13
BAB II KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG BIMBINGAN KELOMPOK DAN KECERDASAN EMOSIONAL A. Konsep Bimbingan Kelompok 1. Definisi Bimbingan Kelompok Kelompok merupakan suatu sistem interaksi yang berpotensi menyediakan atau memenuhi sesuatu tentang kebutuhan individu untuk (a) memiliki dan diterima, (b) pertukaran pengalaman, (c) kesempatan bekerjasama,
(d)
disahkan
melalui
umpan
balik
diantara
anggota
kelompoknya. Ciri umum sebuah kelompok yaitu adanya interaksi dan saling mempengaruhi antara anggota kelompok. Terdapat berbagai metode yang hendak memfasilitasi individu agar menyatu menjadi sebuah kelompok yang dapat saling berinteraksi serta bekerjasama satu sama lain yaitu dengan bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok di sekolah merupakan bagian program layanan bimbingan konseling yang tergolong ke dalam komponen pelayanan dasar. Pelayanan dasar ini diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini siswa, melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan. Senada dengan hal tersebut layanan bimbingan kelompok menurut Gazda (1984) bahwa bimbingan kelompok sebagai suatu proses bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan individu dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman
14
yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan permasalahannya atau dalam upaya mengembangkan pribadinya. Menurut Natawidjaya (1987) bimbingan kelompok merupakan suatu sistem pemberian layanan bantuan yang amat baik untuk membantu mengembangkan kemampuan pribadi, pencegahan dan menangani konflikkonflik pribadi atau pemecahan. Menurut Rusmana (2009) bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar
berpartisipasi
aktif
dan
berbagi
pengalaman
dalam
upaya
pengembangan wawasan, sikap atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Menurut Tohirin (2007: 170) definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok, dimana bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan
bagi dirinya sendiri.
Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi (2008: 64) bahwa bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
15
Dari disimpulkan, dalam
berbagai
definisi
yang
diungkapkan
para
ahli
dapat
bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi
bimbingan
konseling
yang
dimaksudkan
untuk
mencegah
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli, dimana kegiatannya terdiri dari penyampaian informasi kepada kelompok berkenaan dengan masalah pendidikan, pribadi ataupun masalah sosial yang tidak dibahas dalam bentuk pelajaran, melainkan menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok yang dapat mengembangkan pemahaman diri.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok Konsep tentang tujuan bimbingan kelompok harus selalu dipahami dari sudut tujuan individual siswa. Sofyan S. Willis (Ediya, 2009) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok bertujuan memberi kesempatan konseli untuk berpartisipasi dalam memberikan ceramah dan diskusi dengan berbagai kelompok individu. Sedangkan Shertzer (1980) merumuskan tujuan umum dari konseling kelompok sebagai berikut “A Fundamental purpose of most group counseling experiences is to develop members insights into their problem and feeling, help them arrive at some understanding of the cause of their problem”. Dengan melakukan diskusi melalui kelompok yang beragam, diharapkan konseli akan makin meningkat kepercayaan diri untuk hidup normal dan konseli tumbuh menjadi orang yang lebih berguna. Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu individuindividu siswa agar lebih kompeten, bukan untuk menghasilkan suatu
16
kelompok yang lebih baik. Menurut Dinkmeyer dan Muro (1979) tujuantujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: 1. Membantu setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami dirinya untuk membantu proses menemukan identitas 2. Dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin mampu mengembangkan penerimaan diri dan merasa berharga sebagai pribadi 3. Membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan antar pribadi, sehingga siswa mampu melaksanakan tugas perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi 4. Menumbuhkembangkan kecakapan mengarahkan diri, memecahkan masalah, dan mentransfer kecakapan ini untuk digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari 5. Membantu mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, sehingga menyadari dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan orangorang yang berarti dalam hidupnya (significant others), sehingga mampu menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap empatik 6. Membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empatik yang mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga dapat mendengar perasaan-perasaan yang mengikuti ucapan orang lain 7. Membantu siswa untuk dapat memberi makna terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya
17
8. Membantu setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan tujuantujuan tertentu yang akan diwujudkannya secara konkrit. Secara umum tujuan pemberian layanan bimbingan kelompok agar siswa dapat: 1. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin 2. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan serta lingkungan masyarakat 3. Mengatasi hambatan
dan kesulitan
yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan serta lingkungan masyarakat. 4. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang Sedangkan secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar (akademik) dan karir. 1. Tujuan bimbingan kelompok yang terkait dengan aspek pribadi-sosial a. Memiliki Komitmen dalam mengenalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut
18
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis e. Memiliki sikap positif ataupun respek terhadap diri sendiri dan orang lain f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai oranglain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahim dengan sesama manusia j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal maupun dengan orang lain k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif 2. Tujuan bimbingan kelompok yang terkait dengan aspek akademik (belajar) a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, misalnya disiplin belajar, mempunyai perhatian terhadap semua kegiatan belajar yang diprogramkan b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
19
c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran dan mempersiapkan diri menghadapi ujian d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memperdalam pelajaran dan berusaha memperoleh informasi dalam berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas e. Memiliki kesiapan mental dan mampu menghadapi ujian 3. Tujuan bimbingan kelompok yang terkait dengan aspek karir a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan b. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja c. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir dengan cara mengenali diri dari pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosio-psikologis
pekerjaan,
prospek
kerja
dan
kesejahteraan kerja d. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi e. Dapat membentuk pola-pola karir yaitu cenderung kearah cita-cita f. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat
20
3. Fungsi Bimbingan Kelompok Fungsi bimbingan kelompok terdiri dari berbagai hal yang dilakukan oleh konselor bekerjasama dengan konseli diantaranya berfungsi sebagai : a. Pencegahan (preventif), yaitu yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam upaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh siswa. Konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya b. Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. c. Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya proaktif dari fungsifungsi lainnya. Pembimbing berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan
personil
sekolah
senantiasa
bersinergi
sebagai
TeamWork
berkolaborasi atau bekerjasama dalam melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. d. Perbaikan (penyembuhan) yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi yang berkaitan
erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
21
siswa yang telah mengalami masalah, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstra kurikuler, jurusan atau program studi dan pemantapan penguasaan karir sesuai minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. f. Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah dan staf, pembimbing serta guru untuk menyesuaikan program pendidikan dengan latar belakang, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa. g. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama. 4. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok Terdapat empat tahap perkembangan seperti yang dikemukakan Prayitno (1995), yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Selain keempat tahap ini masih ada yang disebut tahap awal. Tahap awal/langkah awal berlangsung sampai berkumpulnya para calon anggota kelompok dan dimulainya tahap pembentukan. Tahap-tahap ini merupakan suatu kesatuan dan seluruh kegiatan kelompok. Tahap-tahap tersebut dibahas secara terperinci yaitu sebagai berikut: A. Langkah Awal Tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan
22
kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian beserta tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok. B. Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan kelompok meliputi penetapan (a) Materi layanan, (b) Tujuan yang ingin dicapai, (c) Sasaran kegiatan, (d) Bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok, (e) Rencana penilaian, (f) Waktu dan tempat. C. Pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut : 1. Persiapan menyeluruh, yang meliputi persiapan fisik (tempat beserta kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan keterampilan, untuk menyelenggarakan bimbingan kelompok, guru pembimbing diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik seperti a) Teknik umum yaitu mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespon secara tepat dan positif, dorongan minimal, penguatan dan keruntutan. b) Keterampilan memberikan tanggapan, mengenal perasaan peserta, mengungkapkan perasaan sendiri dan merefleksikan. c) Keterampilan memberikan
memberikan nasihat,
pengarahan,
bertanya
secara
memberikan langsung
dan
informasi, terbuka,
23
mempengaruhi
dan
mengajak,
menggunakan
contoh
pribadi,
memberikan penafsiran, mengkonfrontasikan, mengupas masalah dan menyimpulkan. 2. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan a) Tahap Pertama : Pembentukan Dalam tahap pembentukan ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain kegiatan pengenalan dan pengungkapan tujuan, yaitu tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok yang umumnya pada tahap ini memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota. Dalam tahap pembentukan ini pemimpin kelompok hendaknya memunculkan diri sehingga para anggota kelompok memahaminya sebagai orang yang bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka. Selanjutnya peran utama pemimpin kelompok adalah merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru ke dalam suasana kelompok yang diinginkan dan juga membangkitkan minat serta kebutuhan anggota dalam mengikuti kegiatan kelompok.
24
Pola keseluruhan tahap pertama ini dapat digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut : TAHAP I PEMBENTUKAN
Tema : Pengenalan dan pelibatan diri
Tujuan :
Kegiatan:
1.
1.
2. 3. 4.
5. 6.
Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling. Tumbuhnya suasana kelompok Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok Tumbuhnya minat saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka Dimulainya pembahasan mengenai tingkah laku dan perasaan yang lebih mendalam
2.
3. 4. 5.
Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling Menjelaskan cara-cara dan asas kegiatan bimbingan kelompok Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri Melakukan berbagai teknik khusus Permainan penghangatan dan pengakraban
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka Bagan 2.1 2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu penuh empati. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, 3. Sebagai contoh teladan bagi anggota kelompok. 4. Menumbuhkan minat dan meningkatkan motivasi Tahap Pertama : Pembentukan
Bagan 2.1. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Pertama : Pembentukan Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan kelompok serta membangkitkan semangat anggota kelompok untuk ikut bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok. Penjelasan tentang kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan akan membantu masing-
25
masing anggota untuk mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota kelompok lainnya dan pencapaian tujuan bersama. b) Tahap kedua : Peralihan Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dibawa oleh pemimpin kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya, maka diperlukan tahap peralihan. Pola keseluruhan pada tahap kedua ini dapat digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut: TAHAP II. PERALIHAN Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga
Tujuan : 1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya. 2. Makin bertambah mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan. 3. Semakin tumbuhnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan : 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. 3. Membahas suasana yang terjadi 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota 5. Jika diperlukan kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka 2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. 3. Mendorong untuk dapat membahas suasana perasaan. 4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati
Bagan 2.2. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Kedua : Peralihan
26
Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok yang merupakan tahap ketiga yaitu kegiatan inti dari keseluruhan kegiatan. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota dalam kelompok, tahap peralihan ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. c) Tahap ketiga : Kegiatan Pola keseluruhan pada tahap ketiga ini dapat digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut : TAHAP III. KEGIATAN Kelompok Bebas Tema : Kegiatan Pencapaian Tujuan
Tujuan : 1. Terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. 2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. 3. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Kegiatan : 1. Masing-masing anggota kelompok secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau topik yang dibahas terdahulu 3. Anggota membahas masingmasing topik secara mendalam 4. Kegiatan selingan
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetap tidak banyak bicara 3. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Bagan 2.3. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan (Kelompok Bebas) Kegiatan pada tahap ketiga ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, dalam tahap ini mendapatkan porsi yang besar dalam suatu kegiatan kelompok, namun kelangsungan pada tahap ini amat tergantung pada
27
hasil dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap kegiatan ini akan berlangsung dengan lancar. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, serta saling hubungan antara anggota kelompok tumbuh dengan baik, meliputi kegiatan kelompok bebas dan kelompok tugas ditampilkan secara nyata.
TAHAP III KEGIATAN Kelompok Tugas
Tema : Kegiatan Pencapaian Tujuan (Penyelesaian Tugas)
Tujuan : 1. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas 2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan
Kegiatan: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik 2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok 3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas 4. Kegiatan selingan
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak berbicara
Bagan 2.4. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan ( Kelompok Tugas )
28
d) Tahap Keempat : Pengakhiran Kegiatan suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok ini akan menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Pola keseluruhan tahap keempat ini dapat digambarkan ke dalam bagan berikut :
TAHAP IV PENGAKHIRAN Tema : Penilaian dan tingkat lanjut
Tujuan 1. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang hasil pelaksanaan kegiatan. 2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. 3. Terumuskan rencana kegiatan lebih lanjut. 4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri
Kegiatan : 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan 4. Mengemukakan pesan dan harapan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka 2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut 4. Penuh rasa persahabatan dan empati
Bagan 2.5. Tahap-tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok, Tahap Ketiga : Kegiatan ( Kelompok Tugas )
29
Pokok perhatian utama pada kegiatan pengakhiran bukanlah pada berapa kali kelompok itu bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Ketika kelompok memasuki tahap
pengakhiran,
kegiatan
kelompok
hendaknya
dipusatkan
pada
pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Peranan pemimpin kelompok disini memberikan reinforcement (penguatan) terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. 3. Evaluasi Kegiatan Penilaian
kegiatan
bimbingan
kelompok
difokuskan
kepada
perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh pribadi masingmasing, berbagai kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis baik melalui essay, daftar cek maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapat, harapan, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta
30
juga diminta untuk mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga atau yang kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok. Penilaian
terhadap
bimbingan
kelompok
berorientasi
pada
perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri konseli. Penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian ‘dalam proses’ yang dapat dilakukan melalui a. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas c. Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka d. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan. e. Mengungkapkan
kelancaran
proses
dan
suasana
penyelenggaraan
bimbingan kelompok. 4. Analisis dan Tindak lanjut Tujuan dari kegiatan tahap ini yaitu selain bertujuan untuk melihat dan memonitor perubahan tingkah laku yang ditujukan oleh siswa yang telah dibantu melalui teknik bimbingan kelompok, juga untuk memberikan bantuan lain yang dipandang perlu bagi peningkatan dan pengembangan potensi peserta didik Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan berbagai hal berkaitan
dengan
penyelenggaraan
bimbingan
kelompok.
Diperlukan
31
pengkajian apakah hasil-hasil pembahasan atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam dan setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspekaspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan tersebut. Dalam
analisis
yang
perlu
dilakukan
yaitu
analisis
tentang
kemungkinan dilanjutkannya topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut. Tindak lanjut dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan yang dianggap sudah memadai dan selesai. 5. Strategi dalam Bimbingan Kelompok Menurut Agus Sampurno dalam Rustiati (2008) terdapat tiga strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran sistem kelompok (Bimbingan Kelompok) yaitu : a. Pair-Share (berpasangan lalu berbagi) Dalam strategi ini cara membuat kelompok yaitu setiap individu diajak berpasangan, lalu berbagi mengenai berbagai ide dan mengeksplorasi berbagai pertanyaan. Tipe kelompok ini berguna saat melatih siswa untuk berbicara dan belajar mendengarkan orang lain. Keuntungan dari tipe pengelompokkan jenis ini adalah siswa mempunyai banyak kesempatan untuk berbagi dengan rekan satu kelompok dengan leluasa tanpa khawatir oleh gangguan yang biasa terjadi dalam kelompok besar. Kelemahan dari tipe ini diantaranya karena hanya terdiri dari dua orang, siswa kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam.
32
b. Jigsaw Cara membuat kelompok dalam kelompok jigsaw, siswa melakukan dua fungsi sebagai orang yang meneliti (kelompok peneliti) atau mencari jawaban kemudian setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan berubah menjadi pemberi informasi (kelompok ahli). Keuntungan dari tipe ini diantaranya dengan memberikan kesempatan kepada siswa berupa tanggungjawab untuk mengajar dan belajar pada saat bersamaan, siswa sudah memperbaharui kemampuan mereka dalam mengajar dan meneliti (mencari jawaban). Kelemahan dari tipe ini diantaranya siswa yang berjuang keras ketika guru menerapkan strategi ini, permasalahannya karena waktu yang kurang dan kemampuan mengajarkan atau memberikan informasi yang masih terbatas. c. Split-Class Discussion Cara membuat kelompok ini kelas dibagi menjadi dua untuk melakukan diskusi, topik diskusi harus benar-benar menarik agar siswa antusias. Keuntungan dari tipe ini diantaranya seluruh anggota dalam kelas dapat mendengar sudut pandang yang berbeda, saat mendengarkan orang lain berbicara siswa biasanya langsung merubah pendiriannya atau membuat pendapatnya menjadi lebih tajam dan komprehensif. Kelemahan dari pengelompokkan jenis ini diantaranya ada beberapa siswa yang memiliki kesulitan berbicara di depan khalayak dan menyukai kelompok lebih kecil akan kesulitan mengikuti teknik ini. Lalu strategi lain yang dapat digunakan yaitu diantaranya menggunakan berbagai teknik seperti
33
1) Teknik Pertanyaan dan jawaban, yaitu teknik yang dilakukan dengan cara para anggota kelompok menuliskan jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan. Cara ini merupakan awal dari usaha anggota untuk mengungkapkan diri sendiri. Jika diperlukan jawaban ini tanpa disertai nama penjawabnya, jawaban ini dapat digunakan untuk mengukur keseluruhan suasana dan tanggapan kelompok atas suatu permasalahan yang telah dikemukakan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba siswa untuk mengungkapkan secara langsung apa yang dirasakannya, dan dapat ditanggapi secara langsung oleh teman yang lain, bagi siswa yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya maka peneliti mencoba meminta siswa untuk menuliskannya. 2) Teknik perasaan dan tanggapan Teknik ini digunakan agar para anggota dalam sebuah kelompok dapat mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas sesuatu permasalahan dan suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan berlangsung. Teknik ini untuk merangsang para anggota mengenali masalah dan perasaannya sendiri yang justru perlu menjadi pokok bahasan utama dalam kelompok tersebut. 3) Teknik bermain kelompok Berbagai permainan kelompok dapat dilakukan dalam bimbingan kelompok, dimana tujuan dalam permainan kelompok itu adalah untuk penghangatan dan pengakraban. Ciri-ciri permainan yang perlu diperhatikan yaitu (a) dilakukan
34
oleh seluruh anggota kelompok, (b) bersifat gembira dan menyenangkan, (c) tidak memakan tenaga atau melelahkan, (d) sederhana, (e) waktunya singkat. 6. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok Bentuk-bentuk bimbingan kelompok terdapat beberapa macam bentuk bimbingan yang dapat dipergunakan pada situasi dan permasalahan tersendiri. Konselor dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yang menilai serta melihat keadaan konseli serta dapat menggunakan layanan bimbingan secara baik dan terarah. Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut WS. Winkel (1989), sebagai berikut: a. Bimbingan (Group Guidance Class). Ahli bimbingan menghadapi kelompok yang sudah dibentuk untuk keperluan pengajaran, sehingga tidak terjadi pengelompokkan kembali akan tetapi dipertahankan satuan-satuan kelas yang sudah ada. b. Kelompok Diskusi ( Discussion Group). Dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam murid mendiskusikan sesuatu bersama, masalah yang didiskusikan ditentukan oleh ahli. c. Kelompok Kerja (Group Work). Setiap siswa mengerjakan tugas bersama dapat berupa tugas studi serta dapat dipakai sebagai sarana didaktik dalam rangka pengajaran. d. Home Room. Pertemuan kelompok individu tertentu (25-30 orang) diruang tertentu guna kegiatan bimbingan, kegiatan ini dapat berupa pembahasan suatu masalah, sosiodrama atau persiapan suatu acara.
35
Menurut Willy and Strong (Wahyuni, 2008) bentuk-bentuk bimbingan kelompok sebagai berikut : 1. Activity Method : School Asembly, school club, student government 2. Orientation method : program orientasi baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah 3. Discussion and group process ; meliputi kegiatan-kegiatan memperbaiki human relation, diskusi, sosiometri. 4. Therapeutic method, meliputi group theraphy, sosiodrama dan modifikasinya Selanjutnya Arthur E. Traxler (wayhuni, 2008) mengemukakan bentuk penyelenggaraan bimbingan kelompok sebagai berikut : 1. Learning situation : regular academic classes, home room, career conference, group visit. 2. Student activities : extra-curricular activities, residence hall, sosiometric 3. Adjustment and theraphy : multiple counseling, checklist inventory, psychodrama and group psycho theraphy.
7. Komponen dalam Bimbingan Kelompok. Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok di antaranya: a. Raw Input Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam bimbingan kelompok dan Raw input dalam bimbingan kelompok adalah siswa. Dikarenakan bimbingan kelompok bersifat pengembangan dan topik yang
36
dibahas merupakan topik-topik umum, maka siapapun dapat menjadi anggota kelompok. Berikut terdapat beberapa pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok dalam bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) yaitu (1) jenis kelompok misalnya berdasarkan jenis kelamin, (2) Usia anggota kelompok, (3) Kepribadian, serta (4) hubungan awal. b. Instrumental Input Konselor (pemimpin kelompok), program, tahapan proses bimbingan kelompok serta sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok. Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses bimbingan kelompok yang efektif. Pemimpin kelompok dalam melakukan proses bimbingan kelompok diharapkan memiliki keterampilan mendengar dengan baik, memahami serta merespon secara tepat dan positif. c.
Environtmental Input Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar
dan terarah apabila terdapat norma kelompok yang dibuat dan disepakati bersama lalu digunakan dalam proses bimbingan kelompok. Selain itu lingkungan yang kondusif seperti suasana akrab dan hangat perlu dipupuk agar tercapai bimbingan kelompok yang efektif. d. Proses Proses bimbingan kelompok akan mencapai keberhasilan apabila terdapat dinamika kelompok, yaitu terjadinya proses interaksi dinamis antara anggota kelompok dengan pemimpin kelompok dalam kegiatan layanan
37
bimbingan kelompok. Agar proses bimbingan kelompok dapat mencapai keberhasilan perlu disediakan sarana pendukung meliputi seperangkat alat bantu untuk memperlancar proses bimbingan kelompok seperti ruangan, tempat duduk serta alat perlengkapan administrasi lainnya. e. Output Setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, siswa diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih baik. Lalu siswa diharapkan memiliki keterbukaan, rasa positif, empati, sikap saling mendukung serta memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. 8. Kelebihan Bimbingan Kelompok Sebagai suatu sistem pemberian bantuan, bimbingan kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu menurut Sherter & Stone (1981) dalam Hidayat, beberapa kelebihan bimbingan kelompok antara lain a. Keragaman sumber dan sudut pandang Dalam suasana kelompok sumber bantuan tidak hanya dari konselor dengan sudut pandang yang tersendiri, tetapi juga dari sejumlah individu atau konseli sebagai anggota kelompok dengan sudut pandang yang lebih kaya. b. Pengalaman kebersamaan Dalam suasana kelompok individu tidak akan merasa bahwa hanya dirinya yang mengalami permasalahan tertentu dalam kehidupannya, dia akan menjadi sadar bahwa ternyata orang lainpun mengalami permasalahan walaupun sedikit berbeda.
38
c. Rasa saling memiliki. Dalam suasana kelompok yang kohesif, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, menerima dan diterima, menghargai dan dihargai akan tumbuh dan dirasakan langsung oleh masing-masing anggota kelompok d. Praktek keterampilan Dalam
suasana
kelompok
individu
mendapatkan
tempat
untuk
mempraktekkan tingkah laku baru, melakukan percobaan dan mendapat dukungan sosio-emosional sebelum dipraktekkan langsung dalam konteks kehidupan nyata diluar kelompok e. Balikan Dalam setiap suasana interaksi kelompok, individu akan mendapatkan kesempatan untuk menerima dan memberikan balikan dari apa yang telah dilakukan atau diupayakan. Balikan akan memungkinkan individu termotivasi memiliki sikap dan melakukan aktivitas yang diterima oleh lingkungan. f. Belajar menemukan makna Dalam suasana kelompok, individu tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, dia juga bisa mendengar, melihat dan merasakan bagaimana perasaan orang lain dalam menghadapi suatu permasalahan atau situasi tertentu dalam kehidupannya. g. Kenyataan hidup Dalam hal-hal tertentu, suasana kelompok bukan hanya mencerminkan suasana kehidupan masyarakat, melainkan kehidupan kenyataan hidup sosial yang sebenarnya.
39
h. Komitmen terhadap norma Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok mendorong
individu untuk
committed terhadap norma dan kesepakatan bersama, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis. Bimbingan
kelompok
mempunyai
beberapa
keuntungan
dalam
pelaksanaan layanan bimbingan. Beberapa keuntungan tersebut menurut Surya dalam Ediya (2008) antara lain: 1. Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien Dikatakan efektif karena akan pencapaian tujuan dan sasaran akan berlangsung lebih cepat dibandingkan jika dilaksanakan melalui pendekatan individual. Efisien, karena bimbingan kelompok dapat memberikan layanan terhadap sasaran yang lebih banyak dengan waktu yang relatif lebih singkat. Dengan demikian bimbingan kelompok dapat menghemat waktu, tenaga, tempat, personil dan sarana penunjang lainnya. 2. Bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seorang atau beberapa orang individu terhadap anggota lainnya. 3. Dalam kegiatan kelompok dapat terjadi pertukaran pengalaman (Sharing of Experience) diantara para anggotanya. 4. Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual. Dalam bimbingan kelompok dapat dijumpai individu-individu yang diduga memerlukan layanan konseling yang lebih baik.
40
5. Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual. Dalam kaitan ini bimbingan kelompok merupakan tindak lanjut dari konseling. 6. Bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi yaitu dilaksanakan karena tidak dapat diberikan teknik lain. 7. Bimbingan kelompok merupakan kesempatan untuk menyegarkan watak para anggotanya. Dalam interaksi sesama anggota semuanya memperoleh pengaruh dari yang lain sehingga dapat menyegarkan pribadinya, setiap rasa bosan, tidak bersemangat, kurang bersahabat, prasangka dapat dihilangkan dan muncul suasana pribadi yang baru dan lebih segar. Lalu terkait berbagai hal yang dapat diperoleh melalui bimbingan kelompok ini, Winkel (2006) dalam bukunya mengemukakan bahwa bimbingan kelompok dapat menunjang perkembangan intelektual dan sosial siswa, sambil juga memanusiakan suasana kehidupan disekolah. Lebih jauh James L. Muro & Terry Kottman, mengemukakan keuntungan bimbingan kelompok diantaranya: 1. Membantu anggota kelompok untuk mengetahui dan memahami dirinya sendiri maupun orang lain, untuk membantu proses mencari identitas. 2. Menjadikan pemahaman diri dan penerimaan diri 3. Meningkatkan pengembangan diri, pemecahan masalah dan keterampilan pengambilan keputusan dan kemampuan tersebut dapat digunakan dalam interaksi sosial. 4. Mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain yang dapat meningkatkan tanggung jawab perilaku seseorang.
41
5. Belajar menjadi pendengar yang empatik 6. Pribadi yang utuh, selaras antara fikiran dan rasa, mengatakan apa yang dimaksud. 7. Saling menolong antar anggota.
B. Konsep Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional Kata emosi berasal dari bahasa latin, Akar kata emotion adalah movere, kata Latin yang berarti “bergerak”, ditambah awalan “e” memberi arti “bergerak menjauh”. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Kata Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang menyertainya, keadaan psikologis dan biologis, dan sederet impuls (dorongan) untuk beraksi. The Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai : “setiap agitasi atau gangguan dari jiwa, perasaan, kemarahan, nafsu (keinginan besar), setiap keadaan jiwa yang penuh semangat atau gairah (excited)”. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan disertai oleh perubahanperubahan pada fisik. Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahanperubahan pada fisik antara lain (a) Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona, (b) Peredaran darah : bertambah cepat bila marah, (c) Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut, (d) Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa, (e) Pupil mata : membesar bila marah, (f) Liur : mengering kalau takut atau tegang, (g) Bulu roma : berdiri bila takut, (h) Pencernaan :
42
perut terasa mulas kalau tegang, (i) Otot : menegang dan bergetar saat ketakutan atau tegang, (j) komposisi darah : akan ikut berubah karena emosi yang menyebabkan kalenjar-kalenjar lebih aktif. Menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Hal senada diungkapkan oleh Kleinginna (Helma, 2001) menyatakan bahwa emosi adalah berupa respon kita terhadap lingkungan yang muncul dari kombinasi antara fikiran (thoughts), perasaan (feelings) dan Tindakan (action) yang muncul secara simultan dalam berbagai cara. Jensen (Helma, 2001) telah mengelompokkan inti (core) emosi menjadi enam golongan besar yaitu anger, sadness, disgust, surprise, joy and fear. Sedangkan beberapa ahli lain telah mengelompokkan emosi pada delapan besar sebagai calon-calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Goleman (1995) sebagai berikut. 1. Anger : Fury, Outrage, resentment, wrath, exasperation, indignation, vexation, acrimony, animosity, annoyance, irritability, hostility and perhaps at the extreme, pathological hatred and violence. 2. Sadness: Grief, sorrow, cheerlessness, gloom, melancholy, self-pity, loneliness, dejection, despair and when pathological, severe depression.
43
3. Fear : anxiety, apprehension, nervousness, concern, constemation, misgiving, wariness, qualm, edginess, dread, fright, terror, as a psychopathology, phobia and pani. 4. Enjoyment. Happiness, joy, relief, contentment, bliss, delight, amusement, pride, sensual pleasure, thrill, rapture, gratification, satisfaction, euphoria, whimsy, ectasy and at the far edge, mania 5. Love : acceptance, friendliness, trust, kindness, affinity, devotion, adoration, infatuation, agape. 6. Surprise : shock, astonishment, amazement, wonder 7. Disgust : contempt, disdain, scorn, abhorrence, aversion, distaste, revolution. 8. Shame : guilt, embarrassment, chagrin, remorse, humiliation, regret, mortification and contrition. Semua
emosi
ada
manfaatnya
bagi
manusia,
Hein
(1998)
mengemukakan enam pentingnya emosi bagi manusia yaitu (1) sebagai alat mempertahankan kehidupan (survive) seperti bila kita merasa kesepian (lonely), kita butuh relasi (connection) dengan orang lain bila kita merasa ketakutan, kita membutuhkan rasa aman dan dukungan (acceptance), (2) sebagai alat untuk membuat keputusan (decision making), (3) sebagai batas/benteng (boundary setting) untuk melindungi kesehatan fisik dan mental, (4) sebagai alat komunikasi (communication) kita kepada orang lain seperti bila kita merasa sedih atau patah hati kita menampakkan sinyal pada orang lain bahwa kita butuh bantuan, (5) sebagai alat untuk persatuan umat manusia (unity) contohnya empathy, compassion, cooperation dan forgiveness dan (6) sebagai alat kebebasan untuk memilih (freedom of choices). Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional antara lain empati, mengungkapkan dan memahami perasaan,
44
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai oranglain, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat (Saphiro: 1998 dalam Tien: 2004). Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional
life
with
intelligence),
menjaga
keselarasan
emosi
dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Selanjutnya Goleman (2004) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Hein (2005) mengemukakan bahwa Kecerdasan emosional adalah “ an innate ability which gives us our emotional sensitivy and our potential for learning healthy emotional management skill” pendapat ini dapat diartikan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kecerdasan emosional ketika dia lahir di dunia. Pendapat lain dikemukakan oleh Caruso (2004) “emotional intelligence as the ability to accurately identify emotions, use emotion to help you think, understand what cause emotions and manage to stay open these emotions in other capture the wisdom of our feeling.
45
Dua unsur penting kecerdasan emosional yaitu keterampilan sosial dan keterampilan emosional, kedua ketermpilan tersebut lebih penting bagi keberhasilan
hidup
daripada
intelektual
(Saphiro,
2001).
Saphiro
mengorganisasikan keterampilan kecerdasan emosional dalam 6 bidang yaitu keterampilan berhubungan dengan (1) perilaku moral, (2) cara berfikir, (3) pemecahan masalah, (4) interaksi sosial, (5) keberhasilan akademik dan pekerjaan, (6) emosi. Meyer (Endar, 2006) menempatkan kecerdasan emosi ke dalam empat cabang kemampuan mental yaitu (1) emotional identification, perception and expression, involves such abilities as identifying emotion in faces, music and stories, (2) emotional facilitation of thought involves such ability as relating emotions to other mental sensations such as taste, color and using emotion in reasoning and problem solving, (3) Emotional understanding, involves solving emotional problems such as knowing which emotions are similar or opposite and what relations the convey, (4) emotional management, involves understanding the implications of social acts on emotions and the regulation of emotion in self and others. Jadi kecerdasan emosional dapat didefinisikan sebagai implementasi dari fikiran-fikiran, perasaan dan tindakan yang termanifestasikan melalui bentuk kemampuan dalam merasakan apa yang dirasakan oleh dirinya, lalu memahami apa yang dirasakan oleh dirinya dan orang lain secara efektif, serta secara simultan dapat menerapkan kepekaan emosi melalui sebuah tindakan yang bermakna. 2. Wilayah Kecerdasan Emosional Dengan merujuk kepada uraian Robert K. Cooper, kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami secara efektif,
46
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan koneksi dan pengaruh manusiawi. Profil kecerdasan emosional (KE) memiliki beberapa aspek beserta indikator di antaranya sebagai berikut. 1. Kecerdasan emosional dalam menghadapi situasi saat ini. Aspek ini menggambarkan ketangguhan siswa dalam menghadapi peristiwa-peristiwa rutin dalam hidup, tekanan pekerjaan/aktivitas dan tekanan masalah pribadi. 2. Kecerdasan emosional siswa yang berhubungan dengan keterampilan emosi Aspek ini menggambarkan kemampuan siswa dalam kesadaran diri emosi, mengekspresikan emosi positif dan negatif dengan tepat, menerima ekspresi emosi positif dan negatif dari orang lain, serta kemampuan dalam mengenali, membaca dan merespon ekspresi emosi orang lain dengan tepat (kesadaran emosi terhadap orang lain) 3. Kecerdasan emosional siswa yang berhubungan dengan nilai dan keyakinan (belief) Aspek
ini
menggambarkan
kemampuan
siswa
dalam
mengaktualisasikan belas kasihan, sudut pandang, intuisi, kepercayaan, daya pribadi dan integritas diri. 4. Kecerdasan emosional siswa yang berhubungan dengan hasil-hasil atau akibat yang diperoleh terkait dengan kecerdasan emosional saat ini. Aspek ini menggambarkan kemampuan siswa dalam memelihara kesehatan secara umum, kualitas hidup, hubungan dengan orang lain dan kinerja optimal.
47
Goleman (2004) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Indikator kecerdasan emosi disajikan sebagai berikut Indikator Kecerdasan Emosi Sumber : Daniel Goleman, 2000.
Kecerdasan Emosi
SA
RM EM SM MT
Gambar 2.1. Indikator kecerdasan Emosi
48
Keterangan : SA : Self Awareness
SM : Self Management
MT : Motivation
EM : Empathy
RM : Relationship Management a. Mengenali emosi diri ( Self Awareness) Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka akan perasaan sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. b. Mengelola emosi (Self Management) Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
49
c. Memotivasi diri (Motivation) Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : 1) cara mengendalikan dorongan hati; 2) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3) kekuatan berfikir positif; 4) optimisme; dan 5) keadaan (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain (Empathy) Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain (RelationShip Management) Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain, tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.
50
Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut di atas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi Menurut Zimbardo dalam Sukiman (2001) berpendapat bahwa terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan emosi, yaitu faktor pembawaan dan belajar, sebagaimana dikemukakan Both innate and learned factors are involved in emotion, Research on children’s emotional development and the universality of emotional expression across different culture suggest an innate basis, But socially based display rules very widely and most of the situations that arouse emotion in us do so through learning. Hasil
penelitian
Harluch
(Helma,
2001)
menunjukkan
bahwa
perkembangan emosi anak tergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada reaksi tersebut, mungkin akan muncul dikemudian hari. Jadi kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kecerdasan Emosional diantaranya (a)
kesadaran diri, (b) pengaturan diri, (c) motivasi diri, (d) emphathy dan (e) keterampilan sosial. Hurlock (1993) mengemukakan 3 faktor yang dapat mempengaruhi emosi yaitu:
51
a. Kondisi Fisik Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka remaja akan mengalani emosionalitas yang meninggi. Biasanya orang berada dalam keadaan lelah akan menjadi cepat tersinggung atau marah apabila ada yang mengusiknya. b. Kondisi Psikologi Pengaruh psikologi yang penting, antara lain intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan. Tingkat intelegensi seorang remaja berhubungan dengan kemampuannya mengendalikan emosi. Kegagalan mencapai tingkat aspirasi yang timbul berulang dapat membuat keadaan cemas dan tidak berdaya. Kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat akan membuat mereka takut kepada setiap situasi yang dirasakan mirip dan mengancam. c. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan emosi remaja, misalnya ketegangan yang terus-menerus, jadwal yang terlalu ketat dan terlalu banyak
pengalaman
menggelisahkan
yang
merangsang
anak
secara
berlebihan. Kemerosotan emosi pada remaja tampak terlihat dari cara mereka dalam menyelesaikan masalah dan survey terhadap orangtua dan guru-guru memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama diseluruh dunia, bahwa remaja saat ini lebih sering menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial, lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, cemas dan depresi.
52
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan seseorang bersikap dan mengambil tindakan yang berada di alam sadar lapis kedua. Pada bagian tengah terdapat lapisan otak mamalia yang disebut limbic system. Otak mamalia ini berfungsi mengendalikan emosi perasaan manusia. Kecerdasan emosional mencakup pada aspek kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan orang lain atau pemahaman intrapersonal dan interpersonal.
Gambar 2.2. Pemahaman antara manusia Sebagai contoh ketika seseorang mampu melayani orang lain dengan sikap yang baik, penuh senyum, bisa melobi orang, mudah bergaul dan sangat tepat mengambil keputusan dalam suatu problema kehidupan, mengantarkan ia pada keberhasilan, hal ini menggambarkan kecerdasan emosional. Kemampuan seseorang dalam mengenali potensi, serta memahami kekuatan, kelemahan, bakat dan minat merupakan kekuatan utama dalam memilih dan mewujudkan apa yang diimpikan. Frustrasi, penyesalan, bahkan pemaksaan terhadap diri sendiri yang dilakukan untuk mewujudkan sesuatu, dikarenakan tidak mengerti tentang bagaimana kesiapan diri sendiri. Selain pemahaman terhadap diri sendiri, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah memahami orang lain. Pada saat berhadapan, berkomunikasi atau berurusan dengan orang lain, tidak selamanya mendapatkan kesuksesan,
53
adakalanya berakhir dengan tidak mulus, kekecewaan, bahkan mungkin saja ada makian, cacian di samping tentu saja adakalanya juga ada pujian. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman tentang karakter dan sifat dari orang lain tempat berhubungan dan berkomunikasi tersebut. Pemahaman terhadap orang lain dapat membantu seorang siswa dalam pembelajaran, seperti mengenal kebiasaan dan kesukaan gurunya. Pemahaman terhadap kebiasaan ataupun kesukaan seorang Guru mungkin saja dapat membantu, bahkan dapat merupakan kunci keberhasilan pembelajaran dengan Guru tersebut. Tidak jarang terdapat Siswa dalam menyelesaikan sekolahnya mengalami frustrasi yang disebabkan minimnya pengetahuan tentang bagaimana upaya memahami orang lain. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional, diantaranya bisa tampil dengan bijak dalam semua suasana. Mudah bergaul dan bisa membuat orang simpatik serta dapat mengambil keputusan dengan tenang. 5. Pengembangan Kecerdasan Emosional Para ahli berpendapat bahwa kecerdasan emosional dapat dikembangkan dan diukur, bahkan mereka percaya bahwa kecerdasan emosional menjadi pondasi bagi setiap individu untuk menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, peduli kepada orang lain dan produktif dalam menjalankan kehidupannya. Pengukuran terhadap kecerdasan emosional tentunya bukan merupakan sesuatu hal yang mutlak, karena kemampuan kecerdasan emosional seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendasarinya. Kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dengan memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan aspekaspek yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional tersebut,
54
sehingga diyakini berbagai karakteristik menjadi dasar sebagai pijakan utama untuk mengukur sampai sejauhmana tingkat kemampuan kecerdasan emosional individu. Berikut berbagai pendapat para ahli dalam mengembangkan kecerdasan emosional seorang individu. a. Salovey & Mayer (1990) Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Dua ahli Kecerdasan Emosional Salovey & Mayer (1990) – pengembang konsep EQ, jauh sebelum Goleman (2000) merangkumnya menjadi lima aspek berikut ini : a. kesadaran diri (self awareness), b. mengelola emosi (managing emotions), c. memotivasi diri sendiri (motivating oneself), d. empati (emphaty) dan e. menjaga relasi (handling relationship). Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut 5 dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu a. Penyadaran Diri, b. Mengelola Emosi, c. Motivasi Diri, d. Empati dan e. Keterampilan Sosial. Goleman menjelaskan bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu dimensi atau setiap cluster-nya. Kemampuan penyadaran social (social awareness) misalnya tidak hanya tergantung pada kompetensi empati semata melainkan juga pada kemampuan untuk berorientasi pelayanan dan kesadaran akan organisasi. Beberapa cara yang dipaparkan tersebut, terdapat beberapa hal yang meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu:
dapat dilakukan untuk
55
1. Mengenali emosi diri Keterampilan ini meliputi kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dirasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, seseorang harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian 2. Melepaskan emosi negatif Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target kegiatan yang membuat seseorang mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan antara teman serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama dikendalikan oleh emosi negatif justru tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri pribadi. Solusi yang dapat dilakukan yaitu melepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga diri pribadi maupun orang-orang di sekitar tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul. 3. Mengelola emosi diri sendiri Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya orang lain . Kedua berusaha mengetahui pesan yang
56
disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya. 4. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional– menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orangorang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 5. Mengenali emosi orang lain Mengenali emosi orang lain berarti diharapkan dapat memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
57
6. Mengelola emosi orang lain Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika dapat mengoptimalkannya, sehingga seseorang akan mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. 7. Memotivasi orang lain Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari
kemampuan
kepemimpinan,
yaitu
kemampuan
menginspirasi,
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
b. Patricia Patton Patton berpendapat bahwa kecerdasan emosional dapat diubah dan ditingkatkan. Manusia dapat menyempurnakan dengan kesungguhan, latihan, pengetahuan dan kemauan. Dasar untuk memperkuat EQ adalah dengan memahami diri sendiri. Dalam rangka membangun dan mengembangkan EQ, menurut Patton (2000) membutuhkan pembangunan empat blok kesadaran. Pada blok kesadaran seseorang harus menyadari siapa dirinya, bagaimana mempengaruhi orang lain dan mendengarkan suara hati yang paling dalam
58
sehingga memberitahu berbagai kemungkinan keberhasilan. Blok berikutnya kesediaan menerima tanggung jawab erat kaitannya dengan pengenalan terhadap diri sendiri, dengan kata lain untuk mengetahui diri sendiri adalah juga menerima tanggung jawab atas sisi baik atau sisi buruk. Hal ini tidak berarti bahwa menolak untuk hidup bersama suasana hati yang negatif dan tidak produktif. Individu harus menerima kenyataan bahwa melakukan kesalahan dan mengakuinya merupakan suatu cara yang lebih positif dalam bertindak dan merasa. Selanjutnya untuk menjadi pembangun harus bersungguh-sungguh untuk membentuk dinding dalam yang positif, efektif dan memuaskan secara pribadi. Dengan bersungguh-sungguh seseorang harus bersedia merubah proses walau menyakitkan atau sukar. Blok terakhir, apapun yang direncanakan tetap dibutuhkan tindakan yang nyata. c. Pengembangan EQ Gaya Steiner Cara mengembangkan kecerdasan emosi banyak diusulkan oleh para praktisi, diantaranya oleh Claude Steiner mengungkapkan tiga langkah utama mengembangkan EQ adalah membuka hati, menjelajahi emosi dan bertanggung jawab. Membuka hati adalah simbol pusat emosi, setelah membuka hati kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan, singkatnya kita lebih bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang-orang di sekitar kita, tahapan menjelajahi emosi yaitu pernyataan tindakan/perasaan, menerima pernyataan tindakan/pernyataan dan tanggapi.
59
d. Pengembangan EQ Gottman Langkah-langkah
praktis
dan
efektif
dalam
menerapkan
serta
mengembangkan EQ menurut Gottman, diantaranya. 1. Menyadari Emosi. Kesadaran emosi berarti keadaan mengenali kapan merasakan pergolakan emosi muncul, kita dapat mengidentifikasi perasaan dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri dan orang lain. 2. Mendengarkan dengan empati. Mendengarkan berarti jauh lebih banyak daripada mengumpulkan data dengan telinga. Para pendengar dengan empati menggunakan sebuah kata untuk mengamati petunjuk secara fisik dengan menggunakan imajinasi dan melihat situasi dari titik pandang pribadi. Hal yang paling penting adalah menggunakan hati untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, menyetel ke arah emosi dengan mengarahkan perhatian pada bahasa tubuh, ungkapan-ungkapan wajah serta gerak-gerik yang ditunjukkan orang lain. 3. Mengungkapkan nama emosi. Pelatihan emosi yang dapat menolong seseorang menyadari emosinya yaitu
dengan
mengungkapkan
emosi
yang
tengah
dialami,
dengan
mengungkapkan perasaan-perasaan melalui kata-kata maka otak kita akan terbantu untuk dapat menangani emosi menjadi semakin lebih baik.
60
4. Membantu menemukan solusi Setelah kita meluangkan waktu untuk mendengarkan, memberi nama emosi serta memahami emosi, maka proses pemecahan masalah akan ditemukan melalui berbagai tahap diantaranya: (1) menentukan batas-batas, (2) menentukan sasaran, (3) memiliki pemecahan yang mungkin, (4) mengevaluasi pemecahan yang disarankan berdasarkan nilai-nilai. e. Lawrence E. Shapiro. Menurut Shapiro (1998) rambu-rambu yang dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengetahui serta memfasilitasi perkembangan kecerdasan emosional, diantaranya : 1. Mengajarkan dasar moral, yaitu dengan cara diantaranya (a) mengembangkan simpati, empati dan kepedulian, (b) Mengembangkan kejujuran, (c) Memanfaatkan emosi moral negatif (rasa malu dan bersalah) 2. Mengembangkan keterampilan berfikir, (a) Menanamkan kebiasaan berfikir realistis, (b) Menanamkan sikap optimis dan menghilangkan sikap pesimis, (c) Mengubah perilaku dengan mengubah pola fikir mereka. 3. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, (a) Mengajarkan pemecahan masalah dengan memberi teladan, (b) Melatih siswa untuk terbiasa mencari solusi daripada terus membicarakan masalah. 4. Mengembangkan keterampilan sosial, yaitu dengan cara diantaranya: (a) Melatih secara terencana keterampilan bercakap-cakap, (b) Membiasakan siswa dapat menikmati humor secara proporsional, (c) Mendorong siswa untuk mampu menjalin pertemanan, (d) Melibatkan siswa ke dalam tugas-
61
tugas dalam suatu kelompok, (e) Membiasakan siswa untuk konsisten dalam mentaati aturan. 5. Mengembangkan motivasi diri dan keterampilan berprestasi, (a) Menanamkan kemampuan untuk memilih mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat, (b) Menciptakan suasana yang mengarah kepada upaya mengantisipasi kesuksesan, (c) Menghindari pujian yang tidak proporsional, (d) Melatih ketekunan berusaha dan mengefektifkan waktu 6. Mengembangkan ketangguhan emosi, yaitu dengan cara (a) Melatih keterampilan mengungkapkan emosi secara efektif, (b) Membantu siswa menjadi pendengar yang baik, (c) Melatih keterampilan mengungkapkan emosi dengan isyarat non verbal, (d) Melatih keterampilan mengendalikan emosi.
f. Robert K. Cooper Menurut Cooper (2001) terdapat berbagai cara mengembangkan kecerdasan emosional, diantaranya : 1. Kesadaran emosi, meliputi jujur kepada diri sendiri, membangun kekuatan pribadi, kesadaran diri, mendengarkan suara hati, hormat, tanggung jawab dan koneksi. Hal yang dapat dilakukan yaitu (a) mendengarkan perasaan kuat dari kebenaran yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, (b) merefleksikan dan bertindak sesuai dengan perasaan yang berasal dari lubuk hati. 2. Energi emosi. Energi emosi terdiri dari ketegangan tinggi-rendah serta energi tinggi-rendah. Hal yang dapat dilakukan untuk memahami energi dan
62
ketegangan emosi, diantaranya (a) menciptakan lingkungan yang bisa membuat kita bebas berimajinasi, (b) menyadari minat yang tulus, keterlibatan dan peluang, (c) mengupayakan aktivitas sepanjang hari dan jeda strategis untuk beristirahat, (d) penyesuaian lingkungan untuk produktivitas, (e) upayakan humor untuk keceriaan. 3. Umpan balik emosi. Setiap perasaan berfungsi sebagai penggerak, lalu mempelajari dan mengukur kemampuan, baik untuk berbuat maupun untuk bertahan. Cara mengembangkan kompetensi ini, diantaranya (a) menghargai hubungan emosi dan intuisi, (b) menghargai saat hening, (c) mulai mengembangkan wawasan, (d) merasakan saat-saat takut yang tidak terhindarkan dan bertahan melewatinya, (e) mengembangkan empati, (d) jalin hubungan emosi yang lebih terbuka. 4. Kebugaran emosi. Membangun sifat-sifat baik yang berhubungan dengan hati, memungkinkan menerapkan keterampilan kesadaran emosi dalam praktek, mengembangkan sifat keaslian dan sifat dapat dipercaya. Cara pengembangan wilayah kecerdasan, diantaranya (a) menjadi diri sendiri dan menjadikan kontak melalui pertanyaan dan dialog, (b) mencari keterangan dan berdialog dengan serius, (c) mempunyai keberanian memaafkan diri sendiri dan orang lain, 5. Kedalaman emosi. Membantu watak dan kewibawaan, membangkitkan potensi dan tujuan hidup, diantaranya yaitu dengan (a) mempertahankan komitmen dan tetap bertahan dengan bantuan komitmen tersebut, (b) maju dengan dukungan komitmen dan keberanian, (c) memelihara sikap
63
bertanggungjawab dan mengajak orang lain berbuat serupa, (d) berkarya dengan suara hati yang aktif, (e) belajar lebih banyak tentang kesadaran batiniah yang telah mementuk perasaan, pikiran dan perkataan. 6. Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional Peningkatan Kecerdasan emosional siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan mempergunakan salah satu strategi layanan bimbingan konseling yaitu dengan mempergunakan layanan bimbingan kelompok. Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui program bimbingan kelompok. Instrumental Input
Raw Input Siswa dengan kecerdasan Emosional yang rendah
Program Bimbingan Kelompok Layanan Bimbingan Kelompok yang dilakukan oleh Guru Pembimbing atau Konselor kepada konseli
Out Put Siswa dengan Kecerdasan Emosional Meningkat
Outcome Environtmental input
Kecerdasan emosional yang meningkat ditandai dengan perubahan diri dalam pengelolaan emosi
Bagan 2.6. Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional
64
Keterangan : Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Instrumental input yaitu metode, program, kurikulum, konselor sebagai fasilitator yang sangat berpengaruh pada proses bimbingan kelompok Environtmental Input yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa Program Bimbingan Kelompok yaitu proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional siswa Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Outcome yaitu dampak dari program bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku siswa dalam merasakan, memahami secara efektif serta melakukan tindakan dengan menerapkan kepekaan emosi.
C. Karakteristik Emosi Siswa SMP yang Tergolong ke dalam Fase Remaja 1. Karakteristik Emosi Remaja Menurut Crow & Crow (1958) emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola
65
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Beihler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun (a) Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka, (b) Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri, (c) Kemarahan biasa terjadi, (d) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri, (e) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif. Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun (a) “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa, (b) Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka, (c) Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka. Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun bisa dikatakan benar bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. 2. Perkembangan Emosi Masa Remaja Dalam literatur klasik psikologi, emosi merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul dikarenakan adanya stimulan. Emosi yang sangat fluktuatif (mudah berubah) terjadi pada masa remaja. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang
66
tua secara logis dan objektif. Dalam usaha itu mereka kadang-kadang harus menentang, berdebat, bertarung pendapat dan mengkritik dengan pedas sikapsikap orang tua (Thomburg, 1982). Meskipun hal ini sulit dilakukan namun dalam upaya pencapaian kemandirian yang optimal terhadap diri remaja maka upaya tersebut harus ditempuh. Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kematangan hormon yang terjadi pada remaja. Stress emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional. Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
67
Selain itu remaja mampu untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika dikritik dan pada saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar. Remaja juga memiliki falsafah hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya atau mengucapkannya dalam kata-kata. Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anakanak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan secara konseptual menurut Havighurst (Syamsu Yusuf, 2009:65) adalah “ a developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successfull achievment of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, and difficulty with later task”. Menurut pendapat Havighurst tersebut, tugas perkembangan menjadi bagian penting dalam perkembangan individu, ketika individu mampu
68
menguasai dan menuntaskan berbagai tugas perkembangan dalam setiap fase perkembangan yang dilaluinya, maka individu tersebut akan mendapatkan kebahagian dan dapat menjalani tugas perkembangan pada fase berikutnya dengan lebih siap. Namun sebaliknya, jika tugas perkembangan pada fase tertentu tidak dapat dituntaskan oleh individu, maka proses perkembangan individu tersebut akan mengalami hambatan atau gangguan. Tugas perkembangan muncul disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya Tugas yang timbul sebagai akibat proses kematangan fisik, contoh: belajar berjalan. Tugas yang timbul karena tuntutan kebudayaan, seperti belajar membaca dan menulis. Tugas yang timbul karena penilaian dan keinginan individu sendiri seperti memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan, memilih pasangan hidup. Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah,
berbuat
baik
kepada
sesama.
(Yusuf,
2009:66).
Tugas
perkembangan masa remaja menurut Havighurst, diantaranya : 1) Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin 2) Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu 3) Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif 4) Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya 5) Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan 6) Memperolah kebebasan ekonomi 7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
69
8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik 9) Memupuk dan memperolah perilaku yang dapat dipertanggung- jawabkan secara sosial 10) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku Kecerdasan
emosional
remaja
terkait
dengan
tugas-tugas
Perkembangannya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1993) diantaranya : a. Mampu menerima keadaan fisiknya b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu menerima hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
70
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya,
yaitu fase operasional formal. Kematangan
pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik. Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat mereka bisa merasa sedih, dilain waktu mereka bisa merasa sangat marah. Umumnya dari tahun-ketahun akan terjadi perbaikan perilaku emosional (Hurlock, 1993). Sedangkan berbagai Tugas Perkembangan masa remaja menurut Pikunas (1976), diantaranya : Tabel 2.1 Tugas Perkembangan Remaja menurut Pikunas Dari arah Ke arah Kematangan Emosional dan Sosial 1.Tidak toleran dan bersikap superior 1. Bersikap toleran dan merasa 2.Kaku dan kurang bergaul nyaman 3.Peniruan buta terhadap teman 2. Luwes dalam bergaul 3. Interdependensi dan mempunyai sebaya 4.Kontrol orang tua self esteem 5.Perasaan yang tidak jelas tentang 4. Kontrol diri sendiri dirinya atau orang lain 5. Perasaan mau menerima dirinya dan 6.Kurang dapat mengendalikan diri orang lain dari rasa marah dan sikap 6. Mampu menyatakan emosinya pemusuhan secara konstruktif dan kreatif Perkembangan Heteroseksualitas 1. Belum memiliki kesadaran 1. Menerima identitas seksualnya tentang perubahan seksualnya sebagai pria atau wanita 2. Mengidentifikasi oranglain yang 2. Mempunyai perhatian terhadap
71
sama jenis kelaminnya jenis kelamin yang berbeda 3. Bergaul dengan banyak teman 3. Memiliki teman-teman tertentu Kematangan Kognitif 1. Menyenangi prinsip-prinsip 1. Membutuhkan penjelasan tentang umum dan jawaban yang final fakta dan teori 2. Menerima kebenaran dari sumber 2. Memerlukan bukti sebelum otoritas menerima 3. Memiliki banyak minat atau 3. Memilii sedikit minat atau perhatian perhatian terhadap jenis kelamin 4. Bersikap subjektif dalam yang berbeda an bergaul dengannya menafsirkan sesuatu 4. Bersikap objektif dalam menafsirkan sesuatu Filsafat Hidup 1. Tingkah laku dimotivasi oleh 1. Tingkah laku dimotivasi oleh kesenangan belaka aspirasi 2. Acuh tak acuh terhadap prinsip2. Melibatkan diri atau mempunyai prinsip ideology dan etika perhatian terhadap ideology dan 3. Tingkah lakunya tergantung pada etika reinforcement (dorongan dari 3. Tingkah lakunya dibimbing oleh luar) tanggungjawab moral. D. Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa 1. Program Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok yang dipandu oleh pembimbing yang menyediakan berbagai informasi untuk membantu anggota-anggotanya dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini diperlukan suatu program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa dalam pergaulan dan menjalankan kehidupannya sehari-hari. Program merupakan suatu rencana kerja yang dibuat secara sistematis yang berisi kegitan-kegiatan yang terarah dan terpadu untuk mencapai tujuan tertentu, selain itu Program dapat diartikan sebagai sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Menurut Natawidjaya (1988)
72
program bimbingan dan konseling yang penyusunannya direncanakan dengan baik dan terperinci akan memberikan keuntungan baik bagi individu yang menerima
bantuan
maupun
bagi
petugas
yang
memberikan
atau
menyelenggarakan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunan sebuah program diperlukan langkah-langkah yang terencana. Menurut Suherman dalam Barriah (2005) mengemukakan bahwa dalam penyusunan program bimbingan dapat dilakukan melalui langkahlangkah (1) pendataan, (2) penyusunan rumusan rencana, (3) pengajuan rumusan rencana dan (4) pelaksanaan program. Sementara itu menurut Nurihsan (2004) bahwa dalam penyusunan suatu program hendaknya dilakukan perencanaan yang matang agar (1) adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan, (2) adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan
bimbingan
yang
dilakukan
dan
(3)
terlaksananya program bimbingan secara lancar, efektif dan efisien. Upaya bimbingan kelompok dalam rangka mencegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, karir, situasi sosial atau keluarga, dimana pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional. Melalui bimbingan kelompok para siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang berbagai hal, mengembangkan nilai, serta melakukan langkah-langkah secara bersama untuk menangai permasalahan yang dibahas didalam kelompok.
73
2. Rancangan Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok Program bimbingan konseling disekolah, khususnya dalam hal ini program bimbingan kelompok merupakan bagian dari misi sekolah yang didalamnya ditentukan berbagai strategi dan rangkaian kegiatan pendukung dalam memaksimalkan dan mengoptimalkan pembelajaran siswa. Menurut Miller dalam Bariyyah (1998) mengemukakan bahwa program bimbingan yang baik memiliki ciri-ciri diantaranya (a) disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa, (b) diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa, (c) dikembangkan secara berangsurangsur dengan melibatkan semua unsur petugas, (d) mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis, (e) mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua staf pelaksana, (f) menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, (g) penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan, (h) memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh
siswa,
(i)
memperlihatkan
peranan
yang
penting
dalam
menghubungkan sekolah dan masyarakat, (j) berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu sendiri, kemajuan siswa yang dibimbingnya dan kemajuan pengetahuan, keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya. Muro & Kotman (Yusuf, 2006) menjelaskan bahwa program mengacu pada konsep bimbingan perkembangan yang terbagi ke dalam empat jenis komponen yaitu (1) Layanan Dasar Bimbingan, (2) Layanan Responsif, (3) Layanan Perencanaan Individual, (4) Dukungan Sistem.
74
1. Layanan Dasar Bimbingan Layanan Dasar bimbingan ini diberikan kepada seluruh siswa melalui berbagai kegiatan, baik itu individual ataupun keompok. Tujuan layanan dasar bimbingan ini yaitu agar semua siswa memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar dalam menjalani kehidupannya. 2. Layanan Responsif Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Tujuan layanan dasar bimbingan yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya, kemudian upaya untuk mengintervensikan masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu. 3. Layanan Perencanaan individual Layanan perencanaan individual merupakan proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Tujuan layanan perencanaan individual adalah agar siswa memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya agar
75
mampu merumuskan tujuan dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan dan rencana yang telah dirumuskan. 4. Dukungan Sistem Dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Komponen-komponen tersebut dapat membantu siswa untuk pengembangan akademis yang mencakup keterampilan, sikap, pengetahuan, mendorong belajar di sekolah secara efektif dan efisien, membangun strategi untuk meraih kesuksesan di sekolah serta memahami hubungan antara pendidikan dan dunia kerja. Dalam rancangan program bimbingan kelompok ini meliputi rasional dari adanya
layanan
bimbingan
kelompok,
tujuan,
strategi,
teknik
dan
penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok. Penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok menurut Nurihsan (2006) dilaksanakan dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang) dan kelompok besar (20-40 orang). Isi dari kegiatan layanan bimbingan kelompok berupa pemberian berbagai informasi
tentang pribadi ataupun sosial. Dalam penelitian ini, kegiatan
bimbingan kelompok lebih dipusatkan kepada permasalahan pribadi berkaitan dengan pengelolaan emosi diri serta meningkatkan kecerdasan emosional para siswa. Pelaksanaan program bimbingan kelompok diperlukan adanya persiapan dan proses kegiatan berlangsung mulai dari pembukaan sebagai tahap awal hingga
76
tahap evaluasi dan tindak lanjut. Langkah-langkah tersebut menurut Nurihsan (2005) diantaranya 1. Langkah Awal, dilaksanakan untuk pembentukan kelompok dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok, pengertian, tujuan serta kegunaannya. 2. Perencanaan Kegiatan, meliputi penetapan materi layanan, tujuan yang akan dicapai, sasaran kegiatan, fasilitas atau sumber bahan yang digunakan dalam bimbingan kelompok, rencana penilaian,waktu serta tempat pelaksanaan. 3. Pelaksanaan kegiatan meliputi beberapa tahapan, yaitu a. Persiapan yang harus dilaksanakan antara lain persiapan fisik meliputi tempat dan bahan yang akan dipergunakan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. b. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan 1) Tahap pembentukan. Kegiatannya meliputi menjelaskan pengertian dan tujuan, menjelaskan cara-cara dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri. 2) Tahap Peralihan. Kegiatannya meliputi penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya, memberikan berbagai informasi serta pilihan dan kesiapan untuk menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, membahas situasi dan kondisi yang sedang terjadi, serta meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. 3) Tahap kegiatan, meliputi pengungkapan permasalahan, tanya jawab antara anggota tentang permasalahan atau topik yang dibahas.
77
4) Anggota membahas topik ataupun permasalahan secara lebih rinci lagi. 4. Evaluasi kegiatan, penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta bimbingan kelompok. Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui : a. Pengamatan tentang partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas. c. Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok d. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan selanjutnya.
3. Penelitian Terdahulu yang Relevan Bimbingan kelompok diupayakan untuk memfasilitasi individu agar memperoleh pemahaman dan pengarahan diri yang diperlukan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat, sehingga akhirnya mereka dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Melalui pendekatan dengan berbagai metode dan teknik bimbingan kelompok ini diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan emosional para siswa agar berkembang menjadi seorang individu yang sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dan menjalani kehidupannya dimasa datang.
78
Hasil penelitian bimbingan kelompok yang dilakukan oleh Budi Ediya (2008) dalam penelitiannya yang berjudul program bimbingan kelompok dengan pendekatan mentoring untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja, menyimpulkan bahwa program bimbingan kelompok sangat efektif dilakukan dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja, serta tampak perbedaan siswa yang mengikuti program bimbingan kelompok dengan yang tidak mengikuti program bimbingan kelompok. Penelitian yang dilakuan Budi Ediya ini memfokuskan pada implementasi model bimbingan kelompok yaitu suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan halaqah. Gambaran umum yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan kemampuan para siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, dimana hasil skor rata-rata kelompok eksperimen meningkat tajam dan secara signifikan berbeda dengan kelompok kontrol yang tidak mengikuti proses kegiatan bimbingan kelompok. Hasil penelitian mengenai program bimbingan kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja ini tentunya akan sangat membantu pengelola pendidikan dalam hal ini terutama guru, untuk mengarahkan para siswanya untuk berkembang ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Hanya saja tingkat keberhasilan program bimbingan kelompok yang diterapkan akan sangat tergantung kepada kreativitas guru bersangkutan dalam proses pelaksanaannya.
79
Hasil penelitian Tien Supartini (2005) menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan kecerdasan emosional seorang individu termasuk didalamnya keterampilan emosi, kecakapan emosi, nilai dan keyakinan. Selain itu komponen kecerdasan emosional yang diterapkan terbukti telah dapat meningkatkan berbagai potensi dinamis yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan secara umum dan melalui pelayanan bimbingan dan konseling yang didalamnya terdapat program bimbingan kelompok yang diterapkan. Melalui pendekatan deskriptif analisis dideskripsikan tiga temuan penelitian, yaitu pertama : tersusunnya Instrumen Pemetaan Kecerdasan Emosional remaja hasil modifikasi dari EQ Executive, kedua : peta kecerdasan emosional yang menggambarkan (1) lebih dari 50 % individu merasakan bahwa peristiwa hidup saat ini dan masalah pribadi sebagai sumber tekanan, (2) kecerdasan emosional mahasiswa baik keteramplan emosi, kecakapan emosi, nilai dan keyakinan maupun hasil-hasil EQ tergolong kategori rendah. Ketiga: tersusunnya program BK berbasis kecerdasan emosional dengan tujuan agar mahasiswa memiliki kesadaran diri, mengelola diri, memiliki kesadaran sosial dan mengelola relasi. Program yang dibuat dalam bentuk program hipotetis dimana isinya meliputi (1) Rasional, (2) Tujuan, (3) Struktur program. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu dapat membantu para pelaku pendidikan untuk dapat mengembangkan tugas-tugas perkembangan seorang individu salah satu diantaranya perkembangan kecerdasan emosionalnya,
80
dalam berbagai tingkat pendidikan dari jenjang Taman kanak-kanak ataupun sampai jenjang Perguruan Tinggi. Kecerdasan emosional ini sangat penting untuk ditingkatkan, karena merupakan titik pangkal keberhasilan seorang individu
dalam
menjalankan
kehidupan
pribadinya
maupun
dalam
berhubungan dengan orang lain di luar dirinya. Bagi para pengelola pendidikan dapat menyusun sebuah program yang tepat dan efektif guna meningkatkan
kecerdasan
emosional
para
siswanya,
sesuai
dengan
karakteristik kebutuhan/need assessment siswa dalam lingkungan tertentu. Hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan di atas dapat dirangkum bahwa perkembangan siswa berdasarkan tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dilalui salah satu diantaranya yaitu berhubungan dengan kecerdasan emosional, dari hasil penelitian ternyata kemampuan kecerdasan emosional siswa dapat ditingkatkan. Lalu berbagai program bimbingan konseling, diantaranya bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosional tersebut. Dengan demikian hasil-hasil penelitian ini jelas tidak bertolak belakang dan bahkan memperkuat kedudukan teori-teori atau konsep-konsep yang telah dibahas di bagian sebelumnya.