/DOI/TransTV/13 Februari 2016)
Pada data (150) terdapat pematuhan maksim relevansi, yakni memberikan kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan. Dalam proses penyembuhan mukosa atau lapisan pada luka di area sariawan bisa dibantu dengan cara-cara menggunakan bahan yang sederhana. Dr. Ryan yang akan menjelaskan bahanbahan yang berada di atas meja, dengan menyuruh bintang tamu yaitu Beniqno untuk membuka tudung saji, “Coba Beniqno silahkan dibuka!”, dari pernyataan dr. Ryan tersebut menyebabkan Beniqno mengungkapkan tuturan yang sesuai dengan topik pembicaraan yang diutarakan dr. Ryan, “Oke.” jeng. . jeng. . jeng…”. Kerelevansian tuturan Beniqno terasa langsung oleh dr. Ryan karena Beniqno dapat menafsirkan atau menangkap maksud tuturan dr. Ryan tersebut, yaitu Beniqno melakukan apa yang di perintahkan oleh dr. Ryan yaitu untuk membuka tudung saji yang ada di atas meja tersebut.
4. The Maxim of Manner (Maksim Cara) Be perspicuous, and specifically: a. Avoid obscurity (hindari pernyataan-pernyataan yang samar) b. Avoid ambiguity (hindari ketaksaan) c. Be brief (usahakan agar ringkas, hindari pernyataan-pernyataan yang panjang lebar dan bertele-tele)
27 d. Be orderly (usahakan agar Anda berbicara dengan teratur) Maksim cara ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip k erja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Contoh : Data (38) Konteks Tuturan : Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang tamu yaitu Ezra. Dalam percakapan tersebut Ezra menanyakan apakah pomade alami buatan sndiri tersebut langsung bisa dipakai, menurut pemikirannya langsung bisa dipakai, dan ternyata menurut dr. Ryan tidak bisa langsung dipakai harus disimpan di wadah khususnya agar berbentuk padat dulu baru bisa dipakai.
Bentuk Tuturan : dr. Ryan :”Ya untuk bahan-bahannya sebenarnya mudah gampang didapatkan di toko kosmetik seperti bahan utamanya tadi adalah lilin lebah, ya kemudian dicampur dengan beberapa bahan lainnya bisa mengguakan minyak sayur!” (sambil mengaduk) Ilham, Dea :“Hmmm minyak sayur?” dr. Ryan :“Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kala misalnya kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah lagi, tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi. Kemudian untuk memberikan rasa kilap bisa kita menggunaka mentega.” (sambil mengaduk) Dea : “Hmmm, yes.” dr. Ryan : “Lalu untuk aromanya bisa menggunakan minyak essensial yah. Lalu kita aduk.” (sambil mengaduk) Ezra : “Trus langsung dipake dok?” dr. Ryan : “Di simpan dulu di wadah khususnya yah.” Ezra : “Owh disimpan, kirain langsung dipakai.” dr. Ryan : “Jangan, nanti di cemil.” (38/MKS/MCr/DOI/TransTV/1 Januari 2016)
Pada data (38) terdapat pematuhan maksim cara. Maksim cara yang dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan jawaban yang jelas dan tidak samar. dr. Ryan menjelaskan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
28 membuat pomade alami, yaitu bahan utamanya adalah lilin lebah kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti minyak sayur. Dengan serentak Ilham dan Dea bertanya kepada dr. Ryan dengan nada kaget, “Hmmm minyak sayur?” kemudian dr. Ryan memberikan jawabannya dengan urut atau teratur. Pertamatama dr. Ryan menjelaskan bahwa minyak sayur tersebut bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat pomade alami tergantung kepadatannya, “Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kalau misalnya kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah lagitapi kalau udah ngga usah ditambah lagi”. Selanjutnya, dr. Ryan menjelaskan bahwa untuk memberikan rasa kilap pomade alami tersebut apabila dipakai, bisa menambahkan bahan mentega, “Untuk memberikan rasa kilap bisa kita menggunakan mentega”.
Data (38) Konteks Tuturan : Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang tamu yaitu Ezra. Dalam percakapan tersebut Ezra menanyakan apakah pomade alami buatan sendiri tersebut langsung bisa dipakai, menurut pemikirannya langsung bisa dipakai, dan ternyata menurut dr. Ryan tidak bisa langsung dipakai harus disimpan di wadah khususnya agar berbentuk padat dulu baru bisa dipakai. Bentuk Tuturan : dr. Ryan
:”Ya untuk bahan-bahannya sebenarnya mudah gampang didapatkan di toko kosmetik seperti bahan utamanya tadi adalah lilin lebah, ya kemudian dicampur dengan beberapa bahan lainnya bisa mengguakan minyak sayur!” (sambil mengaduk)
29 Ilham, Dea :“Hmmm minyak sayur?” dr. Ryan :“Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kala misalnya kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah lagi, tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi. Kemudian untuk memberikan rasa kilap bisa kita menggunaka mentega. ” (sambil mengaduk) Dea : “Hmmm, yes. ” dr. Ryan : “Lalu untuk aromanya bisa menggunakan minyak essensial yah. Lalu kita aduk. ” (sambil mengaduk) Ezra : “Trus langsung dipake dok?” dr. Ryan : “Di simpan dulu di wadah khususnya yah. ” Ezra : “Owh disimpan, kirain langsung dipakai. ” dr. Ryan : “Jangan, nanti di cemil. ” (38/MKS/MCr/DOI/TransTV/1 Januari 2016)
Pada data (38) terdapat pematuhan maksim cara. Maksim cara yang dipatuhi ialah pada submaksim keempat, yakni memberikan jawaban secara urut atau dengan teratur. dr. Ryan menjelaskan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat pomade alami, yaitu bahan utamanya adalah lilin lebah kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti minyak sayur. Dengan serentak Ilham dan Dea bertanya dengan dr. Ryan dengan nada kaget, “Hmmm minyak sayur?”, kemudian dr. Ryan memberikan jawabannya dengan urut atau teratur. Pertama-tama dr. Ryan menjelaskan bahwa minyak sayur tersebut bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat pomade alami tergantung kepadatannya, “Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kalau misalnya kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah lagi tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi”. Selanjutnya, dr. Ryan menjelaskan bahwa untuk memberikan rasa kilap pomade alami tersebut apabila dipakai, bisa menambahkan bahan mentega, “Untuk memberikan rasa kilap bisa kita menggunakan mentega”.
30 Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa aspek keteraturan tuturan dr. Ryan tampak pada keruntutan frasa dan kalimat yag ia gunakan. Fungsi pematuhan maksim cara tersebut ialah untuk menyampaikan informasi secara urut atau teratur.
4. Implikatur Implikatur (implicature) adalah derivasi kata implicate, yang semula bermakna “menuduh seseorang terlibat dalam perbuatan yang melanggar hukum”. Makna ini diubah oleh Grice menjadi “sinonim” kata imply. Bedanya adalah bahwa imply bermakna “menyiratkan secara umum”, sedangkan implicate bermakna “menyiratkan secara kebahasaan. ” (Gunarwan, 2007:86) Menurut Grice, istilah implikatur itu hampir selalu dikaitkan dengan Grice yang mempostulatkan bahwa di dalam berkomunikasi orang hendaklah bekerja sama dengan mitra wicaranya agar komunikasi itu efisien dan efektif. Dengan kata lain partisipan komunikasi perlu mematuhi prinsip kerja sama atau PKS (Cooperative Principle), yang dapat dijabarkan menjadi empat maxims atau bidal, yaitu bidal keinformatifan, bidal kebenaran, bidal relevansi, dan bidal kejelasan (dalam Gunarwan 2007:86). Selanjutnya Grice (1975) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation mengatakan bahwa istilah implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang diartikan, disarankan atau dimaksudkan berbeda dengan apa yang dinyatakan penutur. Dalam teorinya mengenai implikatur, Grice berusaha menjelaskan bagaimana seorang mitra tutur memahami apa yang dikatakan dan
31 dimaksudkan oleh penutur. Selanjutnya, dinyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan. Proposisi yang diimplikasikan tersebut disebut sebagai implikatur. Grice (2006:67) menyebutkan bahwa implikatur dibedakan menjadi dua yaitu implikatur konvensional dan nonkovensional. Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima oleh masyarakat, sedangkan implikatur nonkonvesional adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya. Implikatur percakapan erat hubungannya dengan prinsip kerja sama. Adanya ketidakpatuhan terhadap prinsip kerja sama tersebut melahirkan adanya sebuah implikatur yang hendak disampaikan penutur kepada mitra tuturnya. Ketidakpatuhan yang dilakukan peserta tutur itulah yang kemudian memunculkan implikatur percakapan. Dalam PELLBA 18, Asim Gunarwan, mendefinisikan implikatur sebagai sesuatu yang mengacu kepada yang dikomunikasikan penutur, tetapi tidak dikatakan (ditulis) oleh si penutur. Maksud pernyataan tersebut adalah ketika penutur menyampaikan informasi, mitra tutur dituntut untuk memahami maksud yang disampaikan. Akan tetapi, munculnya implikatur tergantung dari ketersediaan piranti dan istilah yang diucapkan oleh penutur. Hanya saja implikatur berelasi dengan maksim yang berbeda (2007:86) Menurut Yule (1996:40), implikatur terdiri dari 4 jenis implikatur percakapan yaitu sebagai berikut. a. Conversational Implicature (Implikatur Percakapan) Asumsi dasar percakapan adalah jika ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-pesertanya mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim.
32 Contoh: X
: “Jam berapa sekarang?”
B
: “Korannya sudah datang”. Dalam percakapan antara penutur dan mitra tutur tersebut, mitra tutur
sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan penutur sebab dia sudah mengetahui jam berapa koran biasa diantarkan. Implikatur percakapan dapat dikatakan sejenis makna yang terkandung dalam percakapan yang dipahami oleh masing-masing partisipan. Implikatur percakapan
menerangkan
yang
mungkin
diartikan,
disarankan,
atau
dimaksudkan oleh penutur dapat berbeda dengan yang dikatakan oleh penutur.
b. Generalized Conventional Implicatures (Implikatur Percakapan Umum) Implikatur
percakapan
khusus
tidak
dipersyaratkan
untuk
memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, maka disebut dengan implikatur percakapan umum (Yule, 1996:40) Contoh: Pada suatu hari saya duduk di sebelah kebun.Seorang anak kecil melonggok lewat pagar. Implikatur tuturan tersebut yaitu kebun dan anak yang disebutkan bukan milik penutur. Maka dari itu, tuturan tersebut tidak mematuhi prinsip kerja sama. Apabila dia mengatakan „kebunku‟ dan „anakku‟ (lebih informatif karena mengikuti maksim kuantitas) maka akan lebih mudah dipahami.
33
c. Particularized conversational implicatures (Implikatur Percakapan Khusus) Pada peristiwa tutur, munculnya implikatur disebabkan adanya persamaan pengetahuan dan konteks tertentu.Akan tetapi, seringkali tuturan yang disampaikan terjadi dalam konteks yang sangat khusus.Inferensiinferensi yang demikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang disampaikan sehingga menghasilkan implikatur percakapan khusus (Yule, 1996:42). Contoh : A
: Apakah kamu suka es krim?
B
: Apakah itu Pope Catholic? Contoh tersebut menunjukkan bahwa jawaban B tidak memberikan
jawaban “ya”atau “tidak”.A harus berasumsi bahwa B melaksanakan kerja sama. Jadi, A beranggapan pertanyaan “Pope” B dengan jawaban “ya”.Jadi jawabannya
sudah
dimengerti,
tetapi
sifat
dasar
jawaban
B
juga
mengimplikasikan jawaban terhadap pertanyaan itu yaitu “ya”.
d. Conventional Implicatures (Implikatur konvensional) implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak langsung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan jika yang disampaikan kata-kata itu digunakan. Kata penghubung “tetapi” adalah salah satu kata-kata ini (Yule,1996:45).
34 contoh: Mary menyarankan warna hitam, tetapi saya memilih warna putih. Pada contoh tersebut, kenyataan bahwa Mary menyarankan warna hitam dan bertolak belakang dengan pilihan saya yaitu warna putih. Implikatur tuturan tersebut adalah kata “tetapi”.
5. Talk Show Talk Show atau gelar wicara adalah suatu jenis acara televisi atau radio yang berupa perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang “tamu” tentang suatu topik tertentu (atau beragam topik) dengan dipandu oleh pemandu gelar wicara. Tamu dalam suatu gelar wicara biasanya terdiri dari orang-orang yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan isu yang sedang diperbincangkan. Suatu gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya formal maupun santai dan kadang dapat menerima telepon berupa pertanyaan atau tanggapan dari pemirsa atau orang di luar studio (http://m.kompasiana. com/santarosa/apa-itu-talk-show/). Istilah talk show adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Istilah talk show sendiri di Inggris biasa disebut Chat Show. Pengertian talk show adalah sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai topik dengan suasana santai, tetapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala talk show menghadirkan tamu berkelompok
yang
ingin
mempelajari
(http://ekocahyonoplaza. blogspot. com/).
berbagai
pengalaman
hebat
35 Dalam kumpulan artikel multimedia juga dijelaskan mengenai ciri-ciri tipikal talk show. Ciri-ciri yang dimaksudkan antara lain menggunakan percakapan sederhana (casual conversation) dengan bahasa yang universal (untuk menghadapi heterogenitas khalayak), tema yang diangkat harus benar-benar penting (atau dianggap penting) untuk diketahui khalayak atau setidaknya menarik bagi pemirsanya serta wacana yang dibahas merupakan isu (atau trend) yang sedang berkembang dan hangat di masyarakat (http://www. perpuskita. com/pengertian-talk-show/149/).
36
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Manfaat adanya kerangka pikir yaitu untuk memudahkan penulis ketika menganalisis data. Adapun kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut. Acara Talk Show dr. Oz Indonesia di Trans TV pada bulan Januari dan Februari 2015
Dialog yang berupa tuturan pembawa acara dengan bintang tamu serta penonton di studio
Pendekatan pragmatik
Pematuhan prinsip kerja sama
Pelanggaran prinsip kerja sama
Implikatur
Hasil Analisis: 1. Terjadinya pematuhan Prinsip Kerja Sama pada tuturan pembawa acara dengan bintang tamu dan penonton studio dalam talk show dr. Oz Indonesia di Trans TV. 2. Terjadinya pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada tuturan pembawa acara dengan bintang tamu dan penonton studio dalam talk show dr. Oz Indonesia di Trans TV. 3. Terjadinya implikatur yang disebabkan oleh ketidakpatuhan Prinsip Kerja Sama dalam talk show dr. Oz Indonesia.
37 Penjelasan dari bagan tersebut yaitu sumber data penelitian ini adalah acara talk show dr. Oz Indonesia di Trans TV. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dialog yang berupa tuturan pembawa acara dengan bintang tamu serta penonton di studio. Adapun episode yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah episode 1 Januari 2016, 13 Februari 2016, dan 14 Februari 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik karena data yang akan dianalisis berupa dialog. Dialog yang berupa tuturan dari pembawa acara dengan bintang tamu serta penonton di studio ini kemudian dianalisis dengan menggunakan teori pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan implikaturnya. Hasil dari penelitian yang ingin dicapai yaitu mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama pada tuturan pembawa acara dengan bintang tamu serta penonton di studio beserta implikatur yang disebabkan oleh ketidakpatuhan prinsip kerja sama dalam talk show dr. Oz Indonesia di Trans TV.