BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka Penelitian komunikasi intrapersonal yang berjudul persepsi remaja terhadap pesan media baru ini, juga terinspirasi dari penulisan Disertasi, Tesis dan Periset sebelumn yaitu Penelitian berjudul “Proses Pembentukan Konsep Diri Anak Usia SD melalui Komunikasi Antarpribadi dengan Guru (Studi Kasus SD Islam Sabilina)” (Tesis: Fatia Syarah, FISIP UI, 2012). Dalam penelitian ini membahas tentang proses pembentukan konsep diri pada anak SD melalui komunikasi antarpribadi dengan guru. Dengan menggunakan paradigma konstruktivis yang bertujuan untuk mengkaji bagaimana konsep diri anak usia SD terbentuk dan faktorfaktor apia yang mempengaruhinya. Melalui teori interaksionisme simbolik. Ada 4 tahap dalam pembentukan kosep diri. Penelitian ini menjelaskan bagaimana (self) diri terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Dita, S.N.A. Dillianai (Tesis UI, 2012) yang berjudul “Kompetensi Komunikasi guru TK, Studi Kasus strategi komunikasi guru dalam memotivasi pengungkapan diri siswa. Teori dan metode yang digunakan adalah kualitatif deskriftif studi kasus. Hasil dalam penelitian adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh para guru supaya dapat terjalin baik dengan siswa didik. Juliano, Naibaho (Tesis, UNHAS 2004), berjudul korelasi antara guru dalam menyampaikan pembelajaran dan menggunakan media OHP pada siswa kelas VII, metode yang digunakan adalah kualitatif diskriptif survey, hasil penelitiannya adalah guru lebih aktif dalam menciptakan media visual agar anak siswa lebih interaktif. Kreativitas dan bermain, studi eksperimental dalam upaya
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengembangan kreativitas anak prasekolah melalui kegiatan bermain (Seto Mulyadi, Disertasi UI, 1993). Metode penelitian kuantitatif deskriftif studi kasus. Hasil dalam penelitian membuat paket pelatihan untuk anak dan Ibu agar anak prasekolah bisa membuat kreativitas. Studi Kasus Pada SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon” oleh Riny Cintya Kumendong, Program Pascasarjana UNIMA, Tahun 2012. Penelitian ini membahas, bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan karakter siswa berasrama dengan metode kualitatif deskriptif. Dari penelitian tersebut disimpulkan, pertama, perencanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon dibuat oleh masing-masing unit dan sub-unit yang ada di lembaga pendidikan Lokon dan kemudian dirumuskan bersama dalam rapat koordinasi antar unit, yakni sekolah, asrama, dan yayasan. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon dilaksanakan dengan cara mengimplementasikan program pendidikan karakter yang telah dirumuskan sebelumnya ke dalam kegiatan konkret sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pendidikan karakter merupakan bagian dari kurikulum yang diatur dan dilaksanakan oleh sekolah dan asrama. Di sekolah pendidikan karakter diintegrasikan dalam tiap-tiap mata pelajaran. Sedangkan di asrama pendidikan karakter dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan pendampingan personal maupun kelompok. Evaluasi pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, dilakukan dengan menggunakan catatan data-data yang secara valid dibuat berdasarkan kenyataan.Sekolah tidak membuat format penilaian tersendiri untuk
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pendidikan karakter karena sudah terintegrasi dalam mata pelajaran.Sementara asrama menggunakan raport sendiri dalam penilaian pendidikan karakter. “Kebijakan pendidikan karakter dalam PAI diSMA Negeri 3 Semarang” dilakukan oleh Hery Nugroho (Tesis 2010) dengan Pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono(2005:1) menyebutkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dalam pelaksanaannya, peneliti langsung masuk ke lapangan dan berusaha mengumpulkan data secara lengkap sesuai
dengan
pokok
permasalahan
yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan(Moleong,2001:122). Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: “Kebijakan pendidikan karakter dalam Agama diSMA Negeri 3 Semarang melalui tiga cara, yakni mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; Perencanaan pendidikan karakter dalam PAI di SMA Negeri 3 Semarang dilakukan saat penyusunan perencanaan pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran dalam bentuk pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran; Pelaksanaan pendidikan karakter dalam PAI di SMA Negeri 3 Semarang
menggunakan
dua
cara,
yakni
kegiatan
intrakulikuler
dan
Ekstrakulikuler”. Penelitian yang dilakukan oleh Rustono Farady Marta(2014) dari Universitas Bunda Mulia Jakarta yang berjudul Analisis Budaya Konsumsi Berita terhadap pengguna Aplikasi BABE. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berikut: Adanya perubahan budaya konsumsi berita yaitu penggunaan jenis media yang mempunyai dampak terhadap kehidupan. Bentuk tindakan social terhadap media melalui aplikasi BABE (Baca Berita Indonesia) mahasiswa di Jakarta utara selaku khalayak pengguna dapat menjadi individuinterpretif dan aktif. Aplikasi ini dapat memperudah khalayak untuk bersosialisasi dari intepretasi individu menjadi kelompok. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme, dimana dalam penelitian menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, individu dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2007). Jurnal penelitian terdahulu yang diambil dari Jurnal Penelitian Universitas ATMA JAYA YOGYAKARTA
yaitu: “Internet, Remaja dan Gender (Studi
terhadap perilaku remaja di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta) oleh Dyah Ayu Retno Widyastuti. Penelitian menggunakan metode polling dengan pendekatan metode survey sampel.
Hasil dari penelitian adalah mengkaji dan menganalisis
secara komprehensip sehingga dapat dihasilkan suatu rumusan tentang strategi pendekatan yang dapat dimanfaatkan dalam menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan melalui proses pembelajaran dalam mengakses internet. Selain itu, tulisan ini diharapkan pula dapat membuka wawasan para calon guru untuk lebih paham tentang perilaku remaja dalam media massa. Jurnal rujukan yang berhubungan dengan pembentukan karakter adalah Peran Media Massa dalam Pembentukan Karakter Bangsa oleh Satrio Arismunandar. Dalam penelitiannya menggunakan metode kualitatif diskriptif, 2012. Hasil dalam penelitian ini adalah pembangunan nasional bukan cuma
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyangkut ekonomi atau aspek
fisik, apa lagi bila pertumbuhan dan
kemakmuran ekonomi itu juga baru dinikmati oleh sebagian kecil warga, belum dinikmati secara merata oleh rakyat Indonesia. Aspek penting lain yang tak bisa ditinggalkan adalah pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap mental manusia. Pembangunan menuntut adanya perubahan sikap mental manusia, yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuantujuan pembangunan, ia juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri. Persepsi Remaja di Kota Malang terhadap Kekerasan Verbal dalam Program Komedi Pesbukers di teliti oleh Innes Felicia Chandra Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi remaja terhadap kekerasan verbal dalam program komedi Pesbukers. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, dengan fokus pada informan remaja kota Malang (11-24 tahun) yang pernah menonton Pesbukers. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pemilihan informan dengan cara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dengan interview guide sebagai pendukung penelitian. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap menurut Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing. Untuk keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan persepsi yaitu positif dan negatif. Sebagian informan mempersepsi kekerasan verbal dalam Pesbukers sebagai gurauan semata. Sedangkan sebagian yang lain mempersepsi kekerasan
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
verbal dalam Pesbuker sebagai hal yang tidak wajar bila ditayangkan di televisi. Perbedaan persepsi tersebut terjadi karena adanya perbedaan cara informan dalam mempersepsi sebuah pesan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terjadi dalam diri individu. Dari beberapa faktor tersebut faktor nilai yang berhubungan dengan pengalaman terdahulu banyak mempengaruhi persepsi informan terhadap kekerasan verbal. Perbedaan nilai dan pengalaman terdahulu dalam diri setiap individu, akan membentuk persepsi terhadap kekerasan verbal yang berbeda pula. Dari ke sepuluh rujukan penelitian terdahulu yang menjadikan perbedaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
TABEL Tabel I Rujukan Tesis dan Jurnal Nama
1. Fatia Syarah, (Tesis FISIP UI, 2012)
2. Dita, S.N.A. Dillianai (Tesis UI, 2012) .
Judul dan Tempat
Metode
Proses Pembentukan Konsep Diri Anak Usia SD melalui Komunikasi Antarpribadi dengan Guru (Studi Kasus SD Islam Sabilina)”
Tesis Dengan mengguna kan paradigma konstruktivis yang. Melalui teori interaksioni simbolik.
strategi “Kompetensi Komunikasi guru TK,komunikasi guru dalam memotivasi pengungkapan diri siswa
Hasil
Studi Kasus Teori dan metode yang digunakan adalah kualitatif deskriftif studi kasus.
Perbedaan dalam Penulisan
Mengkaji bagaimana konsep diri Informan yang anak usia SD terbentuk dan faktor- membedakan, faktor apia yang Lokasi penelitian mempengaruhinya Ada 4 tahap dalam pembentukan kosep diri. Penelitian ini menjelaskan bagaimana self diri terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Hasil dalam peneliti an adalah Studi Persepsi strategi komunikasi yang dilakukan oleh para guru supaya dapat terjalin baik dengan siswa didik.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kritik
Konsep diri bisa terbentuk dari komunikasi intrapersonal
Hasil komuni kasi guru yang baik dapat dilihat juga dari hasil belajar nya
4.Seto Mulyadi, Disertasi UI, 1993
5.Riny Cintya Kumendong (2012)
6.Hery Nugroho (2010) 1.
7. Rustono Farady Marta (2014)
Kreativitas dan bermain, studi eksperimental dalam upaya pengembangan kreativitas anak prasekolah melalui kegiatan bermain Manajemen Pendidikan Karakter Siswa Berasrama: Studi Kasus Pada SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon”
Metode penelitian kuantitatif deskriftif studi kasus. Kualitatif, Studi Kasus
Kebijakan pendidikan karakter dalam PAI di SMA Negeri3 Semarang Analisis Budaya Konsumsi Berita Terhadap Pengguna Aplikasi Babe.
Hasil dalam penelitian membuat paket pelatihan untuk anak dan Ibu agar anak prasekolah bisa membuat kreativitas.
Beda dalam metode penelitian dan alokasi penelitian
Jenis kreativitas yang harus disesuaikan
Pendidikan Karakter bisa terbentuk dari belajar di asrama
Metode Kualitatif Studi interaksi simboliks Pengumpulan data FGD
Kualitatif Studi Kasus
Implementasi Pendidikan Karakter dapat diterapkan melalui Ekstrakulikuler
Studi Persepsi dengan metode Interaksi simbolik
Metode Kualitatif pendekatan pembelajaran konstruktivisme
Bentuk tindakan social terhadap Studi Persepsi media melalui aplikasi BABE (Baca Berita Indonesia) mahasiswa di Jakarta utara selaku khalayak pengguna dapat menjadi individu interpretif dan aktif. Aplikasi ini dapat mempermudah khalayak untuk bersosialisasi dari intepretasi individu menjadi kelompok.
Penelitian yang berhubungan dengan karakter bisa lebih diperbanyak supaya dapat memben tuk regulasi karakter di Indonesia Supaya lebih diperba nyak penelitian berhubungan dengan karakter anak SMA Hasil penelitian ini sangat kurang detail smoga ada penelitai an lain yang berhubu ngan dengan media
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8.Innes Felicia Chandra
Persepsi Remaja di Kota Malang terhadap kekerasan Verbal dalam program komedi Pesbukers
Deskriftif Kualitatif
Untuk mengetahui persepsi remaja terhadap kekerasan verbal di program komedi Pesbuker
9.Dyah Ayu Retno Internet Remaja dan Widyastuti Gender (studi terhadap perilaku Remaja SMA BOPKRI 2 Yogyakarta)
Metode Kuantitatif pendekatan pembelajaran metode survey
10. Satrio Arismunandar. (2012).
metode kualitatif diskriptif,
Peran Media Massa dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Jurnal Instansi Mengkaji dan menganalisis secara komprehensip sehingga dapat dihasilkan suatu rumusan tentang strategi pendekatan yang dapat dimanfaatkan dalam menginternalisasi nilai-nilai penggunaan media baru di kalangan remaja
Kualitatif konstruktif
Penelitian yang bias dipergunakan dengan informan yang berbeda
Kualitatif Konstruktifis
Lebih diperbanyak penelitian yang berhunbungan dengan media online
Pembangunan nasional bukan cuma Metode Kualitatif menyangkut ekonomi atau aspek Konstruktives fisik, apalagibila pertumbuhan dan
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lebih diperbanyak penelitian yang berhubungan
kemakmuran ekonomi itujuga baru dinikmati oleh sebagian kecil warga, belum dinikmati secara merata oleh rakyat Indonesia. pembentukan watak atau karakter(character building), yang mencakup sikap mental manusia. Pembangunan menuntut adanya perubahan sikap mental manusia, yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan,ia juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan karakter
Dari rujukan tesis dan jurnal yang menjadi perbedaan dalam penelitin ini adalah Persepsi Remaja terhadap kekerasan verbal diprogram Pesbuker dimana yang menjadi perbedaan adalah dengan menggunakan obyek penelitian yaitu Remaja di perumahan KOTA MODERN TANGERANG. Dengan perbedaan dari informan dalam kajian media diharapkan dalam penelitian ini “ Makna Pendidikan Dalam Media Baru (Persepsi Remaja di perumahan KOTA MODERN Tangerang Terhadap (www.google.co.id) ini bisa menjadi panduan dan referensi“Pendidikan Komunikasi Intrapersonal” dikalangan remaja. 2.2.Kerangka Pemikiran 2.2.1.Komunikasi Intrapersonal Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris, Communication, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Hovland (Onong, 1999:10) Mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (Communication is the Process to modify the behavior of other individuals). Menurut Gerald R.Miller (1976:15), memahami proses komunikasi intrapersonal menurut pemahaman hubungan
simbolis
antar
komunikasi
dengan
perkembangan
relasional,
Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihakpihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. 2.2.2. Persepsi Sebagai Inti Komunikasi Intrapersonal Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon, korespondensi dan masih banyak lainnya. Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misalnya kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu juga sebaliknya. Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut,
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ramping atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing. Dengan kata lain komunikasi intrapersonal ini terjadi inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri (memproses makna pesan yang diterima dan yang akan diberikan), walaupun secara tidak disadari. Oleh karenanya, Mulyana menyatakan bahwa keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain akan sangat bergantung pada kefektifan komunikasi kita dengan diri kita sendiri. Dalam komunikasi intrapersonal meliputi beberapa kegiatan yaitu sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sensasi adalah proses menangkap stimuli, persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia mendapatkan pengetahuan baru, atau dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Dengan mengetahui proses komunikasi intrapersonal ini
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diharapkan kita dapat membuat setiap konteks komunikasi yang kita lakukan dengan lebih baik melalui komunikasi intrapersonal.
2.2.3. Definisi Persepsi Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian. Persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap ingatan dan lainlain. Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk, suatu sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Istilah persepsi dari pengertian diatas berarti suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadiankejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (siswa dan guru) akan saling memberi tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Secara
etimologis
presepsi
berasal
dari
bahasa
latin
preceptio;
dari preceptio, yang artinya menerima atau mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah yang menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Kata “presepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, seperti: presepsi diri, presepsi sosial (Calhoun &Acocela, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan presepsi interpersonal (Rahmat, 1994). Dalam kepustakaan berbahasa inggris istilah yang banyak digunakan ialah “social perception”. Pada dasarnya , objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula. Dengan perbedaan arti persepsi tersebut diatas penulis mengutip pendapat persepsi dari beberapa pakar yaitu: 1) Joseph A. Devito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera. 2) Leavit, 1978 mengatakan persepsi adalah bagaimana sesorang memandang atau mengartikan sesuatu. 3)Yusuf (1991: 108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan” 4) Gulo (1982:
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
207) persepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera. 5)Rakhmat (1994: 51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 6) Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dengan lingkungan. 7) Verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. 8) Brouwer (1983: 21), persepsi ialah suatu reflika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk
berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. 9)Pareek (1996: 13),
persepsi
dapat
didefinisikan
sebagai
proses
menerima,
menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi pada rangsangan panca indera atau data. Dari berbagai pengertian tentang persepsi, dalam penelitian ini menggunakan pengertian persepsi dari Joseph A. Devito (1995:75):
Persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera
Menurut De Vito Persepsi mempengaruhi banyak rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berika kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi , yang identic dengan penyandian-balik dalam proses
komunikasi.
John
R.
Wenburg
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
William
W.
Wilmot,menyebutkan organisme
“persepsi
dapat
didefinisikan
sebagai
cara
memberi makna” Rudolph F. Verderber, “persepsi adalah proses
menafsirkan informasi indrawi” (dalam mulyana, 2000: 167). 2.2.4. Stimulus dan Sensasi Dari segi bahasa, sensasi berasal dari kata sense yang artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan sensasi adalah proses menangkap stimuli (rangsang). Misalnya, ketika dua orang sedang berkomunikasi, maka masing-masing dapat melihat fisiknya dengan penglihatan, mendengar suaranya dengan pendengaran, mencium harum parfum yang dipakai dengan penciumannya dan merasakan kehalusan kulitnya ketika bersalaman.Seluruh yang ditangkap oleh indera tersebut disebut stimuli atau rangsang.Terkadang orang dapat menerima dua stimuli sekaligus, misalnya ketika kita sedang menonton TV (stimuli ekternal), datang pula stimuli dari dalam, yaitu ingatan kepada orang tua di kampung yang sedang menderita sakit dan menunggu kedatangan kita. Selain itu, sensasi dapat pula diartikan sebagai tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.” Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh kapasitas alat indera yang berbeda, dan oleh pengalaman atau lingkungan yang berbeda.Masakan yang dirasa sangat pedas oleh lidah orang Yogya terasa biasa-biasa saja oleh lidah orang Minang.Sebaliknya kata-kata keras yang dirasa sopan-sopan saja oleh orang Medan dirasa sangat mengganggu oleh telinga orang Jawa.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi.Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal).Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata).Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular). Jadi dari semua pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik pengertian Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Persepsi adalah proses memberi makna kepada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi adalah proses mengubah sensasi menjadi informasi. Ketika kita mendengar orang berkata silat, padahal ia berkata salat, maka kita keliru sensasi, tetapi ketika seorang pria memuji kekasihnya dengan perkataan, engkau adalah wanita tercantik di dunia, tetapi kekasihnya merasa disindir dengan perkataan itu, maka kekasihnya disebut keliru persepsi. Kekeliruan sensasi juga dapat menyebabkan kekeliruan persepsi. Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural.Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional Persepsi terhadap diri pribadi (self-perception)
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan konsep struktural.
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Persepsi didefenisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi mensyaratkan: 1) adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita. 2) adanya informasi untuk diinterpretasikan. 3) menyangkut sifat representatif dari penginderaan. Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya. 2.2.5. Persepsi dan Kognisi Secara singkat persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara menusia memberi arti pada rangsangan. Istilah kognisi berasal dari bahasa latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle telah memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri. Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati, misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena itu untuk menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains kognitif. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua bidang ilmu tersebut banyak dimanfaatkan oleh ilmu robot dalam mengembangkan kecerdasan buatan. Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. 2.2.6. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (1995: 22) pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : Secara
Fisiologis informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. a.Perhatian Individu
memerlukan
sejumlah
energi
yang
dikeluarkan
untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. b.Minat Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance
merupakan
kecenderungan
seseorang
untuk
memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. c. Kebutuhan yang searah Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. d. Pengalaman dan ingatan
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. e.Suasana hati Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. 2.
Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah : a.
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b.
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e.
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
2.2.7. Proses Terbentuknya Persepsi Perceptual process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap (Keneth E. Andersen 1972:46) yaitu 1. Sensasi (asensi) Sensasi adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai, mencium parfum, bersalaman, mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk dalam terhadap atensi 2.Atensi Atensi adalah suatu tahap dimana kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat telepon, informasi yang kita perhatikan
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hanyalah suara lawan bicara meskipun saat itu kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih, tentunya kita lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi karena kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda dan paling menarik perhatian. 3.
Interpretasi Tahap interpretasi adalah tahap terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari persepsi. Interpretasi adalah proses penafsiran informasi atau pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah, biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan beragam tergantung latar belakang kita masing-masing. Sensasi, atensi dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui
untuk menghasilkan persepsi, semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang sama. Misal sama-sama orang desa, sama-sama orang jawa. Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu berfikirlah positif dan obyektif dalam memandang sesuatu. 2.2.8. Sifat Persepsi
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini, Mulyana (2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal berikut: 1. Persepsi berdasarkan pada pengalaman. Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut. 2. Persepsi bersifat selektif. Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita. 3. Persepsi bersifat dugaan. Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik berikut ini. 4.Persepsi bersifat evaluatif
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri. 5. Persepsi bersifat kontekstual Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Sebagai contoh, terhadap gambar seseorang bisa mengatakan bahwa itu adalah angka 13 karena konteksnya adalah angka-angka lainnya, yaitu 11, 12, 14 dan 15. Tetapi bagi seseorang yang memiliki konteks huruf-huruf A, C, D dan E, maka gambar tersebut adalah huruf B. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ada anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi. 2.4.9. Kegagalan Persepsi Persepsi kita sering tidak cermat, salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internallah yang membangkitkan perilakunya. Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap.
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Efek Halo Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya. Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya). 3. Stereotif Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Contoh stereotip ini banyak sekali, misalnya: Laki-laki berpikir logis, Wanita bersikap emosional,
Orang berkulit hitam pencuri, Orang Meksiko
pemalas, Orang Yahudi cerdas, Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enak, Orang Cina pandai memasak, Orang Batak kasar, Orang Padang pelit, Orang Jawa halus pembawaan, Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang belanja, Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda (karena suku Jawa dianggap lebih tua daripada suku Sunda), Orang Tasikmalaya tukang kredit, Orang berkaca mata minus jenius, Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga berjenggot), dll. Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan. 4. Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok, citra demikian disebut stereotip. Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dekotomi, yakni berprasangka atau tidak berprasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Pengguanaan prasangka memungkinkan kita merespon lingkungan secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah.
5. Gegar Budaya Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P. Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai. Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan yang baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu:
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Tahap kontak. Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan, karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar biasa. b.
Tahap disintegrasi. Terjadi ketika perilaku, nilai, dan sikap yang berbeda Mengganggu realitas perseptual kita.
c.
Tahap reintegrasi. Ditandai dengan penolakan atas budaya, kita menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang serba menilai.
d.
Tahap otonomi. Ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi yang
meningkat,
pemahaman
atas
budaya
baru,
dan
kemampuan
menyesuaikan diri dengan budaya baru kita. f.
Tahap independensi. Ditandai dengan kita mulai menghargai kemiripan dan perbedaan budaya, bahkan menikmatinya. Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang alamiah
saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkungan budaya baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki suatu budaya lain (http//lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/24/139/). 2.5. Remaja Remaja dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi dan keinginan untuk mempunyai banyak teman, namun kadangkadang untuk membangun
hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah,
seseorang harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik dan sehat. Komunikasi interpersonal mempunyai dampak yang cukup
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
besar
bagi
seseorang
kehidupan
siswa.
Penelitian
Vance
Packard
(1974)”
Bila
mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal
dengan orang lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, ‘dingin’ sakit fisik dan mental, dan mengalami ‘flight syndrome’ (ingin melarikan diri dari lingkungannya)”. Kesulitan remaja dalam menyesuaikan diri sering dijumpai di sekolah yang ditampilkan dalam bentuk perilaku, seperti rendah hati, agresivitas, mencari rasa aman pada berbagai bentuk mekanisme pertahanan diri (seperti rasionalisasi, proyeksi, egosentris dan sebagainnya), melanggar tata tertib, menetang guru, berkelahi, tidak melaksanakan tugas sekolah, mengisolasi diri dan sulit bekerja sama dalam situasi kelompok, seringkali permasalahan yang biasa dan dianggap wajar terjadi disekolah-sekolah. Fenomena tersebut selalu penulis temukan ketika melakukan observasi dan diskusi dengan informan. Penelitian persepsi remaja
tentang google ini merupakan salah satu
sumber informasi pendidikan yang diberikan kepada individu sebagai upaya untuk membantu individu dalam mengatasi permasalahan yang timbul di dalam belajar agar dalam proses belajar individu dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga masyarakat mendapat pengetahuan baru. Setiap individu, mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa termasuk siswa sekolah menegah atas tidak akan terlepas dari suatu masalah, baik itu masalah yang berhubungan dengan pribadi, sosial, pendidikan, karir dan nilai. Dalam hubungannya dengan komunikasi intrapersonal siswa, siswa yang memiliki
komunikasi
intrapersonal
yang
rendah,
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan
mengalami
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya, hambatan tersebut nantinya akan berpengaruh kepada keberhasilan individu tersebut dalam proses penyesuaian dirinya sekarang dan dimasa yang akan datang. Secara khusus penelitian tentang media baru pada remaja bertujuan untuk membantu agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir. Berdasarkan uraian diatas, maka remaja memerlukan bimbingan yang lebih fokus pada pribadi dan hubungannya dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu persepsi remaja terhadap search engine google, pesan-pesan yang disampaikan mempunyai makna yang berhubungan dengan pendidikan ditujukan supaya remaja dapat mencapai perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan pribadi yang mempunyai iman yang kuat, mandiri dan bertanggung jawab. Melalui penelitian ini juga diharapkan siswa memahami diri, mampu mengendalikan dan mengarahkan diri dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, disekolah sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Komunikasi intrapersonal dengan penyesuaian diri siswa dalam penggunaan media baru, menitik beratkan pada penjelasan dan pemahaman tentang bagaimana komunikasi intrapersonal yang seharusnya dimiliki siswa agar siswa mampu memfilter isi pesan. Pesan yang dipelajari berdampak positif baik bagi diri dan orang lain serta dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini remaja mampu menciptakan dan membangun komunikasi yang baik dan sehat serta mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Setiap remaja memiliki kemampuan umum untuk berpikir. Kemampuan itu harus dibentuk dan diperbaiki di dalam proses interaksi sosial. Kemampuan manusia untuk berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi masa kanakkanak dan diperbaiki selama sosialisasi masa dewasa. Para sosiolog konvesional kemungkinan besar melihat sosialisasi hanya sebagai proses melalui mana orang mempelajari hal-hal yang mereka butuhkan agar dapat bertahan hidup di masyarakat (atau misalnya, kebudayaan, pengharapan peran). Selanjutnya, sosialisasi bukan sekedar proses satu-cara tempat sang aktor menerima informasi, tetapi adalah suatu proses dinamis ketika sang aktor membentuk dan menyelesaikan informasi bagi kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Manis dan Meltzer, 1978: 6 dalam Ritzer: 2012). Para interakasionis simbolik tentu saja, tidak hanya berminat pada sosialisasi, tetapi juga interaksi pada umumnya, yang “sangat penting dalam dirinya sendiri” (Blumer, 1969b:8 dalam Ritzer: 2012). Interaksi adalah proses ketika kemampuan berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Semua tipe interaksi, bukan hanya interaksi selama sosialisasi, memperbaiki kemampuan kita berpikir diluar itu, berpikir membentuk proses interaksi. Di dalam sebagian besar interaksi, para aktor harus memperhitungkan orang lain dan memutuskan untuk menyesuaikan kegiatan-kegiatan mereka dengan kegiatan orang lain. Akan tetapi, tidak semua interaksi melibatkan berpikir.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3. Alur Pemikiran
ALUR PEMIKIRAN
Persepsi
Remaja
www.google.co.id
1. Stimuli 2. Sensasi 3. Persepsi
Sumber : Diolah oleh peneliti
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kognitif (Pegetahuan)