BAB II DATA & ANALISA
2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :
2.1.1 Media cetak dan Website Data yang diambil berasal dari situs - situs di internet . articles.chicagotribune.com adrienne2.hubpages.com sosbud.kompasiana.com
2.1.2 Survey dan Wawancara Data survey yang diperoleh dari hasil wawancara tokoh . Bapak Asmoro merupakan pemilik SKM – Street Kids Ministry yaitu panti rehabilitasi anak jalanan dan rumah singgah.
2.2. Data Umum tentang Animasi Animasi adalah tayangan gambar sequence 2D maupun 3D yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah ilusi gerak. Efek yang dihasilkan adalah sebuah ilusi dari pergerakan berdasarkan gambaran yang tertangkap oleh penglihatan, dan dapat dibuat serta didemonstrasikan dengan berbagai macam cara. Cara yang paling sering untuk menampilkan sebuah animasi adalah melalui layar lebar ataupun video, walaupun masih ada cara lainnya. Dunia animasi berakar dari dunia gambar, yang kemudian gambar tersebut dibuat dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi terlihat hidup sehingga memiliki makna visual (desain komunikasi visual).
2.2.1 Sejarah Animasi Animasi sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu kala. Jauh sebelum adanya animasi modern seperti saat ini, nenek moyang kita telah mengenal yang namanya animasi. Walaupun perwujudannya tidaklah menyerupai seperti animasi pada saat ini, tetapi itu memberikan gambaran kepada kita tentang cikal bakal animasi.
1
Sekitar tahun 1834 munculah permainan Zoetrope, dimana alat ini berbentuk tabung, berukuran pendek, ditiap sisinya terdapat lubang yang berfungsi untuk mengintip, dan dibagian dalamnya terdapat rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Dibawah alat ini terdapat penopang yang berfungsi sebagai poros.
Gambar 2.2 Zoetrope
sebelumnya Zoetrope terkenal pada awal-awal animasi modern, kemudian munculah Phenakistoscope, dimana alat ini mempunya sistem kerja seperti halnya Zoetrope, namun secara bentuk alat ini lebih sederhana. Pada tahun 1868 munculah Flip book dan ditemukan oleh John Barnes Linnet. Flip book merupakan salah satu penemuan dunia animasi yang membawa kita lebih dekat ke animasi modern.
Gambar 2.3 Flip book
Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesatnya di akhir abad ke-19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film animasi sederhana berupa figure
2
batang korek api. Rangkaian gambar-gambar blabar hitam (black line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figure menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam. Sedangkan di Amerika Serikat, Winsor McCay membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figure digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an. Max Fleischer mengembangkan “KO KO The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, dimana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan. Flescher dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi cell, yaitu lembaran tembus padnang dari bahan seluloid (Cellucoid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger di tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dan Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu.
2.2.2.
Animasi di Indonesia Animasi di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing, perkembangan animasi di Indonesia bisa
dibilang cukup pesat, ini terbukti dengan adanya forum animasi Indonesia (Ainaki) dan website Indonesian CG Community (IndoCG), tetapi ada beberapa hal yang berpotensi menghalangi perkembangan animasi di Indonesia seperti kurangnya dukungan dari pemerintah untuk animasi di Indonesia, banyak yang salah menanggapi bahwa animasi itu untuk anak-anak, namun pada kenyataannya animasi itu tidak hanya untuk anak-anak saja. Dua film Animasi Indonesia yang dibuat oleh Studio Skyboost Animation dan ‘Pixel e’fekt yaitu berjudul siPITUNG dan Didi Tikus.
Gambar 2.4 siPitung
Gambar 2.5 Didi Tikus
3
2.3 Sinopsis cerita Winda sedang berjalan di suatu gang dan berpapasan dengan seorang gelandangan yang terlihat dekil dan tidak memiliki tampang yang bersahabat, Winda merasa tidak nyaman dan was-was dengan hp yang berada di kantong celananya, suatu ketika Winda tersandung jatuh, gelandangan itu mendekat berniat membantu, tetapi Winda mengusirnya karena tidak mempercayainya. Lalu datanglah seorang lelaki berpenampilan rapi dan bersih menawarkan untuk membantu Winda berdiri, Karena tampak meyakinkan, Winda menerima tawaran bantuan nya, namun ternyata lelaki itu mencuri hp Winda tanpa disadarinya. Beberapa lama setelah Winda mencari barangnya tidak ada, dia sadar pria itu telah mencopetnya, dia menoleh dan ternyata gelandangan itu membantu mengembalikan hp tersebut kembali kepada Winda. Mulai saat itu juga Winda sadar diri dan berterima kasih kepada gelandangan tersebut.
2.4 Data Umum 2.4.1 Data Umum tentang Tunawisma Tunawisma adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jambatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stesyen kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai pembatas wilayah dan milik pribadi, tunawisma sering menggunakan lembaran kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran plastik, selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan keadaan geografis dan negara tempat tunawisma berada. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seringkali hidup dari belas kasihan orang lain atau bekerja sebagai pemulung. Orang yang mempunyai tradisi tinggal di dalam tenda seperti di Mongolia tidak bisa dikatakan tunawisma. Di negara-negara maju, ada orang yang memutuskan menjadi tunawisma bukan karena kemiskinan atau tidak memiliki uang, tapi ingin bebas dari keluarga atau tanggung jawab. Di Amerika Serikat, industrialis Howard Hughes pernah untuk sementara memutuskan untuk menjadi tuna wisma. Sewaktu Perang Vietnam anak muda Amerika Serikat dengan sengaja berkeinginan jadi tunawisma, karena orang tanpa alamat yang jelas tidak menerima surat undangan wajib militer.
4
Gelandangan adalah istilah dengan konotasi negatif yang ditujukan kepada orang-orang yang mengalami keadaan tunawisma.
Gambar 2.6 Tunawisma
2.4.2 Data Umum tentang Mahasiswa Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai bagian dunia telah mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Miasalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ribuan mahasiswa berhasil memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Gambar 2.7 Mahasiswa/i
2.4.3 Data Umum tentang Karyawan Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan.
5
Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Gambar 2.8 Karyawan 2.5 Data Referensi Cerita Data dibawah berikut ini merupakan data stereotipe masyarakat pada umumnya terhadap kaum miskin ataupun gelandangan . 2.5.1 Stereotype & Hallo Effect Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa
6
mempedulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur. Saat kita pertama kali bertemu orang, bertanya sedikit tentang dirinya, dan kemudian ketika kita tahu misalnya dia berasal dari suku tertentu, maka satu informasi tentang suku itu akan kita lekatkan kuat-kuat pada orang tersebut?
Misal, kita baru saja berkenalan dengan orang, ngobrol sebentar, dan mendapat informasi bahwa ia orang Jawa. Apa yang selanjutnya ada di kepala kita? "Oh, dia orang jawa, berati orangnya tekun, ulet, rajin, setia, keras, keukeuh, maunya menang, maunya memimpin, dll [misalnya]. Yah, kira-kira seperti itulah gambaran sebuah stereotype, dan hallo effect. Untuk lebih jelasnya, STEREOTYPE adalah prasangka yang kita lekatkan pada seseorang, hanya berdasarkan pada sedikit informasi tentang diri pribadi / individu tersebut. Kita lebih banyak mengaitkan dia berdasarkan citra umum tentang sedikit informasi tersebut. Stereotype biasanya adalah pandangan umum, 'kesan yg buruk / jelek/ konotasinya negatif'.
Misalnya, apa yg kita tau tentang orang jawa, orang padang, orang papua, dan macam2 suku tertentu - itu semua adalah informasi umum yang kita dapat entah darimana saja dan sebenarnya kita sendiri juga belum tentu mengalami secara langsung.. tapi kita percaya dengan image umum itu. dan kita mengasosiasikan individu yang melekat ke kelompok-kelompok itu dengan pandangan umum tersebut.
Padahal secara individu, orang tersebut bisa jadi memiliki sifat yang benar-benar sangat jauh berbeda / malah bisa bertolak belakang dengan stereotype itu. Bisa saja dia memang turunan jawa, tapi lahir dan besar di tanah betawi plus lingkungan teman-temannya asli betawi semua bahkan bisa juga dia sama sekali tidak mengetahui budaya jawa, pada akhirnya. Bisa Terjadi. Tapi saat kita baru mengenal orang, seringkali kita mengabaikan kemungkinan itu. Kita hanya percaya pada anggapan umum yang salah [stereorype] itu.
Demikian pula cara kerja 'hallo effect'. Kalau stereotype lebih sering dikonotasikan negatif, hallo effect kebalikannya. Jika kita pertama kali melihat orang yang ganteng /cantik.
7
rapih, wangi, dan tampak terpelajar, maka kita akan cenderung percaya dan melekatkan segala sifat positif pada orang tersebut. Buktinya, banyak orang yang tertipu oleh pencopet yang bergaya seperti direktur,kan..?
Kalau kita lihat orang ganteng / cantik, tampilan ramah, rapi, wangi, kita cenderung menganggap mereka orang yang bisa dipercaya. Kita cenderung lebih merasa comfort berada dekat orang yg seperti ini penampilannya, ketimbang orang yang wajahnya tampak galak plus tampilan lusuh. Padahal bisa jadi penjahat sebenarnya adalah yang gayanya 'oke bgt' itu...
Itulah the power of hallo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi dan mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu disimpan semua sifat yang baik.
Itulah pentingnya first impression. Untuk mengesankan si hallo effect ini.]
2.5.2 Stereotype dan Penampilan Mengapa orang berprasangka terhadap orang lain yang terlihat beda?
Menurut Thomas Walker, koordinator program senior di ASU antargolongan Hubungan Pusat, generalisasi sangat penting karena membantu kita menyaring dan memahami dunia. Justru ketika kita overgeneralize bahwa stereotip menjadi berbahaya. Walker mengatakan stereotip memiliki tiga karakteristik utama: -terlalu luas asumsi tentang sekelompok orang -resistensi terhadap perubahan bahkan ketika informasi disajikan untuk sengketa pandangan -penggunaan generalisasi dengan cara yang negatif.
Sarah Ellis / Press Negara Eric Rosloff sering ditandai sebagai hippy kotor. Stereotip adalah cara yang disederhanakan melihat dunia. Ini kaku dan tanpa kompromi. Ini menggunakan satu pikiran atau pengalaman untuk memprediksi semua pengalaman masa depan.
Stereotip datang dalam segala bentuk. Ini tentang lebih dari sekedar ras dan ancaman terorisme. Christina Sosa, pernikahan dan studi keluarga besar yang menggunakan kursi roda, katanya
8
adalah stereotip "karena aku cacat fisik dan orang berpikir bahwa saya tidak dapat menerapkan diri untuk pendidikan."
Lukas de Leon, seorang mahasiswa arsitektur lanskap, mendapat stereotip sebagai tidak konvensional dan tidak profesional karena rambutnya yang panjang dan santai penampilan. Dia mengatakan sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan.
"Aku tahu aku bukan satu-satunya yang mendapat stereotip. Saya orang stereotip sepanjang waktu, dan aku tahu mereka melakukannya kepada saya, "kata de Leon.
Dibutuhkan usaha untuk tidak stereotip orang lain, baik Muslim, Kristen, atau saudara mahasiswi. "Perbaikan terbaik adalah melakukan investasi lebih banyak waktu dan energi dalam memeriksa pikiran dan perilaku," kata Walker.
Megan Dobransky / CronkiteZine Nure Elatari adalah salah satu dari banyak orang Amerika yang telah stereotip sejak 9/11. Jika pria Timur Tengah di pesawat saya tahu apa yang saya berpikir, saya tahu persis apa yang harus dia berkata kepada saya: Saya menjadi bodoh untuk stereotip dirinya berdasarkan penampilannya.
Jadi pada saat saya merasa tidak aman di sekitar orang asing, Aku akan membuka mata sedikit lebih lebar.
Stereotypes Orang berkulit Hitam: Bodoh Tidak bertanggung jawab Ditinggalkan orang tua Pekerja keras? Pemalas? Atletik Kasar Hidup di tempat kumuh Generasi tidak berguna
9
Keras kepala Tidak sopan Gelandangan Miskin Kotor Pemakai Narkoba Senjata Pekerja rendah
Stereotypes about orang berkulit Putih: Berpendidikan Berkuasa Selalu berpikir mereka benar Kaya, rumah yang besar Memiliki pekerjaan yang bagus Rasis Pintar Pembunuh berantai, bunuh diri Homo Kutu buku Tidak sabar, Kasar Penakut Tidak lucu Tidak atletis
10
2.6 Analisis SWOT Strength
Kekuatan film animasi ini terletak pada gaya visualisasi yang diterapkan dan implementasi prinsip-prinsip cinematografi, sehingga memungkinkan untuk menikmati produk ini secara visual dan penceritaan.
Weakness
Kelemahan pada Animasi ini terletak pada sisi cerita yaitu mudah ditebak dalam penyelesaian konflik cerita.
Opportunity
3D Animasi di Indonesia masih tergolong sedikit. Film yang bertemakan tentang penilaian karakteristik seseorang belum banyak dijumpai. Animasi tentang kehidupan masyarakat ini akan disajikan dalam bentuk visualisasi yang menarik sehingga penonton dapat menikmati penceritaan dan tidak merasa bosan.
Threats
- Keterbatasan waktu yang mungkin bisa membuat animasi pendek ini tidak bisa mencapai tingkat detil yang diharapkan. - Kepercayaan para remaja akan film animasi Indonesia sehingga di cap tidak menarik sejak awal.
2.7 Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, hasil mencerminkan bahwa masyarakat kebanyakan tidak menyukai sosok gelandangan yang dekil dan merasa jijik tetapi ada beberapa kejadian dimana seseorang sedang dalam membutuhkan pertolongan orang lain, dimana orang lain tidak peduli, gelandangan ini siap membantu seketika. Kebanyakan dari masyarakat lebih menilai seseorang dari penampilan tanpa sadar secara refleks.
11