1 Ruang Barisan
BAB : I SISTEM BILANGAN REAL Sebelum membicarakan barisan dan deret akan dibicarakan lebih dahulu tentang
bilangan real karena barisan dan deret yang akan dibica-
rakan adalah barisan dan deret bilangan real. Sistem bilangan real merupakan hasil peradapan manusia yang monu-mental yang mempunyai sifatsifat yang sempurna sehingga semua cabang ilmu pe-ngetahuan menggunakannya, terutama matematika. Untuk keperluan barisan dan deret bilangan real, bab ini akan menyajikan secara singkat, tetapi cukup, tentang sistem bilangan real.
1.1 Sifat-sifat dasar bilangan real Yang dimaksud dengan sistem bilangan real (the real numbers system) adalah himpunan semua bilangan real, yang dinotasikan dengan huruf โ diperergkapi dengan dua operasi biner jumlahan (+) dan perkalian (x atau .) dan urutan (<, โค, >, atau ngan real sendiri (anggota
). Untuk selanjutnya bilangan-bila
) dinotasikan dengan huruf-huruf : a, b, c, . . .
Sifat-sifat dasar bilangan real di antaranya adalah sebagai berikut. A.
merupakan grup komutatif terhadap operasi jumlahan (+), artinya : (i) (+) bersifat tertutup, yaitu untuk setiap a, b ๐ โ terdapat dengan tunggal c ๐ โ sehingga a + b = c. (ii) (+) bersifat asosiatif, yaitu untuk setiap a, b, c ๐ โ benar bahwa a + (b + c) = (a + b) + c. (iii) Terdapat tepat satu biangan real 0, yangan disebut bilangan nol, sehingga benar bahwa a +0 = 0 + a = a
2 Barisan dan deret
untuk setiap a ๐ โ. (iv) Untuk setiap a ๐ โ terdapat dengan tunggal bilangan untuk setiap b ๐ โ sehingga a + b = b + a = 0. Bilangan real b tersebut dinamakan bilangan negasi a dan dituliskan dengan -a. Jadi, a + -a = -a + a = 0. (v) (+) bersifat komutatif, yaitu untuk setiap a, b ๐ โ benar bahwa a + b = b + a. B.
-{0} merupakan grup komutatif terhadap operasi perkalian (. atau x ) (i)
(.) bersifat tertutup, yaitu untuk setiap a, b ๐ โ-{0}terdapat
(ii)
dengan tunggal c ๐ โ - {0}sehingga a. b = c. (.) bersifat asosiatif, yaitu untuk setiap a, b, c ๐ โ-{0}benar bahwa a.(b.c) = (a.b).c.
(iii) Terdapat tepat satu biangan real 1, yangan disebut bilangan satuan, sehingga benar bahwa a.1 = 1.a = a untuk setiap a ๐ โ-{0} (iv) Untuk setiap a ๐ โ-{0}terdapat dengan tunggal bilangan ๐ โ-{0} sehingga a.b = b.a = 1. Bilangan real b tersebut dinamakan bilangan inverse a dan 1
dituliskan dengan a-1 atau ๐. Jadi, a.a-1 = a-1.a = 1
1
1
atau a.๐ = ๐.a = 1
(v) (+) bersifat komutatif, yaitu untuk setiap a, b ๐ โ-{0} benar bahwa a.b = b.a.
3 Barisan dan deret
C.
merupakan lapangan (field), artinya (i) (ii)
memenuhi sifat-sifat A dan B tersebut di atas dan untuk setiap a, b, c ๐
berlaku
a.(b + c) = a.b +a.c
dan
a.0 = 0.a = 0.
Untuk menyingkat penulisan, jika a, b ๐ โ yang dimaksud dengan a โ b adalah a + (-b), jadi a โ b = a + (-b). Terdapat himpunan-himpunan bagian yang penting di dalam
:
(a) Himpunan semua bilangan bulat positif (positive integer) atau bilangan asli yang biasa dinotasikan dengan โ; jadi = { 1, 2, 3, . . . } (b) Himpunan semua bilangan bulat (integer) yang biasa dinotasikan dengan โค. ; jadi = { . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . } (c) Himpunan semua bilangan rasional (rational numbers) atau pecahan yang biasa dinotasikan dengan โ; jadi ={
๐ ๐
: m ๐ โค dan n โ }.
Dengan demikian diperoleh hubungan : โ โ โค โ โ โ โ. Yang dimaksud bilangan cacah adalah bilangan 0 atau bilangan asli. Berdasarkan sifat-sifat bilangan real tersebut di atas, yaitu sifat-sifat A, B, dan C, dapat diturunkan sifat-sifat lain yang berbentuk teoremateorema di bawah ini. Teorema-teorema sengaja tanpa bukti, tetapi sebagai latihan. Teorema 1.1.1 : Jika a ๐ โ, maka (i) persamaan x + a = 0 mempunyai penyelesaian tunggal di dalam โ, yaitu x = a, (ii) persamaan x.a = 1 dengan a
0 mempunyai penyelesaian tunggal
4 Barisan dan deret
di dalam โ, yaitu x = a-1. Teorema 1.1.2 : Untuk setiap a ๐ โ diperoleh : (i) a.0 = 0, (iii) -(-a) = a, (ii) (-1).a = -a,
(iv)
dan
-(-1) = 1.
Teorema 1.1.3 : Diketahui a,b,c ๐ โ. 1
Jika a โ 0, maka a-1 = ๐
(i)
0 dan
1 1 ๐
= a.
(ii)
Jika a.b = a.c dan a
0, maka b = c.
(iii)
Jika a.b = 0 maka a = 0 atau b = 0.
Bukti induksi matematika (mathematical induction) berdasarkan Axioma Peano di bawah ini. Axioma Peano ( Axiom of Peano ) : Jika P โ โ memenuhi sifat-sifat : (a)
1 ๐ P dan
(b) n ๐ P
n+1 ๐ P
maka P = โ. Di dalam aplikasinya pada pembuktian, yang disebut bukti induksi matematika adalah sebagai bekikut. Jika suatu pernyataan (rumus) benar untuk bilangan asli (bi-langan bulat positif) 1 dan jika pernyataan (rumus) tersebut dianggap benar untuk suatu bilangan asli n dan dapat dibuktikan benar untuk bilangan asli n+1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pernyataan (rumus) tesebut benar untuk setiap bilangan asli n. Contoh : Benar bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku (โ๐๐=1 ๐ )2 = โ๐๐=1 ๐ 3 . Bukti : Langkah pertama : Terlihat dengan mudah bahwa rumus (pernyataan) benar untuk n = 1, karena untuk n = 1 ruas kiri dan ruas kanan bersama-sama bernilai 1. Langkah ke-2 : Rumus dianggap benar untuk suatu bilangan asli n ; jadi diangap benar bahwa (โ๐๐=1 ๐ )2 = โ๐๐=1 ๐ 3
5 Barisan dan deret
untuk suatu bilangan asli n. Akan dibuktikan bahwa rumus benar untuk bilangan asli n+1. Bukkti sebagai berikut : ๐ 2 2 (โ๐+1 ๐=1 ๐ ) = {โ๐=1 ๐ + (๐ + 1)} = (โ๐๐=1 ๐ )2 + 2.(n + 1).โ๐๐=1 ๐ + (n + 1)2 ๐
= โ๐๐=1 ๐ 3 + 2.(n + 1){ 2(n + 1)} + (n +1)2 3 = โ๐๐=1 ๐ 3 + (n +1)2(n + 1) = โ๐+1 ๐=1 ๐ .
Bergasarkan hasil langkah pertama dan hasil langkah ke-2 dapat disimpulkan bahwa rumus (pernyataan) benar untuk setiap bilangan asli n. Bukti selesai.
1.2 Urutan pada sistem bilangan real Urutan pada system bilangan real dapat dibangun melalui pembentukan suatu himpunan bagian yang disebut himpunan bilangan positif, yaitu sebagai di bawah ini. Definisi 1.2.1 : Himpunan P โ โ disebut himpunan bilangan positif (the set of positive numbers) jika P memenuhi tiga syarat di bawah ini : (i) Untuk setiap x,y ๐ P berakibat x+y ๐ P. (ii) Untuk setiap x,y ๐ P berakibat x.y ๐ P. (iii) P mempunyai sifat trikhotomi (trichotomy property), yaitu: Untuk setiap x ๐ โ tepat satu terjadi : x ๐ P,
-x ๐ P,
atau
x = 0.
Untuk selanjutnya yang dimaksud bilangan positif adalah anggota P dan sebaliknya setiap anggota P disebut bilangan positif. Sementara itu, himpunan P โช {0} disebut himpunan bilangan nonnegatif dan anggotanya disebut bilangan nonnegatif. Sekarang telah siap untuk membentuk urutan pada system bilangan real โ. Definisi 1.2.2 ( Urutan ) : Jika x,y ๐ โ, maka x dikatakan lebih kecil daripada y, ditulis singkat dengan x
Barisan dan deret
y,
6
jika y - x ๐ P. Sejalan dengan itu, x dikatakan lebih kecil daripada atau sama dengan y, ditulis singkat dengan x
y,
jika x < y atau x = y. Catatan : (a) x < y dituliskan pula dengan y > x dan dibaca y lebih besar daripada x. (b) x โค ๐ฆ dituliskan pula dengan y
x dan dibaca y lebih besar dari
pada atau sama dengan x. (c) x ๐ P dituliskan pula dengan x > 0. Berdasarkan Definisi 1.2.2 tersebut di atas di peroleh beberapa teorema di bawah ini. Teorema 1.2.3 : Diketahui x,y,z ๐ โ. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar : (i)
Jika x < y dan y < z, maka x < z.
(ii) Tepat satu terjadi : x < y, y < x, atau x = y. (iii) Jika x
y dan y
x, maka x = y.
Bukti : (i) x < y dan y < z โบ y - x, z - y ๐ P โน z โ x =(y-z )+(z- y) ๐ P
x < z.
(ii) Berdasarkan sifat trikhotomi , x < y, y < x, atau x = y
yโx๐
P, x โ y = -(y โ x ) ๐ ๐, atau y โ x = 0 ๐ ๐. (iii) Andaikan x โ ๐ฆ, maka y < x atau x < y ; sustu kontradiksi. Teorema1.2.4 : Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar : (i) Jika x bilangan real dan x (ii)
0, maka x2 = x.x = -x .-x > 0.
1 > 0.
(iii) Jika n bilangan asli, maka n > 0.
7 Barisan dan deret
Bukti : (i) Jika x bilangan real (x ๐ โ) dan x
0, maka x ๐ ๐ atau -
x ๐ ๐. Hal ini berarti x2 = x.x = -x.-x > 0. (ii) Menuut (i) diperoleh 1 = 1.1 = -1.-1 > 0. (iii) Bukti dengan induksi matematika . Teorema di bawah ini mudah dibuktikan ; silahkan membuktikan sebagai latihan. Teorema 1.2.5 : Diketahui x, y, z, dan u bilangan-bilangan real. (i)
Jika x < y, maka x + u < y + u.
(ii)
Jika x < y dan z โค u, maka x + z < y + u.
(iii) Jika x < y dan u > 0, maka x.u < y.u . Jika x < y dan u < 0, maka x.u > y.u . (iv) Jika x > 0, maka x-1 =
1 ๐ฅ
> 0 . Jika x < 0, maka x-1 =
1 ๐ฅ
< 0.
Bukti : Andaikan a โ 0, jadi a > 0. Menurut Akibat 1.2.7 diperoleh 0 < Berdasarkan Teorema 1.2.5 (i) dan (ii) diperleh teorema di bawah ini. Teorema 1.2.6 : Jika x, y bilangan real dan x < y, maka x<
๐ฅ+๐ฆ 2
Akibat 1.2.7 : Jika x bilangan real dan x > 0, maka 0<
๐ฅ 2
<x.
Teorema 1.2.8 : Jika a bilangan real dan berlaku 0
a < ๐ untuk
sebarang bilangan real ๐ > 0, maka a = 0 . Bukti : Andaikan a > 0. Karena bilangan real ๐ > 0 sebarang, dengan mengambil ๐ =
๐ 2
, menurut yang diketahui, diperoleh 0
a<
๐ 2
; suatu
kontradiksi dan bukti selesai. Teorema 1.2.8 mempunyai akibat sebagai berikut. Akibat 1.2.9 : Jika a dan b dua bilangan real, maka a = b jika dan hanya jika untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 benar bahwa 0 โค a โ b <๐.
8 Barisan dan deret
Teorema 1.2.10 : Jika a dan b dua bilangan real dan a < b + ๐ untuk sebarang bilag an real ๐ > 0, maka a
b.
Bukti : Andaikan a > b berarti a โ b > 0. Karena bilangan real ๐ > 0 dapat diambil sebarang dan bilangan real
๐โ๐ 2
> 0, diambil ๐ =
๐โ๐ 2
.
Menurut Teorema 1.2.6 dan yang diketahui diperoleh a
๐โ๐ 2
=
๐+๐ 2
suatu kontradiksi dan bukti selesai. Teorama 1.2.11 : Jika a dan b dua bilangan real dan a.b > 0, maka : a > 0 dan b > 0
atau
a < 0 dan b < 0.
Bukti : Karena a.b > 0 tentu a โ 0 dan b โ 0. Jika a > 0 diperoleh a1
> 0 dan a.a-1= a-1a = 1. Oleh karena itu a.b > 0 โน a-1.(a.b) = (a-1.a).b = 1.b = b > 0.
Jika a < 0 diperoleh a-1 < 0 dan a.a-1 = a-1.a = 1. Oleh karena itu a.b > 0 โน a-1.(a.b) = (a-1.a).b = 1.b = b < 0. Bukti selesai. Ada beberapa himpunan bagian di dalam
yang dinotasikan secara
khusus. Diketahui a,b ๐ โ dan a < b. Himpunan (a) (a,b) = { x ๐ โ โถ a < x < b }
: selang (interval) terbuka,
(b) [a,b] = { x ๐ โ : a โค ๐ฅ โค ๐}
: selang (interval) tertutup,
(c) [a,b) = { x ๐ โ : ๐ โค ๐ฅ < ๐}
: selang (interval) terbuka kanan,
(d) (a,b] = { x ๐ โ โถ a < x
: selang (interval) terbuka kiri.
(e) (a, ) = { x ๐ โ โถ x > a } [a,โ) = { x ๐ โ โถ x
a}
(f) (-โ,a) = { x ๐ โ โถ x < a }
b}
: selang terbuka tak terbatas ke-atas : selang tertutup tak terbatas ke-atas. : selang terbuka tak terbatas kebawah.
(-โ, ๐] = {x ๐ โ : x a }
: selang tertutup tak terbatas kebawah.
BBarisan dan deret
9
1.3 Nilai mutlak dan himpunan terbatas Jika x suatu bilangan real, maka yang dimaksud dengan nilai (harga) mutlak (absolute value of) x adalah bilangan real non negatif |x| yang didefinisikan sebagai berikut : |x| = {
๐ฅ ๐๐๐๐ ๐ฅ โฅ 0 โ๐ฅ ๐๐๐๐ ๐ฅ < 0
Berdasarkan pengertian nilai mutlak tersebut diperoleh teorema dan akibat di bawah ini. Silahkan mebuktikanya, sebagai latihan. Teorema 1.3.1 : Jika x dan y bilangan-bilangan real, maka : (i)
|x| โฅ 0,
(ii)
|-x| = |x|,
|x| = 0 jika dan hanya jika x = 0,
(iii) |x.y| = |x|.|y|, (iv) |x+y| (v)
|x| + |y|
(ketidaksamaan segitiga),
|x| โค ๐ฆ jika dan hanya jika -y
x
y,
(vi) -|x| โค ๐ฅ โค |๐ฅ|. Sebagai akibat langsung teorema tersebut adalah : Akibat 1.3.2 : (i)
Jika x dan y dua bilangan real, maka : | |x| - |y| |
(ii)
|x โ y|
dan
|x โ y|
|x + y|.
Untuk setiap bilangan-bilangan real a1, a2, . . . ,an benar bahwa : | โ๐๐=1 ๐๐ |
โ๐๐=1 |๐๐ | .
Himpunan terbatas di dalam ๐ก Bagian ini memuat pembicaraan mengenai himpunan bilangan real yang terbatas.
Barisan dan deret
10
Definisi 1.3.3 : Himpunan bilangan real A โ โ dikatakan: (i) terbatas ke-atas (upper bounded) jika terdapat bilangan M1 sehingga a
M1
untuk setiap a ๐ A. Bilangan M1 disebut batas atas (upper bound) himpunan A. (ii) terbatas ke-bawah (lower bounded) jika terdapat bilangan m1 sehingga m1
a
untuk setiap a ๐ A.Bilangan m1 disebut batas bawah (lower bound) himpunan A. (iii) terbatas (bounded) jika himpuanan A terbatas ke-atas dan terbatas ke-bawah. Berdasarkan pengertian tersebut (Definisi 1.3.3 (i),(ii)) mudah difahami bahwa jiika himpunan bilangan real A tebatas ke-atas dengan batas atas M1 maka setiap bilangan real M2
M1 merupakan batas atas
himpunan A pula. Oleh karena itu tentu himpunan A mempunyai batas atas yang paling kecil yang disebut batas atas terkecil (bat), supremum (sup), atau the least upper bound (lub) himpunan A. Jadi diperoleh teorema di bawah ini . Teorema 1.3.4 A : Bilangan real M = sup(A) = bat(A) = lub(A) merupakan batas atas terkecil himpunan A jika dan hanya jika (a) M merupakan batas atas himpunan A : a โค ๐ untuk setiap a ๐ A, dan (b) untuk setiap bilangan ๐ > 0 ter dapat ao ๐ A sehingga M โ ๐ < ao .
Barisan dan deret
11
Jika himpunan bilangan real A tebatas ke-bawah dengan batas bawah m1 maka setiap bilangan real m2 m1 merupakan batas bawah himpunan A pula. Oleh karena itu tentu himpunan A mempunyai batas bawah yang paling besar yang disebut batas bawah terbesar (bbt), infimum (inf), atau the greatest lower bound (glb) himpunan A. Jadi diperoleh : Teorema 1.3.4 B : Bilangan real m = inf(A) = bbt(A) = glb(A) merupakan batas bawah terbesar himpunan A jika dan hanya jika (a) m merupakan batas bawah himpunan A : m โค ๐ untuk setiap a ๐ A, dan (b) untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat ao ๐ A sehingga ao < m + ๐ . Bukti : Cukup dibuktian Teorema 1.3.4.A saja karena bukti untuk Teorema 1.3.4.B sejalan. Syarat perlu : Bilangan M batas atas terkecil himpunan bilangan real A . Karena M batas atas himpunan A maka untuk setiap a ๐ A benar bahwa a
M. Karena M batas himpunan A yang
paling kecil, maka untuk sebarang bilangan ๐ > 0 maka M โ ๐ sudah bukan batas atas lagi. Oleh karena itu ada ao ๐ A sehingga M โ ๐ < ao . Syarat cukup : Menurut hipotesis bagian (a) bilangan real M merupakan batas atas himpunan A dan menurut hipotesis bagian (b) untuk sebarang bilangan ๐ > 0 bilangan real M โ ๐ sudah bukan batas atas himpunan A lagi. Hal ini berarti M merupakan batas atas terkecil himpunan A. Yang dumaksud dengan himpuan terbatas ( bounded set ) adalah himpunan yang terbatas ke-atas maupun terbatas ke-bawah. Perlu dicatat bahwa jika himpunan bilangan real A terbatas, maka sup(A) atau inf(A) belum tentu menjadi anggota himpunan A itu sendiri. Sebagai contoh adalah himpunan di bawah ini. Contoh : 1. A = (a,โ) merupakan himpunan bilangan real yang terbatas keBarissan dan deret
12
bawah dengan inf(A) = a. Jelas bahwa a bukan anggota A. 2. B = {0, 1, 2}
(3,5) merupakan himpunan bilangan real yang ter-
batas dengan inf(B) = 0 ๐ B dan sup(B) = 5
B.
0 menjadi anggota dan 5 tak mejadi anggota. Jika C dan D dua himpunan bilangan real dan x bilangan real, didefinisikan : C + D = { c+d : c ๐ C dan d ๐ D },
x + C = { x + c : c ๐ C },
dan x.C = { x.c : c ๐ C }. Teorema 1.3 5 : Jika C dan D dua himpunan bilangan real, maka : (i) C
D
(ii) sup(C
sup(C) D)
sup(D)
dan
inf(C)
inf(D).
sup(C) + sup(D) dan inf(C + D)
inf(C) +
inf(D). (iii) Jika x > 0 maka : sup(xC) = x.sup(C) dan inf(xC) = x.inf(C) Jika x < 0 maka : sup(xC) = x.inf(C) dan inf(xC) = x.sup(C). Bukti : (i) Untuk setiap d ๐ D berlaku d maka setiap c ๐ C berakibat c
sup(D) dan karena C
D
sup(D). Hal ini berarti sup(C)
sup(D). Sebaliknya, untuk setiap c ๐ C berlaku inf(C) D maka setiap d ๐ D berakibat inf(C)
c gan karena C
d. Hal ini berarti inf(C)
inf(D). (ii) Untuk menyingkat namakan M1 = sup(C) dan M2 = sup(D). Untuk setiap x ๐ C + D tentu ada c ๐ C dan d ๐ D sehingga x = c + d ; c M1 dan d
M2.. Oleh karena itu x = c + d
M1 + M2 . Hal ini berarti
M1 + M2 merupakan batas atas himpunan C + D; jadi sup(C + D)
M1
+ M2 = sup(C) + sup(D). Selanjutnya, untuk menyingkat, namakan m1 = inf(C) dan m2 = inf(D) . Untuk setiap x ๐ C + D tentu ada c ๐ C dan d ๐ D sehingga x = c + d ; c
Barisan dan deret
13
m1 dan d
m2 . Oleh karena itu x = c + d
m1 + m2 . Hal ini berarti
m1 + m2 merupakan batas bawah himpunan C + D; jadi inf(C+D) m1 + m2 = inf(C) + inf(D) . (iii) Silahkan membuktikan sendiri.
Sistem bilangan complex Sistem bilangan komplex merupakan perluasan system bilangan real melalui pembentukan tepat satu bilangan baru : i = โโ๐ yang disebut bilangan imajiner (imaginair number). Jadi i2 = -1 Selanjutnya, jika a dan b bilangan-bilangan real maka bilangan z =a +bi disebut bilangan komplex (complex number); a disebut bagian real, dan b disebut bagian imaginer biangan komplex z tersebut. Jadi jika โ koleksi semua bilangan komplex, maka = { z = a + bi : a,b ๐ dan jelas bahwa
karena setiap a ๐
a + 0i. Operasi-operasi biner pada
}, dapat dianggap sebagai
sebagai berikut :
(a) Jumlahan (+) : Jika z1 = a1 + b1i dan z2 = a2 + b2i dua bilangan komplex, maka z1 + z2 = (a1 + b1i) + (a2 + b2i) = (a1 + a2) + (b1 + b2)i . (b) Perkalian scalar : Jika c bilangan real dan z = a + bi bilangan komplex maka c.z = c.( a + bi) = c.a + c.b i . (c) Hasil ganda : Jika z1 = a1 + b1i dan z2 = a2 + b2i dua bilangan komplex, maka z1.z2 = (a1 + b1i).(a2 + b2i) = (a1.b1 โ a2.b2) + (a1.b2 + a2.b1)i . Perlu mendapat perhatian bahwa i2 = i.i = -1 dan bilangan complex :
Barisan dan deret
14
๐
๐
๐+๐๐
๐โ๐๐
= ๐+๐๐ . ๐โ๐๐ =
๐โ๐๐ ๐๐ +๐๐
Jika z = a + bi bilangan komplex, maka bilangan real positif ๐ = |๐ง| = โ๐2 + ๐ 2 disebut modulus bilangan komplex z tersebut. Oleh karena itu ๐
๐
z = ๐.( ๐ + ๐i ) = ๐.(cos๐ฝ + i.sin๐ฝ) = ๐.๐๐๐ฝ ๐
๐
dengan ๐ = arccos๐ = arcsin๐ dan disebut argumen (argument) bilangan komplex z tersebut .
Latihan 1 1. Buktikan Teorema 1.1.1, Teorema 1.1.2, dan Teorema 1.1.3. 2. Berdasarkan salah satu teorema tesebut, tentukan bilangan real x sehingga (i) 3.x + 5 = 3,
(ii) 2.x + 5 = 3.x + 1,
(iii) x2 = 2.x,
(iv) (x โ 2).(x + 1) = 0.
3. Jika a dan b dua bilangan real buktikan bahwa : (i) -(a + b) = (-a) + (-b), ๐
(iv) -(๐) =
โ๐ ๐
(ii) (-a).(-b) = a.b,
(iii)
1 โ๐
1
= -( ๐ ),
4. Buktikan Teorema 1.2.6, Akibat 1.2.7, dan Akibat
1.2.9. 5. Jika bilangan real a
0 dan bilangan asli n โฅ 2, didefinsikan bilang๐
2
an real: โ๐ , โ๐ dan โ๐ sebagai berikut : 2
(โ๐)2 = ( โ๐)2 = a
๐
( โ๐)n = a .
dan
Buktikan bahwa jika a > 0 dan b > 0 diperoleh : โ๐
โ๐
a2
b2
a
b
6. Jika a > 0 dan b > 0, buktikan bahwa : โ๐. ๐ โค
๐+๐ 2
dan a.b
๐2 +๐ 2 2
.
Jika a1 , a2 , . . . , an dan b1 , b2 , . . . , bn bilangan-bilangan real,
Barisan dan deret
15
Buktikan bahwa : |โ๐๐=1(๐๐ .๐๐ )|
|โ๐๐=1 |๐๐ .๐๐ |
(โ๐๐=1 |๐๐ |2)1/2.(โ๐๐=1 | ๐๐ |2)1/2
dan (โ๐๐=1 |๐๐ +๐๐ |2)1/2
(โ๐๐=1 |๐๐ |2)1/2 + (โ๐๐=1 | ๐๐ |2)1/2 .
8. Buktikan dengan induksi matematika ! (a) Jika bilangan real x > -1, maka untuk setiap bilangan asli n benar bahwa 1 + n.x
(1 + x)n
(b) Jika a dan b dua bilangan real dan n bilangan asli, maka ๐ (a + b)n = โ๐๐=0( )an-i.bi ๐ (c) Jika bilangan real ci n2
0 untuk i=1,2, . . . ,n , maka 1
1
1
1
2
๐
(c1 + c2 + . . . + cn).( ๐ + ๐ + . . . + ๐ ) .
9. Jika A dan B dua himpunan bilangan real, buktikan bahwa : sup(A โฉ ๐ต)
sup(A)
sup(A
inf(A
B)
dan inf(A โฉ ๐ต)
inf(A)
B)
10. Diketahui A suatu himpunan bilangan real yang tak kosong. Buktikan bahwa : (a) Jika a > 0 maka inf(a.A) = a.inf(A)
dan
sup(a.A) = a.sup(A) .
(b) Jika a < 0 maka inf(a.A) = a.sup(A) dan sup(a.A) = a.inf(A) . 11. Diketahui X suatu himpunan yang tak kosong dan fungsi f : X merupakan fungsi terbatas. Jika a bilangan real positif, buktikan bahwa : (a)
sup{a + f(x) : x ๐ X } = a + sup{f(x) : x ๐ X }
Barisan dan deret
.
16
(b)
inf{a + f(x) : x ๐ X } = a + inf{f(x) : x ๐ X }.
12. Jika A, B โ โ didefiniskan A + B = { a + b : a ๐A dan b ๐ B }. Buktikan bahwa sup( A + B ) โค sup(A) + sup(B) dan inf(A + B) โฅ inf(A) + inf(B)
Deret dan barisan
17
BAB II BARISAN dan DERET BILANGAN REAL Setelah mengingat kembali tentang bilangan real atau tepatnya sistem bilangan real, pembicaraan tentang barisan dan deret bilangan real disajikan di dalam Bab II ini. Pembicaraan tentang barisan dan deret bilangan komplex akan jelas setelah pembicaraan tentang barisan dan deret bilangan real selesai.
2.1 Barisan bilangan real Definisi 2.1.1 : Yang dimaksud dengan barisan bilangan real (sequence of real numbers) adalah himpunan bilangan real terurut (ordered set of real numbers) {a1 ,a2 ,a3 , . . . . . } yang ditulis singkat dengan {an} ; a1 ,a2 ,a3 , . . . . .
masing-masing disebut unsur (term) atau anggota
dan ai disebut unsur ke-i barisan itu. Berdasarkan definisi tersebut, barisan bilangan real {an} dapat dipandang sebagai himpunan terurut atau suatu fungsi f : a1 = f(1), a2 = f(2), a3 = f(3),
๐ก dengan
dan seterusnya yang umumnya aj = f(j) .
Selanjutnya dan agar lebih singkat, yang dimaksud dengan barisan yaitu barisan bilangan real asalkan tak ada penjelasan apa-apa dan yang dimaksud dengan bilangan adalah bilangan real. Contoh : 1
1. {๐} merupakan barisan (barisan bilangan real) dengan unsur ke-k 1
adalah ak = ๐. Jika barisan itu dipandang sebagai fungsi g : 1
1
,
maka g(k) = ak = ๐ . {an}= {๐}dan jika barisan itu dipandang sebagai
Barisan dan deret
18
1
1
himpunan terurut dapat ditulis sebagai berikut : { 1 , 2 , 3 , . . . . . }. ๐+1
๐+1
๐
๐
2. {
} merupakan barisan dengan unsur ke-i yaitu bi =
, jadi
๐+1
{bk} = { ๐2
(โ1)๐
3. {๐+1} dan {
๐2
๐
}
(๐ + 1)3} merupakan barisan .
Jika S menotasikan koleksi semua barisan (barisan bilangan real), maka S merupakan aljabar (algebra), yaitu : (a) S merupakan ruang linear (ruang vektor atas lapangan
), artinya
(i) Operasi jumlahan (+) di dalam bersifat tertutup : Setiap {an], {bn} ๐ S didefinisikan {an} + {bn} = {an+bn} ๐ S , (ii) Operasi perkalian skalar terpenuhi : Untuk setiap skalar (bilangan real) c dan {an} ๐ S didefinisikan c.{an} = {c.an} ๐ S , dan (b) Operasi hasilganda (.) di dalam S bersifat tertutup : Setiap{an],{bn} ๐ S didefinisikan {an}.{bn} = {an.bn} ๐ S . Perlu dicatat bahwa jika diketahui barisan {an}, {bn} ๐ S dengan bn 0 untuk setiap n, yang dimaksud dengan barisan
{๐๐ } {๐๐ }
adalah barisan
๐
{ ๐๐ } ; jadi ๐
๐
๐
{๐ } = {๐ ๐
asalkan bn โ 0.
Barisan dan deret
๐}
dan
{๐๐ } {๐๐ }
= {
๐๐ ๐๐
}.
19
Contoh : ๐2
1. Jika diketahui barisan-barisan {๐+1}, {
๐+1 ๐
}, dan scalar ( bilangan
real) c, maka ๐2
๐2
๐+1
} = {{๐+1 +
๐+1
๐3 +(๐+1)2
๐
๐(๐+1)
(i)
{๐+1}+{
(ii)
c{๐+1} = {c.๐+1} = {๐+1} .
(iii)
{๐+1}.{
(iv)
{๐+1}/{
๐
๐2
๐2
๐2
๐2
๐.๐2
} = {๐+1.
๐
} = {n} .
๐2 ๐+1
๐+1 ๐
}.
๐2 ๐+1
๐+1 ๐
}={
} = {๐+1/
๐
๐3
} = {(๐+1)2 } .
Dengan {an(k)} {an}, dibaca : {an(k)} merupakan barisan-bagian (sub-sequence) barisan {an}, jika setiap unsur an(k) ๐ {an}. Contoh : 1
1
1
2. Barisan barisan {2.(๐+1)}, {2.๐), dan {3.๐} masing-masing merupakan 1
barisan-bagian barisan {๐}, karena untuk setiap n masing-masing 1
1
1
1
, , anggota {๐}. 2.(๐+1) 2.๐ 3.๐
Kekonvergenan dan kedivergenan suatu barisan Definisi 2.1.2 : Barisan {an} dikatakan konvergen (convergent) jika ada bilangan k sehingga untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no dan untuk setiap bilangan asli n
no benar bahwa
|an โ k| < ๐. Pengertian tersebut ditulis singkat dengan ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐๐ = k atau
๐โโ
Barisan dan deret
{an}
k untuk n โ โ,
20
dan bilangan k disebut limit barisan {an}, dan dikatakan barisan {an} konvergen ke k . Barrisan yang tak konvergen dikatakan divergen. Berdasarkan definisi tersebut diperoleh teorema di bawah ini. Teorema 2.1.3 : Jika barisan {an} konvergen maka limitnya tunggal. Bukti : Jika bilangan k dan g merupakan limit barisan {an}, maka berdasarkan Definis1 2.1.3 untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan-bilangan asli n1 dan n2 sehingga jika bilangan asli n
n1 benar bahwa
|an โ k| <
(ii) n
n2 benar bahwa
|an โ g| <
(i)
๐ 2 ๐
,
2
.
Dengan mengambil bilangan asli no = maks{n1,n2} dan jika bilangan asli n
no diperoleh 0
|k โ g|
|k โ an| + |an โ g| <
๐ 2
๐
+ 2 = ๐,
yang berarti k = g, menurut Teorema1.2.8, dan bukti selesai. Contoh : 1. Barisan {
๐+1 ๐
} konvergen ke bilangan 1, sebab jika diambil sebarang
bilangan ๐ >0 dapat ditunjukkan bahwa ada bilangan asli no sehingga jika bilangan asli n |
๐+1 ๐
no berakibat 1
- 1| < ๐,
๐
< ๐,
1
atau
n >๐.
yaitu sebagai berikut. Dipilih bilangan asli no = bilangan asli perama 1
yang lebih besar dari pada ๐ . Dengan demikian diperoleh untuk setiap bilangan asli n
1
no ( no > ๐ ) benar bahwa |
๐+1 ๐
- 1| < ๐
yang dengan kata lain terbukti bahwa barisan {
๐+1 ๐
} konvergen ke
1 atau lim
๐+1
๐โโ ๐
=1
1
1
2. Barisan {(-1)n ๐} konvergen ke bilangan 0 atau lim (โ1)๐ ๐ = ๐โโ
Barisan dan deret
21
0,sebab untuk sebarang bilangan ๐ >0 dapat ditemukan bilangan asli no sehingga jika bilangan asli n โฅ no benar bahwa 1
1
1
1
|(-1)n ๐ - 0| = | ๐ | = ๐ < ๐,
๐
< ๐,
1
atau
n >๐.
Bilangan asli no dapat dipilih mana saja asalkan lebih besar daripada 1 ๐
. Dalam praktek, sebagai contoh, jika diambil bilangan ๐ = 0,0105 1
maka jika bilangan asli n > 0,0105 yang berarti n
no = 100, dipero-
leh unsur ke-100 atau lebih selisihnya dengan 0 (limit barisan) sudah lebih kecil daripada ๐ = 0,0105. ๐2
3. Barisan {๐+1} divergen karena lim
๐2
๐โโ ๐+1
=
yang artinya setiap
ditunjuk bilangan M > 0 selalu terdapat bilangan asli n sehingga ๐2 ๐+1
>M
atau setiap menunjuk bilangan k selalu lim
๐2
๐โโ ๐+1
k.
Barisan {an} dikatakan terbatas (bounded) jika ada bilangan M > 0 sehingga untuk setiap bilangan asli n benar bahwa | an |
M
atau
-M < an < M.
Dengan kata lain barisan terbatas jika dan hanya jika barisan itu terbatas ke-atas dan terbatas ke-bawah. Teorema 2.1.4 : Setiap barisan yang konvergen terbatas. Bukti : Diambil {an} sebarang barisan yang konvergen; katakan konvergen ke k. Jadi untuk bilangan ๐ = 1 dapat ditemukan bilangan asli no sehingga jika bilangan asli n (a)
|an โ k| < 1
no berlaku
yang berakibat
|an| < k + 1.
(b) Selanjutnya diambil bilangan M = maks{|a1|, |a2|, . . . ,|๐๐๐โ1 |, k + 1}. Berdasarkan hasil (a) dan (b) diperpleh : untuk setiap bilangan asli n benar bahwa |an|
M
yang dengan kata lain barisan {an} terbatas. Barisan dan deret
22
Teorema 2.1.5 : Jika c suatu skalar dan barisan {an}, {bn} berturutturut konvergen ke k dan l, maka barisan-barisan {c.an}, {an + bn}, ๐
{an.bn}, dan { ๐๐ } dengan bn โ 0 untuk setiap n berturut-turut ๐
konvergen ke c.k, k + l, k. dan
๐ ๐
asalkan l โ 0.
Dengan bahasa yang sama : jika lim ๐๐ = k dan lim ๐๐ = l, maka ๐โโ
โโ
(a) lim๐. ๐๐ = c. lim ๐๐ = c.k , ๐โโ
๐โโ
(b) lim( ๐๐ + ๐๐ ) = lim ๐๐ + lim ๐๐ = k + l, ๐โโ
๐โโ
๐โโ
(c) lim (๐๐ . ๐๐ ) = lim ๐๐ . lim ๐๐ = k.l, dan ๐โโ
(d) lim
๐โโ
๐๐
๐โโ ๐๐
lim ๐๐
๐
๐โโ ๐
๐
= ๐โโ = lim ๐
โโ
asalkan lโ 0.
Bukti : Karena barisan {an} dan barisan {bn} berturut-turut konvergen ke k dan l maka, menurut Teorema 2.1.4, {an} dan{bn} terbatas ; jadi ada bilangan positif M1 dan M2 sehingga untuk setiap bilangan asli n benar bahwa |an|
M1 dan |bn|
M2 . Lebih dari itu, untuk sebarang bi-
langan ๐ โฅ 0 terdapat bilangan asli n1 dan n2 sehingga (i) jika bilangan asli n
n1 benar bahwa
|an โ k| < (ii) jika bilangan asli n
๐
dan |k|
2.(๐2 +1)
n2 benar bahwa |bn โ l| <
Oleh karena itu untuk bilangan asli n (a)
M1 , ๐ 2.(๐1 +1)
.
maks{n1, n2} = no diperoleh : ๐
|c.an โ c.k| = |c|.|an โ k| < |c|.2.(๐
2 +1)
< |c|. ๐ yang dengan kata lain
terbukti bahwa barisan {c.an} konvergen ke c.k atau lim ๐. ๐๐ = ๐โโ>
c. lim ๐๐ = c.k . ๐โโ>
(b) ๐ 2
|(an + bn) โ (k โ l)|
|an โ k| + |bn โ l| <
๐ 2.(๐2 +1)
๐
+ 2.(๐
1 +1)
<
๐ 2
+
= ๐ yang dengan kata lain terbukti bahwa barisan {an + bn}konver-
gen ke k + l atau lim (๐๐ + ๐๐ ) = lim ๐๐ + lim ๐๐ = k + l .
๐โโ
๐โโ
๐โโ
23 Barisan dan deret
(c) ๐ 2
๐
|an โ k|.|bn| + |k|.|bn โ l|
|an.bn - k.l|
2.(๐2
๐
.M2 + M1.2.(๐ +1)
1 +1)
<
๐
+ 2 = ๐ yang dengan kata lain terbukti bahwa barisan {an.bn}
konvergen ke k.l atau lim ๐๐ .bn = lim ๐๐ . lim ๐๐ = k .l
๐โโโ
๐โโ
.
๐โโ
(d) Barisan {bn} terbatas berarti {bn} terbatas ke bawah dan karean bn 0 untuk setiap bilangan asli n maka ada bilangan positif m sehinnga m | bn|. Oleh karena itu untuk bilangan asli n 1
1
|๐ - ๐ |=|
๐๐ โ๐
|=
๐๐ .๐
๐
1 |๐๐ |.|๐|
no di atas diperoleh : 1
. | ๐๐ - l |
๐
๐|๐|
. 2.(๐
1 +1)
yang berarti lim
1
1
=
๐โโ ๐๐
lim ๐๐
1
=
๐
๐โโ
.
Jadi, berdasarkan (c) dan hasil terakhir tesebut diperoleh lim
๐๐
๐โโ ๐๐
1
= lim ๐๐ . ๐ = lim ๐๐ . lim ๐โโ
= lim ๐๐ . ๐โโ
๐โโ ๐๐
๐โโ
๐
1 lim ๐๐
1
๐
=
๐
๐โโ
โ
Bukti selesai. Contoh :
2๐+1
1..Jika {an} = {
๐
๐โ1
} dan {bn} = {3๐+2} berdasarkan Teorema 2.3.5
dihitung lim 2๐๐ , lim (๐๐ + ๐๐ ) , lim ๐๐ . ๐๐ , dan
๐โโ
lim
๐โโ
๐๐
๐โโ ๐๐
๐โโ
.
Penyelesaian : lim 2๐๐ = 2. lim ๐๐ = 2. lim ๐โโ
๐โโ
๐โโ
๐โโ
๐
๐โโ
1
2
= 2.3 = 3 3๐+2
๐โโ 2๐+1
lim (๐๐ + ๐๐ ) = lim ๐๐ + lim ๐๐ = lim
๐โโ 1
๐โ1
+
๐โ1
1
lim 3๐+2 = 2 + 3
๐โโ
= 23 .
lim ๐๐ . ๐๐ = lim
๐โโ
lim
๐โโ
๐๐
๐โโ ๐๐
= lim ๐๐ . ๐โโ
2๐+1 ๐
. lim
1 lim ๐๐
๐โโ
๐โ1
1
๐โโ 3๐+2 1
= 2.
1 3
2
= 2.3 = 3.
=2.3=6.
Sekali lagi tentang barisan terbatas . Karena barisan (barisan bilangan real) dapat dipandang sebagai himpunan (himpunan bilangan real), maka ada pengertian barisan terbatas ke atas, barisan terbatas ke
24 Barisan dan deret
bawah, dan barisan terbatas. Jadi, seperti pada himpunan (lihat Teorema 134 A dan B) : (a) Barisan {an} dikatakan terbatas ke atas jika ada bilangan real M1 sehingga an
M1 untuk setiap n ; bilangan M1 disebut batas atas barisan
itu dan batas atas yang paling kecil disebut batas atas terkecil (bat), supremum (sup), atau the least upper bound (lub). (b) Barisan {an} dikatakan terbatas ke bawah jika ada bilangan real m1 sehingga m1 โค an untuk setiap n ; bilangan m1 disebut batas bawah barisan itu dan batas bawah yang paling besar disebut batas bawah terbesar (bbt), infimum (inf), atau the greatest lower bound (glb). (c) Barisan {an} dikatakan terbatas jika barisan itu tebatas ke atas atau terbatas ke bawah. Contoh : 1. (i) Barisan {
๐+1 ๐
} merupakan barisan tebatas ke bawah karena ada 1
bilangan m1 = 1, , 0, -1, . . . merupakan batas-batas bawah barisan 2
itu. 1 merupakan batas bawah yang paling besar, jadi bbt{
๐+1 ๐
} = inf{
๐+1 ๐
}= 1,
karena untuk sebarang bilangan ๐ >0 ada bilangan asli no ( no > 1 1
- ๐ ) sehingga untuk no
no benar bahwa 1โค
๐+1 ๐
๐
< 1+๐ .
(ii) Barisan { 2๐+1 } merupakan barisan terbatas ke atas karena ada 1
2
bilangan M1 = 2 , 3 , 1, . . .yang merupakan batas-batas atas barisan 1
itu. Ternyata bilangan 2 merupakan batas atas terkecilnya , jadi ๐
1
sup{ 2๐+1 } = 2 , karena untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no (no > 2๐โ1 4๐โ1
) sehingga untuk n > no benar bahwa
1 2
๐
โ๐ < 2๐+1
1 2
, me-
ngapa ? ๐2
(ii) Barisan { 2๐+3 } tak terbatas ke atas, sebab setiap diambil bilangan M > 0 ada bilangan asli no ( no > 2M +3 ) sehingga untuk n ๐2
no benar bahwa 2๐+3 > M .
25
Barisan dan deret
Definisi 2.1.6 : Barisan {an} dikatakan : (i) naik monoton (monotonic nondecreaing) jika untuk setiap bilangan asli n benar bahwa an
an+1 ,
(ii) turun monoton (monotonic nonincreasing) jika untuk setiap bilangasli n benar bahwa an+1
an ,
(iii) monoton (monotone) jika barisan itu naik monoton atau turun monoton . Contoh : ๐2
1. (a) Barisan { 2๐+3 } naik monoton, sebab ๐2
an = 2๐+3
(๐+1)2 2(๐+1)+3
= an+1
untuk setiap bilangan asli n. (b) Barisan {
๐+1 ๐
} turun monoton, sebab bn+1 =
๐+1
(๐+1)+1
๐
๐+1
= bn
untuk setiap bilangan asli n . 1
1
1
2. Barisan {an} dengan an = 1 + 2 +3 + . . . . + ๐ merupakan barisan 1
yang naik monoton an < an + ๐+1 = an+1 untuk setiap bilangan asli n Teorema 2.1.7 : Setiap barisan terbatas mempunyai barisan bagian yang monoton. Lebih jelasnya : (i) Setiap barisan yang terbatas ke-atas mempunyai barisan bagian yang naik monoton. (ii) Setiap barisan yang terbatas ke-bawah mempunyai barisan bagian yang turun monoton . Bukti : (i)
Diambil sebarang barisan {an} yang terbatas ke atas ;
jadi{an} mempunyai batas atas terkecil, namakan bat{an] = M. Hal ini 1
berar-ti untuk sebarang bilangan asli k (๐=๐) ada an(k) ๐ {an} sehingga 1
M - ๐ < an(k)
M.
26
Barisan dan deret
Diperoleh barisan bagian {an(k)} an(k+1) maka an(k)
{an}. Karena M -
1 ๐
< M-
1 ๐+1
<
an(k+1) yang berarti {an(k)} barisan bagian yang naik
monoton Bukti dengan cara yang lain sebagai berikut. Untuk setiap bilangan asli k diambil an(k) = maks{a1 ,a2 , . . . . ,ak}. Jika ada dua atau lebih unsur bernomor urut yang
yang memenuhi diambil unsur yang
paling besar. Dengan cara demikian diperole
barisan bagian {an(k)} โ {an} yang naik monoton karena an
an(k+1) . (ii)
Bulti bagian (ii) sejalan dengan bukti bagian (i) . Teorema 2.1.8 : (i) Barisan yang naik monoton dan terbatas ke atas akan kon-vergen ke batas atas terkecilnya (ii) Barisan yang turun monoton dan terbatas ke bawah akan konvergen ke batas bawah terbesarnya . Bukti : (i) Diambil sebarang barisan {an} yang naik monoton dan terbatas ke atas ; namakan M = bat{an}. Jadi diperoleh bahwa untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga setiap bilangan asli n
no benar bahwa M - ๐ < an โค M < M + ๐
yang dengan kata lain barisan {an} konvergen ke M ( lim ๐๐ = M ) . (ii) ๐โโ
Bukti bagian (ii) sejalan dengan bukti bagian (i) . Teorema di atas secara tak langsung mengatakan : Barisan yang naik monoton dan tak terbatas ke atas akan divergen, demikian pula, barisan yang turun monoton dan tak terbatas ke bawah akan divergen. Contoh 2 di bawah ini memperlihatkan bahwa bilangan Euler dapat dipandang sebagai bat suatu barisan naik monoton dan terbatas ke-atas.
27
Barisan dan deret
Contoh : 1. Barisan {
๐+1 ๐
} turun monoton dan terbatas ke bawah dengan bbt{
Jadi barisan {
๐+1 ๐
} = 1.
๐+1
} konvergen ke batas bawah terbesarnya yaitu 1
๐
atau ๐+1
lim
๐โโ ๐
= 1. 1
2. Bilangan Euler : Diselidiki barisan {an} = { (1+ ๐)n}. Dengan binomium Newton diperoleh : 1
1
1
1
1
1
2
an = (1+ ๐ )n = 1 + 1! + 2!.1.(1- ๐) + 3!.1.(1- ๐).(1- ๐) + . . . 1
1
2
๐โ1
+ ๐!. 1.(1- ๐).(1- ๐). . . (11
1
๐
1
) .
1
1
1
2
an+1 = (1+ ๐+1)n+1 =1 + 1! + 2!.1.(1- ๐+1) + 3!.1.(1- ๐+1).(1- ๐+1) 1
1
2
๐
+ . . . + (๐+1)!. 1.(1- ๐+1).(1- ๐+1). . . . (1- ๐+1) . Mudah dilihat bahwa an < an+1 untuk setiap n โฅ 1 yang berart baris1
an {an} = {(1+ ๐)n} naik monoton. Selanjutnya dari kesamaan pertama di atas diperoleh 1
1
1
1
1
1
1
1
an < 1 + 1! + 2! + 3! + . . . + ๐! < 1 +1 + 2 + 22 + 23 + . . . . + 2๐โ1 1
< 1 + โโ ๐=0 2๐ = 3 1
yang mengatakan bahwa barisan { (1+ ๐)n} terbatas ke atas. 1
Karena barisan{an} = {(1+ ๐)n} terbukti naik monoton dan terbatas 1
ke atas, maka menurut Teorema 2.3.7 di atas barisan { (1+ ๐)n} konvergen ke batas atas terkecilnya dan batas atas terkecilbya dinotasikan dengan huruf e dan yang disebut bilangan Euler ( Euler number ). Jadi ๐
๐
๐ฅ๐ข๐ฆ (๐ + ๐ )n = bat{ (1+ ๐)n} = e .
๐โโ
Perlu dicatat bahwa 1
1
1
1
e = lim (1 + ๐ )n = lim {1 + 1! + 2! . 1. (1 - ๐ ) ๐โโ 1
๐โโ
1
2
1
1
2
+ 3!.1.(1- ๐)(1- ๐) + . . . . + ๐!.1.(1- ๐)(1- ๐) . . . . (1 โ 1
1
1
= 1 + 1! + 2! + 3! + . . . .
๐โ1 ๐
)}
28
Barisan dan deret
Jika dihitung sampai dengan suku ke-15 diperoleh : 2,718281828459045 < e < 2,718281828459046 yang berarti bilangan Euler e
2,718281828459045
benar sampai dengan 15 angka (digit) di belakang koma . 3. Mencari โ๐ : Diketahui bilangan a > 0 dan barisan {sn} dengan s1 > 1
๐
0 dan sn+1 = 2( sn + ๐ ). Karena sn memenuhi persamaan kwadrat ๐ ๐2 ๐
โ 2.sn+1.sn + a = 0, maka persamaan itu mempunyai akar real . Oleh 2 2 karena itu diskriminannya nonnegatif 4.๐ ๐+1 โ 4.a 0 atau ๐ ๐+1 โฅ a untuk n
1. Jadi {sn} barisan terbatas ke bawah Lebih lanjut : 1
๐
1
sn โ sn+1 = sn - 2 (sn + ๐ ) = 2.๐ . (๐ ๐2 - a) ๐
0 atau sn+1
๐
sn
yang berarti barisan {sn} turun monoton. Jadi barisan {sn} konvergen ke batas bawah terbasarnya, katakana bbt{sn} = s . Dengan menggunakan Teorema 2.3.5 diperoleh 1
๐
s2 = a ,
s = 2( s+ ๐ ) ,
s = โ๐ .
atau
Jadi untuk mencari nilai pendekatan bilangan โ๐ dapat menggunakan rumus iteratif ( iterative formular ) : sn+1 = 4. Barisan {an} dengan an = 1 +
1 2
๐ ๐
๐
( sn + ๐ ). ๐
1
1
+ 3 + . . . . + ๐ jelas merupakan 1
barisan naik monoton karena an < an+1 (an+1 โ an = ๐+1 > 0). Lebih lanjut, 1
a1 = 1, a2 = 1 + 2 , a4 = 1 + a8 = 1 +
1
1
a3 = 1 +
1
+ (3 + 4) > 1 + 2 1 2
1
1
1
1 2 1
+
1 2 1 2 1
1
1
1
1
+3 > 1+2, ,
+ (3 + 4) + (5 + 6 + 7 + 8) > 1 +
2
1
1
1
+2+2
Umumnya ๐2๐ > 1 + (n-1).2 . Hal ini berarti barisan {an} naik monoton dan tak terbatas ke atas : 1
lim ๐๐ > lim (1 + (๐ โ 1). 2 ) =
๐โโ
๐โโ
.
29
Barisan dan deret
Berdasarkan Teorema 2.1.8 diperoleh teorema penting di bawah ini yang mempunyai banyak pemakaian dalam bidang analisis selanjutnya. Teoema 2.1.9 ( Teorema Selang Susut ) : Jika barisan selang tertutup {[an,bn]} memenuhi sifat-sifat : (i) (ii)
[an+1,bn+1] โ [an,bn] untuk setiap bilangan asli n dan lim (bn-an) = 0
๐โโ
maka terdapat dengan tunggal titik xo ๐ [an,bn] untuk setiap n. Bukti : Karena [an+1,bn+1] โ [an,bn] untuk setiap bi;angan asli n maka barisan binagan {an} naik monoton terbatas ke atas dan barisan bilangan {bn} turun monoton dan terbatas ke bawah. Oleh karena itu ada dengan tunggal, menurut Teorema 2.1.8, bilangan a dad b sehingga lim ๐๐ = bat{an} = a dan lim ๐๐ = bbt{bn}= b.
๐โโ
๐โโ
Tinggal memperlihatkan a = b. Diambil sebarang bilangan ๐ > 0. Pertama, andaikan a < b maka dapat dipilih bilangan asli no sehingga untuk setiap bilangan asli n > no benar bahwa a โ ๐ < an โค a < a + ๐
dan
b โ ๐ < b โค bn < b + ๐
yang berakibat bn โ an > (b + ๐) โ (a โ ๐) = b โ a + 2๐ atau lim (bn โ an) = b โ a < 0,
๐โโ
merupakan suatu kontradiksi. Ke-dua, andaikan b < a. Dengan cara yang sama diperoleh bn โ an > (b - ๐) โ (a + ๐) = b โ a - 2๐ atau
lim (bn โ an) = b โ a > 0,
๐โโ
juga merupakan suatu kontradiksi. Jadi yang benar adalah a = b dan bukti selesai dengan mengambil xo = a = b.
โ
Definisi 2.1.10 : Barisan {an} disebut barisan Cauchy (Cauchy sequence) atau barisan fundamental (fundamental sequence) jika untuk
30
Barisan dan deret
setiap bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no sehingga jika dua bilangan asli m, n
no benar bahwa |am โ an| < ๐ .
Beberapa teorema di bawah ini mengenai barisan Cauchy. Teorema 2.1.11 : Setiap barisan Cauchy terbatas. Bukti : Menurut Definisi 2.1.9 tersebut jika {an} barisan Cauchy, untuk bilangan 1 (๐ = 1) maka ada bilangan asli no sehingga jika dua bilangan m, n
no benar bahwa | |am โ an| โค 1.
Oleh karena itu diperoleh : |๐๐๐ - an| < 1
yang berakibat
|an| < |๐๐๐ | + 1 untuk setiap n
no .
Selanjutnya, jika diambil bilangan M = maks{|a1|, |a2|, . . . , | ๐๐๐ โ1|, |๐๐๐ | + 1} diperoleh |an| โค M untuk setiap bilangan asli n yang berarti barisan {an} terbatas. Berdasarkan teorema tersebut,Teorema 2.1.7, dan Teorema 2.1.8 dapat ditarik kesempulan bahwa setiap barisan Cauchy mempunyai barisan bagian yang konvergen. Teorema 2.1.12 : Setiap barisan Cauchy konvergen dan, sebaliknya, setiap barisan yang konvergen merupakan barisan Cauchy . Bukti : Diambil sebarang barisan Cauchy {an}. Menurut Teorema 2.3. 10, barisan {an} terbatas dan menurut Teorema 2.3.7 setiap barisan yang terbatas mempunyai barisan bagian yang monoton. Katakan barisan bagian yang monoton itu {an(k)}.
Karena monoton {an(k)}
{an} terbatas maka, menurut Teorema 2.3.8, barisan {an(k)} konvergen, katakan konvergen ke bilangan k . Jadi untuk setiap bilangan ๐ > 0 dapat
31
Barisan dan deret
dipilih bilangan aski no sehingga untuk setiap bilangan asli m, n, n(k) no benar bahwa |am โ an| <
๐ 2
dan
|an(k) โ k| <
๐ 2
.
Hal ini berakibat bahwa untuk setiap bilangan asli n > no benar bahwa |an โ k|
|an โ an(k)| + |an(k) โ k| <
๐ 2
๐
+ = ๐, 2
Dengan kata lain terbukti bahwa barisan Cauchy {an} konvergen ( ke k pula) .Sebaliknya, jika {an} barisan yang konvergen maka ada bilangan c sehingga untuk setiap bilangan sehingga untuk setiap bilangan asli n
๐ > 0 terdapat bilangan asli no no benar bahwa ๐
|an โ c| < 2 . Oleh karena itu untuk setiap dua bilangan asli m,n > no benar bahwa |am โ an|
๐
๐
|am โ c| + |c โ an| < 2 + 2 = ๐.
Dengan kata lain terbukti bahwa setiap barisan yang konvergen merupakan barisan Cauchy.
Barisan bilangan komplex Jika untuk setiap bilangan asli n diketahui dua bilangan real an dan bn , maka barisan bilangan {zn} = {an+bni}, dengan zn = an+bni , disebut barisan bilangan komplex (sequence of complex numbers). Mudah difahami bahwa {zn} = {an+bni} = {an} + {bn}.i dan {an} disebut barisan bagian real dan {bn} disebut barisan bagian imaginer. Deret bilangan complex {zn} = {an+bni} dikatakan konvergen jika ada bilangan complex z = a + bi sehingga untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no dan jika bilangan asli n > no benar bahwa
32
|zn โ z| = |(an+bni) โ (a+bi)| = |(an โ a) + (bn โ b)i| Barisan dan deret
= โ(๐๐ โ ๐)2 + (๐๐ โ ๐)2 < ๐ Oleh karena itu diperoleh : Teorema 2.1.13 : Barisan bilangan komplex {zn} = {an+bni} konvergen jika dan hanya jika barisan bagian realnya yaitu {an} konvergen dan barisan bagian imaginernya yaitu {bn} konvergen.
Latihan 2.1 ๐
1. Diketahui barisan-barisan {(๐+1)}, {
(โ1)๐ ๐2
1
1
1
}, {1 - 2 + 3 - 4 + . . . .
1
+(-1)n+1๐ }.Tentukan unsur-unsur yang ke-3, ke-6, ke-11, dan yang ke-j. 2. Jika diketahui barisan-barisan {an} = {
๐2
๐โ1 ๐
} dan {bk} = {๐(๐+1)}, ca๐
1
rilah barisan-barisan {an โ bn}, {ak + 2.bk}, {an.bn}, {๐๐ }, {๐ . bn} . ๐
3. Di antara barisan-barisan di bawah ini mana yang terbatas ke atas, mana yang terbatas ke bawah, dan mana yang tak terbatas. ๐2
{๐+1}, {
๐โ1 ๐
๐2
1
2
๐+1
}, {๐(๐+1)}, {โ๐๐=1 2๐}, {(1+๐)n},{
๐
}, dan โ๐๐=1 ๐ โ๐
(0< p โค 1, p > 1) Lebih lanjut, jika barisan tersebut terbatas ke atas carilah batas atas terkecilnya serta buktikan dan jika barisan tersebut terbatas ke bawah carilah batas bawah terbesarnya serta buktikan . 4. Carilah nilai limit barisan-barisan di dalam soal No.3. 5. Buktikan bahwa barisan : ๐โ1
(a) {2๐+3} konvergen ke โ3๐+1
1 2
(c) { 2๐+1 } konvergen ke
1โ2๐
, โ3 2
(b) { ๐+1 } konvergen ke -2 , , (d) {
(e) {โ๐๐=0 ๐. ๐ ๐ } konvergen ke |r|
๐ 1โ๐
๐2 โ2๐+3
1
2๐2 +๐
2
} konvergen ke
,
untuk |r| < 1 dan divergen untuk
1.
6. Diketahui barisan {an} konvergen ke k dan barisan {bn} konvergen ke l dengan bn > 0 untuk setiap n . lim ๐๐
a. Jika c suatu bilangan, buktikan bahwa lim ๐ ๐๐ = ๐ ๐โโ ๐โโ
๐๐ .
=
33
b. Jika c > 0 dan l > 0, buktikan bahwa barisan {clogbn} konvergen Barisan dan deret
ke clog l . c.. Jika k โ 0 atau l โ 0, buktikan bahwa barisan {๐๐ ๐๐ } konvergen ke kl . 7. Buktikan Teorema 2.1.1
2.2 Deret bilangan real Definisi 2.2.1 : Jika untuk setiap bilangan asli k diketahui bilangan real ak , maka jumlahan โโ ๐=๐ ๐๐ = a1 + a2 + a3 + . . . . disebut deret bilangan real (series of real numbers) atau cukup disebut deret saja asalkan tak diberi penjelasan lebih lanjut ; ak disebut suku ke-k deret tersebut . Berdasarkan pengertian tersebut, untuk ak, sebarang bilangan asli k, nilainya boleh nol atau tak nol ( positif atau negatif ) , Jika banyaknya suku suatu deret yang tak sama dengan nol hingga maka deret disebut deret suku hingga. Sebaliknya, deret suku hingga dapat dipandang deret suku tak hingga dengan memandang suku-suku yang lain sama dengan nol semuanya. Contoh : 1
1
1
โ 1. (a) Deret โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=1 ๐ = 1 + 2 + 3 + . . . .
a9 = suku ke-9 =
1 9
, a100 = suku ke-100 = 1
1
1
1 100 1
โ ๐ (b) Deret โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=0(โ1) ๐! = 1 - 1! + 2! - 4! + . . . . 1
1
1
b0 = suku ke-0 = (-1)0. 0! = 1, b5 = suku ke-5 = (-1)5.5! = - 5! Jika diketahui suatu deret โโ ๐=๐ ๐๐ = a1 + a2 + a3 + . . . .
,
Untuk setiap bilangan asli n dibentuk Sn = โ๐๐=๐ ๐๐ = a1 + a2 + a3 + . . . + an .
34
Barisan dan deret
Sn disebut jumlah parsial n suku pertama (n-th partial sum) deret semula. Oleh karena itu diperoleh barisan {Sn} yang disebut barisan jumlah parsial ( sequence of partial sums) deret tersebut. Mudah difahami bahwa an = Sn โ Sn-1 dan
๐ โโ ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ โ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐บ๐ . ๐โโ
๐โโ
Berdasarkan kesamaan terakhir tersebut diangkat definisi sebagai terseut di bawah ini. Definisi 2.2.2 :
Deret โโ ๐=1 ๐๐ dikatakan konvergen jika barisan
jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen. Jadi berdasarkan definisi dan kesamaan terakhir tersebut di atas diperoleh pernyataan-pernyataan di dalam teorema sebagai berikut. Teorema 2.2.3 : (i) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐บ๐ = S .
๐โโ
(ii) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga ๐ โโ ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ โ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐บ๐ = S . ๐โโ
๐โโ
(iii) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no dan jika bilangan asli n
no benar bahwa |Sn โ S| = | โ๐๐=๐ ๐๐ - S | < ๐ .
(iv) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga | โ๐>๐๐ ๐๐ | < ๐บ .
35
Bukti : (i) Menurut Definisi 2.2.2, deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika barisan jumlah parsial {Sn} konvergen, artinya ada blangan S
Barisan dan deret
sehingga barisan {Sn} konvergen ke bilangan S ; jadi lim ๐๐ = S . (ii) ๐โโ
Berdasarkan (i) diperoleh ๐ โโ ๐=1 ๐๐ = lim โ๐=1 ๐๐ = lim ๐๐ = S. ๐โโ
๐โโ
(iii) lim ๐๐ = S artinya untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat ๐โโ
bilangan asli no sehingga jika bilangan asli n
no benar bahwa
| โ๐๐=1 ๐๐ - S | = | Sn โ S | < ๐ . (iv) Berdasarkan (iii) dan (ii) diperoleh untuk n
no benar bahwa
| โ๐๐=1 ๐๐ - S | = | โ๐๐=1 ๐๐ โ โโ ๐=1 ๐๐ | = | โ๐>๐๐ ๐๐ | < ๐ . Berdasarkan Teorema 2.2.3 (iv) tersebut diperoleh. Jika deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen maka lim โ๐>๐ ๐๐ = 0
๐โโ
Contoh : ๐ 1. Diketahui deret geometrik (geometric series) โโ ๐=0 ๐. ๐ Jadi jumlah
parsial n suku pertamanya adalah Sn = โ๐๐=0 ๐.rk = a + a.r + a.r2 + . . . . + a.rn-1 1
1โ๐ ๐
= a.(1 + r + r2 + . . . . + rn-1).(1 โ r).1โ๐ = a. 1โ๐ . Mudah difahami bahwa ๐
(a) jika |r| < 1 maka lim ๐๐ = 1โ๐ , ๐โโ
(b) jika |r|
1 maka lim ๐๐ tak ada ( mengapa ? ) ๐โโ
Jadi deret geometrk konvergen jika |r| < 1 dan divergen jika |r| ๐
2. Deret harmonik order-p : โโ ๐=๐ ๐๐ Jika p = 1 deret menjadi
โโ ๐=1
1 ๐
1
1
= 1 + 2 + 3 + . . . . Jadi
1.
36
Sn = โ๐๐=1
1 ๐
1
1
1
2
3
๐
=1+ + +....+
dan oleh karena itu, menurut Contoh 16 Bagian 2.1, barisan{Sn} merupakan barisan yang naik monoton dan tak terbatas ke atas (divergen)..Karena jika 0 < p โค 1 diperoleh
1 ๐๐
1
โฅ ๐ dan oleh karena itu
Barisan dan deret
โโ ๐=1
1 ๐
1
< โโ ๐=1 ๐ ๐
1
Hal ini berarti deret โโ ๐=1 ๐ ๐ divergen. Pada pembahasan yang akan datang akan ditunjukan bahwa untuk 1 < p <
deret harmonik
order-p konvergen. 1
3. Deret โโ ๐=0 ๐! mempunyai barisan jumlah parsial {Sn] dengan 1
1
1
1
Sn = โ๐๐=0 ๐! = 1 + 1! + 2! + . . . . + ๐! . Pada Contoh 14 Bagian 2.1 telah ditunjukkan bahwa barisan {Sn} naik monoton terbatas ke atas ; jadi {Sn} konvergen ke batas atas 1
terkecilnya yaitu bilangan Euler e . Dengan kata lain deret โโ ๐=0 ๐! konvergen ke bilangan Euler e : โโ ๐=0
1 ๐!
1
= e atau lim โ๐๐=1 ๐! = lim ๐๐ = e . ๐โโ
๐โโ
Akibat 2.2.4 : Jika deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen, maka lim ๐๐ = 0 . ๐โโ
Bukti : Menurut Teorema 2.2.3, deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika barisan jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen ; katakanlah {Sn} konvergen ke bilangan S. Jadi lim ๐๐ = lim (๐๐ - ๐๐โ1)
๐โโ
๐โโ
= lim ๐๐ - lim ๐๐โ1 = S โ S = 0 . ๐โโ
๐โโ
Teorema 2.2.5 : Deret akan tetap konvergen atau tetap divergen jika ditambah atau dikurangai beberapa suku. Juga, deret akan tetap konvergen atau divergen jika dikalikan dengan suatu bilangan tak nol. Bukti : Jika diketahui deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen ke bilangan S (atau diketahui divergen) dan deret itu ditambah atau dikurangi beberapa suku
37
b1 ,b2 ,b3 , . . . ,bp yang jumlahnya sama dengan s. Diperoleh deret b1 + b2 โ + . . . + bp + โโ ๐=1 ๐๐ atau deret (-b1 - b2 - . . . - bp) + โ๐=1 ๐๐ yang
konvergen ke s + S atau ke โs + S. . Selanjutnya, jika โโ ๐=1 ๐๐ kon-
Barisan dan deret
vergen (divergen), jadi barisan jumlah parsialnya {Sn} konvergen โ (divergen), dan l sutu bilangan, maka deret l.โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=1 ๐๐๐ yang
barisan jumlah parsialnya {l.Sn} = l.{Sn} akan konvergen (divergen).
Latihan 2.2 (โ1)๐
1. a. Jika diketahui deret โโ ๐=1 ๐(๐+1) , tunjukkan suku ke-18, suku ke11, dan suku ke-n. Cari pula jumlah parsial n-suku pertama ! b. Jika diketahui deret 1 -
1 2
1
1
+ 3 - 4 + . . . . , an suku ke-n , dan Sn
jumlah parsial n suku pertama, tentukan nilai-nilai an , Sn , dan Sn+1 - Sn ! 2. Buktikan bahwa deret di dalam soal no.1(a) divergen dan deret di dalam soal no.1(b) konvergen ! 3. Jumlah dua deret konvergen akan konvergen dan jumlah deret konvergen dan deret divergen akan divergen. Buktikan !
2.3 Tes kekonvergenan dan kedivergenan Untuk menentukan apakah suatu deret (deret bilangan real) konvergen atau divergen perlu adanya cara atau metoda yang disebut tes kekonvergenan/kedivergenan. Akan dimulai dengan tes kekonvergenan untuk deret suku positif, yaitu deret yang suku-sukunya nonnegatif. Teorema 2.3.1 : ( Tes Banding, Comparation Test ) โ Diketahuoi dua deret suku positif โโ ๐=1 ๐๐ dan โ๐=1 ๐๐ .
(i) Jika 0
๐๐ โค ๐๐ untuk setiap k dan deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen maka
38
deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen . (ii) Jika 0
๐๐ โค ๐๐ untuk setiap k dan deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen maka
deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen .
Barisan dan deret
Bukti : Namakan Sn = โ๐๐=1 ๐๐ dan ๐๐โฒ = โ๐๐=1 ๐๐ . (i) Menurut yang diketahui diperoleh Sn โค ๐๐โฒ , barisan {Sn}dan{๐๐โฒ } naik monoton, dan {๐๐โฒ } konvergen (karena deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen). Oleh itu barisan {Sn} naik monoton terbatas ke atas : jadi {Sn} konvergen atau deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen. (ii) Karena untuk setiap k diketahui 0
ak
๐๐โฒ dan deret
bk , Sn
โโ ๐=1 ๐๐ ( barisan {Sn} divergen (naik monoton dan tak terbatas ke atas) โฒ maka deret โโ ๐=1 ๐๐ ( barisan {๐๐ }) naik monoton dan tak terbatas ke
atas atau divergen . Contoh : 1
1. Telah diketahui bahwa deret harmonik order-1 โโ ๐=1 ๐ divergen. 1
Barisan harmonik order-p โโ ๐=1 ๐ ๐ dengan 0 < p โค 1 divergen karena, berdarkan Tes Banding (i),
1 ๐
1
โค ๐ ๐ untuk setiap k.
1
1
2. Diketahui deret โโ ๐=0 ๐! dengan suku ke-k adalah ak = ๐! . Karena ak = 1 ๐!
1
1
โ < 2๐ = bk dan deret โโ ๐=0 ๐๐ = โ๐=0 2๐ konvergen maka deret
โโ ๐=0
1 ๐!
konvregen .
Teorema 2.3.2 : ( Tes Integral ) Diketahui deret suku positif โโ ๐=1 ๐๐ . Jika terdapat fungsi posittif f pada (0,โ) yang kontinu dan turun monoton sehingga f(n) = an untuk setap โ
bilangan asli n, maka deret โโ ๐=1 ๐๐ dan integral tak sejati โซ1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ bersama-sama konvergen atau bersama-sama divergen.
39
Bukti : Menurut yang diketahui diperoleh luas daerah di atas selang ๐+1
[n,n+1] di bawah kurva y = f(x) adalah โซ๐ ketidaksamaan ๐+1
an+1 โค โซ๐
๐(๐ฅ)๐๐ฅ dan memenuhi
๐(๐ฅ)๐๐ฅ โค an .
Oleh karena itu dioperoleh ๐+1
Sn+1 โ a1 = โ๐+1 ๐=1 ๐๐+1 โค โซ1
๐(๐ฅ)๐๐ฅ โค โ๐๐=1 ๐๐ = Sn
Barisan dnn deret
untuk setiap n. Berdasarkan ketidaksamaan terakhir tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa barisan jumlah parsial {Sn} ( deret โโ ๐=1 ๐๐ ) โ
dan integral tak sejati โซ1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ bersama-sama konvergen atau bersaโ
masama divergen. Contoh :
1
1. Diselidiki deret harmonic order-p โโ ๐=1 ๐๐ konvergen atau divergen. Diambil fungsi positif pada (0,โ) yang kontinu dan turun monoton f 1
1
dengan f(x) = ๐ฅ ๐ . Cukup jelas bahwa f(n) = an = ๐๐ untuk setiap bilangan asli n. Mudah diperlihatkan bahwa integral tak sejati โ
โ 1
โซ1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ = โซ1
๐๐
๐๐ฅ
konvegen jika p > 1 dan divergen jika p โค 1 Oleh karena itu berdasarkan Tes Integral di atas dapat disimpulkan bahwa deret harmo1
nik order-p โโ ๐=1 ๐๐ konvegen jika p > 1 dan divergen jika p โค 1. Teorema 2.3.3 : ( Tes Kuosien, Quotient Test ) โ Diketahui dua deret suku positif โโ ๐=1 ๐๐ dan โ๐=1 ๐๐ dengan bk > 0
untuk setiap k dan A = lim (i) Jika A
0 atau A = โ, maka
๐๐
.
๐โโ ๐๐ deret โโ ๐=1 ๐๐
dan deret โโ ๐=1 ๐๐
bersama-sama konvergen atau bersama-sama divergen . โ (ii) Jika A = 0 dan deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen, maka deret โ๐=1 ๐๐
kon-
40
vergen (iii) Jila A = โ dan deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen, maka deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen . 0 dan hingga : A = lim
Bukti : (i) Untuk A
๐๐
jika dan hanya jika
๐โโ ๐๐
untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no dan jika bilangan asli n |A -
no benar bahwa ๐๐ ๐๐
๐
| < ๐ , A - ๐ < ๐๐ < A + ๐ , atau ๐
(A โ ๐)bn < an < (A + ๐)bn
Menggunakan ketidaksamaan terakhir dan berdasarkan Teorema 2.2.5 Barisan dan deret
dan Teorema 2.3.1, jika deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen maka deret (A โ โ ๐) โโ ๐=1 ๐๐ konvergen yang berakibat deret โ๐=1 ๐๐ konvergen dan jika โ deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen maka (A + ๐) โ๐=1 ๐๐ konvwegen yang โ berakibat deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen. Sebaliknya, jika deret โ๐=1 ๐๐
divergen maka deret(A+ ๐) โโ ๐=1 ๐๐ divergen yang berakibat deโ ret โโ ๐=1 ๐๐ divergen dan jika deret โ๐=1 ๐๐ divergen maka deret (A โ โ ๐) โโ ๐=1 ๐๐ divergen yang berakibat deret โ๐=1 ๐๐ divergen Untuk A =
: lim
๐๐
๐โโ ๐๐
=
jika dan haya jika untuk setiap bilangan M > 0 ada
bilangan asli no sehingga untuk setiap bilangan asli n ๐๐ ๐๐
>M
yang berakibat
-an
no benar bahwa M.bn < an .
Menggunakan ketidaksamaan terakhir dan berdasarkan Teorema 2.2.5 dan Teorema 2.3.1 diperoleh seperti tersebut di dalam bagian pertama . (ii) lim
๐๐
๐โโ ๐๐
= A = 0 jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0
terdapat bilangan asli no sehingga jika bilangan asli n 0
๐๐ ๐๐
< ๐
atau
no benar bahwa
0 โค an < bn.๐ .
Menggunakan ketidaksamaan terakhir dan berdasarkan Teorema 2.2.5 โ dan Teorema 2.3.1, jika deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen maka deret ๐.โ๐=1 ๐๐ โ = โโ ๐=1 ๐๐๐ konvergen yang berakibat deret โ๐=1 ๐๐ konvergen .
41
(iii) lim
๐๐
๐โโ ๐๐
=A=
jika dan haya jika untuk setiap bilangan M > 0
ada bilangan asli no sehingga untuk setiap bilangan asli n
no benar
bahwa ๐๐ ๐๐
>M
atau
M.bn < an .
Menggunakan ketidaksamaan terakhir dan berdasarkan Teorema 2.2.5 โ dan Teorema 2.3.2, jika deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen maka deret ๐.โ๐=1 ๐๐ โ = โโ ๐=1 ๐๐๐ divergen yang berakibat deret โ๐=1 ๐๐ divergen .
Barisan dan deret
Contoh : 1
1. Akan diselidiki deret โโ ๐=1 ๐(๐+1) konvergen atau divergen.Telah 1
diketahui deret harmonik order-2 โโ ๐=1 ๐ 2 konvergen.Jika diambil an =
1 ๐(๐+1)
1
dan bn = ๐2 dipeoleh lim
๐๐
๐โโ ๐๐
๐3
= lim
๐โโ ๐(๐+1)
= 1.
Menurut Teorena Tes Kuosien (i) tersebut di atas disimpulkan de1
ret โโ ๐=1 ๐(๐+1) konvergen. 2. Apakah deret โโ ๐=1
log ๐ โ๐+1
konvergen atau divergen ? 1
โ Karena deret harmonik order-2 โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=1
1 1
divergen, maka
๐2
deret โ โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=1
log ๐ โ๐+1
divergen sebab, menurut Teorwma Tes Kuosien (iii), ๐ lim ๐๐ = lim log ๐ = โ . ๐โโ ๐
๐โโ
Kejadian khusus Teorema 2.3.3 adalah teorema di bawah ini dengan mengambil deret โโ ๐=1 ๐๐ sebagai deret harmonik order-p. Teorema 2,3.4 : Diketahui deret suku positif โโ ๐โ1 ๐๐ dengan lim ๐๐ an = A .
๐โโ
(i) Deret โโ ๐โ1 ๐๐ konvergen jika p >1 dan A hingga .
42
(ii)
Deret โโ ๐โ1 ๐๐ divergen jika p โค 1 dan A โ 0 ( hingga atau
takhingga) . 1
Bukti : Diambil deret โโ ๐=1 ๐๐ dengan bn = ๐๐ . Jadi A = lim ๐๐ an = lim
๐๐
๐โโ ๐ ๐
๐โโ
1
โ .Selanjutnya karena deret โโ ๐โ1 ๐๐ = โ๐=1 ๐๐ merupakan deret
harmaonik order-p, konvergen jika p > 1 dan divergen jika p โค 1, maka menurut Teorema 2.3.3 diperoleh deret โโ ๐โ1 ๐๐ konvergen jika A hingga dan p > 1 dan divergen jika A โ 0 dan p โค 1.
โ
Barisan dan deret
Contoh : 1. Lihat contoh nomor 4 dan contoh nomor 5 di atas. Teorema 2.3.5 : ( Tes Rasio dโAlembert) Diketahui deret suku positif โโ ๐โ1 ๐๐ dengan lim
๐๐+1
๐โโ ๐๐
= r.
(i) Jika r < 1 maka deret tersebut konvegen. (ii) Jika r > 1 maka deret tersebut divergen. (iii) Jika r = 1 maka tes gagal (tak memperoleh kesimpulan apa-apa). Bukti : lim
๐๐+1
๐โโ ๐๐
= r jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0
terdapat bilangan asli n0 sehingga setiap bilangan asli n โฅ no benar bahwa ๐๐+1
|
๐๐
- r| < ๐
atau
(r โ ๐)an < an+1 < (r + ๐)an .
(i) Jika r < 1 diambil bilangan ๐ tersebut sehingga ro = r + ๐ < 1 dan bilangan asli no yang terkait. Jadi untuk setiap bilangan asli n โฅ no diperoleh an+1 < ro an dan oleh karena itu โ ๐ โโ ๐=1 ๐๐๐ +k < โ๐=1 ๐๐ ๐๐๐
Ruas kanan pertidaksamaan tersebut merupakan deret geometrik yang konvergen karena ro < 1. Oleh karena itu deret suku positif โโ ๐=1 ๐๐๐ +๐ dan โโ ๐โ1 ๐๐ konvergen.
43
(ii) Jika r > 1 diambil bilangan ๐ tersebut sehingga ro = r - ๐ > 1 dan bilangan asli no yang terkait. Jadi untuk setiap bilangan asli n โฅ no diperoleh ro an < an+1 dan oleh karena itu โ ๐ โโ ๐=1 ๐๐ ๐๐๐ < โ๐=1 ๐๐๐ +๐ .
Ruas kiri pertidaksamaan tersebut merupakan deret geometrik yang divergen karena ro > 1. Oleh karena itu deret suku positif โโ ๐=1 ๐๐๐ +๐ dan divergen . (iii) Jika r = 1 perbandingan suku an dan suku an+1 tak jelas sehingga tak dapat kesimpulan apa-apa tentang deret tersebut.
โ
Barisan dan deret
Contoh : 3 -n 3 -n 1. Diselidiki deret โโ ๐=1 ๐ e konvegen atau divergen. Karena an = n e
maka r = lim
๐๐+1
๐โโ ๐๐
= lim
(๐+1)3 ๐ โ(๐+1)
๐โโ
๐3
๐ โ๐
1
=๐<1
dan oleh karena itu deret konvergen. Teorema 2.3.6 : ( Tes Akar ke-n Cauchy) ๐ Diketahui deret suku positif โโ ๐โ1 ๐๐ dengan lim โ๐๐ = r .
๐โโ
(i) Jika r < 1 maka deret konvergen. (ii) Jika r > 1 maka deret divergen. (iii) Jika r = 1 maka tes gagal (tak dapat ditarik kesimpulan apa-apa). Bukti : r = lim ๐โ๐๐ jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 ๐โโ
terdapat bilangan asli no sehingga untuk setiap bilangan asli n โฅ no benar bahwa | ๐โ๐๐ - r| < ๐
atau
(r โ ๐)n < an < (r + ๐)n .
(i) Jika r < 1 diambil bilangan ๐ sehingga ro = r + ๐ < 1 dan bilangan asli no yang terkait. Oleh karena itu untuk setiap bilangan asli n โฅ no benar bahwa an < rn yang berakibat
44 โ ๐ โโ ๐=๐๐ ๐๐ < โ๐=๐๐ ๐๐
Ruas kanan pertdaksamaan terakhir merupakan deret geometrik yang konvergen, karena ro < 1. Hal ini berakibat ruas kiri yaitu deret suku โ positif โโ ๐=๐๐ ๐๐ dan deret โ๐=1 ๐๐ konvergen. (ii) dan (iii) silahkan
โ
membuktikan sebagai latihan. Contoh :
1. Diselidiki deret suku positif โโ ๐=1
๐๐ โ๐ ๐+1
konvergen atau divergen.
Karena r = lim ๐โ๐๐ = lim
๐๐ โ๐
๐โโ ๐+1
๐โโ
= e-1 < 1
maka dapat disimpulkan bahwa deret tersebut konvergen.
Barisan dan deret
Latihan 2.3 1.. Dengan menggunakan Tes Banding atau Tes Kuosien selidiki deret di bawah ini konvergen atau divergen. ๐+1
a. โโ ๐=1 ๐
b.
โ๐ 1
d.
โโ ๐=1
1
1 ๐ log ๐ 1
c.
โโ ๐=1
1 ๐(๐+1)
1 + 1.3 + 1.3.5 + . . . + 1.3.5โฆ.(2๐โ1) + . . . 1
e.
2.3 2
f.
1!
2
3
๐
+ 3.4 + 4.5 + . . . + (๐+1)(๐+2) + . . . 3
4
+ 2! + 3! + . . . +
๐+1 ๐!
+ ...
2. Dengan menggunakan Tes Rasio selidiki apakah deret di bawah ini konveruen atau divergen. ๐
โโ ๐=1 (๐+1)๐!
a.
โโ ๐=1
d.
b.
(๐+1)(๐+2) ๐2 2๐
e.
โโ ๐=1
2๐+1
๐2 +1 (๐+1)๐ โโ ๐=1 ๐2๐
c. f.
โ๐=1
๐2
๐3 +2 ๐2 โโ ๐=1 ๐!
3. Dengan Tes Integral selidiki deret di bawah ini konvergen atau divergen/ a. d.
โโ ๐=1
1
โ1+โ๐+1 2๐ โโ ๐=1 ๐4 โ1
b. e.
โโ ๐=2
1
๐ log ๐ 1 โโ ๐=1 (2๐โ1)2๐
c.
โโ ๐=2
1 ๐(๐๐๐๐)2
45
4. Perlihatkan bahwa deret 1
โโ ๐=2
๐(๐๐๐๐)๐
konvergen jika p > 1 dan divergen jika p โค 1. 5, a. Jika an > 0 dan
๐๐+1 ๐๐
2
1
โค 1 - ๐ + ๐2 untuk setiap bilangan asli n,
buktikan bahwa deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen. b. Jika an > 0 dan
๐๐+1 ๐๐
1
โค 1 - ๐ untuk setiap bilangan asli n,
buktikan bahwa deret โโ ๐=1 ๐๐ divergen.
Barisan dan deret
2.4 Deret ayun dan deret konvergen mutlak Deret ayun : Jika untuk setiap bilangan asli n bilangan an > 0, maka deret ๐+1 โโ an = a1 โ a2 + a3 โ a4 + . . . ๐=1(โ1)
dan deret ๐ โโ ๐=1(โ1) an = -a1 + a2 - a3 + a4 - . . . = - (a1 โ a2 + a3 โ a4 + . . .)
masing-masing disebut deret ayun (alternating series). Sebagai contoh deret ayun adalah deret 1
1
1
1
๐
1
2
3
๐+1 โโ =1-2+3-4+... ๐=1(โ1) ๐
dan deret ๐ โโ ๐=1(โ1) ๐+1 = - 2 + 3 - 4 + . . . ๐+1 Teorema 2.4.1 : Deret ayun โโ an konvergen jika an โฅ an+1 ๐=1(โ1)
untuk setiap bilangan asli n dan lim ๐๐ = 0.
๐โโ
Bukti : Jumlah parsial 2n suku pertama deret ayun tersebut adalah S2n = a1 โ a2 + a3 โ a4 + . . . - a2n = (a1 โ a2 ) + (a3 โ a4 ) + . . . + (a2n-1 โ
46
a2n) โฅ 0 dengan sifat S2n = a1 โ (a2 - a3 ) - (a4 โa5) - . . . - a2n < a1 .
(a)
untuk stiap n. Jadi {S2n} merupakan barisan bilangan yang naik monoton dan terbatas ke atas. Oleh karena itu ada bilangan S sehingga lim ๐2๐ = S. Lebih lanjut, karena lim ๐๐ = 0, maka diperoleh
๐โโ
(b)
๐โโ
lim ๐2๐โ1 = lim (๐2๐ โ ๐2๐ ) =
๐โโ
lim ๐2๐ -
๐โโ
๐โโ
lim ๐2๐ = S.
๐โโ
Berdasarkan hasil (a) dan (b) dapat disimpulkan bahwa barisan jumlah parsial {Sn} = {S2n-1} + {a2n} konvergen atau deret ayun tersebut โ
konvergen. Contoh :
1
1
1
1
๐ 1. Deret ayun โโ ๐=1(โ1) ๐+1 = - 2 + 3 - 4 + . . . konvergen karena
Barisan dan deret
an =
1 ๐+1
1
> ๐+2 = an+1 dan lim ๐๐ = lim ๐โโ
1
๐โโ ๐+1
= 0.
Kekonvergenan mutlak : Diketahui sebarang deret โโ ๐=1 ๐๐ , jadi an boleh positif boleh negatif. Deret โโ ๐=1 |๐๐ | disebut deret mutlak (absolute series) terhadap deret pertama. Jelas bahwa deret mutlak merupakan deret suku positif dan oleh karena itu untuk mengetahui deret mutlak itu konvergen atau divergen dapat menggunakan tes-tes kekonvergenan yang terdapat di dalam Bagian 2.3 bab ini. Hubungan sebarang deret dengan deret mutlaknya tertuang ke dalam teorema di bawah ini. Teorema 2.4.2 : Jika deret mutlaknya konvergen maka deretnya sendiri konvergen pula. Sebaliknya tak benar. Bukti : Diambil sebarang deret โโ ๐=1 ๐๐ dengan jumlah parsial n-suku pertamanya adalah Sn = โ๐๐=1 ๐๐ . Deret mutlaknya adalah โโ ๐=1 |๐๐ | dengan jumlah parsial n-suku pertamanya adalah Tn
= โ๐๐=1 |๐๐ |.
Karena diketahui deret mutlaknya konvergen maka ada bilangan t sehingga lim ๐๐ = t . Karena untuk setiap bilangan asli k benar bahwa ak ๐โโ
47 +
|ak| โฅ 0 maka barisan {Sn +Tn} naik monoton dan Sn +Tn โค 2Tn โค 2t.
Jadi barisan {Sn+Tn} konvergen, katakan konvergen ke bilangan s ; jadi lim ( Sn+Tn) = s.
๐โโ
Kenyataan tersedut berakibat lim ๐๐ = lim (๐๐ +Tn) - lim ๐๐ = s โ t .
๐โโ
๐โโ
๐โโ
dan dengan kata lain terbukti deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen. Bukti sebaliknya dengan contoh penangkal : Deret 1 -
1 2
+
1 3
-
1 4
+ . . . merupakan deret
konvergen dan deret mutlaknya adalah deret 1 +
1 2
+
1 3
+
1 4
+ . . .
โ
merupakan deret divergen.
Definisi 2.4.3 : Sebarang deret dikatakan konvergen mutlak (absolutely convergent) jika deret mutlaknya konvergen. Sebarang deret dikatakan
Barisan dan deret
konvergen bersyarat (conditionally convergent) jika deret itu sendiri konvergen tetapi deret mutlaknya divergen. Contoh : 1. Barisan ayun 1
1
1
1-2+3-4+... merupakan barisan konvergen bersyarat dan barisan ayun 1
1
1
1 - 22 + 32 - 42 . . . merupakan barisan konvergen mutlak. Berdasarkan Definisi 2.4.3 tersebut di atas, untuk menyelidiki suatu deret konvergen muttlak atau tidak, dapat mengunakan tes kekonvergenan di bawah ini . Teorema 2.4.4 : Diketaui sebarang deret โโ ๐=1 ๐๐ . a. ( Tes Rasio ) Jika lim |
๐๐+1
๐โโ
๐๐
| = r,maka
(i) deret akan konvegen mutlak jia r < 1, (ii) deret divergen jika r > 1, dan (iii) tes gagal jika r = 1.
48
b.
( Tes akar ke-n ) Jika lim ๐โ|๐๐ | = s, maka ๐โโ
(i) deret akan konvergen mutlak jika s < 1, (ii) deret divergen jika s > 1, dan (iii) tes gagal jika s = 1 (perlu penyelidika tersendiri). c.
( Tes Raabe ) Jika lim ๐(1 โ |
๐๐+1
๐โโ
๐๐
| ) = t, maka
(i) deret konvergen mutlak jika t > 1, (ii) deret divergen atau konvergen bersyarat jika t < 1, dan (iii) tes gagal jika t = 1 . Contoh : ๐
๐+1 1. Selidiki deret โโ konvergen mutlak, konvergen, atau ๐=1(โ1) ๐2 +1
Barisan dan deret
๐
divergen. Karena | an| = ๐2 +1 maka deret mutlak deret tesebut ada๐
lah โโ ๐=1 ๐2 +1 yang merupakan deret divergen. Lebih lanjut karena lim |
๐๐+1
๐โโ
๐๐
| = 1 penggunaan Tes Rasio gagal. Oleh karena itu
perlu penyelidikan tersendiri. Deret merupakan deret ayun dengan lim ๐๐ = 0 dan ๐๐+1 โค ๐๐ ; jadi deret konvergen. Akhirnya
๐โโ
dapat disimpulkan bahwa deret kovergen bersyarat.
Latihan 2.4 1. Selidiki deret di bawah ini divergen, konvergen bersyarat, atau konvergen mutlak. (โ1)๐โ1
a. โโ ๐=2 ๐(๐๐๐๐)2
b. โโ ๐=1
(โ1)๐โ1 2๐ ๐2
c. โโ ๐=1
(โ1)๐+1 ๐ ๐2 +1
2. Pertanyaan seperti soal nomor 1. 1
1.4
1.4.7
1.4.7. . . . (3๐โ2) 2 )+ 3.6.9.. . . . 3๐
1.3
1.3.5
1.3.5 . . . (2๐โ1) 2 ) 2.4.6. . . . 2๐
a.
(3 )2 + (3.6)2 + (3.6.9)2 + . . . + (
b.
(2)2 + (2.4)2 + (2.4.6)2 + . . . + (
1
...
+...
49
2.5 Nilai pendekatan jumlah deret dan perkiraan kesalahan Untuk memahami nilai pendekataan jumlah suatu deret yang konvergen
dan perkiraan kesalahannya perlu mengingat kembali
pengerian tentang deret yang konvergen dan sifat-sifat dasarnya. Deret bilangan โโ ๐=1 ๐๐ dikatakan konvergen jika ada bilangan S sehingga โโ ๐=1 ๐๐ = S yang artinya untuk setiap bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no sehingga setiap bilangan asli n > no benar bahwa |Sn โ S| < ๐ dengan Sn = โ๐๐=1 ๐๐ . Lebih lanjut Teorema 2.2.3 mengatakan sebagai berikut : (i) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐บ๐ = S .
๐โโ
(ii) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga ๐ โโ ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ โ๐=๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ข๐ฆ ๐บ๐ = S . ๐โโ
๐โโ
(iii) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan S sehingga untuk seiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no dan jika bilanga asli n
no berakibat
Barisan dan deret
|S โ Sn| = | ๐บ โ โ๐๐=๐ ๐๐ | < ๐ . (iv) Deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen jika dan hanya jika ada bilangan setiap
50
bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga | โ๐>๐๐ ๐๐ | < ๐บ . Bilangan S disebut limit atau jumlah deret โโ ๐=1 ๐๐ tersebut. Menurut definisi Sn diperoleh Rn = S โ Sn = โ๐=๐+1 ๐๐ . ๐ > 0 maka terdapat Rn disebut sisa (remainder) atau kesalahan (error). Jadi jika diberikan bilangan biangan asli no sehingga ๐๐๐ merupakan nilai pendekatan (approximate value) bilangan S =โโ ๐=1 ๐๐ dengan kesalahan mutlak |S โ Sn| โค โ๐=๐+1 |๐๐ | = |Rn| < ๐ untuk n โฅ no . Barisan {|Rn|} merupakan barisan bilangan turun monoton. Jadi jika diketahui ada barisan bilanngan positif {Tn} yang turun monoton sehingga |Rn| โค Tn maka diperoleh nilai kesalahan mutlak |Rn| < ๐ jika Tn < ๐ . Bagaimana caranya memperoleh barisan {Tn} adalah memfaatkan Tes Banding, Tes Integral, atau Tes Rasio. Jelasnya dituangkan ke dalam teorema-teorema di bawah ini. Teorema 2.5.1 : Jika |an| โค bn untuk setiap n โฅ no dan deret โโ ๐=๐+1 ๐๐ konvergen, maka untuk setiap bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no sehingga
Barisan dan deret
โ |Rn| = โโ ๐=๐+1 |๐๐ | โค โ๐=๐+1 ๐๐ = Tn
51
untuk setiap n โฅ no ; barisan {Tn}turun monoton dan konvergen ke bilangan 0. Bukti : Berdasarkan definisi diperoleh ๐+๐ Rn = โโ ๐=๐+1 |๐๐ | = lim โ๐=๐+1 ๐๐ . ๐โโ
Karena untuk n โฅ no telah diketahui diketahui |an+1| + |an+2| + . . . + |an+p| โค bn+1+ bn+2 + . . . + bn+p โค โโ ๐=๐+1 ๐๐ dapat disimpulkan bahwa ๐+๐ โ |Rn| = โโ ๐=๐+1 |๐๐ | = lim โ๐=๐+1 |๐๐ | โค โ๐=๐+1 ๐๐ = Tn . ๐โโ
Mudah difahami bahwa barisan {Tn} turun monoton dan konvergen ke 0. โ Contoh : 1. Dihitung sampai suku ke berapa (nilai pendekatan) deret ๐ โโ ๐=1(โ1)
1 ๐.2๐
agar kesalahan mutlaknya lebih kecil dari pada bilangan ๐ > 0. 1
1
Karena |an| = ๐.2๐ dapat diambil bn = 2๐ . Jadi |an |< bn dan |Rn| = โโ ๐=๐+1
1 ๐.2๐
โ โ = โโ ๐=๐+1 ๐๐ < โ๐=๐+1 ๐๐ = โ๐=๐+1
1 2๐
= Tn .
maka 1
1
1
1
T n = โโ ๐=๐+1 2๐ = 2๐+1 + 2๐+2 +2๐+3 + . . . 1
1
1
1
= 2๐+1 { 1 + 2 + 22 + 23 + . . . } = atau n >
โ log ๐ log 2
< ๐
. Diambil no = bilangan asli pertama yang lebih besar
atau sama dengan
โ log ๐ log 2
๐
1
๐ dan diperoleh nilai โ๐=1 (โ1)๐ ๐.2๐ sebagai
nilai pendekatan nilai deret ๐ โโ ๐=1(โ1)
Barisan dan deret
1 2๐
1 ๐.2๐
52
dengan kesalahan mutlak lebih kecil dari pada ๐ . Teorema 2.5.2 : Jika deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen terhadap Tes Integral dengan fungsi f yang turun monoton untuk x โฅ c, maka โ
|Rn| โค Tn = โซ๐ ๐(๐ฅ)๐๐ฅ untuk n โฅ c ; lebik lanjut {Tn] turun monoton dan konvergen ke 0. ๐
Bukti : Diambil bn = โซ๐โ1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ. Menurut Tes Integral diperoleh ๐
|an | < โซ๐โ1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ = bn .. Jadi diperoleh, untuk n โฅ c, โ
โ |Rn| = โโ ๐=๐+1 |๐๐ | โค โซ๐+1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ = โ๐=๐+1 ๐๐ = Tn .
Karena fungsi f fungsi positif, turun monoton, dan integral tak sejati โ โ โซ๐ ๐(๐ฅ)๐๐ฅ konvergen, maka {Tn} = { โซ๐+1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ } konvergen ke 0 untuk n โ โ.
โ
Contoh : 1
1. Dihitung sampai suku ke berapa deret โโ ๐=1 ๐ 2 agar kesalahannya lebih kecil dari pada 0,002. 1
Dengan Tes Integral dengan mengambil f(x) = ๐ฅ 2 deret konvergen, Jadi 1
โ
โ
1
โ |Rn| = โโ ๐=๐+1 |๐๐ | = โ๐=๐+1 ๐ 2 โค โซ๐+1 ๐(๐ฅ)๐๐ฅ = โซ๐+1 ๐ฅ 2 dx 1
= ๐+1 = Tn < 0,002 atau Tn dengan n > 499 . Hal ini berarti jika nilai deret dihitung sampai dengan suku ke-500 maka mempunyai kesalahan lebih kecil dari pada 0,002. Sejalan dengan dua teorema terakhir dua teorema di bawah ini dipersilahkan membuktikannya.
Barisan dan deret
53
Teorema2,5.3 : Jika ๐๐+1
|
๐๐
|โคr<1
untuk setiap n โฅ n1 sehingga deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen, maka |Rn| โค
|๐๐+1 | 1โ๐
= Tn
untuk n โฅ n1 dan {Tn} turun monoton dan konvergen ke 0 . Teorema 2.5.4 : Jika ๐
โ|๐๐ | โค r < 1
untuk setiap n โฅ n1 sehingga deret โโ ๐=1 ๐๐ konvergen, maka |Rn| โค
|๐๐+1 | 1โ๐
= Tn
untuk n โฅ n1 .
Latihan 2.5 1. Dihitung sampai suku ke berapa deret di bawah ini agar kesalahannya lebih kecil dari pada ๐ . 1
a.
โโ ๐=1
c.
โโ ๐=0
๐ 3 +5 1 ๐!
(โ1)๐
, ๐ = 0,02
b. โโ ๐=2 ๐.๐๐๐๐ ,
, ๐ = 0.003
๐+1 d. โโ ๐=1(โ1)
2. Buktikan Teorema 2.5.3 dan Teorema 2.3.4
Barisan dan deret
BAB III
๐ = 0,5 ๐+1 ๐3
,
๐ = 0, 04
54
DERET PANGKAT dan DERET TAYLOR Setelah mengetahui deret bilangan di dalam bab ini akan dibicarakan deret pangkat dan deret Taylor. Pembicaraan deret pangkat berdasarkan tes-tes kekonvergenan deret bilangan dan pembicaraan deret Taylor dimulai Teorema Rolle, Teorema Nilai Rata-Rata, dan Teorema Sisa Taylor.
3.1 Deret pangkat Jika diketahui barisan bilangan real {an} dan bilangan real c,dibentuk deret 2 3 ๐ โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) = ao + a1(x-c) + a2(x-c) + a3(x-c) + . . . .
dengan x sebarang bilangan real (indeterminate). Deret tersebut disebut deret pangkat (power series) dalam x-c. Contoh : โโ ๐=0
1.
๐ฅ๐
๐ฅ
=1+2+ ๐+1
๐ฅ2 3
+
๐ฅ3 4
+...
merupakan deret pangkat dalam x . 2.
โโ ๐=1
(โ1)๐+1 ๐(๐+1)
1
(๐ฅ โ 2)๐โ1 = 1.2 -
๐ฅโ2 2.3
+
(๐ฅโ2)2 3.4
โ
(๐ฅโ2)3 4.5
+...
merupakan deret pangkat dalam x โ 2 .
Seperti pada deret bilangan, jika diketahui deret pangkat 2 3 ๐ โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) = ao + a1(x-c) + a2(x-c) + a3(x-c) + . .
. suku ke-n deret tersebut adalah un(x) = an(x-c)n
Barisan dan deret
55
dan jumlah parsial n suku pertama deret pangkat tersebut adalah Sn(x) = โ๐๐=๐ ๐๐ (๐ โ ๐)๐ = ao + a1(x-c) + a2(x-c)2 + a3(x-c)3 + . . . . + an(x-c)n . ๐ Selanjutnya, jika diketahui deret pangkat โโ masalah ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐)
yang timbul adalah menentukan nilai x yang mana agar deret tersebut konvergen.Untuk menyelesaikan masalah tersebut ternyata Tes Rasio pada deret bilangan suku positif ( deret mutlak ) dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut. Tes Rasio mengatakan : Teorema 3.1.1 (Tes Rasio ): Jika diketahui deret pangkat ๐ โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐)
dengan lim |
๐โโ
๐ข๐+1 (๐ฅ) ๐ข๐ (๐ฅ)
| = lim | ๐โโ
๐๐+1 (๐ฅโ๐)๐+1 (๐ฅโ๐)๐
๐๐
๐๐
R = lim | ๐
atau
๐โโ
๐+1
| = r
(a)
|
maka (i)
deret akan konvergen jika r < 1 atau |x โ a| < R
(ii)
deret akan divergen jika r > 1 atau |x โ a| > R
(iii)
tes gagal jika r =1 atau |x โ a| = R ;. Dalam keadaan ini perlu penyelidikan tersendiri yang disebut penyelidikan titik batas.
๐ Bukti : (i) Deret pangkat โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) konvergen jika deret mu-
tlaknya konvergen; jadi deret konvergen, menurut Tes Rasio, jika r = lim | ๐โโ
atau
๐๐+1 (๐ฅโ๐)๐+1 ๐๐
| < 1
(๐ฅโ๐)๐
๐๐
|x - c| < R = lim | ๐ ๐โโ
๐+1
|.
Dengan kata lain deret pangkat tersebut konvergen jika x ๐ (c-R,c+R)
Barisan dan deret
56
atau untuk setiap x dengan cโR< x
๐๐
dengan R = ๐ฅ๐ข๐ฆ | ๐ ๐โโ
๐+๐
|
(b)
Bukti (ii) sejalan dengan (i). Jadi deret pangkat divergen jika r = lim | ๐โโ
๐๐+1 (๐ฅโ๐)๐+1 ๐๐
(๐ฅโ๐)๐
| > 1
atau x < cโR
atau
x > c + R.
(c)
โ
Bulti untuk (iii) cukup jelas/
Selanjutnya, seperti telah disebutkan di dalam bukti : R disebut jari-jari kekonvergenan dan c disebut titik pusat kekonvergenan. Dalam keadaan (iii), perlu penyelidikan lebih lanjut, yaitu dengan cara mensubstitusikan titik-titik batas x = c + R dan x = c โ R ke dalam deret pangkat tersebut dan akan diperoleh deret itu konvergen atau divergen. Penyelidikan terakhir ini disebut penyelidikan titik batas. Berdasarkan hasil penyelidikan (b), (c), dan penyelidikan titik batas diperoleh suatu selang kekonvergenan ( himpunan semua nilai x sehingga deret pangkat konvergen ) dan selang kedivergenan ( himpunan semua nilai x sehingga deret pangkat divergen ). Contoh : 3. Dicari selang kekonvergenan deret 1
1
1
1 - 2 (x โ 2) + 3 (x โ 2)2 - 4 (x โ 2)3 + . . . Karena suku ke-n deret pangkat tersebut adalah 1
un(x) = an(x โ c)n = (-1)n-1๐(x โ 2)n, maka deret pangkat konvergen jika
Barisan dan deret
57
lim |
๐โโ
๐๐+1 (๐ฅโ๐)๐+1 ๐๐
(๐ฅโ๐)๐
yaitu jika | x โ 2| < 1
| = lim
๐+1
๐โโ ๐
atau
|x โ 2| < 1
1 < x < 3.
(a)
Penyelidikan titik batas : Untuk x = 1 deret menjadi 1
1
1
1+2+3+4+..
(b).
merupakan deret harmonik order-1, jadi deret divergen. Untuk x = 3 deret menjadi 1
1
1
1-2+3-4+...
(c)
merupakan deret ayun yang konvergen. Berdasarkan hasil penyelidikan (a), (b), dan (c) disimpulkan bahwa selang kekonvergenan deret pangkat tersebut adalah (1,3] atau biasa dituilis 1 < x โค 3 dengan titik pusat kekonvergenan 2 dan jari-jari kekonvergean 1.Perlu dicatat bahwa deret divergen untuk setiap x > 3 atau x โค 1 . 2. Untuk nilai-nilai x yang mana saja deret pangkat dalam x : ๐ฅ
๐ฅ2
๐ฅ3
๐ฅ4
- + - +... 1.2 2.3 3.4 4.5 konvergen atau divergen ? ๐ฅ๐
Karena suku ke-n deret pangkat tersebut adalah un (x) = (-1)n+1๐(๐+1) maka deret akan konvergen jika ๐ข๐+1 (๐ฅ) | ๐โโ ๐ข๐ (๐ฅ)
lim |
yaitu
|x| < 1
atau
= lim
๐โโ
๐(๐+1)
-1 < x < 1
Penyelidikan titk batas : Untuk x = - 1 deret pangkat menjadi
Barisan dan deret
(๐+1)(๐+2)
|x| < 1 (a)
58
-(
1 1.2
+
1 2,3
+
1 3.4
+... )
(b)
merupakan deret konvergen . Untuk x = 1 deret pangkat menjadi 1 1.2
1
1
1
- 2,3 + 3.4 - 4/5 + . . .
(c)
merupakan deret konvergen . Berdasarkan hasil penyelidikan (a), (b), dan (c) disimpulkan bahwa deret pangkat tersebut konvergen untuk setiap x ๐ [-1,1] atau -1 โค ๐ โค 1 dan divergen untuk setiap x > 1 atau x < -1 .
Latihan 3.1 1. Tentukan titik pusat kekonvergenan, jari-jari kekonvergenan, selang kekonvergenan, dan selang kedivergenan deret pangkat di bawah ini ๐ฅ ๐โ1
a. โโ ๐=1 ๐.3๐
b.
๐ฅ ๐โ1
๐โ1 โโ ๐=1(โ1) (2๐โ1)!
โโ ๐=1
c.
๐(๐ฅโ1)๐ 2๐ (3๐โ1)
2. Untuk nilai-nilai x yang mana deret-deret pangkat di bawah ini konvergen ? 1
(๐ฅ+2)๐
๐ a. โโ b. โโ ๐=1 ๐! (๐ฅ โ ๐) ๐=1 2๐โ1 (๐ฅโ1)๐
1
c. โโ ๐=1 (๐ฅ+๐)(๐ฅ+๐โ1)
3.2 Deret Taylor Jika telah diketahui bahwa deret pangkat
k โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐)
mempunyai selang kekonvergenan I dengan titik pusat kekonvergenan c dan jari-jari kekonvergenan R, maka deret pangkat tersebut konvergen di setiap x ๐ (cโR,c+R) โ I . Jadi ada bilangan f(x) sehingga k โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) = f(x)
Dengan kata lain ada fungsi f : (c โ R,c + R) โ โ sehingga
Barisan dan deret
59 k f(x) = โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐)
untuk setiap x ๐ (c-R,c+R). Masalahnya sekarang dibalik sebagai berikut. Jika dike-tahui fungsi f : [a,b] โ โ dan titik c ๐ (a,b) apakah ada deret pangkat dalam x โ c sehingga k f(x) = โโ ๐=0 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) .
Masalah tersebut terjawab dengan menelusuri mulai dari awal yaitu mulai dari Teorema Rolle di bawah ini. Teorema 3.2.1 : (Teorema Rolle) Jika fungsi f : [a,b] โ โ memenuhi sifat-sifat : (i) f kontinu pada [a,b], (ii) fโ(x) ada untuk setiap x ๐ (a,b), dan (iii) f(a) = f(b) = 0 maka ada c ๐ (a,b) sehingga fโ(c) = 0 . Bukti : Tidak mengurangi keakuratan bukti, dapat dianggap a dan b merupakan titik-titik nol fungsi f yang berturutan , a < b . Menurut yang diketahui yaitu bagian (i), ada tiga kemungkinan : pertama f(x) = 0 untuk setiap x ๐ [a,b], ke-dua f(x) > 0 untuk setiap x ๐ (a,b), dan ke-tiga f(x) < 0 untuk setiap x ๐ (a,b). Dalam keadaan pertama jelas bahwa fโ(x) = 0 untuk setiap x ๐ (a,b); jadi setiap c ๐ (a,b) benar bahwa fโ(c)= 0. Dalam keadaan ke-dua karena fungsi f kontinu pada [a,b], maka fungsi f terbatas ke atas pada [a,b] dan oleh karena itu batas atas terkecilnya tercapai. Jadi ada c ๐ (a,b) sehingga f (c) = M =bat{f(x) : x ๐ {a,b]} Menurut (ii) fโ(c) ada ; jadi tinggal membuktikan bahwa fโ(c) = 0. Andaikan fโ(c) > 0, untuk h > 0 diperoleh fโ(c) = lim
โโ0
Barisan dan deret
๐(๐+โ)โ ๐(๐) โ
< 0,
60
suatu kontradiksi. Andaikan fโ(c) < 0, untuk h < 0 diperoleh fโ(c) = lim
๐(๐+โ)โ ๐(๐) โ
โโ0
> 0,
suatu kontradiksi. Jadi yang benar bahwa fโ(c) = 0. Dalam keadaan keโ
tiga bukti sejalan dengan bukti keadaan ke-dua. Bukti selesai.
Berdasarkan Teorema Rolle mudah dibuktikan teorema di bawah ini. Teorema 3.2.2 : Jika fungsi f : [a,b] โ โ memenuhi syarat-syarat (i) fungsi f kontinu pada [a,b] dan (ii) fโ(x) ada untuk setiap x ๐ (a,b), maka ada c ๐ (a,b) sehingga fโ(c) =
๐(๐)โ ๐(๐) ๐โ๐
.
Bukti : Dibetuk fungsi F : [a,b] โ โ dengan rumus F(x) = f(x) โ f(a) -
๐(๐)โ ๐(๐) ๐โ๐
(x โ a).
Oleh karena itu Fโ(x) = fโ(x) -
๐(๐)โ ๐(๐) ๐โ๐
.
Menurut yang diketahui cukup jelas bahwa fungsi F memenuhi syaratsyarat yang tercantum di dalam Teorema Rolle. Jadi ada c ๐ (a,b) sehingga Fโ(c) = fโ(c) -
๐(๐)โ ๐(๐) ๐โ๐
=0
atau fโ(c) =
๐(๐)โ ๐(๐) ๐โ๐
.
โ
Teorema 3.2.2 di atas sedikit dimodifikasi sebagai berikut. Dengan mengambil
Barisan dan deret
61
h =b โ a diperoleh selang [a,b] = [a,a+h] dan c ๐ [a,a+h]. Hal ini berarti ada bilangan ๐ ๐ (0,1) sehingga c = ๐ + ๐โ. Oleh karena itu Teorema 3.2.2 menjadi teorema di bawah ini. Teorema 3.2.3 : (Teorema Nilai Rata-rata I, Nilai Pendekatan Pertama) Jika fungsi f : [a,a+h] โ โ memenuhi syarat-syarat (i) fungsi f kontinu pada [a,a+h] dan (ii) fโ(x) untuk setiap x ๐ [a,a+h] maka ada ๐ ๐ (0,1) sehingga f(a+h) = f(a) + h.fโ(a+ ๐ฝ๐) . Teorema 3.2.3 dapat dipandang sebagai dasar nilai pendekatan suatu nilai fungsi f di titik a + h, titik yang cukup dekat dengan titik itu adalah titk a ( nilai h yang cukup kecil ). Contoh : 1. Dihitung nilai pendekatan bilangan โฏ 0,2 . Diambil f(x) = โฏ x . Titik 0,02 cukup dekat dengan a = 0 ; jadi 0,02 = 0 + 0,02, h = 0,02. Karena f โ(x) = โฏ x diperoleh โฏ 0,02 = โฏ 0 + 0,02 = f(a+h) = f(a) + h.fโ(a+ ๐โ) = โฏ a +h. โฏ ๐+๐โ = โฏ 0 +0,02. โฏ 0+๐.0,02 = 1 + 0,2. โฏ ๐.0,02 dengan ๐ ๐ (0,1) โ
1 + 0,02. โฏ 0 โ
1,02 Ternyata Teorema Nilai Rata-rata I di atas dapat diitlakkan (digeneralisasikan) menjadi Teorema Sisa Taylor (Taylor Remainder Theorem) di bawah ini .
Barisan dan deret
62
Teorema 3.2.4 (Teorema Sisa Taylor) Jika xo ๐ [a,b] dan fungsi f : [a,b] โ โ memenuhi syarat-syarat : (i) f kontinu pada [a,b] dan (ii) fโ(x), fโ(x), . . . , f(n+1)(x) ada untuk setiap x ๐ [a,b], maka untuk setiap x ๐ [a,b] ada titik c yang terletak di antara xo dan x sehingga f(x) = f(xo) + +
๐โฒ (๐๐ )
๐"(๐๐ )
๐(๐) (๐๐ )
๐!
๐!
๐!
(x โ xo) +
๐(๐+๐) (๐) (x (๐+๐)!
(x โ xo)2 + . . . +
(x โ xo)n
โ xo)n+1
atau disingkst f(x) = Pn(x) + Rn dengan Pn(x) = f(xo) +
๐โฒ (๐๐ )
๐"(๐๐ )
๐!
๐!
(x โ xo) +
dan
Rn =
(x โ xo)2 + . . . +
๐(๐+๐) (๐) (x (๐+๐)!
๐(๐) (๐๐ ) ๐!
(x โ xo)n
โ xo)n+1 .
Pn(x) disebut polynomial Taylor dan Rn disebut sisa (remainder), nilai koreksi, atau kesalahan Taylor. Bukti : Diambil sebarang titik x ๐ [a,b] tetap dan ditulis dengan I selang tertutup yang ujung-ujungnya adalah x dan xo..Selanjutnya dibentuk fungsi F: [a,b} โ โ dengan rumus F(t) = f(x) โ f(t) -
๐ โฒ (๐ก)
๐"(๐ก)
๐ (๐) (๐ก)
1!
2!
๐!
(x โ t) -
(x โ t)2 - . . . -
(x โ t)n
Mudah dihitung bahwa F(x) = 0
dan
Fโ(t) = -
(๐ฅโ๐ก)๐ (n+1) f (t) ๐!
Jika diambil fungsi G : I โ โ dengan rumus ๐ฅโ๐ก
G(t) = F(t) โ ( ๐ฅโ ๐ฅ )n+1F(xo), ๐
Barisan dan deret
.
(a)
63
maka G merupakan fungsi kontinu , G(x) = G(xo) = 0, dan (๐ฅ โ๐ก)๐
Gโ(t) = Fโ(t)+ (n + 1)(๐ฅโ๐ฅ
๐+1 ๐)
F(xo)
(b)
ada untuk setiap t ๐ I . Oleh karena itu, menurut Teorema Rolle, ada c ๐ I sehingga Gโ(c) = 0 . Jadi, setelah disubsitusikan (a) ke dalam (b), diperoleh -
(๐ฅโ๐)๐ (n+1) f (c) ๐!
atau
F(xo) = f(x) โ f(xo) -
(๐ฅ โ๐)๐
+ (n + 1)(๐ฅโ๐ฅ
๐ (๐+1) (๐) (๐+1)!
๐+1 ๐)
F(xo) = 0,
(x โ xo)n+1
yang berarti
๐ โฒ (๐ฅ๐ )
๐"(๐ฅ๐ )
๐ (๐) (๐ฅ๐ )
1!
2!
๐!
(x - xo) =
๐ (๐+1) (๐) (๐+1)!
(x โ xo)2 - . . . -
(x โ xo)n
(x โ xo)n+1
atau f(x) = f(xo) +
๐ โฒ (๐ฅ๐ )
๐"(๐ฅ๐ )
๐ (๐) (๐ฅ๐ )
1!
2!
๐!
(x โ xo) +
+
(x โ xo)2 + . . . +
๐ (๐+1) (๐) (๐+1)!
atau f(x) = Pn(x) + Rn dan bukti selesai .
(x โ xo)n
(x โ xo)n+1 โ
Di dalam aplikasinya , jika nilai x cukup dekat dengan xo , maka Pn(x) merupakan nilai pendekatan nilai f(x) dengan kesalahan atau nilai koreksi Rn .Bentuk lain atau modifikasi Teorema Sisa Taylor tersebut adalah sebagai berikut . Teorema 3.2 5 : Jika fungsi f : [a,a+h] โ ๐ก memenuhi sifat-sifat : (i) fungsi f kontinu pada [a,a+h] dan (ii) f(i)(x) ada untuk setiap x ๐ (a,a+h), i = 1, 2, 3, . . . . , n+1, maka ada bilangan ๐ ๐ (0,1) sehingga f(a+h) = f(a) +
Barisan dan deret
๐โฒ (๐) ๐!
h+
๐"(๐) 2 h ๐!
+...+
๐(๐) (๐) n h ๐!
+
๐(๐+๐) (๐+๐ฝ๐) n+1 h (๐+๐)!
64
atau
f(a+h) = Pn(h) + Rn
dengan
Pn(h) = f(a) +
๐โฒ (๐) ๐!
h+
๐"(๐) 2 h ๐!
+...+
๐(๐) (๐) n h ๐!
dan
๐(๐+๐) (๐+๐ฝ๐) n+1 h . (๐+๐)!
Rn = Contoh :
2. Akan dihitung nilai pendekatan โฏ 0,02 sampai benar 5 angka di belakang koma atau kesalahan mutlaknya lebih kecil dari pada 10-5 . Bilangan 0,02 dekat degan bilangan 0. Oleh karena itu diambil a = 0, h = 0,02 , dan f(x) = โฏ x. Dengan demikian diperoleh f(k+1)(x) = โฏ x untuk k = 1, 2, 3, . . . . Semuanya itu setelah disubstitusikan ke dalam rumus Taylor di atas diperoleh : โฏ 0,02 = โฏ 0+0,02 = f(0+h) = f(0)+ +
๐ โฒ (0) 1!
h+
๐"(0) 2 h 2!
+...+
๐ (๐) (0) n h ๐!
๐ (๐+1) (0+๐โ) n+1 h (๐+1)! โฏ0
โฏ0
= โฏ 0 + 1! .0,02 + 2! .(0,02)2 + +
โฏ0 3!
.(0,02)3 + . . .
โฏ ๐.0,02 .(0,02)n+1 (๐+1)!
โ
1 + 0,02 + 0,0002 + 0,00000166.. + 0,0000000066 โฆ . โ
1,02020166 benar delapan angka di belakang koma dengasn nilai koreksi atau nilai kesalahan 0,000000006 < Rn < 0,000000007 Bandingkan dengan Contoh 1 di atas. Cacatan : Secara praktis, jika menghendaki pendekatan sampai dengan benar n angka di belakang koma, dihitung paling sedikit sampai dengan suku yang memuat angka 0 di belakang koma sebanyak n+1 berturutturut .
Barisan dan deret
65
Teorema di bawah ini merupakan kejadian khusus Teorema Sisa Taylor untuk fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi cosines, fungsi sinus, dan fungsi eksponensial. Teorema 3.2.6 : (Deret Taylor) Jika fungsi f : [a,a+h] โ โ memenuhi sifat-sifat : (i) fungsi f kontinu pada [a,a+h] dan (ii) f(k)(x) ada untuk setiap x ๐ [a,a+h] dan bilangan asli k , maka f(a+h) = f(a) + f(x) = f(a) +
๐ โฒ (๐)
h+
1!
๐"(๐) 2 h 2!
๐ โฒ (๐)
๐"(๐)
1!
2!
(x-a) +
๐ (3) (๐) 3 h 3!
+
(x-a)2 +
+ . . . . . . . atau
๐ (3) (๐) 3!
(x-a)3 + . . . . . .
untuk setiap x ๐ [a,a+h] . Deret di dalam Teorema 3.2.6 tersebut dinamakan deret Taylor fungsi f di ( di sekitar ) titik a. Deret Taylor fungsi f di titik 0 disebut deret Mac Laurin. Contoh : 3. Deretkan f(x) = โฏ x ke dalam deret Taylor di a ! Karena f(k)(x) = โฏ x unuk setiap bilangan asli k , maka f(k)(a) = โฏ a dan oleh karena itu โฏ x = f(x) = f(a) + = โฏa +
๐ โฒ (๐)
โฏ๐ 1!
1!
(x-a) +
(x-a) +
= โฏ a{ 1 +
(๐ฅโ๐) 1!
โฏ๐ 2!
+
๐"(๐) 2!
(x-a)2 +
(x-a)2 +
(๐ฅโ๐)2 2!
+
โฏ๐ 3!
๐ (3) (๐) 3!
(x-a)3 + . . .
(x-a)3 + . . .
(๐ฅโ๐)3 3!
+...}
4. Deretkan menurut deret Mac Laurin f(x) = cos x . Karena fโ(x) = -sin x , fโ(x) = -cos x , f(3)(x) = sin x , f(4)(x) = cos x , . . maka diperoleh f(0) = 1, fโ(0) = 0, fโ(0) = -1, f(3)(0) = 0, f(4)(0) = 1, . . . . . dan oleh karena itu diperoleh
Barisan dan deret
66
๐ โฒ (0)
cos x = f(x) = f(0) +
1! ๐ฅ2
=1+0๐ฅ2
=1-
2!
๐ฅ4
+0+
!
๐ฅ4
+
๐"(0) 2 x 2!
x- +
๐ฅ6
-
4!
4!
+
+0-
๐ (3) (0) 3 x 3! ๐ฅ6 6!
+...
+...
+....
6!
Latihan 3.2 1
1. Jika f(x) = 1โ๐ฅ tentukan P4(x) dan R4-nya. Selanjutnya hitung nilai pendekatan sampai dengan suku ke-6 dan berapa kesalahan mutlaknya. Hitung pula nilai pendekatan itu untuk x = 0,02. 2. Jika f(x) = sin x tentukan Pn(x) dan Rn-nya dan hitung sin 2o sampai benar 5 angka di belakang koma jika 1o = 0,0175 radian, 3. Buktikan deret Mac Laurin di bawah ini. 1
(a)
1โ๐ฅ 1
(b)
1+๐ฅ
= 1 + x + x2 + x3 + x4 + . . . = 1 - x + x2 - x3 + x4 - . . .
(c)
log (1 - x) = -x -
(d)
log (1 + x) = x -
(e)
sin x = x -
(f)
cos x = 1 -
(g)
tan-1x = x -
(h)
ctn-1x = 2 + { x -
(i)
cosh x = 1 +
(j)
sinh x = x +
(k)
๐ฅ3 ๐ฅ2 ๐ฅ3
๐
๐
1 ๐ฅ
๐ฅ2 2! ๐ฅ3 3!
-
๐ฅ5 ๐ฅ3 ๐ฅ4 4!
1 1
7!
๐ฅ5 5!
๐ฅ4 4
+
๐ฅ5 5
- ...
+ ...
6! ๐ฅ7
+ ...
7 ๐ฅ5
-
5
+
- ...
+ ...
๐ฅ6
+
3
+
๐ฅ7
4
-
3
-
5
+
๐ฅ3
-
4!
+
3
2
๐ฅ4
-
3
+
๐ฅ4
+
2!
๐ฅ2
5!
๐ฅ3
-
2
๐ฅ5
+
3!
๐ฅ2
๐ฅ6 6!
+
7
+ ... }
+ ....
๐ฅ7
๐ฅ2
๐ฅ7
7!
+ ... 1 1
1
๐ฅ3
โ1 + ๐ฅ = 1 + ๐ 1! + ๐(๐ - 1) 2! + ๐(๐ - 1)(๐ - 2) 3! + . . . .
Barisan dan deret
67
4. Dengan mengambil
๐+1 ๐
=
1+๐ฅ 1โ๐ฅ
dan deret Mac Laurin log (1 โ x) dan
log (1 โ x), buktikan bahwa : 1
log (n+1) = log n + 2{ (2๐+1) +
1
1
3
(2๐+1)3
+
1
1
5
(2๐+1)5
+
1
1
7 (2๐+1)7
+ . . . }. Selanjutnya buatlah Daftar Logaritma dengan bilangan pokok 10. 5. Deretkan menurut deret Mac Laurin fungsi f(x) = cos 2x. 6. Deretkan menurut deret Taylor di x = a fungsi-fungsi f(x) = e2x dan g(x) = sin x .
Catatan : Dengan log yang dimaksud adalah logaritma normal ( = ln ), yaitu logaritma dengan bilangan pokok bilangan Euler e .
Barisan dan deret
68
BAB IV BARISAN dan DERET FUNGSI Telah dibicarakan tentang barisan dan deret bilangan, yaitu di dalam Bab II dan Bab III. Berdasarkan pengetahuan tersebut akan dibicarakan barisan fungsi dan deret fungsi sebagai berikut.
4.1 Barisan Fungsi Untuk setiap bilangan asli k dibentuk fungsi fk : D โ โ โ โ. Oleh karena itu terbentuklah barisan fungsi (sequence of functions) {fk}. Mudah difahami bahwa untuk setiap x ๐ D diperoleh barisan bilangan real {fk(x)}. Berdasarkan kenyataan tersebut disusunlah pengertian barisan fungsi yang konvergen seperti di dalam definisi di bawah ini. Definisi 4.1.1 : Diketahui fungsi fk : D โ โ โ โ untuk setiap bilangan asli k. (i) Barisan fungsi {fk} dikatakan konvergen di suatu tituk x ๐ D jika barisan bilangan {fk(x)} konvergen (ii) Barisan fungsi {fk} dikatakan konvergen pada D jika barisan fungsi itu konvergen di setiap titik x ๐ D. Berdasarkan definisi tersebut dipeoleh teorema di bawah ini. Teorema 4.1.2 : (i) Barisan fungsi {fk} konvergen di titik x ๐ D jika dan hanya jika ada bilangan real f(x) sehingga untuk sebarang bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no= no(๐,x), no selain tergantung pada ๐ juga tergantung pada x, sehingga untuk setiap bilangan asli k โฅ no benar bahwa
Barisan dan deret
69
| fk(x) โ f(x) | < ๐ ( ditulis singkat dengan lim ๐๐ (x) = f(x) ). ๐โโ
(ii) Barisan fungsi {fk} konvergen pada D jika dan hanya jika ada fungsi f : D โ โ โ โ sehingga untuk setiap x ๐ D barisan bilangan {fk(x)} konvergen ke f(x), yaitu ada fungsi f : D โ โ โ โ sehingga untuk setiap x ๐ D dan bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no= no(๐,x) dan jika bilangan asli k โฅ n benar bahwa | fk(x) โ f(x) | < ๐ , ( ditulis singkat dengan lim ๐๐ (x) = f(x) ) untuk setiap x๐D). ๐โโ
Bukti : Bukti teorema tersebut cukup jelas karena berdasarkan pengertian barisan bilangan yang konvergen ( {fk(x)} merupakan barisan bilangan ) Contoh : 1. Diketahui barisan fungsi {fk} dengan fk(x) = xk untuk setiap x ๐ [0,1]. Untuk x = 1 diperoleh barisan bilangan {fk(1)} = {1} jelas konvegen ke bilangan f(1) = 1. Untuk x ๐ [0,1) diperoleh barisan bilangan {fk(x)}= {xk} ke bilangan f(x) = 0 karena 0 โค x < 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa barisan fungsi {fk} tersebut konvergen ke fungsi f pada [0,1] dengan f(x) = {
1 0
๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ = 1 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ ๐ [0,1)
2. Diketahui barisan fungsi fungsi {gk} dengan ๐๐ก
gk(x) = { 1
๐ข๐๐ก๐ข๐ 0 โค ๐ฅ < ๐ข๐๐ก๐ข๐
1 ๐
1 ๐
โค๐ฅ โค1
Karena untuk k โ โ diperoleh fungsi g dengan rumus
70 Barisan dan deret
0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ = 0 g(x) = lim ๐๐ (x) = { ๐โโ 1 ๐ข๐๐ก๐ข๐ 0 < ๐ฅ โค 1 maka dapat disimpulkan bahwa barisan fungsi {gk} konvergen ke fungsi g. Menurut Teorema 4.1,2, barisan fungsi {fk} konvergen ke suatu fungsi f pada D โ โ jika dan hanya jika di setiap x ๐ D barisan bilangan {fk(x)} konvergen kebilangan f(x). Dalam keadaan ini juga dikatakan barisan fungsi {fk} konvergen ke fungsi f titik demi titik (point wise) pada D. Memang, berdasarkan kenyataannya untuk sebarang bilangan x ๐ D dan sebarang bilangan ๐ > 0 dapat ditemukan bilangan asli no = no(x,๐) , bilangan asli no yang tergantung pada x dan ๐, sehingga setiap bilangan asli k โฅ no benar bahwa | fk(x) โ f(t) | < ๐ . Ada barisan fungsi yang konvergen pada suatu daerah D sehingga bilangan asli bilangan asli no yang tekait dapat dipilih sehingga hanya tergantung pada bilangan ๐ saja. Jika halnya demikian barisan fungsi itu dikatakan konvergen seragam pada D. Definisi 4.1.3 : ( Kekonvergenan seragam ) Diketahuifungsi fk : D โ โ โ โ untuk setiap bilangan asli k. Barisan fungsi {fk} dikatakan konvergen seragam ( uniformly convergent ) ke fungsi f pada D โ โ jika untuk sebarang bilangan ๐ > 0 ada ( dapat dipilih ) bilangan asli no , yang hanya tergantung pada ๐ saja, sehingga untuk setiap bialangan asli k > no benar bahwa | fk(x) โ f(t) | < ๐ untuk setiap x ๐ D .
71 Barisan dan deret
Contoh : 1. Jika untuk setiap bilangan asli k diketahui fk(x) =
๐ฅ๐ ๐
untuk setiap x ๐
[0,1] akan diperlihatkan bahwa barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [0,1] dengan f(x) = 0 untuk setiap x ๐ [0,1] Diambil sebarang bilangan ๐ > 0. Akan akan ditunjukkan ada bilangan asli no , yang tak bergantung pada x tetapi hanya bergantung pada ๐บ saja, sehingga setiap jika bilangan asli k โฅ no benar bahwa | fk(x) โ f(x) | = |
๐ฅ๐ ๐
-0|=
๐ฅ๐ ๐
< ๐ atau xk < k.๐ .
Karena x ๐ [0,1] diperoleh xk โค 1 < k.๐
1
atau
k>๐ . 1
Jadi dengan mengambil bilangan asli no > ๐ , no tidak tergantung pada x ๐ [0,1] dan hanya tergantung pada bilangan ๐ saja diperoleh bahwa untuk setiap k โฅ no benar bahwa | fk(x) โ f(x) | = |
๐ฅ๐ ๐
-0|=
๐ฅ๐ ๐
< ๐
untuk setiap x ๐ [0,1] . Dengan kata lain terbukti bahwa fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [0,1]. 6. Barisan fungsi {gk} dengan gk(x) = xk untuk setiap x ๐ [0,1] konvergen tak seragam ke fungsi g pada [0,1] dengan g(x) = 0 untuk setiap x ๐ [0,1) dan g(1) = 1,sebab untuk sebarang bilangan ๐ > 0 tak dapat ditemukan bilangan asli no yang tak tergantung pada x ๐ [0,1] sehingga jika bilangan asli k โฅ no benar bahwa | gk(x) โ g(x) | = | xk โ 0 | = xk < ๐ . Terlihat bahwa :
k โฅ no = no(๐,x) > xlog ๐.
no di pilih bilangan asli pertama yang > xlog ๐.
72 Barisan dan deret
Ada pengertian kekonvergenan baru yang ekuivalen dengan pengertian kekonvergenan seragam tersebut di atas, yaitu sebagai tertuang ke dalam definisi di bawah ini. Definisi 4.1.4 : ( Kekonvergenan lokal ) Diketahui fungsi fk : D โ โ โ โ untuk setiap bilangan asli k. (i) Barisan fungsi {fk} dikatakan konvergen lokal (locally convergent) ke fungsi f di titik t ๐ D โ โ jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan ๐ฟ = ๐ฟ(t, ๐) dan bilangan asli no =no(t, ๐) sehingga unuk setiap x ๐ D โ (t-๐ฟ,t+๐ฟ) dan k > no benar bahwa | fk(x) โ f(x) | < ๐. (ii) Barisan fungsi {fk} dikatakan konvergen local (locally convergent) ke fungsi f pada D โ โ jika barisan fungsi {fk} konvergen local di setiap t ๐ D.
Teorema 4.1.5 : Barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada selang tertutup [a,b] jika dan hanya jika barisan itu konvergen local ke fungsi f pada [a,b]. Bukti : Syarat perlu : Karena barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [a,b] maka untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga jika bilangan asli k > no dan x ๐ [a,b] โ (t๐ฟ,t+๐ฟ), untuk sebarang bilangan ๐ฟ > 0, benar bahwa | fk(x) โ f(x) | < ๐. Dengan kata lain terbukti bahwa barisan fungsi {fk} konvergen local ke fungsi f pada [a,b]. Syarat cukup : Barisan fungsi {fk} konvergen local (locally convergen ) ke fungsi f pada [a,b] jika dan hanya jika untuk
73 Barisan dan deret
setiap t ๐ [a,b] dan sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no = no(t,๐) dan bilangan ๐ฟ = ๐ฟ(t,๐) > 0 sehingga untuk setiap bilangan asli k > no dan x ๐ [a,b] โ (t-๐ฟ,t+๐ฟ) benar bahwa | fk(x) โ f(x) | < ๐. Koleksi O ={ (t-๐ฟ,t+๐ฟ) : t ๐ [a,b] } merupakan liput terbuka selang tertutup dan terbatas [a,b]. Oleh karena itu terdapat liput bagian {(t1๐ฟ 1,t1+๐ฟ 1), (t2-๐ฟ 2,t2+๐ฟ 2), . . . , (tn-๐ฟ n,tn+๐ฟ n)} โ O sehingga [a,.b] โ โ๐๐=1(ti-๐ฟ i,ti+๐ฟ i). Dipilih bilangan asli No = maks{ no(ti,๐) ; i = 1,2, . . . . , n }. Jika x ๐ [a,b] tentu ada bilangan asli s ( s = 1,2, . . . , n) sehingga x ๐ (ts๐ฟ s,ts+๐ฟ s). Dengan mengambil bilangan asli k > no diperoleh | fk(x) โ f(x) | < ๐ dan dengan kata lain terbukti bahwa barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [a,b].
โ
Seperti pada barisan bilangan, pada barisan fungsi pun ada pengertian barisan Cauchy, yaitu seperti tertuang ke dalam definisi di bawah ini. Definisi 4,1.5 : Barisan fungsi {fk} yang terdefinisi pada suatu daerah D โ โ disebut barisan Cauchy atau barisan fundamental pada D jika untuk setiap t ๐ D barisan bilangan {fk(t)} merupakan barisan Cauchy. Berdasarkan definisi tersebut dan dengan meggunakan Teorema
74 Barisan dan deret
2.1.11 mudah dibuktikan teorema di bawah ini. Teorema 4.1.6 : Barisan fungsi {fk}konvergen pada suatu daerah D โ โ jika dan hanya jika barisan itu merupalan barisan Cauchy pada daerah D tersebut. Terkait dengan pengertian barisan fungsi yang konvergen atau barisan fungsi yang konvergen lokal pada suatu daerah D, ada pula pengertian keseragaman barisan Cauchy. Definisi 4.1.7 : Barisan Cauchy fungsi {fk} pada D dikatakan seragam jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no = no(๐) sehingga untuk setiap k,l โฅ no benar bahwa | fk(x) โ fl(x) | < ๐ untuk setiap x ๐ D atau || fk โ fl || = sup{ | fk(x) โ fl(x) | : x ๐ D } < ๐ Teorema 4.1.8 : Barisan fungsi {fk} merupakan barisan Cauchy seragam pada D jika dan hanya jika barisan itu konvrgen seragam pada D. Bukkti : Syarat perlu : Barisan fungsi {fk} merupakan barisan Cauchy seragam pada D jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no = no(๐) sehingga untuk setiap k,l โฅ no benar bahwa || fk โ fl || = sup{ | fk(x) โ fl(x) | : x ๐ D } < ๐/2 Hal ini berarti untuk setiap x ๐ D barisan bilangan {fk(x)} merupakan barisan Cauchy dan oleh karena itu barisan bilangan itu konvergen, katakanlah ke bilangan f(x); jadi untuk setiap x ๐ D benar bahwa lim ๐๐ (x) = f(x),
๐โโ
75 Barisan dan deret
f merupakan fungsi dari D ke โ. dan untuk setiap k > no benar bahwa || fk โ f || = sup{ | fk(x) โ f (x) | : x ๐ D } < ๐ . Dengan kata lain barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada D. Syarat cukup : Bukti trivial (cukup jelas).
โ
Teorema 4.1.9 : Jika barisan fungsi {fk} konvergen lokal ke fungsi f di titik t ๐ D dan fk kontinu di titik t untuk setiap k, maka fungsi f kontinu di t. Bukti : Barisan fungsi {fk} konvergen lokal ke fungsi f di titik t ฯต D jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no = no(t,๐) dan bilangan ๐ฟ =๐ฟ(๐ก, ๐) > 0 sehingga untuk setiap k > no dan x ฯต D โฉ (t - ๐ฟ,t + ๐ฟ) benar bahwa | fk(x) โ f (x) | < ๐/3 .
(a)
Diambil k > no. Fungsi fk kontinu di t jika dan hanya jika untuk bilangan ๐ tersebut terdapat bilangan ๐พ = ๐พ(๐ก, ๐) > 0 shingga untuk setiap x ฯต D โฉ (t - ๐พ,t + ๐พ) benar bahwa | fk(x) โ fk (t) | < ๐/3 .
(b)
Berdasarkan (a), (b), dan dengan mengambil bilangan ๐ = min{ ๐ฟ, ๐พ) diperoleh untuk setiap x ฯต D โฉ (t - ๐,t + ๐) benar bahwa | f(x) โ f(t) | โค | f(x) โ fk(x) | + | fk(x) โ fk (t) | + | fk(t) โ f (t) | < ๐/3 + ๐/3 + ๐/3 = ๐ . Dengan kata lain terbukti bahwa fungsi f kontinu di t .
โ
Akibat langsung teorema di atas adalah sebagai berikut. Akibat 4.1.10 : Jika barisan fungsi {fk} konvergen lokal (konvergen
76 Barisan dan deret
seragam) ke fungsi f pada daerah D dan fk kontinu pada D untuk setiap k, maka fungsi f kontinu pada D. Contoh : 7. (a) Contoh 5 menunjukkan bahwa barisan fungsi {fk} dengan fk(x) = ๐ฅ๐ ๐
konvergen seragam ke fungsi f dengan f(x) = 0 pada selang ter-
tutup [0,1]. Karena fk kontinu pada [0,1] untuk setiap k maka, menurut. Teorema 4.1.8 dan Akibat 4.1.10 fungsi f kontinu pada [0,1]. (b) Contoh 6 menunjukkan bahwa barisan fungsi{gk} dengan gk(x) = ๐ฅ ๐ konvergen ke fungsi g dengan g(x) = 0 untuk x ๐ [0,1) dan g(x) = 1 untuk x = 1. Meskipun gk kontinu pada [0,1] untuk setiap k .Diperoleh g tak kontinu pada [0,1] ( g tak kontinu di 1 ) karena barisan fungsi gk} konvergen tak seragam ke fungsi g pada [0,1]. Teorema 4.1.11 : Diketahui untuk setiap bilangan asli k terdapat bilangan nonnegatif ak sehingga | fk(x) | โค ak untuk setiap x ๐ D โ โ. Jika barisan bilangan {ak} konvergen, maka barisan fungsi {fk} konvergen seragam pada D. Bukti : Barisan bilangan {ak} konvergen jika dan hanya jika {ak} merupakan barisan Cauchy. Jadi untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga jika dua bilangan asli k,l โฅ no benar bahwa | ak โ al | < ๐ . Menurut hipotesis, hal ini berakibat bahwa untuk setiap x ๐ D dan dua bilanga asli k,l โฅ no benar bahwa | fk(x) โ fl(x) | โค | ak โ al | < ๐ yang berarti bahwa barisan fungsi {fk} konvergen seragam pada D.
โ
77 Barisan dan deret
Barisan fungsi {fn} dengan fn : D โ โ โ โ dikatakan naik ( turun ) monoton pada D jika fn(x) โค fn+1(x)
( fn(x) โฅ fn+1(x) )
untuk setiap x ๐ D. Selanjutnya, barisan fungsi {fn} tersenut dikatakan terbatas ke atas ( terbatas ke bawah ) pada D jika ada bilangan M ( bilangan m ) sehingga fn(x) โค M
( fn(x) โฅ m )
untuk setiap x ๐ D ; fungsi M dan m berturut-turut disebut batas atas dan batas bawah. Jika diketahui dua fungsi kontinu u,v : [a,b] โ โ โ โ dengan u(x) < v(x) untuk setiap x ๐ [a,b] , didefinisikan : (a) (u,v) = {k: [a,b] โ โ kontinu | u(x) < k(x) < v(x), x ๐ [a,b] } disebut interval fungsi terbuka, (b) [u,v] = {k: [a,b] โ โ kontinu | u(x) โค k(x) โค v(x), x ๐ [a,b] } disebut interval fungsi tertutup. Teorema 4.1.12 : Jika diketahui barisan interval fungsi tertutup fungsi {[un,vn]} pada [a,b] dengan sifat-sifat : (i) (ii)
[un+1,vn+1] โ [un,vn] untuk setiap n dan lim sup{|vn(x)-un(x)| : x ๐ [a,b] } = 0
๐โโ
maka terdapat tepat satu fungsi f kontinu pada [a,b] sehingga f ๐ [un,vn] untuk setiap n. Bukti : Untuk setiap x ๐ [a,b], diperoleh barisan selang tertutup {[an,bn]} = {[un(x),vn(x)]}yang memenuhi syarat-syarat Teorema Selang
78 Barisan dan deret
Susut (Teorema 2.1.9 ). Oleh karena itu terdapat dengan tunggal bilangan f(x) sehingga f(x) ๐ {[an,bn]} = {[un(x) ,vn(x)]}untuk setiap n. Jadi terdapat dengan tunggal fungsi f sehingga
f ๐ [un,vn] untuk setiap
bilangan asli n . Selanjutnya, lim sup{|vn(x)-un(x)| : x ๐ [a,b] } = 0
๐โโ
jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli m sehingga setiap bilangan asli n โฅ m benar bahwa sup{|vn(x)-un(x)| : x ๐ [a,b] } < ๐ yang berarti |vn(x)-un(x)| < ๐ untuk setiap n โฅ m dan x ๐ [a,b] yang berakibat 0 โค f(x) โ un(x) < ๐ dan 0 โค vn(x) โ f(x) < ๐ . um kontinu pada selang tertutup [a,b], jadi um kontinu seragam pada [a,b] yaitu terdapat bilangan ๐ฟ > 0 sehingga jika x,y ๐ [a,b] dan |x โ y| < ๐ฟ benar bahwa |um(x) โ um(y)| < ๐ . Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas diperoleh jika x,y ๐ [a,b] dan |x โ y| < ๐ฟ benar bahwa |f(x) โ f(y)| โค | f(x) โ umx)| + |um(x) โ um(y)| + | um(y) โ f(y)| < 3.๐ yang dengan kata lain fungsi f kontinu pada [a,b] dan bukti selesai. โ Contoh : 8. Barisan fungsi {fk} ,dengan fk(x) =
sin ๐๐ฅ ๐2
untuk setiap x ๐ [0, ๐], 1
konvergen seragam pada [0, ๐] karena ada barisan bilangan {๐ 2 }
79
Barisan dan deret
yang konvergen dan | fk(x) | = |
sin ๐๐ฅ ๐2
| โค | ak | =
1 ๐2
untuk setiap x ๐ [0, ๐] . Teorema di bawah ini mengatakan hubungan antara barisan fungsi dan barisan fungsi derivatifnya . Teorema 4.1.13 : Diketahui bahwa untuk setiap k fungsi fk : [a,b] โ โ mempunyai derivatif ๐๐โฒ (x) untuk setiap x ๐ [a,b]. Jika (i) barisan fungsi {fk} konvergen ke suatu fungsi f pada [a,b] dan (ii) barisan fungsi {๐๐โฒ } konvergen seragam ke suatu fungsi g pada [a,b], maka barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke suatu fungsi f pada [a,b] dan fโ(x) = g(x) untuk setiap x ๐ [a,b]. Bukti : Diambil sebarang titik tetap xo ๐ [a,b], sebarang titik x ๐ [a,b] dengan x โ xo dan I adalah selang tertutup dengan ujung-ujungnya adalah x dan xo. Berdasarhan hipotesis (ii), {๐๐โฒ } konvergen seragam ke suatu fungsi g pada I jika dan hanya jika untuk sebarang bilangan ๐ > 0 dapat dipilih bilangan asli no = no(๐) sehingga jika dua bilangan asli k,l โฅ no benar bahwa || ๐๐โฒ โ ๐๐โฒ || = sup{ |๐๐โฒ (t) โ ๐๐โฒ (t)| : t ๐ I } < ๐
||fโk โ g|| < 3(๐โ๐)
dan
๐ 3(๐โ๐)
|fk(xo) โ fl(xo)| <
๐ 3
,
.
Berdasarkan hipotesis (i) dan (ii), menurut Teorema Nilai Rata-rata, terda-pat s ๐ I sehingga fk(x) โ fl(x) = fk(xo) โ fl(xo) + (x โ xo)( ๐๐โฒ (s) โ ๐๐โฒ (s) ) Kesamaan terakhir ini beakibat || fk โ fl || < | fk(xo) โ fl(xo) | + | x โ xo |.|| ๐๐โฒ โ ๐๐โฒ || < ๐
80
Barisan dan deret
yang berarti terbukti bahwa barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [a,b]. Tinggal membuktikan bahwa fโ(x) ada dan fโ(x) = g(x) untuk setiap x ๐ [a,b]. Dari (a) dengan mengambil l โ โ dipeoleh ๐
|| ๐๐โฒ โg || <3(๐โ๐) dan karena 1
lim โ{๐๐ (x+h) - ๐๐ (x)} = ๐๐โฒ (x)
โโ0
dan
lim ๐๐ (x) = f(x)
๐โโ
untuk setiap x ๐ [a,b] maka 1
lim lim | โ{๐๐ (x+h) - ๐๐ (x)} โ g(x) | <
๐โโ โโ0
๐ 3(๐โ๐)
yang berarti fโ(x) = g(x) untuk setiap x ๐ [a,b].
โ
Latihan 4.1 ๐ฅ๐
1, Diketahui fk(x) = 1+๐ฅ ๐ untuk setiap bilangan asli k. Buktikan bahwa barisan fungsi {fk} konvergen ke suatu fungsi f pada [0,2]. Perlihat lihatkan bahwa kekonvergenannya itu tak seragam. 2. Diketahui barisan fungsi kontinu {fk} konvergen seragam ke suatu fungsi f pada suatu selang [a,b]. Jika {xn} barisan titik-titik di dalam selang tersebut konvergen ke xo ๐ [a,b] buktikan bahwa barisan bilangan {fk(xk)} konvergen ke f(xo). 3. Diketahui fungsi f kontinu seragam pada [a,b]. Jika untuk setiap bi1
langan asli k fungsi fk(x) = f(x+๐) untuk setiap x ๐ [a,b], buktikan bahwa barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada [a,b].. 4. Jika barisan fungsi {fk} dan {gk} berturut-turut konvergen seragam ke fungsi f danh g pada suatu selang I serta {fk} dan {gk} terbatas pada I,
81
Barisan dan deret
buktikan bahwa barisan fungsi {fkgk} konvergen seragam ke fungsi fg pada I. 5. Jika fungsi g kontinu pada selang tertutup I, barisan fungsi {fk} konvergen seragam ke fungsi f pada I, dan ada bilangan M > 0 sehingga | fk(x) | < M untuk setiap x ๐ I, buktikan bahwa barisan fungsi {fkg} konvergen ke fungsi fg pada I. Selidiki apakah kekonvergenan itu seragam ?
4.2 Deret fungsi Telah diketahui hubungan antara deret bilangan dan barisan bilangan, juga telah diketahui bahwa pengertian barisan fungsi dibangun atas pengertian barisan bilangan. Sejalan dengan itu, pengertian deret fungsi akan dibangun atas pengertian barisan fungsi. Definisi 4.2.1 : Untuk setiap bilangan asli k diketahui fungsi uk : D โ โ โ โ. Deret yang suku ke-k nya adalah fungsi uk yaitu โโ ๐=๐ ๐๐ = u1 + u2 + u3 + . . . . . disebut deret fungsi ( series of functions ) pada D. Seperti pada bilangan, pengertian dan sifat-sifat deret fungsi dibangun berdasarkan barisan fungai jumlah partsial {Sn} pada D dengan Sn = โ๐๐=๐ ๐๐ = u1 + u2 + u3 + . . . . + un , yang disebut jumlah partsial n suka perama, Barisan fungsi {Sn} disebut barisan fungsi jumlah parsial deret fungsi โโ ๐=๐ ๐๐ . Jadi dapat diangkat pengertian/definisi kekonvergenan deret fungsi sebagai berikut.
82
Barisan dan deret
Definisi 4.2.2 : Deret fungsi โโ ๐=๐ ๐๐ pada D dikatakan (i) konvergen di x jika barisan fungsi jumlah parsialnya konvergen di x. (ii) konvergen pada D jika barisan fungsi jimlah parsialnya konvergen pada D. bilangan f(x) sehingga barisan fungsi jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen ke f(x) : Lebih
jelasnya,
deret
fungsi
โโ ๐=1 ๐ข๐
konvergen di x ๐ D jika ada lim ๐๐ (x) = f(x) . ๐โโ
Deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ konvergen pada D jika ada fungsi f : D โ โ โ โ sehingga barisan fungsi jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen ke fungsi f pada D : lim ๐๐ (x) = f(x) untuk setiap x ๐ D.
๐โโ
Sejalan dengan suatu pangertian pada barisan fungsi, deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ dikatakan konvergen local di suatu x ๐ D ( pada D ) jika barisan fungsi jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen local di x ( pada D ). Juga, barisan fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ dikatakan konvergen seragam pada D jika barisan fungsi jumlah parsialnya yaitu {Sn} konvergen seragam pada D. Oleh karena itu diperoleh teorema di bawah ini.
Teorema 4.2.3 : Untuk setiap bilangan asli k diketahui fungsi uk :[a,b} โ โ kontinu. (i) Jika deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ konvergen local ke fungsi f di ๐ฅ ๐ [a,b] maka fungsi f kontinu di x. (ii) Jika deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ konvergen local ( seragam ) ke fungsi f pada [a,.b] maka fungsi f kontinu pada [a,b] .
83
Barisan dan deret
Bukti : Bukti sejalan dengan bukti Teorema 4.1.8 dan Akibat 4.1.9 . Contoh : 1. Deret fungsi dengan suku ke-k yaitu uk(x) = xk ( k = 0,1,2,3, . . . . ) : 1 + x + x2 + x3 + . . . . 1
konvergen seragam ke fungsi f dengan f(x) = 1โ๐ฅ pada selang tertutup [-r,r] dengan 0 < r < 1, sebab | Sn(x) โ f(x) | = | (1 + x + x2 + x3 + . . . + xn-1) -
1 1โ๐ฅ
1โ๐ฅ
| 1
= | (1 + x + x2 + x3 + . . . + xn-1)1โ๐ฅ - 1โ๐ฅ | =|
1โ๐ฅ ๐ 1โ๐ฅ
1
๐ฅ๐
- 1โ๐ฅ | = | 1โ๐ฅ | <
1 ๐
< ๐
untuk setiap bilangan asli n โฅ no dengan no bilangan asli pertama 1
yang lebih besar daripada dan tak tegantung pada x ๐ [-r,r]. Lebih ๐
lanjut, karena uk kontinu pada [-r,r] maka f kontinu pada [-r,r] . Seperti pada deret bilangan, terdapat pula teorema-teorema mengenai tes kekonvergenan deret fungsi ; di antaranya beberapa teorema di bawah ini Teorema 4.2.4 : ( Tes-M Weierstrass ) Diketahui untuk setiap bialangan asli k fungsi uk : D โ โ โ โ. Jika untuk setiap bilangan asli k terdapat bilangan nonnegatif Mk sehingga |uk(x)| โค Mk untuk setiap x ๐ D dan deret bilangan โโ ๐=1 ๐๐ konvergen, maka deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ konvergen seragam pada D. Bukti : Jumlah parsial n-suku pertama deret bilangan nonnegatif ๐ โ โโ ๐=1 ๐๐ adalah sn = โ๐=1 ๐๐ . Deret bilangan โ๐=1 ๐๐ konvergen jika
dan hanya jika barisan jumlah parsialnya yaitu {sn} merupakan barisan Cauchy, i.e. , untuk setiap bilangan ๐ > 0 ada bilangan asli no yang
84
Barisan dan deret
hanya tergantung pada ๐ sehingga untuk setiap dua bilangan asli m,n โฅ no benar bahwa | sm โ sn | < ๐ . Jika Sn jumlah parsial n suku pertama deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ , menurut yang diketahui diperoleh untuk untuk setiap x ๐ D dan m,n โฅ no , dianggap m < n, | Sm(x) - Sn(x) | โค | um+1| + | um+2| + . . . . + |un| โค Mm+1 + Mm+2 + . . . . + Mn = | sm โ sn | < ๐ . Kenyataan ini berarti, menurut Teorema 4.1.10, barisan fungsi {Sn} dan deret fungsi โโ ๐=1 ๐ข๐ konvergen seragam .
โ
Contoh : 1. Deret fungsi โโ ๐=1
sin ๐๐ฅ ๐2
konvergen seragam pada selang tertutup
๐
[0,2 ], sebab |uk(x)| = |
sin ๐๐ฅ ๐2
1
1
โ | โค Mk = ๐ 2 dan โโ ๐=1 ๐๐ = โ๐=1 ๐ 2
konvergen . Barisan fungsi {fk} dikatakan terbatas seragam ( uniformly bounded ) pada D jika tedapat bilangan M โฅ 0 sehingga benar bahwa |fk(x)| โค M untuk setiap x ๐ D . Dipersilahkan pembaca membuktikan dua teorema di bawah ini. Teorema 4.2.5 : ( Tes Dirichlet ) Diketahui du barisan fungsi {fk} dan {gk} dengan domain D dan Sn = โ๐๐=1 ๐๐ .
85
Barisan dan deret
Deret fungsi โโ ๐=1 ๐๐ gk konvergen seragam pada D jika (i) barisan fungsi {Sn} terbatas seragam pada D dan (ii) barisan fungsi {gk} konvrgen seragam pada D sertaserta barisan bilangan {gk(x)} turun monoton dan konvergen ke 0 untuk setiap x ๐ [a,b] . Teorema 4.2.6 : ( Tes Abel ) Diketahui du barisan fungsi {fk} dan {gk} dengan domain D. Deret fungsi โโ ๐=1 ๐๐ gk konvergen seragam pada D jika (i) deret fungsi โโ ๐=1 ๐๐ konvergen seragam pada D, (ii) barisan fungsi {gk} terbatas pada D, dan (iii) barisan bilangan {gk(x)} merupakan barisan monoton untuk setiap x ๐ [a,b]. Contoh : 1. Deret-deret fungsi di bawah ini kekonvergen seragam pada โ : โโ ๐=1
sin ๐๐ฅ ๐๐
โโ ๐=1
dan
cos ๐๐ฅ ๐๐
.
sebab nilai sin ๐๐ฅ dan nilai cos ๐๐ฅ terletak di antara -1 dan 1 ( ter1
batas ) dan dengan mengambil gk(x) = ๐ ๐ , dengan p > 1, untuk setiap x ๐ โ. ( menurut Tes Weierstrass ) Kekonvergenan seragam deret pangkat Telah diketahui bahwa deret pangkat k โโ ๐=0 ๐๐ (x โ a)
konvergen pada selang kekonvergenannya yaitu konvergen pada selang I dengan titik pangkal a โ R, titik ujung a + R, dan ๐๐
R = lim | ๐ ๐โโ
๐+1
| ( jari-jari kekonvergenan ) ;
86
Barisan dan deret
jadi I = (a โR,a+R), I = [a โ R,a + R), I = (a โ R,a + R], atau I = [a โ R,a + R] . Teorema di bawah ini menunjukkan kekonvergenan seragam deret pangkat tersebut pada selang bagian tertutup di dalam selang kekonvergenan I tersebut. Teorema 4.2.7 : Deret pangkat k โโ ๐=0 ๐๐ (x โ a)
konvergen seragam pada setiap interval tertutup [a โ r,a + r] โ I dengan I selang kekonvergenannya. Bukti : Karena deret pangkat tersebut konvergen pada selang kekonvergenannya I maka deret pangkat tersebut konvergen di a + r ; dengan k kata lain deret bilangan โโ ๐=1 ๐๐ r . Jadi, untuk setiap bilangan ๐ > 0 ada
bilangan asli m ( tak bergantung pada nilai x ) sehingga benar bahwa | โ๐>๐ ๐๐ rk | < ๐ . Karena jika x ๐ [a โ r,a + r] berakibat x โ a โค r diperoleh | โ๐>๐ ๐๐ (x โ a)k | โค | โ๐>๐ ๐๐ rk | < ๐ maka deret pangkat k โโ ๐=0 ๐๐ (x โ a)
konvergen seragam pada [a - r,a + r] dan bukti selesai.
โ
Telah diketahui bahwa jika I selang kekonvergenan suatu deret pangkat k โโ ๐=0 ๐๐ (x โ a)
dengan pusat kekonvergenan a dan jari-jari kekonvergenan R, maka deret derivatifnya dan deret integralnya juga mempunyai mempunyai selang kekonvergenan dengan pusat kekonvergenan a dan jari-jari kekonvergenan R pula. Oleh karena itu teorema terakhir di atas mempunyai akibat sebagai berikut .
87
Barisan dan deret
Akibat 4.2.8 : Jika deret pangkat k โโ ๐=0 ๐๐ (x โ a)
konvergen pada selang kekonvergenan I dengan jari-jari kekonvergenan R, maka deret derivatifnya k-1 โโ ๐=0 ๐. ๐๐ (x โ a)
dan deret integralnya โโ ๐=0
1 ๐+1
๐๐ (x โ a)k+1
masing-masing konvrgen seragam pada setiap interval tertutup [a โ r,a + r] โ I.
Latihan 4.2 1. Buktikan bahwa deret fungsi 1
a. โโ ๐=0 ๐ฅ 2 +๐ 2 ๐ฅ๐
b. โโ ๐=0 ๐!
konvergen seragam pada โ, konvergen seragam pada setiap selang tertutup
dan terbatas, c.
๐ฅ
n konvergen seragam pada pada selang kekonโโ ๐=0( 3 )
vergenan -nya. 2. Buktikan Teorema 4.2.5 dan Teorema 4.2.6 secara lengkap dan buatlah contoh-contohnya . โ 3. Diketahui dua deret fungsi โโ ๐=1 ๐๐ dan โ๐=1 ๐๐ konvergen seragam
berturut-turut ke fungsi f dan g pada suatu selang I Jika barisan
bi-
langan {ak} dan {bk} terbatas, buktikan bahwa fungsi โโ ๐=1(๐๐ ๐๐ + bkgk) konvergen seragam pada selang I tersebut. a. Jika barisan bilangan {ak} dan {bk} berturut-turut konvergen ke a
88
Barisan dan deret
dan b, buktikan bahwa deret fungsi โโ ๐=1(๐๐ ๐๐ + bkgk) konvergen seragam ke fungsi af + bg pada selang I. b. Jika untuk setiap bilangan asli k fungsi fk kontinu pada I, buktikan bahwa fungsi f juga kontinu pada I. 4. Buktikan Teorema 4.2.5 ( Tes Dirichlet ) dan Teorema 4.2.6 ( Tes Abel ). 5. Buktikan Akibat 4.2.8 dan berikan pula contohnya.
4.3 Deret Fourier Salah satu deret fungsi yang banyak pemakaiannya adalah deret Fourier ( Fourier series ). Fungsi-fungsi yang dipakai di dalam deret Fourier adalah fungsi sinus dan fungsi cosinus. Agar lebih mudah mema hami deret Fourier perlu mengingat kembali beberapa pengertian di bawah ini. A.
Fungsi f : โ โ โ disebut fungsi periodik ( periodic function ) jika
ada konstanta p > 0 sehingga benar bahwa f(x + p) = f(x) untuk setiap x ๐ โ dan bilangan p disebut perioda ( period ) fungsi terbut. Jadi jika fungsi f merupakan fungsi periodik dengan perioda p maka harus diketahui lebih dahulu rumus fungsi f pada selang [a,a+p) atau pa da selang (a,a + p] Contoh : 1. f(x) = sin x dan g(x) = cos x masing-masing fungsi periodik de= ngan perioda 2๐. 2. Fungsi gigi gergaji h(x) = x untuk x ๐ [0,2) dan h(x) = x + 2 untuk x yang lain merupakan fungsi periodik dengan perioda 2. B. Fungsi f : โ โ โ disebut
89
Barisan dan Deret
(i) fungsi genap ( even function ) terhadap garis x = c jika f(c + x) = f(c - x) untuk setiap x ๐ โ. (ii) fungsi ganjil ( odd function ) terhadap garis x = c jika f(c + x) = - f(c - x) untuk setiap x ๐ โ. Jika f fungsi genap terhadap garis x = c maka, dengan L > 0, ๐+๐ฟ
๐+๐ฟ
โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)dx = 2.โซ๐
๐(x)dx .
Jika f fungsi ganjil terhadap garis x = c maka, dengan L > 0, ๐+๐ฟ
โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)dx = 0 Hasil kali dua fungsi genap dan hasil kali dua fungsi ganjil merupakan fungsi genap, tetapi hasil kali fungsi genap dengan fungsi ganjil merupakan fungsi ganjil. Contoh : Fungsi-fungsi f(x) = x2, g(x) = cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
merupakan fungsi genap ter-
hadap garis x = 0. Fungsi-fungsi h(x) = x, k(x) = sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
merupakan
fungsi ganjil terhadap gasis x = 0. Oleh karena itu ๐ฟ
โซโ๐ฟ ๐ฅ 2 cos
๐๐๐ฅ ๐
๐ฟ
dx = 2. โซ0 ๐ฅ 2 cos
๐๐๐ฅ ๐
๐ฟ
dx dan โซโ๐ฟ ๐ฅ 2 sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dx = 0.
C. Barisan fungsi {fk) dikatakan ortogonal ( orthogonal ) pada selang [a,b] jika ๐ โ 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = ๐ โซ๐ ๐ m(x)fn(x)dx { = 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ โ ๐
Contoh : Barisan fungsi {1,sin kx,cos kx}๐โฅ1 = { 1, sin x, cos x, sin 2x, cos 2x, sin 3x, cos 3x, . . .}
90
Barisan dan deret
merupakan barisan fungsi yang ortogonal pada [-๐, ๐]. Umumnya barisan fungsi {1,sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
,cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
}๐โฅ1
merupakan barisan fungsi yang ortogonal pada [-L,L], sebab : ๐ฟ
โซโ๐ฟ sin
๐ฟ
๐๐๐ฅ
dx = โซโ๐ฟ cos
๐ฟ
๐ฟ
โซโ๐ฟ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dx = 0 ,
dx = 0
untuk setiap dua bilangan asli m dan n, ๐ฟ
โซโ๐ฟ(sin
๐๐๐ฅ 2 ) dx ๐ฟ
๐ฟ
= L dan โซโ๐ฟ(cos
๐๐๐ฅ 2 ) dx ๐ฟ
=L
untuk setiap dua bilangan asli n , dan ๐ฟ
โซโ๐ฟ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
.cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐ฟ
dx =โซโ๐ฟ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dx = 0
untuk setiap dua bilangan asli m dan n dengan m โ n. Dalam pembicaraan deret Fourier pada buku ini yang dimaksud dengan inttegral adalah integral Riemann. Setiap fungsi yang terbatas dan kontinu pada selang tertutup [a,b], kecuali di beberapa titik, akan terintegral (terintegral Riemann) pada [a,b] ; perkalian skalar fungsi yang terintegral, jumlah dan perkalian dua fungsi yang terintgral akan terintegral pada selang tertutup yang sama. Definisi 4,3.1 : Jika fungsi f terintegral pada selang [c-L,c+L], maka deret fungsi ๐๐ ๐
=
๐๐ ๐
+ โโ ๐=๐(๐๐ ๐๐จ๐ฌ + a1 ๐๐จ๐ฌ
+ ak ๐๐จ๐ฌ
๐
๐
๐
๐๐ ๐ณ
๐ณ
๐
๐๐ ๐ณ
+ b1๐ฌ๐ข๐ง
+ bk ๐ฌ๐ข๐ง
+ bn๐ฌ๐ข๐ง ๐
๐ ๐ณ
๐
๐๐ ๐ณ
๐
๐๐ ๐ณ
+ a2 ๐๐จ๐ฌ
) ๐
๐๐
+....
dengan ๐
๐+๐ณ
ao = ๐ณ โซ๐โ๐ณ ๐(๐) dx,
๐ณ
+ b2 ๐ฌ๐ข๐ง
๐
๐๐ ๐ณ
+ ....
91
Barisan dan deret
๐
๐+๐ณ
an = ๐ณ โซ๐โ๐ณ ๐(๐) ๐๐จ๐ฌ
๐
๐๐
๐
๐ณ
๐+๐ณ
bn = ๐ณ โซ๐โ๐ณ ๐(๐) ๐ฌ๐ข๐ง
dx, dan
๐
๐๐ ๐ณ
dx.
disebut deret Fourier ( Fourier series ) fungsi f pada selang [c-L,c+L]. Contoh : 1. Jika fungsi f mempunyai rumus f(x) = 0 untuk 0 โค x < 1 dan f(x) = 1 untuk 1 โค x โค 2 akan dicari deret Fouriernya. Panjang selang 2L = 2 โ 0 = 2; jadi L = 1 dan c = 2 โ L = 1, Oleh karena itu 1
๐ถ+๐
1
1
๐ถ+๐
๐๐๐ฅ
2
1
2
ao = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x) dx = 1 โซ0 ๐ (x) dx = โซ0 0 dx + โซ1 1 dx = 1 , an = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)cos
2
1
2
dx = 1 โซ0 ๐(x)cos ๐๐๐ฅ dx = โซ1 cos ๐๐๐ฅ dx
๐ฟ
=0, ๐ถ+๐
1
bn = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
2
1
2
dx = 1 โซ0 ๐ (x)sin ๐๐๐ฅ dx = โซ1 sin ๐๐๐ฅ dx
1
1
=โ ๐๐(cos 2๐๐ - cos ๐๐) = ๐๐ { (-1)n โ 1 } . Jadi deret Fourier fungsi f tersebut adalah : ๐๐ 2
+ โโ ๐=1(๐๐ cos =
1 2
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ bn sin
2
๐๐๐ฅ
)
๐ฟ
1
1
- ๐{ sin ๐๐ฅ + 3 sin 3๐๐ฅ + 5 sin 5๐๐ฅ + . . . . }.
2. Dihitung deret Fourier untuk f(x) = x2 pada [-๐, ๐]. Karena L = ๐ , c = 0 , dan f fungsi genap terhadap x = c = 0 maka 1
๐ถ+๐
1
๐
1
๐ถ+๐
๐๐๐ฅ
2
ao = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x) dx =๐ โซโ๐ ๐ฅ 2 dx = 3 ๐ 2 , an = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)cos 2 1
๐ฟ
1
๐
dx = 2. ๐ โซ0 ๐ฅ 2 cos nx dx
2
1
4
= ๐. ๐{ x2 sin nx + ๐(x cos nx - ๐- sinnx )}|๐0 = ๐2 cos n๐ 4
= ๐2 .(-1)n , 1
๐ถ+๐
bn = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x)sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dx= =
1
๐
โซ ๐ฅ 2 sin nx dx = 0 . ๐ โ๐
Jadi deret Fourier untuk f(x) = x2 pada [-๐, ๐].adalah ๐๐ 2
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ bn sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
)
92
Barisan dan deret
=
1
4
n ๐ 2 + โโ ๐=1(-1) ๐2 cos ๐๐ฅ 3
1
1
1
= 3 ๐ 2 โ 4{ cos x - 22 cos 2v + 32 cos 3x - . . . . } . 3. Dicari deret Fourier fungsi f dengan rumus f(x) = x -๐ pada [0,2๐] 1
Karena L = (2๐ โ 0) = ๐, c = ๐, dan f fungsi ganjil terhadap garis x 2
= ๐, maka ๐ถ+๐
1
2๐
1
ao = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐ (x) dx = ๐ โซ0 (๐ฅ โ ๐) dx = 0, ๐ถ+๐
1
โซ ๐ (x)cos ๐ฟ ๐โ๐ฟ
an = bn = =
๐ถ+๐ ๐ โซ ๐โ๐ฟ ๐ฟ 1
2๐ โซ (๐ฅ ๐ ๐ 2
(x)sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dx =
dx =
1
2๐
โซ (๐ฅ โ ๐)cos nx dx =0 , ๐ 0 1
2๐
โซ (๐ฅ โ ๐)sin nx dx ๐ 0 2
1
โ ๐)sin nx dx = - ๐๐ {(x โ๐)cos nx - ๐ sin nx}|2๐ ๐
2
=-๐. Jadi deret Fourier f(x) = x โ ๐ pada [-๐, ๐] adalah deret ๐๐ 2
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
1
+ bnsin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
)
1
= - 2{ sin x +2 sin 2x + 3 sin 3x + . . . . }. Pada Contoh 2 terakhir fungsi yang dideretkan Fourier merupakan fungsi genap terhadap garis x = 0 dan setiap suku deretnya merupakan fungsi cosinus, sedangkan pada Contoh 3 fungsi yang dideretkan Fourier merupakan fungsi ganjil terhadap garis x = ๐ dan setiap suku deretnya merupakan fungsi sinus. Oleh karena itu ada pengertian deret Fourier cosinus dan deret Fourier sinus ; lebih jelasnya sebagai berikut. (i) Deret Fourier cosinus f(x) pada selang [c,c+L] adalah deret ๐๐ ๐
dengan
๐
๐+๐
ao = ๐ณ โซ๐
+ โโ ๐=๐ ๐๐ cos
๐(x) dx
dan
๐
๐๐ ๐ณ ๐
๐+๐ณ
an = ๐ณ โซ๐
๐(x) cos
๐
๐๐ ๐ณ
dx .
93
Barisan dan deret
(ii) Deret Fourier sinus f(x) pads selang [c,c+L] adalah deret ๐
๐๐
โโ ๐=๐ ๐๐ sin dengan
bn =
๐+๐ณ ๐(x) โซ ๐ ๐ณ
๐
๐ณ
sin
๐
๐๐ ๐ณ
dx .
Jadi deret Fourier cosinus fungsi f pada selang tertutup [c,c+L] tak lain adalah deret Fourier fungsi f pada selang tertutup [c-L,c+L] dengan menganggap fungsi f merupakan fungsi genap terhadap garis x = c dan deret Fourier sinus fungsi f pada selang tertutup [c,c+L] tak lain adalah deret Fourier fungsi f pada selang tertutup [c-L,c+L] dengan menganggap fungsi f merupakan fungsi ganjil terhadap garis x = c . Contoh : 4. a. Deret Fourier sinus f(x) = x pada [0,2] adalah deret โโ ๐=1 ๐๐ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dengan ๐+๐ฟ
2
bn = ๐ฟ โซ๐ -
2
๐ (x) sin
sin
๐๐
๐๐๐ฅ 2
๐๐๐ฅ ๐ฟ
2
2
dx = 2 โซ0 ๐ฅsin 4
๐๐๐ฅ 2
โ2
dx = ๐๐ {x cos
๐๐๐ฅ 2
4
}|20 = - ๐๐ cos n๐ =๐๐(-1)n+1 .
Jadi deret Fourier sinus f(x) = x pada [0,2] adalah deret โโ ๐=1 ๐๐ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
=
4 ๐
๐๐ฅ
1
{ sin 2 - 2sin
2๐๐ฅ 2
1
+ 3sin
3๐๐ฅ 2
1
- 4sin
4๐๐ฅ 2
+....}
b. Deret Fourier cosinus f(x) = x pada [0,2] adalah deret ๐๐ 2
+ โโ ๐=1 ๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
dengan 2
๐+๐ฟ
2
๐+๐ฟ
ao = ๐ฟ โซ๐
an = ๐ฟ โซ๐ 2 ๐๐
2
2
๐(x) dx = 2 โซ0 ๐ฅdx = 2 ๐ (x) cos
cos
๐๐๐ฅ 2
๐๐๐ฅ ๐ฟ
2
2
dx = 2 โซ0 ๐ฅcos
dan ๐๐๐ฅ 2
2
dx = ๐๐ { x sin
4
}|20 = (๐๐)2 {(-1)n โ 1}.
Jadi deret Fourier cosinus f(x) = x pada [0,2] adalah deret
๐๐๐ฅ 2
+
94
Barisan dan deret
๐๐
+ โโ ๐=1 ๐๐ cos
2
โ8
= 1 + ๐2 { cos
๐๐ฅ 2
๐๐๐ฅ ๐ฟ 1
+ 32 cos
3๐๐ฅ 2
1
+ 52 cos
5๐๐ฅ 2
+ . . . }.
5. Deret Fourier cosinus f(x) = x2 pada [0,๐] adalah deret Fourier f(x) pa da [โ๐, ๐] ; likat Contoh 2 di atas. Jika diketahui ๐๐
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
2
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ bn sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
)
merupakan deret Fourier fungsi f pada selang tertutup [c โ L,c + L], akan diperlihatkan bahwa deret itu akan konvergen ke S(x) dengan S(x) = f(x) jika x ๐ (c โ L,c + L) jika titik kontinu fungsi f dan
(i)
1
(ii)
{f(x+) + f(x-)} jika t titik diskontinu fungsi f tersebut
2
dengan f(x+) = lim ๐(u) dan f(x-) = lim ๐(u). ๐ขโ๐ฅ+
๐ขโ๐ฅโ
Untuk menuju ke sana diperlukan beberapa tahap dan dimulai dengan lemma di bawah ini. Lemma 4.3.2 : (i)
1
+ cos x + cos 2x + cos 3x + . . . , + cos nx = 2 1
๐ sin(๐+2)๐ฅ โซ ๐ 0 2 sin1 ๐ฅ 1
(ii)
2
1
0 sin(๐+2)๐ฅ โซ ๐ โ๐ 2 sin1 ๐ฅ
1
1
dx = 2 dan
1 2 1 2 sin ๐ฅ 2
sin(๐+ )๐ฅ
2
1
dx = 2
1
Bukti : (i) Karena 2.sin2x.cos kx = sin(k+1)x โ sin kx, maka 1
1
1
2.sin2{ 2 + cos x + cos 2x + cos 3x + . . . , + cos nx } = sin(n +2)x. (ii) Berdasarkan (i) diperoleh 1
1
๐ sin(๐+2)๐ฅ
โซ ๐ 0
1 2 sin ๐ฅ 2
1
dx = 2 dan
1
1
0 sin(๐+2)๐ฅ 1 2 sin ๐ฅ
โซ ๐ โ๐
2
1
dx = 2.
โ
95
Barisan dan deret
Cacatan : Lemma 4.3.2 tetap benar jika bilangan 0 diganti dengan bilangan c, Bilangan ๐ diganti dengan bilangan c + L, bilangan โ๐ diganti dengan bilangan c โ L, dan variabel x diganti dengan variabel
๐๐๐ฅ ๐ฟ
Jumlah parsial 2n+1 suku pertama deret Fourier fungsi f pada selang tertutup [c โ L,c + L] adalah ๐0
Sn(x) =
2
+ โ๐๐=1(๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ bk sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
).
Teorema 4.3.3 ( Ketidaksamaan Bessel ) Jika ๐0
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
2
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ bk sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
)
deret Fourier f(x) pada [c โ L,c + L] , maka ๐๐2 2
1
๐+๐ฟ
+ โ๐๐=1(๐๐2 + ๐๐2 ) โค ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ {f(x)}2dx
untuk setiap bilangan asli n .. Bukti : Karena {Sn(x) โ f(x)}2 โฅ 0 untuk setiap x ๐ [c โ L,c + L], maka ๐+๐ฟ โซ {Sn(x) ๐ฟ ๐โ๐ฟ 1
โ f(x)}2dx โฅ 0 .
Oleh karena itu diperoleh ๐+๐ฟ โซ {Sn(x)}2dx ๐ฟ ๐โ๐ฟ 1 ๐๐2 2
2
๐+๐ฟ
1
๐+๐
- ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ ๐n(x).f(x) dx + ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ {f(x)}2dx โฅ 0 , ๐2
1
๐+๐
+ โ๐๐=1( ๐๐2 + ๐๐2 ) โ 2{ 2๐ + โ๐๐=1( ๐๐2 + ๐๐2 )} + ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ {f(x)}2dx โฅ 0
atau ๐๐2 2
1
๐+๐ฟ
+ โ๐๐=1(๐๐2 + ๐๐2 ) โค ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ {f(x)}2dx .
โ
Akibat Teorema 4.3.3 di atas yang tertulis di bawah ini mudah difahami.
96
Barisan dan deret
Akibat 4.3.4 : ๐+๐ณ
๐ฅ๐ข๐ฆ โซ๐โ๐ณ ๐(x)cos
๐โโ
๐+๐ณ
๐
๐๐
dx = 0 dan ๐ฅ๐ข๐ฆ โซ๐โ๐ณ ๐(x)sin
๐ณ
๐
๐๐
๐โโ
๐ณ
dx = 0
Teorema 4.3.5 : ( Syarat Dirichlet ) Jika fungsi f memenuhi syarat-syarat ; (i) Fungsi f merupakan fungsi periodik dengan perioda 2L, (ii) Fungsi f terintegral pada [c โ L,c + L], dan (iii) fโ ada dan kontinu.pada [c โ L,c + L], maka deret Fourier fungsi f pada [c = L,c + L] akan ke S(x) dengan S(x) = a. f(x) jika x titik kontinu fungsi f b.
1 2
{ f(x+) + f(x-) } jika x titik diskontinu fungsi f
dengan f(x+) = lim+ ๐(๐ข) dan f(x-) = limโ ๐(๐ข) . ๐ขโ๐ฅ
๐ขโ๐ฅ
Bukti : Untuk mempermudah penulisan penyederhanaan teorema tersebut di atas dibuktikan untuk c = 0 dan L = ๐ . Karena ๐
1
ancos nx + bnsin nx = ๐ โซ๐ ๐(๐ก){cos nt cos nx+sin nt sin nx}dt ๐
1
= ๐ โซโ๐ ๐(๐ก) cos n(t - x) dt maka Sn(x) = =
1 ๐ โซ ๐(๐ก) 2๐ โ๐ 1
๐
๐๐
+ โ๐๐=1{akcos kx + bksin kx}
2 1 ๐
๐
dt + โ๐๐=1 โซโ๐ ๐(๐ก)cos k(t - x) dt
1
1
๐
= ๐ โซโ๐ ๐(๐ก){ 2 + โ๐๐=1 cos ๐(๐ก โ ๐ฅ)} dt = ๐ โซโ๐ ๐(๐ก) 1
==
sin(๐+ )(๐กโ๐ฅ) 1 0 2 dt โซ ๐(๐ก) 1 ๐ โ๐ 2 sin (๐กโ๐ฅ) 2
1
+
1 2 1 2 sin (๐กโ๐ฅ) 2
sin(๐+ )(๐กโ๐ฅ)
sin(๐+ )(๐กโ๐ฅ) 1 ๐ 2 dt โซ ๐(๐ก) 1 ๐ 0 2 sin (๐กโ๐ฅ) 2
Sementara itu telah diketahui , berdasarkan Lemma 4.3.2, bahwa
dt
97 1
๐+๐ฅ sin(๐+2)(๐กโ๐ฅ) dt โซ 1 ๐ ๐ฅ 2 sin (๐กโ๐ฅ) 1
=
2
1
๐ฅ sin(๐+2)(๐กโ๐ฅ) dt โซ ๐ ๐โ๐ฅ 2 sin1(๐กโ๐ฅ) 1
2
1
=2
Barisan dan deret
dan karena fungsi f dan fungsi sinus berperioda 2๐ diperoleh 1
๐ sin(๐+2)(๐กโ๐ฅ) dt โซ ๐ 0 2 sin1(๐กโ๐ฅ) 1
=
2
1
0 sin(๐+2)(๐กโ๐ฅ) dt โซ ๐ โ๐ฅ 2 sin1(๐กโ๐ฅ) 1
2
1
= 2.
dan 1
Sn(x) - 2{ f(x+) + f(x-) } =
1 0 โซ {๐(๐ก) ๐ โ๐
โ ๐(๐ฅโ)}
1 2 1 2 sin (๐กโ๐ฅ) 2
sin(๐+ )(๐กโ๐ฅ)
1 ๐ โซ (๐(๐ก) โ ๐ 0
dt +
๐(๐ฅ+)}
1 2 1 2 sin (๐กโ๐ฅ) 2
sin(๐+ )(๐กโ๐ฅ)
dt
๐กโ๐ฅ
dan karena lim sin(๐กโ๐ฅ) = 1 maka ๐กโ๐ฅ
1
1 2
S(x) - { f(x+) + f(x-) } = lim [ Sn(x) - { f(x+) + f(x-) } ] = 0 ;
โ
bukti selesai . Jika
2
๐โโ
๐๐ 2
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
) deret Fourier fungsi f yang me-
menuhi syarat-syarat Teorema 4.3.5, diperoleh ๐๐ 2
+ โโ ๐=1(๐๐ cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
) = S(x).
Sementara itu fungsi f dan fungsi S hanya berbeda di beberapa titik saja ; oleh karena itu ๐+๐ฟ
๐+๐ฟ
โซ๐โ๐ฟ ๐(x) dx = โซ๐โ๐ฟ ๐(x) dx dan diperoleh akibat di bawah ini. Akibat 4.3.6 : ( Kesamaan Parseval ) Jika fungsi f memenuhi syarat-syarat yang tersebut di dalam Teorema 4.3.5 di atas maka ๐๐2 2
1
๐+๐ฟ
2 2 2 + โโ ๐=1( ๐๐ + ๐๐ ) = ๐ฟ โซ๐โ๐ฟ {f(x)} dx
Contoh : 6. Untuk singkatnya ditinjau kembali Contoh 1 di atas, yaitu f(x) = 0
98
untuk x ๐ [0,1) dan f(x) = 1 untuk x ๐ (1,2]. Jika dikehendaki fungsi f berperiodik, titik ujung selang tak diikutkan ; jadi menjadi (1,2) agar
Barisan dan deret
fungsi f dapat/memenuhi syarat sebagai fungsi periodik. Sekarang fungsi f berperiodik ; jadi periodanya 2 dan dengan demikian syaratsyarat Teorema 4.3.5 terpenuhi. Oleh karena itu deret Fouriernya 2
konvergen ke S(x) : ( Lihat Contoh 1 : ao = 1, an = 0, dan bn = -๐๐ jika n ganjil bn = 0 jika n genap ) 1
2
1
1
1
S(x) = 2 - ๐ { sin ๐๐ฅ - 3 sin 3๐๐ฅ + 5 sin 5๐๐ฅ - 7 sin7๐๐ฅ + . . . . } 1
1
untuk setiap x ๐ โ Jadi, jika x = 2 , titik kontinu fungsi f, maka S(2) 1
= f(2) = 0 dan diperoleh 1
2
1
1
1
1
1
1
0=2-๐{1-3+5 -7+....} atau ๐
=1-3+5 -7+......
4
dan jika x = 1, titik diskontinu fungsi f, dengan f(1+) = 1 dan f(1-) = 1
0, diperoleh S(1) = 2 { f(1+) + f(1-) = 1 2
1
1 2
dan
2
= S(1) = 2 - ๐ { 0 โ 0 + 0 โ 0 + . . . . . }.
Lebih lanjut kesamaan Parsevalnya adalah 1
2
1
4
1
1
1
1 = 1 โซ0 {๐(x)}2 dx = 2 + ๐2 { 1 + 32 + 52 + 72 + . . . . } atau ๐2 8
1
1
1
= 1 + 32 + 52 + 72 + . . . .
7. Contoh 2 di atas sedikit perbaikan dan tambahan syarat menjadi f(x) = x2 pada [-๐, ๐) dan berperiodik. Telah diketahui bahwa ao =
2๐ 2 3
,
4
an = ๐2 (-1)n dan bn = 0 untuk setiap n. Oleh karena itu diperoleh x2 = S(x) =
๐2 3
1
- 4{ cos x - 22 cos 2x + 312cos 3x + . . . . }.
Karena fungsi f kontinu di setiap x maka S(x) = f(x) untuk setiap x. Jadi misalnya diambil x = 0 diperoleh
99
0 = S(0) =
๐2 3
1
1
1
- 4{ 1 - 22 + 32 - 42 + . . . . }
atau
Barisan dan deret
๐2 12
=1-
1
+
22
1 32
1
-
42
+....
Lebih lanjut kesamaan Besselnya adalah 2๐ 4 5
1
1 2๐ 2 2 } 3
๐
= ๐ โซโ๐{S(x)}2dx = 2(
1
1
1
+ 16{ 1 + 24 + 34 + 44 + . . .}
atau ๐4 90
1
1
1
= 1 + 24 + 34 + 44 + . . . .
Masalah syarat batas Deret Fourier dapat digunakan untuk menyelesaiakan masalah syarat batas ( boudary valaue problems ), yaitu masalah mencari penyelesaian persamaan diferensial parsial yang banyak dijumpai di dalam matematika terpakai atau di dalam fisika. Sebagai contoh sebagai berikut. Dicari penyelesaian persamaan diferensial parsial ( masalah syarat batas ) ๐๐ ๐๐ก
๐2 ๐
= 3 ๐๐ฅ 2
untuk t > 0 dan 0 โค x < 2
dengan syarat-syarat batas : U(0,t) = 0, U(2,t) = 0
untuk t > 0,
dan
U(x,0) = x untuk 0 โค x < 2. Untuk mencari penyelesaian masalah syarat batas tersebut dengan alasan bahwa t dan x merupakan dua variabel bebas yang satu terhadap yang lain maka U dapat dianggap hasil ganda dua fungsi X yang bervariabel x saja dengan fungsi T yang bervarabel t saja ( pemisahan variabel, separation of variables ). Jadi U(x,t) = X(x).T(t) atau singkatnya U = X.T
100
Oleh karena itu diperoleh
๐๐ ๐๐ก
๐๐
= X. ๐๐ก ,
๐2 ๐
๐2 ๐
= T. ๐๐ฅ 2 , dan dengan demi-
๐๐ฅ 2
kian, setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial parsial di
Barisan dan deret
atas dipeoleh 1 ๐๐ 3๐ ๐๐ก
1 ๐2 ๐
=
๐ ๐๐ฅ 2
.
Karena ruas kiri hanya memuat variabel t saja dan ruas kanan hanya memuat variabel x saja, maka tentu ada konstanta k sehingga kedua ruas sama dengan k. Jadi 1 ๐๐ 3๐ ๐๐ก
=k
dan
1 ๐2 ๐ ๐ ๐๐ฅ 2
=k
atau ๐๐ ๐๐ก
- 3kT = 0
๐2 ๐
dan
๐๐ฅ 2
- kX = 0.
Bilangan k tak mungkin positif, sebab jika k positif, k = ๐ผ 2, persamaanpersamaan diferensial itu mempunyai penyelesaian berturut-turut T(t) =๐ด๐ 3๐ผ
2๐ก
dan X(x) = B๐ ๐ผ๐ฅ +C๐ โ๐ผ๐ฅ ; jadi U(x,t) merupakan fungsi ekspo-
nensial : 2
U(x,t) = ๐ 3๐ผ ๐ก {C1๐ ๐ผ๐ก
+
C2๐ โ๐ผ๐ก }
yang tak mempunyai aplikasinya atau tak relevan dengan masalah yang dihadapi, lebih-lebih tak memenuhi syarat batas yang ada yaitu tak mungkin x =U(x,0) =T(0).X(x) Oleh karena itu tentu k bilangan negatif, k = โ๐ผ 2, yang berakibat T(t) = A๐ โ3๐ผ
2๐ก
dan X(x) = B1 cos ๐ผ๐ฅ + B2 sin ๐ผ๐ฅ ; jadi 2
U(x,t) =T(t).X(x) = ๐ โ3๐ผ ๐ก (B cos ๐ผ๐ฅ + C sin ๐ผ๐ฅ). Selanjutnya, karena U(0,t) = 0 untuk t > 0 berakibat B = 0 dan diperoleh 2
U(x,t) = ๐ โ3๐ผ ๐ก .C sin ๐ผ๐ฅ, yang pada gilirannya karena U(2,t) = 0 untuk t > 0 berakibat sin 2๐ผ = 0 yang berarti ๐ผ =
๐๐ 2
dengan n = 1, 2, 3, . . .
101
Jadi 2
U(x,t) = ๐ โ3๐ผ ๐ก .Cn sin
๐๐๐ฅ 2
Barisan dan deret
merupakan penyelesaian persamaan diferensial parsial di atas, untuk setiap n . Jadi penyelesaian umum persamaan diferensial parsial di atas adalah 2
U(x,t) = ๐ โ3๐ผ ๐ก .โโ ๐=1 ๐ถ๐ sin
๐๐๐ฅ 2
Agar memenuhi syarat batas terakhir yaitu U(x,0) = x, haruslah x = โโ ๐=1 ๐ถ๐ sin
๐๐๐ฅ 2
untuk 0 โค x < 2,
,
yang berarti ruas kanan persamaan tersebut merupakan deret Fourier sinus f(x) = x pada [0,2). Kenyataan ini berarti 2
๐ฟ
๐๐๐ฅ
Cn =๐ฟ โซ0 ๐ฅ sin
๐ฟ
dx =
2
2
โซ ๐ฅ sin 2 0
๐๐๐ฅ 2
2
4
dx = - ๐๐.2cos ๐๐ = ๐๐(-1)n.
Dengan hasil terakhir ini berarti penyelesaian masalah syarat batas di atas adalah 2
4
n U(x,t) = ๐ โ3๐ผ ๐ก .โโ ๐=1 ๐๐(-1) sin
๐๐๐ฅ 2
2
4
1
๐๐๐ฅ
n = ๐ โ3๐ผ ๐ก .๐ โโ ๐=1 ๐(-1) sin
2
โ
Latihan 4.3 1. a. Jika f(x) = 4 untuk 0 < x โค 2 dan f(x) = - 4 untuk โ 2 โค x < 0, deret kan menurut deret Fourier fungsi tersebut pada [-2,2]. b. Jika f(x) = |x| untuk x ๐ [- 2,2} deretkan menurut deret Fourier fungsi tersebut pada [-2,2]. c. Jika f(x) = |1 โ x| untuk x ๐ [๐, ๐] deretkan menurut deret Fourier fungsi tersebut pada selang tersebut. d. Jika f(x) = x untuk [0.4], deretkan menurut deret Fourier fungsi tersebut pada selang tersebut.
102
e. Jika f(x) = 0 untuk [-2,0) dan f(x) = 1 untuk [0,2], deretkan f(x) menurut deret Fourier pada [-2,2].
Barisan dan deret
2. Perbaiki selang-selang domain fungsi f yang tersebut di dalam soal-so al 1a, 1b, 1c, dan 1d tesebut agar f dapat dibuat / dianggap fungsi periodik. Setelah dibuat fungsi-fungsi itu berperiodik carilah nilai-nilai 1
S(0) untuk soal 1a, S(2) untuk soal 1b, S(๐) untuk soal 1c, dan S(0) untuk soal 1d. Setelah itu cailah kesamaan-kesamaan Parsevalnya. 3. Buktikan Akibat 4.2.4 dan Akibat 4.3.6 . 4. Buktikan bahwa
๐2 6
1
1
1
1
= 1 + 22 + 32 + 42 + 52 + . . . . .
5.. Carilah penyelesaian masalah-masalah syarat batas di bawah ini. a.
๐๐ ๐๐ก
=
๐2 ๐ ๐๐ฅ 2
untuk t > 0 dan 0 โค x < 6
dengan syarat-syarat batas : U(0,t) = 0 dan U(6,t) = 0 untuk t > 0 , dan U(x,0) = 1 untuk 0 โค x < 3 dan U(x,0) = 0 untuk 3 โค x < 6 b..
๐2 ๐ ๐๐ก 2
๐2 ๐
untuk t > 0 dan 0 โค x < 2
= 9๐๐ฅ 2
dengan syarat-syarat batas : Y(0,t) = 0 dan Y(2,t) = 0 untuk t > 0 , Y(x,0) = 0,05.x(2 โ x) untuk 0 โค x < 2, dan
๐๐ ๐๐ก
(x,0) = 0
untuk 0 โค x < 2 . c.
๐๐ ๐๐ก
=
๐2 ๐ ๐๐ฅ 2
untuk t > 0 dan 0 โค x < ๐
dengan syarat-syarat batas : U(0,t) = t dan U(๐,t) = 3 untuk t > 0 , dan U(x,0) = 2 untuk 0 โค x < ๐ . Petunjuk : Diambil U(x,t} = Y(x,t) + F(x) untuk t > 0 dan
103
0 โค x < ๐ sehingga Y(x,t) memenuhi masalah syarat batas baku dengan Fโ(x) ada untuk setiap x.
104
Barisan dan deret
BAB V PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL DENGAN DERET PANGKAT Selain untuk mencari nilai pendekatan nilai deret pangkat yang konvergen, deret pangkat juga dapat digunakan/diaplikasikan untuk mencari penyelesaian persamaan diferensial. Di dalam bab ini akan disajikan cara atau metoda mencari penyelesaian dalam bentuk deret pangkat persamaan diferensial order satu dan persamaan diferensial linear order dua.
5.1 Persamaan diferensial order satu Telah diketahui bahwa bentuk umum persamaan diferensial order satu adalah ๐๐ฆ ๐๐ฅ
= h(x,y).
Persamaan diferensial order satu itu mempunyai penyelesaian di ( di sekitar) titik (a,b) jika fungsi h kontinu di sekitar titik itu. Jadi, karena deret pangkat dalam x โ a : y = Ao + A1(x โ a) + A2(x โ a)2 + . . . . . merupakan fungsi kontinu dan mempunyai derivatif di titik (a,b) , maka deret pangkat itu akan merupakan penyelesaian persamaan diferensial order satu tersebut di atas dengan konstanta-konstanta Ao ,A1 ,A2 , dan seterusnya diperoleh dari mensubstitusikannya ke dalam persamaan diferensial tersebut.
105
Contoh : 1.Akan dicari penyesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x persamaan diferensial
Barisan dan deret
๐๐ฆ
(x โ 1)๐๐ฅ - y + 2x = 0 Karena h(x,y) =
๐ฆโ2๐ฅ ๐ฅโ1
atau
๐๐ฆ ๐๐ฅ
=
๐ฆโ2๐ฅ ๐ฅโ1
kontinu di (0,b) untuk sebarang b , maka
penyelesaian di (0,b) ada, jadi penyesaian dalam bentuk deret deret pangkat dalam x = x โ 0 ada, yaitu y = Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . . . . Karena ๐๐ฆ
yโ = ๐๐ฅ = A1 + 2.A2x + 3.A3x2 + 4.A4x3 + . . . . diperoleh ( substitusi ke persamaan diferensialnya) (x โ 1)
๐๐ฆ ๐๐ฅ
- y = - 2x
menjadi : ๐๐ฆ
x๐๐ฅ =
A1x + 2A2x2 + 3A3x3 + 4A4x4 + 5A5x5 +
..... ๐๐ฆ
- ๐๐ฅ = A1 - 2.A2x - 3.A3x2 - 4.A4x3 - 5A5x4 - 6A6x5 ..... . - y = -Ao - A1x -
A2x2 - A3x3
- A4x4 - A5x5 -
...... ________________________________________________________ + -2x = (A1-Ao) - 2A2x +(A2-3A3)x2+(2A3-4A4)x3+(3A4-5A5)x4+ . . . . yang berarti : A1-Ao = 0 atau A1 = Ao , 1
A2-3A3 = 0 atau A3 = 3A2,
-2 = -2A2 atau A2 = 1 , 2
2A3-4A4 = 0 atau A4 = 4A3 , . . ,. .
yang umumnya diperoleh rumus, yang disebut rumus rekursi ( recursion fomular ),
106
An+1 =
๐โ๐ ๐+๐
An
untuk setiap n > 1.
Berdasarkan rumus rekursi tersebut diperoleh
Barisan dan deret
2โ1
1
3โ1
A3 = 2+1 A2 = 3 , A4 = 3+1 A3 =
1 6
4โ1
1
, A5 = 4+1 A4 = 10 , . .
. Jadi penyelesaian umum deret pangkat dalam x persamaan diferensial di atas adalah : 1
1
1
y = Ao(1 + x) + x2 + 3x3 + 6x$ + 10x5 + . . . . Perlu dicatat bahwa Ao merupakan konstanta sebarang. 2. Dicari penyelesaian persamaan diferensial (1 โ xy)yโ โ y = 0 dalam 1
bentuk deret pangkat dalam x. Karena h(x,y) = 1โ๐ฅ๐ฆ kontunu di x = 0, maka penyelesaian persamaan diferensial itu dalam bentuk deret pangkat dalam x ada. Jadi penyelesaian dalam deret pangkat dalam x adalah y = Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . . . . Karena yโ = A1 + 2A2x + 3A3x2 + 4A4x3 + . . . . diperoleh 0 = (1 โ xy)yโ โ y = (1 - Aox - A1xr - A2x3 - A3x4 - . . . โ Anxn+1 - . . .)(A+ 2A2x + 3A3x2 + . . . + nAnxn-1 + . . . ) โ (Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . .) atau 0 = (A1 โ Ao) + (2A2 โ AoA1 โ A1)x + (3A3 - 2AoA2 โ A12 โ A2)x2+(4A4 โ 3AoA3 โ 3A1A2 โ A3)x3 + . . . yang berakibat : A1 โ Ao = 0 2A2 โ AoA1 โ A1 = 0
atau A1 = Ao atau
1
A2 = 2Ao(1 + Ao)
107
3A3 - 2AoA2 โ A12 โ A2 = 0
atau
1
A3 = Ao(1 + 5Ao + 2Ao2) 3!
1
4A4 โ 3AoA3 โ 3A1A2 โ A3 = 0 atau A4 = 4!Ao(1 + 17Ao + 26Ao2 + 6A03) ...........................................
Barisan dan deret
Jadi penyelesaian persamaan diferensial di atas dalam bentuk deret pangkat dalam x adalah 1
1
1
y = Ao + Aox + 2Ao(1 + Ao)x2 + 3!Ao(1 + 5Ao + 2Ao2)x3 + 4!Ao(1 + 17Ao + 26Ao2 + 6A03)x4 + . . . . dengan Ao merupakan konstanta sebarang .
Latihan 5.1 1. Mengapa ada penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x persamaan diferensial order satu ๐๐ฆ
x๐๐ฅ - y = x + 1. Selanjutnya carilah penyelesaiannya dalam bentuk deret pangkat dalam x โ1 tersebut. Petunjuk : Untuk menyederhanakan penulisan t = x โ 1. 2. Mengapa ada penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x persamaan diferensial yโ โ ey = x2 . Selanjutnya carilah penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x persamaan difrensial tersebut. Petunjuk : 1
1
1
e y = 1 + 1!y + 2!y2 + 3!y3 + . . . . 3. Mengapa ada penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x persamaan diferensial
108
(1 โ x)yโ = x2 โ y .. Selanjutnya carilah penyelesaian deret dalam x persamaan diferensial tersebut. 4. Mengapa ada penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ 1
Barisan dan deret
persamaan diferensial xyโ = 1 - x + 2y .. Selanjutnya carilah penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x - 1 persamaan difrensial tersebut.
5.2 Persamaan diferensial linear order dua Persamaan diferensial linear order dua berbentuk P(x)yโ + Q(x)yโ + R(x)y = S(x) . Jika P(a) โ 0 maka titik x = a dsebut titik biasa ( ordinary point ) persamaan diferrensial tersebut dan jika tak demikian maka x = a disebut titik singuler ( singular point ). 5.2.1.Jika x = a merupakan titik biasa dan P(x), Q(x), R(x), dan S(x) merupakan polinomial dalam x - a atau dapat dideretkan menurut deret Taylor di sekitar x = a maka persamaan diferensial tersebut akan mepunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ a yaitu berbentuk : y = A( deret pangkat dalam x-a ) + B( deret pangkat dalam x-a ), dengan A dan B merupakan konstanta sebarang, dan dua deret tersebut bebas linear yang keduanya konvergen di sekitar titik x = a Jadi penyelesaian itu merupakan penyelesaian umum . Contoh : 1. Mudah difahami bahwa persamaan diferensial (1 + x2)yโ + xyโ โ y = 0 merupakan persamaan diferensial linear order dua dengan P(x) = 1 + x2, Q(x) = x, R(x) = -1 dan S(x) = 0 masing-masing merupakan po-
109
linomial dalam x serta x = 0 merupakan titik biasa persamaan diferensial itu. Oleh karena itu penyesaiannya dalam bentuk deret pangkat dalam x = x โ 0 berbentuk y = Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . . . . + Anxn + . .
Barisan dan deret
Karena yโ = A1 + 2A2x + 3A3x2 + 4A4x3 + . . . .+ nAnxn-1 + . . . dan yโ= 2A2 + 3.2A3x + 4.3A4x2 + 5.4A5x3 + . . . + n(n-1)xn-2 + . . . . . . maka setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh (1+x2)( 2A2 + 3.2A3x + 4.3A4x2 + 5.4A5x3 + . . . + n(n-1)xn-2 + . . ) + x(A1 + 2A2x +3A3x2 + 4A4x3 + . . . .+ nAnxn-1 + . . . ) โ (Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . . . . . . + Anxn + . . . ) = 0 atau (2A2 โ Ao) + 6A3x + (12A4 + 3A2)x2 + . . . . + {(n+2)(n+1)An+2 + (n2-1)An}xn + . . . . = 0. Oleh karena itu diperoleh 1
2A2 โ Ao = 0 atau A2 = 2Ao , 6A3 = 0 atau A3 = 0, 12A4 + 3A2 = 0 1
atau A4 = - 8Ao ,
.....
yang umumnya
(n+2)(n+1)An+2 + (n2-1)An = 0 atau
๐๐ โ๐
๐โ๐
An+2 = - (๐+๐)(๐+๐)An = - ๐+๐An untuk n โฅ 2,
merupakan persamaan rekursinya. Berdasarkan persamaan rekursi ersebut dan karena A3 = 0 maka A3 = A5 = A7 = . . . . . = 0 ( indeks 3
ganjil ), A6 = - 6A4 =
1
5
5
Ao, A8 = - 8A6 = โ 128Ao , . .
16
110
Jadi penyelesaian umum persamaan diferensial tersebut di atas dalam bentuk deret pangkat dalam x adalah : 1
1
1
5
y = Ao(1 + 2x2 - 8x4 + 16x6 - 128x8 + . . . . . ) + A1x . dengan Ao dan A1 merupakan konstanta sebarang. Perlu mendapat
S
Barisan dan deret
perhatian bahwa deret penyelesaian tersebut konvergen di sekitar titik 0 ( titik biasa ), sebab R = lim | ๐โโ
๐ด๐+2 ๐ฅ ๐+2 ๐ด๐
๐ฅ๐
๐โ1
| = lim | ๐+2x2| = |x2| < 1 ๐โโ
atau -1 < x < 1. 2. Carilah penyelesaian persamaan diferensial yโ โ x2yโ โ y = 0 dalam deret pangkat dalam x. Karena x = 0 merupakan titik biasa persamaan diferensial tersebut, maka penyelesaian deretnya berbentuk y = Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + . . . . + Anxn + . . . Oleh karena itu yโ = A1 + 2A2x + 3A3x2 + 4A4x3 + . . . .+ nAnxn-1 + . . . dan yโ= 2A2 + 3.2A3x + 4.3A4x2 + 5.4A5x3 + . . . + n(n-1)xn-2 + . . . Setelah tiga kesamaan tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh kesamaan 0 = yโ โ x2yโ โ y = (2A2 โ Ao) + (6A3 โ A1)x + (12A4 โ A1 โ A2)x2 + (20A5 โ 2A2 โ A3)x3 + . . . . {(n+2)(n+!)An+2 โ (n-1)An-1 โ An}xn + . . yang berakibat 1
2A2 โ Ao = 0 atau A2 = 2Ao ,
6A3 โ A1 = 0
12A4 โ A1 โ A2 = 0
1
atau 1
1
A3 = 6A1 , 1
atau A4 = 12(A1 + A2) = 12(A1 +2Ao) , . . .
yang umumnya ( rumus rekursi )
111
(n+2)(n+1)An+2 โ (n-1)An-1 โ An = 0 atau An+2 =
(๐โ1)๐ด๐โ1 + ๐ด๐ (๐+1)(๐+2)
untuk n โฅ 1. Jadi penyelesaian umum persamaan diferensial di atas dalam bentuk deret pangkat dalam x adalah 1
1
1
1
1
1
y = Ao(1 + 2x2 + 24x4 + 20x5 + 720x6 + . . . ) + A1(x + 6x3 + 12x4 1
+120x5 + . . . . )
Barisan dan deret
Latihan 5.2.1 1. Apakah penyelesaiah dalam bentuk deret dalam x persamaan diferensial di bawah ini ada? Jika ada mengapa dan carilah pe-nyelesaian itu. yโ โ 2x2yโ +4xy = x2 + 2x + 2 . Apakah titik x = 2 merupakan titik biasa persamaan diferensial yโ + (x โ 1)yโ + y = 0 . Selanjutnya, mengapa persamaan diferensial itu mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ 2 dan carilah penyelesaian itu. 2. Apakah titik x = 0 merupakan titik biasa persamaan diferensial yโ - x yโ + x2 y = 0 Selanjutnya, mengapa persamaan diferensial itu mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x dan carilah penyelesaian itu. 3.
Carilah penyeledsaian persamaan diferensial (1 โ x2)yโ โ 2xyโ + p(p + p)y = 0 dalam bentuk deret dalam x.
5.2.2 Telah diketahui bahwa persamaan diferensial linear order dua P(x)yโ + Q(x)yโ + R(x)y = S(x)
112
mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ a jika x = a merupakan titik biasa ( P(a) โ 0 ) dan jika P(x), Q(x), R(x) dan, S(x) masing-masing merupakan polinomial atau deret pangkat dalam x โ a ( merupakan deret Taylor di x = a ) Tetapi jika x = a merupakan titik singuler ( P(a) = 0 ), mencari penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ a seperti itu dapat gagal ( tak ada ). Sebegai contoh seperti tersebut di bawah ini. Persamaan diferensial linear order dua :
Barisan dan deret
x2yโ +(x2 โ x)yโ + 2y = 0 mempunyai titik x = 0 sebagai titik singuler-nya. Jika y = Ao + A1x + A2x2 + A3x3 + A4x5 + . . . . . diharapkan sebagai penyelesaian deretnya, diperoleh 0 = x2yโ +(x2 โ x)yโ + 2y = 2Ao + A1x + (2A2 + A1)x2 + (5A3 + 2A2)x3 + . . . . . . .yang berarti Ao = 0, A1 = 0, A2 = 0, A3 = 0, . . . ( An = 0 untuk setiap bilangan cacah n ) atau persamaan diferensial tersebut tidak mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x. Meskipun demikian ada persamaan diferensial linear order dua sejenis tersebut di atas yang mempunyai penyelesaian dalam bentuk detet pangkat dalam x โ a, dengan x = a sebagai titik singulernya, asalkan memenuhi syarat-syarat di bawah ini. Jika x = a merupakan titik singuler persamaan diferensial linear order dua P(x)yโ + Q(x)yโ + R(x)y = S(x) maka persamaan diferensial itu akan mempunyai penyelesaian di sekitar titik x = a dalam bentuk deret pangkat dalam x โ a asalkan persamaan diferesial itu dapat dibawa kebentuk
113
yโ +
๐น๐ (๐) (๐โ๐)
yโ +
๐น๐ (๐) (๐โ๐)๐
y =
๐น๐ (๐) (๐โ๐)๐
dengan R1(x), R2(x) dan R3(x) merupakan polinomial dalam x โ a atau dapat dideretkan sebagai deret pangkat dalam x โ a atau deret Taylor di x = a. Dalam keadaan itu x = a disebut titik singuler yang reguler (regular singular point ). Penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x - a itu berbentuk
Barisan deret
y = Ao(x โ a)m + A1(x โ a)m+1 + A2(x - a)m+2 +A3(x โ a)m+3 + . . . . dengan Ao โ 0. Jadi, jika x = a merupakan titik singuler yang tak reguler, maka tak ada jaminan bahwa persamaan diferensial linear order dua tersebut mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x - a. Selanjutnya, penyelesaian umum persamaan diferensial yang mempunyai titik singuler yang reguler seperti itu akan dijelaskan lebih rinci setelah Contoh 2 di bawah ini. Contoh : 1. Persamaan diferensial linear order dua x3yโ + x2yโ + y = 0 mempunyai x = 0 sebagai titik singulernya tetapi tidak regular, sebab persamaan diferensial tersebut dapat ditulis menjadi yโ + dengan R2(x) =
1 ๐ฅ
๐ฆโฒ ๐ฅ
+
1 ๐ฅ ๐ฅ2
y=0
yang tak merupakan polinomial atau tak dapat dide-
retkan menurut deret Taylor di x = 0 . Jadi persamaan diferensial tersebut tak mempunyai penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x .
114
2. Persamaan diferensial linear order dua 2(x + 1)yโ + (x + 2)yโ + 3y = 0 mempunyai titik x = -1 sebagai titik singuler yang reguler sebab P(x) = x + 1, P(-1) = 0, dan persamaan diferensial itu dapat dibawa ke bentuk 1
(๐ฅ+2)
3
(๐ฅ+1)
2 yโ + 2 ๐ฅ+1 yโ + (๐ฅ+1) y=0 2
Oleh karena itu penyelesaian persamaan diferensial itu dalam bentuk deret pangkat dalam x + 1 akan berbentuk
Barisan dan deret
y = Ao(x + 1)m + A1(x + 1)m+1 + A2(x + 1)m+2 + . . . . dengan nulai m akan ditentukan kemudian. Karena yโ = m Ao(x + 1)m-1 + (m+1)A1(x + 1)m + (m+2)A2(x + 1)m+1 + . . . yโ = m(m-1)Ao(x + 1)m-2 + (m+1)mA1(x + 1)m-1 + (m+2)(m+1)A2(x + 1)m + (m+3)(m+2)A3(x + 1)m+1 + . . . . maka setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh m(2m-1)Aoxm-1+ {(m+1)(2m+1)A1+(m+3)Ao}xm + {(m+2)(2m+3)A2 +(m+4)A1}xm+1 + . . . +{(m+n)(2m+2n-1)An+(m+n +2)An-1}xm+n-1 +....=0 yang berakibat m(2m-1)Ao = 0 dan
{(m+n)(2m+2n-1)An+(m+n +2)An-1}= 0, untuk setiap n โฅ 1
atau, karena Ao โ 0 maka
1
m(2m-1) = 0 ( m = 0 atau m = 2 ) disebut
persamaan indisial ( indicial equation ) dan An = -
๐+๐+2 (๐+๐)(2๐+2๐โ1)
An-1 untuk n โฅ 1 ( rumus rekursi ).
Berdasarkan rumus rekursi diperoleh deret
115
y = Ao(x+1)m{1 โ -
๐+3 (๐+1)(2๐+1)
(x+1) +
๐+4
๐+3
(๐+2)(2๐+3) (๐+1)(2๐+1)
(x+1)2
.....}
dan setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh kesamaan 2(x + 1)yโ +(x + 2)yโ + 3y = m(2m โ 1)Ao . Jadi agar y menjadi penyelesaian persamaan diferensialnya haruslah m =
Barisan dan deret
1
0 atau m = 2 . Dengan mengambil Ao = 1 diperoleh penyelesaian-penye lesaian : 2
y1 = y|๐=0 = 1 โ 3(x + 1) - 2(x + 1)2 - (x + 1)3 + . . . . 3
7
21
11
y2 = y|๐=1 = โ๐ฅ + 1 { 1 - 6(x + 1) + 40(x + 1)2 - 80(x + 1)3 + . . . . } 2
Karena dua deret penyelesaian tersebut bebas linear maka penyelesaian umum persamaan difererensial di atas adalah y = Ay1 + By2 dengan A dan B dua konstanya sebarang. Berdasarkan pencermatan Contoh 2 terakhir di atas, ternyata dalam mencari penyelesaian dalam bentuk deret pangkat pangkat dalam x โ a persamaan diferensial linear order dua yang mempunyai titik singuler yang reguler di x = a dijumpai persamaan indisial yang akar-akarnya menentukan/memegang peranan dalam mencari dua penyelesaian persamaan diferensialnya yang bebas linear. Jika selisih dua akar indisial tersebut tidak merupakan bilangan bulat, diperoleh dua penyelesaian yang bebas linear dan oleh karena itu diperoleh pula penyelesaian umum persamaan diferensial terkait : Silahkan melihat Comtoh 2 terakhir di
116
atas.. Tetapi jika dua akar indisial sama atau mempunyai selisih bilangan bulat akan diperoleh kesukaran untuk mencari dua penyelesaian yang bebas linear. Oleh karena itu untuk mencari atau menanggulai kesukaran itu perlu memperhatikan tiga kemungkinan tersebut di bawah ini: Sebutlah m = m1 dan m = m2 akar-akar indisial suatu persamaan linear order dua yang mempunyai titik singuler yang reguler. (i) Jika | m1 โ m2| bukan bilangan asli maka cara mencari penyelesaian dan penyelesaian umum seperti Contoh 2 terakhir di atas ;
Barisan dan deret
yaitu penyelesaian umum adalah y = Ay1 + By2 dengan yi = nilai deret y yang diperoleh di (dengan) mi ( i = 1,2 ). (ii) Jika m1 = m2 diperoleh hanya satu penyelesaian saja, yaitu y1 = nilai deret y yang diperoleh di (dengan) m = m1 . Nanti akan terbukti bahwa penyelesaian persamaan diferensial yang ke-dua yaitu y2 yang bebas linear terhadap y1 adalah, dengan mengambil Ao = 1, y2 =
๐ ๐๐
๐
y |1 = nilai ๐๐ y di (dengan) m =m1
Jadi penyelesaian umumnya adalah y = Ay1 + By2 . (iii) Jika |m1 โ m2| bilangan asli dan m1 < m2 maka nilai deret y yang di m = m2 selalu menghasilkan penyelesaian deret hingga dan nilai deret di m = m1 ada kemungkinan tak menghasilkan apa-apa . Dalam keadaan demikian untuk mengatasinya adalah dengan meng ganti konstanta Ao pada deret y yang diperoleh dengan Bo( m โ m1). Dari deret y yang baru ini diperoleh persamaan indisial yang mempunyai tiga akar indisial dengan dua yang sama. Oleh karena itu, menurut (ii), akan menghasilkan dua penyelesaian yang bebas
117
linear , dengan mengambil Bo = 1, yaitu : y1 = y|1 = nilai y di m = m1 dan
๐
y2 = ๐๐ y|1 ๐
= nilai ๐๐ y di m = m1 . Jadi penyelesaian umumnya adalah y = Ay1 + By2 Contoh : 1. Contoh untuk keadaan |m1 - m2| bukan bilangan asli: Lihat Contoh 2 terakhir di atas.
Barisan dan deret
2. Contoh untuk m1 = m2 : Dicari penyelesaian deret persamaan diferensial linear order dua xyโ + yโ โ y = 0. Mudah diperlihatkan bahwa titik x = 0 merupakan titik singuler yang reguler persamaan diferensial tersebut. Oleh karena itu deret pangkat dalam x : y = Aoxm + A1xm+1 + A2xm+2 + A3xm+3 + . . . merupakan bentuk penyelesaian persamaan difrensial tersebut. Oleh karena itu diperoleh yโ = mAoxm-1 + (m+1)A1xm + (m+2)A2xm+1 + (m+3)xm+2 + . . . . yโ = m(m-1)Aoxm-2 + (m+1)mA1xm-1 + (m+2)(m+1)A2xm + + (m+3)(m+2)xm+1 + . . . . Tiga deret tersebut setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh : xyโ + yโ โ y = m2Aoxm-1 + {(m + 1)2A1 โ Ao}xm + {(m + 1)2A2 A1}xm+2+ . . . . +{(m + n)2An โ An-1}xm+n-1 + . . .= 0 yang berakibat diperoleh persamaan indisial m2Ao dan rumus rekursi (m + n)2An โ An-1 = 0 atau
1
An = (๐+๐)2 An-1 untuk n โฅ 1.
118
Dengan rumus rekursi diperoleh deret 1
1
1
y = Aoxm{ 1 + (๐+1)2x + (๐+1)2 (๐+2)2x2 + . (๐+1)2 (๐+2)2 (๐+3)2x3 +....} dan jika disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh xyโ + yโ โ y = m2Ao Karena persamaan indisial adalah m2Ao = 0 dan Ao โ 0 maka dengan mengambil akar-akar indisial m = m1 = m2= 0 diperoleh
Barisan dan deret
hanya satu nyelesaian yaitu y1 = y|m=0 yaitu, dengan mengabil Ao = 1,. ๐ฅ2
๐ฅ3
y1 = 1 + x + 22 + 22 32 + . . . . Penyelesaian lain yaitu y2 yang bebas linear terhadap y1 ternyata diperoleh dari ๐ ๐๐
1
1
y =Aoxmlog x{1 + (๐+1)2 x + (๐+1)2 (๐+2)2 x2 + . . . . . 1
2
.+ (๐+1)2 (๐+2)2 (๐+3)2x3 + . . . . . } + Aoxm{- (๐+1)3 x 1
1
- ((๐+1)3 (๐+2)2 +(๐+1)2 (๐+2)3 )x2 - . . . . . } yaitu ๐
๐
y2 = ๐๐ y |m=0 = nilai ๐๐ y di m = m1 ( = 0) ( dengan mengambil Ao = 1 ) Jadi diperoleh penyelesaian umum persamaan diferensial dalam bentuk deret pangkat dalam x : y = Ay1 + By2 dengan ๐
1
1
1
1 1
y2 = ๐๐ y |m=0 = y1log x - 2{ x + (2!)2 (1+2 ) x2 + (3!)2 (1+2+3 ) x3
119
+. ... } 3. Contoh untuk |m1 โ m2| = bilangan asli dengan m1 < m2 : Dicari penyelesaian persamaan diferensial xyโ - 3yโ + xy = 0 dalam bentuk deret pangkat. Mudah diperlihatkan bahwa titik x = 0 merupakan titik singuler yang reguler persamaan diferensisl tersebut. Jadi penyelesaian persamaan diferensial itu dalam bentuk deret pangkat dalam x : y = Aoxm + A1xm+2 + A2xm+2 + A3xm+3 + . . . . .
Barisan dan deret
Setelah menghitung yโ dan yโ dan kemudian disubstitisilan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh rumus rekursi dan persamaan in disial berturut-turut sebagai berikut 1
An = (๐+๐โ4)(๐+๐) An-2 untuk n โฅ 2 dan (m โ 4)mAo = 0 ( m1 = 0 < m2 = 4 ) Berdasarkan rumus rekursi deret y menjadi 1
y = (m-4)mAoxm { 1 - (๐โ2)(๐+2) x2 + +
1 ๐(๐โ2)((๐+2)2 (๐+4)(m+6)
1 ๐(๐โ2)(๐+2)(๐+4)
x4
1
x6 - ๐(๐โ2)((๐+2)2 ๐+4)2 (m+6)(m+8) x8
+.....} dan disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh xyโ - 3 yโ + xy = (m โ 4)mAo . Untuk m = m2 = 4 menghasilkan penyelesaian, tetapi untuk m = m1 = 0 dijumpai suatu masalah yaitu A4 = A6 = A8 = . . . . . = โ. Untuk menanggulangi masalah ini diambil Ao = Bo(m โ m1) = Bom. De ngan demikian deret y menjadi ๐
y = (m-4)mBo xm { m - (๐โ2)(๐+2) x2 +
1 (๐โ2)(๐+2)(๐+4)
x4
120
+
1 (๐โ2)((๐+2)2 (๐+4)(m+6)
x6 -
1 (๐โ2)((๐+2)2 ๐+4)2 (m+6)(m+8)
x8
+.....} sehingga nilai-nilai A4 , A6 , A8 , . . . . ada ( hingga ) dan setelah y baru tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh xyโ - 3yโ + xy = (m โ 4)m2Bo
Barisan dan deret
yang berarti persamaan indisialnya mempunyai tiga akar dengan dua akar sama yaitu m = m1 = 0. Selanjutnya, seperti keadaan (ii) beserta Contoh 2 di atas diperoleh dua penyrlesaian y1 dan y2 yang bebas linear yaitu, dengan mengambil B0 = 1, sebagai berikut ini : ๐
y = y log x + xm{ 1 +
๐๐ 1
1
๐+2
+ ๐+4)x4 +
๐2 +4
x2 +
[(๐โ2)(๐+2)]2
1
(
1
1 1
(๐โ2)(๐+2)2 (๐+4)(๐+6) ๐โ2
(
1
(๐โ2)(๐+2)(๐+4) ๐โ2 1
+
1
+ ๐+2 + ๐+4 + ๐+6)x6 + .
....} Jadi diperoleh dua peroleh dua dua penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x yang bebas linear : 1
1
y1 = y|1 = y|m=0 = - 2.2.4 x4 + 2.22 .4..6 x5 ๐
๐
1 2.22 .42 .6.8 1
x6 + . . . . 1
1
1
y2 = ๐๐ y |1 = ๐๐ y |m=0 = y1log x + 1 + 22 x2 + 25 .2! x4 + 26 .3!.1!(1+2 1
+ 3) x6 + . . . . dan oleh karena itu penyelesaian umum persamaan diferensialnya : y = Ay1 + By2
Latihan 5.2.2
121
Selidiki di mana titik biasa atau titik singuler yang regular persamaan diferensial di bawah ini. Setelah itu carilah penyelesaian persamaan diferensial itu dalam bentuk deret pangkat x โ a dengan x = a sebagai titik biasa atau titik singuler yang regulernya. 1,
(1 + x2)yโ + xyโ โ y = 0.
2.
yโ - x2y โ y =0.
3.
yโ โ 2x2yโ + 4xy = x2 + 2x +2.
4.
2x2yโ - xyโ + (x2 + 1)y = 0.
5.
3(x โ 1)yโ + 2yโ + (x โ 1)2y = 0.
6.
xyโ + yโ + x2y = 0.
7.
(x2 โ x)yโ + 3yโ = x + ๐ฅ 2
8.
4xyโ + 2(1 โ x)yโ โ y = 0.
9.
2x3yโ + x2yโ + y = 0.
10.
x2(x + 1)yโ + x(x + 1)yโ
3
-y = 0.
Barisan dan deret
5.3 Persamaan diferensial Legendre, Bessel, dan Gauss Telah diketahui bahwa persamaan diferensial linear order dua P(x)yโ + Q(x)yโ + R(x)y = S(x0 mempunysi penyelesaian dalam bentuk deret pangkat dalam x โ a jika a. x = a titik biasa ( P(a) โ 0 ) dan fungsi-fungsi P, Q, R, dan S merupakan polinomial dalam x โ a atau dapat dideretkan menurut deret Taylor di sekitar titik x = a, atau b. x = a titik singuler yang reguler, yaitu P(a) = 0 dan persamaan..diferensial tersbut dapat dbawa ke bentuk ๐น (๐)
๐น (๐)
๐ ๐ yโ + (๐โ๐) yโ + (๐โ๐) ๐ y =
๐น๐ (๐) (๐โ๐)๐
dengan Ri ( i = 1, 2, 3 ) merupakan polinomial dalam x โ a atau dapat dideretkan menurut deret Taylor di sekitar x = a. Tetapi kerapkali dikehendaki penyelesaian deret dalam x โ b dengan titik x = b jauh dari titik x = a ( di luar selang kekonvergenan deret ) yang dimaksud di atas.
Persamaan Diferensial Legendre Persamaan diferensial
122
(1 โ x2)yโ โ 2x yโ + p(p + 1)y = 0 disebut persamaan diferensial Legendre order p ( Legendre differensial equetion of order p ). Mudah difahami bahwa x = 0 merupakan titik biasa, x = 1 dan x = - 1 merupakan titik-titik singuler yang reguler persa maan diferensial tersebut ; jadi persamaan diferensial mempunyai penye lesaian deret di sekitar titik-titik itu dan penyelesaian-penyelesaian itu konvergen di sekiar titik-titik itu. Bagaimana sekarang mencari penyelesaian deret di sekitar titik yang jauh dari titik-titik tersebut, tegasnya di sekitar titik di luar selang tertutup [-1,1]. Masalah ini dapat diatasi
Barisan dan deret
dengan substitusi z =
1 ๐ฅ
. Dengan substitusi ini persamaan diferensial
berubah menjadi ๐2 ๐ฆ
๐๐ฆ
(z4 โ z2) ๐2 ๐ง + 2z3 ๐๐ง + p(p + 1)y = 0 Mudah diperlihatkan bahwa z = 0 merupakan titik singuler yang reguler persamaan diferensial yang baru ini. Oleh karena itu penyelesaiannya da lam bentuk deret pangkat di sekitar z = 0 berbentuk y = Aozm + A1zm+1 + A2zm+2 + A3zm+3 + . . . . . Singkatnya, setelah disubstirusikan ke dalam persamaan diferensialnya, diperoleh persamaan indisalnya {-m(m-1) + p(p+1)}Ao = 0 atau (m+p)(-m+p+1)Ao = 0 dan rumus rekursinya adalah (๐+๐โ2)(๐+๐โ1)
An = (๐+๐)(๐+๐โ1)โ๐(๐+1)An-2 . Mudah difahami bahwa A2n nilainya bergantung pada nilai Ao dan A2n-1 nilainya bergantung pada nilai A1 yang berturut-turut menghasilan detet pangkat dengan pangkat genap dan deret pangkat dengan pangkat ganjil. Jadi y = zm{ Ao + A2z2 + A4z4 + . . . . } + zm{ A1z + A3z3 + A5z5 + . . . }
123
dengan dua deret tersebut saling bebes linear.. Jadi jika A1 = 0, maka A3 = A5 = A7 = . . . . = 0 dan diperoleh, dengan menggunakan rumus rekursi, ๐(๐+1)
๐(๐+1)
y = Ao zm{ 1 + (๐+1)(๐+2)โ๐(๐+1) z2 + (๐+1)(๐+2)โ๐(๐+1) . (๐+2)(๐+3) (๐+3)(๐+4)โ๐(๐+1)
z4 + . . . . . }
dan jika deret y di substitusikan ke dalam persamaan diferensialnya dipe roleh ฬ ๐2 y
๐ฆ
(z4 โ z2)๐2 ๐ง + 2z3๐๐ง + p(p + 1)y = {-m(m - 1) + p(p + 1)}Aoxm .
Barisan dan deret
Agar deret y tersebut menjadi penyelesaian dan karena Ao โ 0 maka haruslah โm(m โ 1) + p(p + 1) = (m + p)(-m + p + 1) = 0 atau ( m = -p atau m = p + 1 ). Untuk m = -p diperoleh penyelesaian persamaan diferensial , dengan mengambil Ao = 1, ๐(๐โ1)
y1 = z-p{ 1 โ 2(2๐โ1) z2 +
๐(๐โ1)(๐โ)(๐โ3) 4 z 2.4(2๐โ1)(2๐โ3)
-
๐(๐โ1)(๐โ)(๐โ3)(๐โ4)(๐โ5) 6 z 2.4.6(2๐โ1)(2๐โ3)(2๐โ5)
๐(๐โ1)(๐โ)(๐โ3) -4 x 2.4(2๐โ1)(2๐โ3)
-
๐(๐โ1)(๐โ)(๐โ3)(๐โ4)(๐โ5) -6 x 2.4.6(2๐โ1)(2๐โ3)(2๐โ5)
+....} ๐(๐โ1)
= xp{ 1 โ 2(2๐โ1)x-2 + +....}
Untuk m = p + 1 diperoleh penyelesaian persamaan diferensial : y2 = zp+1{ 1-
(๐+1)(๐+2) 2 z 2(2๐+3)
+
(๐+1)(๐+2)(๐+3)(๐+4) 4 z 2.4(2๐+3)(2๐+5)
(๐+1)(๐+2)(๐+3)(๐+4)(๐+ 5)(๐+5) 6 z 2.4.6(2๐+3)(2๐+5)(2๐+7)
= x-p-1{ 1-
(๐+1)(๐+2) -2 x 2(2๐+3)
+
โ
+.....
(๐+1)(๐+2)(๐+3)(๐+4) -4 x 2.4(2๐+3)(2๐+5)
(๐+1)(๐+2)(๐+3)(๐+4)(๐+ 5)(๐+5) -6 x 2.4.6(2๐+3)(2๐+5)(2๐+7)
+ . . . . }.
124
Jadi penyelesaian umum persamaan diferensial Legendre di titik x yang jaun dari titik-titik 0, -1, dan 1 ( |x| > 1 ) adalah y = Ay1 + By2 1
3
5
7
asalkan p โ 2 , ยฑ 2 , ยฑ 2 , ยฑ 2 , . . . . . Polinomial Legendre Telah diproleh bahwa y1 merupakan penyelesaian persamaan diferensial Legendre order-p asalkan p โ
1 2
,
3
,
2
5 2
, . . . . . . Jika p = n,
dengan n = 0, 1, 2, 3, 4, . . . . , katakan / ditulis y1 dengan un(x), ternyata
Barisan dan deret
u0(x) = 1,
u2(x) = x2 -
u1(x) = x ,
6
1 3
,
2
u3(x) = x3 - 5 x ,
3
u4(x) = x4 - 7 x2 + 70 yang umumnya 1 2
[ ๐]
1
๐(๐โ1)(๐โ2) . . . (๐โ2๐+1)
un(x) = โ๐=1(โ1)๐ 2๐๐! (2๐โ1)(2๐โ3) . 1
. . (2๐โ2๐+1)
xn-2k
1
dengan [2 n] = bilangan asli terbesar yang โค 2 n . Berdasarkan polinomial un(x) tersebut didefinisikan polinomial (๐๐)!
Pn(x) = ๐๐ (๐!)๐ un(x) =
๐.๐.๐. . . . .(๐๐โ๐) ๐!
un(x) .
yang disebut polinomial Legendre ( Legendre Polynomial ).order n. Jadi polinomial Legendre order n merupakan penyelesaian persamaan diferensial Legendre order n : (1 โ x2)yโ โ 2xyโ + n(n + 1) = 0 dengan |x| > 1. Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa rumus Rodrigues di bawah ini : ๐
๐
๐
Pn(x) = ๐๐ ๐! ๐
๐๐(x2 โ 1)n benar adanya, yaitu sebagai berikut. Dengan binomial Newton diperoleh
125 ๐๐ ๐๐ฅ ๐
(x2 โ 1)n =
๐๐ ๐๐ฅ ๐
1
[ ๐]
{โ๐๐=0(โ1)k
๐!
x2n-2k }
๐!(๐โ๐)!
๐!
2 = โ๐=0 (โ1)k๐!(๐โ๐)! (2n-2k)(2n-2k-1). . . . . .(n-2k+1)xn-2k 1 2
[ ๐]
(2๐)!๐!
= โ๐=0(โ1)k2๐ ๐![2๐โ1)(2๐โ3) . 1
[ ๐]
(2๐)!
. .(2๐โ2๐+1)](๐โ2๐)!๐!
๐(๐โ1)(๐โ2) . . . (๐โ2๐+1)
2 = โ๐=0 (โ1)k2๐ ๐!๐! . (2๐โ1)(2๐โ3) .
=
(2๐)! ๐!
. . (2๐โ2๐+1)
xn-2k
xn-2k
un(x) = 2n.n! Pn(x) .
Teorema 5.3.1 : Barisan fungsi Legendre {Pn(x)} merupakan barisan fungsi ortogonal pada selang tertutup [-1,1] , artinya =0 โ 0
1
โซโ1 ๐๐ (x)Pn(x) dx {
๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ โ ๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = ๐
Barisab dan deret
Bukti : 1
1
1 ๐๐
๐๐
โซโ1 ๐๐ (x)Pn(x) dx = 2๐+๐๐!๐! โซโ1 ๐๐ฅ ๐ (x2-1)m.๐๐ฅ ๐ (x2-1)n dx ๐๐
๐๐
Diambil u = ๐๐ฅ ๐ (x2-1)m dan dv = ๐๐ฅ ๐ (x2-1)n dx . Oleh karena itu diper๐๐+1
๐๐โ1
oleh du = ๐๐ฅ ๐+1 (x2-1)m dx , v = ๐๐ฅ ๐โ1 (x2-1)n , dan 1 ๐๐ 1 1 ๐๐ 1 โซโ1 ๐๐ฅ ๐ (x2-1)m.๐๐ฅ ๐ (x2-1)n dx = โซโ1 ๐ข๐๐ฃ = uv]โ1 - โซโ1 ๐ฃ๐๐ข ๐๐
๐๐โ1
1 ๐๐+1
๐๐โ1
= ๐๐ฅ ๐ (x2-1)m.๐๐ฅ ๐โ1(x2-1)n]1-1 - โซโ1 ๐๐ฅ ๐+1 (x2-1)m.๐๐ฅ ๐โ1 (x2-1)ndx 1 ๐๐+1
๐๐โ1
= 0 - โซโ1 ๐๐ฅ ๐+1 (x2-1)m.๐๐ฅ ๐โ1(x2-1)ndx karena
๐๐โ๐ ๐๐ฅ ๐โ๐
(x2-1)n]1-1 = 0 untuk 0 < j < n . Proses pengintegralan
parsial diulang-ulang sampai ke-j diperoleh 1
1
1
๐๐+๐
โซโ1 ๐๐ (x)Pn(x) dx = 2๐+๐๐!๐!(-1)n โซโ1(x2-1)n.๐๐ฅ ๐+๐ (x2-1)mdx . Pertama, jika m โ n ( tentu salah satu lebih besar ), katakan m < n, diperoleh
๐๐+๐ ๐๐ฅ ๐+๐
(x2-1)m = 0 dan oleh karena itu 1
โซโ1 ๐๐ (x)Pn(x) dx = 0.
126
Ke-dua, jika m = n seperti di atas akhirnya diperoleh 1
โซโ1{Pn(x)}2dx =
๐2๐
1
1
(-1)nโซโ1(x2-1)n.๐๐ฅ 2๐(x2-1)ndx. 22๐ (๐!)2
๐2๐
Karena ๐๐ฅ 2๐(x2-1)n = (2n)! , maka 1
โซโ1{Pn(x)}2dx = =
(โ1)๐ (2๐)! 22๐ (๐!)2
(โ1)๐ (2๐)! 22๐ (๐!)2
1
โซโ1(x2-1)n dx
๐
(2๐)!
2๐+1 ๐!
2
(โ1)๐ . 2 โซ02 (sint)2n+1dt = 22๐(๐!)2 1.3โฆ.(2๐+1) = 2๐โ1 . โ
Barisan dan deret
Persamaan Diferensial Bessel Persamaan diferensial linear order dua x2yโ + xyโ + (x2 โ n2)y = 0 disebut persamaan diferensial Bessel order- n. Karena x = 0 merupakan titik singuler regulernya, maka penyelesaian deretnya disekitar titik x = 0 berbentuk y = Aoxm + A1xm+1 + A2xm+2 + . . . . Setelah deret itu disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh y = (m2โn2)Aoxm + {(m+1)2-n2}A1xm+1 + {[(m+2)2-n2]A2+Ao}xm+2 + . . . . . . . +{[(m+k)2-n2]Ak+Ak-2}xm+k + . . . . . = 0 . Oleh karena itu diperpleh rumus rekursi 1
Ak = - (๐+๐)2 โ๐2 Ak-2 . Jadi jika diambil A1 = 0 diperoleh 1
1
y= Aoxm{ 1 - (๐+2)2 โ๐2 x2 + {(๐+2)2 โ๐2 }{(๐+4)2 โ๐2 ) x4
127
-
1 {(๐+2)2 โ๐2 }{(๐+4)2 โ๐2 )}{(๐+6)2 โ๐2 }
x6 + . . . . . .
yang memenuhi persamaan x2yโ + xyโ + (x2 โ n2)y = (m2 โ n2)Aoxm Jadi agar y memenuhi/penyelesaian persamaan diferensial Bessel diambil, karena Ao โ 0, m = โn . Untuk m = n diperoleh penyelesaian, dengan Ao = 1, 1
1
1
y1 = xn{ 1 - 4(๐+1) x2 + 42 2!(๐+1)(๐+2)x4 - 43 3!(๐+1)(๐+2)(๐+3) x6 + . . . } Untuk m = - n diperoleh penyelesaian, dengan Ao = 1, 1
1
1
y2 = x-n{ 1 - 4(1โ๐) x2 + 42 .2!(1โ๐)(2โ๐) x4 - 43 3!(1โ๐)(2โ๐)(3โ๐) x6 + . . . }
Barisan dan deret
Perlu dicatat bahwa jika n = 0 maka y1 = y2 , y1 tak mempunyai arti jika n bilangan bulat negatif, dan y2 tak mempunyai arti jika n bilangan bulat positif. Jika tidak demikian itu maka penyelesaian umum persamaan diferensial Bessel adalah y = Ay1 + By2 . Fungsi Bessel jenis pertama ( the Bessel functions of the first kind ) didefinisikan sebagai berikut. ๐
๐
๐
๐
๐
๐
๐
๐
๐
Jn(x) = ๐๐ ๐! y1 = (๐)n{ ๐! - ๐!(๐+๐)! (๐)2 + ๐!(๐+๐)! (๐)4 - ๐!(๐+๐)! (๐)6 + . . . } J-n(x) = (-1)nJn(x) dengan n bilangan bulat non-negatif. Dengan demikian fungsi Bessel jenis pertama order-n merupakan persamaan diferensial Bessel order-n .
Persamaan diferensial Gauss Persamaan diferensial linear order dua (x โ x2)yโ + {๐ธ โ (๐ถ + ๐ท + ๐)๐}yโ - ๐ถ๐ท๐ = 0
128
disebut persamaan diferensial Gauss. Mudah diperlihatkan bahwa titik x = 0 merupakan titik singuler yang reguler persamaan diferensial itu. Oleh karena itu penyelesaian deret persamaan diferensial Gauss itu di sekitar titik x = 0 berbentuk y = Aoxm + A1xm+1 + A2xm+2 + A3xm+3 + . . . . . Setelah deret itu disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh m(m+๐พ-1)Aoxm-1 + {(m+1)(m+๐พ)A1 โ [m(m+๐ผ + ๐ฝ) + ๐ผ๐ฝ]Ao}xm +. . . . . . +{(m+n)(m+n+๐พ-1)An โ [(m+n-1)(m+n+๐ผ + ๐ฝ-1)+๐ผ๐ฝ]An-1}xm+n-1 + . . . . . = 0. Jadi rumus rekursi yang diperoleh adalah
Barisan dan deret
An =
(๐+๐โ1)(๐+๐+๐ผ+๐ฝโ1)+๐ผ๐ฝ (๐+๐)(๐+๐+๐พโ1)
An-1
Oleh karena itu deret y di atas menjadi y = Aoxm{ 1 +
๐(+๐ผ+๐ฝ)+๐ผ๐ฝ (๐+1)(๐+๐พ)
๐(+๐ผ+๐ฝ)+๐ผ๐ฝ (๐+1)(+๐ผ+๐ฝ+1)+๐ผ๐ฝ 2 . (๐+2)(๐+๐พ+1) x (๐+1)(๐+๐พ)
x+
๐(+๐ผ+๐ฝ)+๐ผ๐ฝ (๐+1)(+๐ผ+๐ฝ+1)+๐ผ๐ฝ (๐+2)(+๐ผ+๐ฝ+2)+๐ผ๐ฝ 3 . (๐+3)(๐+๐พ+2) x (๐+2)(๐+๐พ+1)
+ (๐+1)(๐+๐พ) .
+....}
Dan jika disubstitusikan ke dalam persamaan diferensialnya diperoleh persamaan (x โ x2)yโ + {๐พ โ (๐ผ + ๐ฝ + 1)๐ฅ}yโ - ๐ผ๐ฝ๐ฆ = m(m+๐พ-1)Aoxm-1 . Jadi, agar deret y menjadi penyelesaian persamaan diferensial Gauss haruslah, karena Ao โ 0, m(m+๐พ-1) = 0 atau ( m = 0 atau m = 1-๐พ). Dengan demikian diperoleh penyelesaian persamaan diferensial Gauss y1 untuk m = 0 dan y2 untuk m = 1-๐พ โ 0, dengan mengambil Ao = 1, yaitu ๐ผ๐ฝ
y1 = 1 + 1โ๐พ x + y2 = ๐ฅ1โ๐พ { 1 +
๐ผ๐ฝ(๐ผ+1)(๐ฝ+1) 2 x 1.2.๐พ(๐พ+1)
(๐ผโ๐พ+1)(๐ฝโ๐พ+1)
+ . . . . . }.
1(2โ๐พ)
+
๐ผ๐ฝ(๐ผ+1)(๐ฝ+1)(๐ผ+2)(๐ฝ+2) 3 x 1.2.3๐พ(๐พ+1)(๐พ+2)
+....
(๐ผโ๐พ+1)(๐ฝโ๐พ+1) (๐ผโ๐พ+2)(๐ฝโ๐พ+2) 2 . 1.2(2โ๐พ)(3โ๐พ) x 1(2โ๐พ)
x+
129
Seperti biasa penyelesaian umumnya adalah y = Ay1 + By2. Deret F dengan rumus F(๐ถ, ๐ท, ๐ธ; ๐) = y1 ๐ถ๐ท
= 1 + ๐โ๐ธ x +
๐ถ๐ท(๐ถ+๐)(๐ท+๐) 2 x ๐.๐.๐ธ(๐ธ+๐)
+
๐ถ๐ท(๐ถ+๐)(๐ท+๐)(๐ถ+๐)(๐ท+๐) ๐.๐.๐๐ธ(๐ธ+๐)(๐ธ+๐)
x3 + . . . .
disebut deret hipergeometrik ( hypergeometric series ). Selanjutnya perlu mendapat perhatian bahwa y2 = ๐ฅ1โ๐พ F(๐ผ โ ๐พ + 1, ๐ฝ โ ๐พ + 1,2 โ ๐พ; ๐ฅ)
Barisan dan deret
Latihan 5.3 1. Pn(x) adalah polinomial Legendre order n. Buktikan kesamaan di bawah ini. โฒ a. ๐๐; (x) = ๐ฅ๐๐โ1 (x) + n๐๐+1(x) .
b. Pn(x) = xPn-1(x) +
๐ฅ 2 โ1 ๐
โฒ ๐๐โ1 (๐ฅ).
โฒ โฒ c. ๐๐+1 (x) - ๐๐โ1 (x) = (2n+1)Pn(x) .
d.
๐ ๐๐ฅ
{(1-x2)๐๐โฒ (x)}+ n(n+1)Pn(x) = 0 .
2. Buktikan bahwa 1
(1 - 2xt + t2)โ 2 = Po(x) + P1(x).t + P2(x).t2 + P3(x).t3 + . . . . . 3. Tentang fungsi Bessel. Buktikan bahwa a. b.
๐ฅ
(โ1)๐
๐ฅ
2k Jn(x) = (2)n{โโ ๐=0 ๐!(๐+๐)! (2) .
๐ ๐๐ฅ
Jo(x) = - J1(x) .
130
c. d. e.
๐ ๐๐ฅ
{xn.Jn(x)} = xn.Jn-1(x) .
๐ ๐๐ฅ
{x-n.Jn(x)} = - x-n.Jn+1(x) . ๐
Jn-1(x) โ Jn+1(x) = 2.๐๐ฅ Jn(x) .
4. Tentang deret Gauss. a. Cari penyelesaian deret persamaan diferensial 3
1
(i) (x โ x2)yโ + (2 - 2x)yโ - 4y = 0 . (ii) (x โ x2)yโ + 4(1 โ x)yโ โ 2y = 0 . c. Buktikan bahwa : (i) F(๐ผ, ๐ฝ, ๐ฝ; ๐ฅ) = (1 โ x)โ๐ผ . (ii) F(1,1,2;x) = log(1 + x) .
131
Barisan dan deret
BAB VI RUANG BARISAN TERBATAS Telah diketahui cara menentukan suatu barisan bilangan itu konvergen atau divergen, hubungan deret dan barisan, dan sedikit pemakaian deret pangkat atau deret fungsi pada penyelesaian suatu persaman diferential. Mulai Bab VI ini akan diselidiki struktur topologis suatu koleksi barisan bilangan. Dengan bilangan yang dimaaksud adalah bilangcomplex. Perlu diingat bahwa S, yaitu koleksi semua barian bilangan komplex, merupakan ruang vector atas lapangan C. Tak hanya itu saja, S juga merupakan aljabar yang komutatif dan mempunyai elemen satuan ๐ = { 1 }; dan barisan bilangan ( bilangan komplex ) dituliskan dengan ๐ฅ = { xk }, ๐ฆ { yk }, . . . .
132
6.1 Ruang barisan terbatas Suatu barisan ๐ฅ = { xk } ๐ S dikatakan terbatas ( bounded ) jika ada bilangan real M โฅ 0 sehingga | xk | โค M untuk setiap k. Teorema 6.1.1 : Jika ๐ โ merupakam koleksi semua barisan tebatas di dalam S, maka ๐ โ merupakan bernorma terhadap norma โฅ โฅโ : โฅ ๐ โฅโ = sup{ | xk | : k โฅ 1 } untuk setiap x = { xk } ๐ ๐ โ . Bukti : Dibuktikan danulu bahwa ๐ โ merupakan ruang linear ( ruang vector atas lapangan C ). Untuk sebarang bilangan ๐ผ dan ๐ฅ = { xk }, ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ โ diperoleh โฅ ๐ผ๐ฅ โฅโ = sup{ | ๐ผxk | : k โฅ 1 } = sup{ |๐ผ|.| xk | : k โฅ 1 }
Barisan dan deret
= |๐ผ|. sup{ | xk | : k โฅ 1 } = |๐ผ|.|| x โฅโ < โ dan || ๐ฅ + ๐ฆ โฅโ = sup{ | xk + yk | : k โฅ 1 } โค sup{ | xk |+| yk | : k โฅ 1 } โค sup{ | xk | : k โฅ 1 } + sup{ | yk | : k โฅ 1 } = || x โฅโ + || y โฅโ โค โ. Sampai di sini terbukti bahwa ๐ โ ruang linear. Terlihat pula bahwa untukmembuktikan bahwa ๐ โ ruang bernorma tinggal membuktikan โฅ ๐ฅ โฅโ = sup{ | xk | : k โฅ 1 } โฅ 0 untuk setiap ๐ฅ ๐ ๐ โ dan || ๐ฅ โฅโ = 0 jika dan hanya jika x = o . Dua hal ini cukup jelas berdasarkan definisi norma di atas.
โ
Teorema 6.1.2 : ๐ โ merupakan ruang Banach.
133
Bukti : Karena ๐ โ merupakan ruang bernoma terhadap noma || โฅโ , tinggal membuktikan setiap barisan Cauchy di dalamnya konvergen. Diam๐
bil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ โ . Jadi, untuk sebarang bilaangan real ๐ > 0 terdapat bilngan asli no sehingga jika dua bilangan asli m, n > no benar bahwa ๐
๐
|| ๐ฅ โ ๐ฅ โฅโ = sup{ |๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ | : k โฅ 1 } < ๐ /2 Jadi, |๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ | < ๐ untuk setiap k yang berarti untuk setiap k barisan bilangan { ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan Cauchy atau berarti untuk setiap k barisan bilangan { ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan yang konvergen; katakanlah konvergen ke xk. ( lim ๐ฅ๐๐ = ๐ฅ๐ ). Dibentuk barisan bilangan ๐ฅ = { ๐ฅ๐ ๐โโ
}. Oleh karea itu diperoleh, untuk n โฅ no , ๐
๐
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ = lim || ๐ฅ โ ๐ฅ
๐
๐โโ
โฅโ < ๐
๐
atau lim ๐ฅ = ๐ฅ dan ๐โโ
๐
๐
|| ๐ฅ โฅโ โค || ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ + || ๐ฅ โฅโ < โ
Barisan dan deret
๐
yang berarti barisan Cauchy { ๐ฅ } konvergen ke ๐ฅ ๐ ๐ โ atau terbukti ๐ โ ruang Banach.
โ
c dan co berturut-turut menunjukkan berturut-turut koleksi semua barisan bilangan yang konvergen dan koleksi semua barisan bilangan yang konvergen ke 0 ; jadi co โ c. Menurut Teorema 2.1.4, setiap barisan yang konvergen terbatas dan, menurut Teorema 2.1.4, c dan co merupakan ruang linear. Oleh karena itu, co dan c merupakan ruang bagian ( bernorma ) ruang Banach ๐ โ . Teorema 6.1.3 : co dan c masing-maasing ruang Banach. Bukti : Menurut penjelasan di atas, cukup dibuktikan bahwa co dan c merupakan ruang bernorma yang lengkap terhadap norma || โฅโ . Diam-
134 ๐
bil sebaraang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam c. Karena c โ ๐ โ maka ๐
{ ๐ฅ } konvergen; katakan konvergen ke ๐ฅ = { ๐ฅ๐ } ๐ ๐ โ . Jadi untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 dapat dipilih bilangan aseli no sehingga jika dua bilangan asli m, n โฅ no benar bahwa ๐
๐
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ < ๐/3
dan
| ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ | < ๐/3
dan
๐
||
๐ฅ - ๐ฅ โฅโ < ๐/3
atau | ๐ฅ๐๐ - xk | < ๐/3
๐
๐
untuk setiap k. Dan karena ๐ฅ ๐ c untuk setiap n, maka ๐ฅ = { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy. Jadi untuk bilangan real ๐ > 0 tersebut di atas dapat dipilih bilangan asli ko sehingga jika k, l โฅ ko benar bahwa | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ | < ๐/3 . ๐
๐
๐ฅ = { ๐ฅ๐ } ๐ c sebab โ๐ฅ ๐ c (โ๐ฅ konvergen ) dan โ๐ฅ = lim โ๐ฅ ๐โ
๐
konvergen.
Dengan kata lain terbukti bahwa c ruang Banach. Bukti bahwa co juga merupakan ruang Banach sejalan. โ
Barisan dan deret
6.2 Ruang barisan-selisih terbatas Telah diketahui bahwa ๐ โ , yaitu koleksi semua barisan bilangan terbatas, merupakan ruang Banach. Sekarang bebrapa masalah timbul, antara lain adalah bagaimana nasib barisan-barisan yang tak terbatas Apakah mereka itu masih dapat dikriteriakan atau masih dapat dicermati pengelompokannya. Jawabannya tentu positif; masih banyak cara mengkriteriakan, antara lain melalui pembentukan barisan-selisih.seperti yang akan dibicarakn di bawah ini . Diketahui barisan bilangan ๐ฅ = { xk }. Dengan menganggap xo = 0, dibentuk barisan bilangan : โ๐ = { โxk }
135
dengan โxk = xk โ xk-1 ( k = 1, 2, 3, . . . . ). Selanjutnya akan diselidiki koleksi-koleksi : ๐โ (โ) = { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ = { โxk } ๐ ๐โ }, c(โ) = { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ = { โxk } ๐ c },
dan
co(โ) = { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ = { โxk } ๐ co } . Teorema 6.2.1 : co(โ) โ c(โ) โ ๐ โ (โ) dan masing-masing merupakan ruang linear. Lebih lanjut co โ co(โ), c โ c(โ), dan ๐ โ โ ๐ โ (โ). Bukti : Diambil sebarang bilangan ๐ผ dan ๐ฅ, ๐ฆ ๐ S. Diperoleh โ(๐ผ๐ฅ) = { โ(๐ผxk) } = { ๐ผxk โ ๐ผxk-1 } = ๐ผ{ xk - xk-1 } = ๐ผ. โ๐ฅ dan โ(๐ฅ + ๐ฆ) = {โxk + โyk } = {โxk }+{ โyk } = โ๐ฅ + โ๐ฆ . Jadi, berdasarkan dua kenyataan tersebut dan definisi pembentukan ๐ โ (โ), ๐(โ}, dan co(โ) dapat disimpulkan bahwa jika diambil bilangan ๐ผ sebarang dan ๐ฅ, ๐ฆ ๐ ๐ โ (โ) ( ๐(โ), co(โ) maka co(โ) โ c(โ) โ ๐ โ (โ) dan masing-masing merupakan ruang linear. Selanjutnya jika ๐ฅ = { xk } ๐ co ( c , ๐ โ ) maka { xk-1 } ๐ co ( c , ๐ โ ) maka { xk-1 } ๐ co ( c , ๐ โ ) dan oleh karena itu โ๐ฅ = { โxk } = { xk} โ { xk-1 } ๐ co ( c , ๐ โ ) ; dengan kata lain ๐ฅ ๐ co (โ) ( c(โ) , ๐ โ (โ) ). โ
Barisan dan deret
Contoh : 1
1. ๐ฅ = { xk } = { k + ๐ } merupakan barisan yang tak tebatas., tetapi 1
1
โ๐ฅ = { โxk } = { 1 - ๐(๐โ1) } ๐ ๐ โ ; jadi ๐ฅ = { xk } = { k + ๐ } ๐ ๐ โ (โ) 2
๐ฅ= { xk } = { 1 +
1 ๐
} merupakan bilangan yang terbatas dan
konvergen ke 1; jadi ๐ฅ = { xk } = { 1 +
1 ๐
} ๐ c. Lebih lanjut
1
โ๐ฅ = { โxk } = { - ๐(๐โ1) } konvergen ke 0 ; jadi โ๐ฅ ๐ co . Teorema 6.2.2 : ๐ โ (โ), ๐(โ}, dan co(โ) maing-masing merupakan ruang Banach terhadap norma || โฅโ,โ : || ๐ฅ โฅโ,โ = | x1 | + || โ๐ฅ โฅโ = | x1 | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | โxk |
136
untuk setiap ๐ฅ ๐ ๐โ,โ . Bukti : Diambil sebarang ๐ฅ , ๐ฆ , ๐ง ๐ ๐ โ (โ) ( c(โ) , co(โ) ) dan sebarang bilangan ๐ผ. Diperoleh : ๏ท
|| ๐ฅ โฅโ,โ = | x1 | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | โxk | = || ๐ฅ โฅโ,โ = | x1 | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | xk โ xk-1| โฅ 0 dan || ๐ฅ โฅโ,โ = 0 โบ x1 = 0 dan xk - xk-1 = 0 untuk setiap โบ x1 = x2 = x3 = . . . . = 0 โบ ๐ฅ = ๐ ,
๏ท
|| ๐ผ๐ฅ โฅโ,,โ = | ๐ผx1 | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 |๐ผxk | = | ๐ผ |{| x1 | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 {| xk โ xk-1| }= | ๐ผ |.|| ๐ฅ โฅโ,โ , dan
๏ท
|| ๐ฅ + ๐ฆ โฅโ,โ = |x1 + y1| + || โ๐ฅ + โ๐ฆ โฅโ โค | x1 | + | y1 | + โ๐ฅ โฅโ + || โ๐ฆ โฅโ = || ๐ฅ โฅโ,โ + || ๐ฆ โฅโ,โ .
||
Dan karena norma pada ๐ โ (โ), c(โ), dan co(โ) sama, maka dapat di โ simpulkan bahwa ๐ โ (โ), c(โ), dan co(โ) masing-masing merupakan ruang bernorma. Tinggal membuktikan masing-masing lengkap ( ruang ๐
Banach ). Diambil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ โ (โ) ( c(โ) , co(โ) ). Jadi, untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 ada bilangan asli no se-hingga untuk sebarang dua bilangan asli m, n โฅ no benar bahwa
Barisaan dan deret
๐
๐
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ,โ = | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ | < ๐ yang berakibat | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ | < ๐ untuk setiap k atau { ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan bilangan Cauchy untuk setiap k. Jadi terdapat tepat satu bilangan xk sehingga{ ๐ฅ๐๐ } konvergen ke xk ( lim ๐ฅ๐๐ = xk ). Kemudian ๐โโ
dibentuk barisan ๐ฅ = { xk }. Diperoleh : || ๐ฅ - ๐ฅ
๐
๐
๐
โฅโ,โ = lim โฅ ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ,โ = lim { | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | โโ
๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ | } < ๐ || ๐ฅ โฅโ,โ โค || ๐ฅ - ๐ฅ ๐
๐โโ
dan ๐
๐
โฅโ,โ + || ๐ฅ โฅโ,โ < โ .
yang berarti { ๐ฅ } konvergen ke ๐ฅ ๐ ๐ โ (โ) atau ๐ โ (โ) lengkap.
137 ๐
Selanjutya, jika { ๐ฅ } merupakan barisan bilangan Cauchy di dalam ๐
c(โ) ( di dalam co(โ) ), maka โ๐ฅ = { โ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan ๐
Cauchy di dalam c ( co ) , Oleh karena itu โ๐ฅ = { โ๐ฅ๐๐ } konvergen ke โ๐ฅ dan โ๐ฅ ๐ c ( co ), karena c ( co ) lengkap . Dengan kata lain ๐ฅ๐ c(โ) ( co(โ) ) atau terbukti c(โ) ( co(โ) ) lengkap.
โ
Sekali lagi, jika barisan bilangan ๐ฅ = { xk }, dengan menganggap xo =0, dibentuk barisan bilangan โ๐ = { โxk } dengan โxk = xk โ xk-1 ( k = 1, 2, 3, . . . . ). Selanjutnya telah pula dibicarakan ruang-ruang barisan co , c, ๐ โ , co(โ), c(โ), dan ๐ โ (โ} tentang sifat-sifat dan hubungnnya. Oleh karena itu dengan dasar idea yang sama dibentuk pula โ2๐ = โ(โ๐ ) = { โ2xk } dengan โ2xk = โ(xk โ xk-1) = โxk - โxk-1 = (xk โ xk-1) - (xk-1 โ xk-2) = xk โ 2xk-1 + xk-2
( k = 1, 2, 3, . . . . . ),
Barisan dan deret
โ๐ ๐ = โ(โ๐ ๐) = { โ๐ xk } dengan โ3 xk = โ(xk โ 2xk-1 + xk-2 ) = xk โ 3xk-1 + 3xk-2 + xk-3 Demikian seterusnya, yang umumnya ๐ ๐ โm๐ = { โmxk } = { โ๐ ๐=๐(โ๐) ( ๐ )xk+m-i }
untuk m = 2, 3, 4 , . . . . Oleh kareana itu dapat dibentuk pula koleksikoleksi : ๐ โ (โ๐ ) = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ฅ ๐ ๐ โ } c(โ๐ ) = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ฅ ๐ c }, co(โ๐ ) = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ฅ ๐ co }.
138
Teorema 6.2.3 : Untuk setiap bilangan asli m benar bahwa : co(โ๐ ), c(โ๐ ), dan ๐ โ (โ๐ ) masing-masing ruang linear, co(โ๐ ) โ c(โ๐ ) โ ๐ โ (โ๐ ), co(โ๐ โ o(โ๐+1 ), c(โ๐ ) โ c(โ๐+1 ), dan ๐ โ (โ๐ ) โ ๐ โ (โ๐+1 ),
(i) (ii) (iii)
Bukti : Untuk sebarang bilangan ๐ผ dan sebarang barisan bilangan ๐ฅ = { xk } dan ๐ฆ = { yk } benar bahwa โ๐ (๐ผ. ๐ฅ) = { โ๐ (๐ผxk) } = { ๐ผ.โ๐ xk } = ๐ผ.{ โ๐ xk } = ๐ผ. โ๐ ๐ฅ
dan
โ๐ { ๐ฅ + ๐ฆ ) = { โ๐ ( xk + yk ) } = { โ๐ xk + โ๐ yk } = { โ๐ xk } + { โ๐ yk } = โ๐ ๐ฅ + โ๐ ๐ฆ . (i): Jadi jika ๐ฅ dan ๐ฆ anggota co(โ๐ ) ( c(โ๐ ), ๐ โ (โ๐ ) ), maka ๐ผ. ๐ฅ dan ๐ฅ + ๐ฆ anggota co(โ๐ ) ( c(โ๐ ), ๐ โ (โ๐ ) ) . Dengan kataa lain terbukti bahwa co(โ๐ ), c(โ๐ ), dan ๐ โ (โ๐ ) masing-masing ruang linear. (ii):Berdasarkan definisi pembentukannya jelas bahwa co(โ๐ ) โ c(โ๐ ) โ ๐ โ (โ๐ ). (iii): Karena { โ๐+1 ( xk) }= { โ(โ๐ xk) } = { โ๐ xk - โ๐ xk-1 } = { โ๐ xk } โ { โ๐ xk-1 } maka dapat disimpulkan bahwa co(โ๐ ) โ co(โ๐+1 ), c(โ๐ ) โ c(โ๐+1 ),
Barisan dan deret
dan ๐ โ (โ๐ ) โ ๐ โ (โ๐+1 ).
โ
Teorema 6.2.4 : co(โ๐ ), c(โ๐ ), dan ๐ โ (โ๐ ) masing-masing merupakan ruang Banach terhadap norma || โฅโ๐,โ : || ๐ฅ โฅโ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | xk | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | โ๐ xk | untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ co(โ๐ ) ( c(โ๐ ), ๐ โ (โ๐ ) ). ๐
Bukti : Diambil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam co(โ๐ ) ( c(โ๐ ), ๐ โ (โ๐ ) ). Jadi, untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 terdapaat bilangan asli no dan jika dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa : ๐
๐ก
๐ ๐ก ๐ ๐ก || ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ๐,โ = โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | โ๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ) | < ๐ โบ
139 ๐ ๐ก ๐ ๐ก โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | < ๐ dan | โ๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ) | < ๐ untuk setiap k โบ ๐ ๐ ๐ ๐ก ๐ก i ๐ โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | < ๐ dan | โ๐=0( ๐ )(-1) (๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ ) | untuk setiap k โบ
| ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk setiap k โ { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy un๐
tuk setiap k โบ ๐ฅ = { ๐ฅ๐๐ } konvergen ke suatu barisan ๐ฅ = { xk } ( lim ๐ฅ๐๐ = xk , lim lim ๐ฅ๐๐ ) = lim ๐ฅ k }. ๐ โโ
๐โโ ๐ โโ
๐โโ
Jadi diperoleh barisan bilangan ๐ฅ = { xk } dengan sifat ๐ก
๐ก
|| ๐ฅ โฅโ๐ ,โ โค || ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ๐ ,โ + || ๐ฅ โฅโ๐,โ ๐
๐ก
๐ก
= lim || ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ๐ ,โ + || ๐ฅ โฅโ๐ ,โ < โ . ๐ โโ
๐
Berdasarkan ketidaksamaan terakhir, ๐ฅ = { ๐ฅ๐๐ } ke ๐ฅ dan ๐
โ๐ ๐ฅ = โ๐ { xk } = lim โ๐ { ๐ฅ๐๐ } = lim โ๐ ๐ฅ , maka : ๐ โโ
๐ โโ
๐
- jika ๐ฅ ๐ co(โ๐ ) โน ๐ฅ ๐ co(โ๐ ) atau terbukti co(โ๐ ) lengkap ๐
- jika ๐ฅ ๐ co(โ๐ ) โน ๐ฅ ๐ c(โ๐ ) atau terbukti c(โ๐ ) lengkap, dan ๐
- jika ๐ฅ ๐ ๐ โ (โ๐ ) โน ๐ฅ ๐ ๐ โ (โ๐ ) atau terbukti ๐ โ (โ๐ ) lengkap. Bukti selesai.
โ
6.3 Ruang barisan Cesaro Dari suatu barisan bilangan ๐ฅ = { xk } dapat dibentuk barisan baru ๐
{ ๐ โ๐๐=๐ ๐k } Barisan dan deret
yang disebut barisan Cesaro. Oleh karena itu barisan Cesaro ada yang konvergen ke 0, ada yang konvergen, dan ada juga yang terbatas. Koleksi semua barisan Cesaro yang konvergen ke 0 dinotasikan dengan Co, koleksi semua barisan Cesaro yang konvergen dinotasikan dengan C, dan koleksi semua barisan Cesaro yang terbatas dinotasikan dengan ๐ถโ . Dengan kata lain 1
-
Co = { ๐ฅ = { ๐ฅk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ } konvergen ke 0 },
-
C = { ๐ฅ = { ๐ฅk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ } konvergen },
-
๐ถโ = { ๐ฅ = { ๐ฅk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ } terbatas }
1
1
140
Cukup jelas bahwa C o โ ๐ช โ ๐ชโ dan masing-masing merupakan ruang linear. Teorema 6.3.1 : Co, C, dan ๐ถโ masing-masing merupakan ruang Banach terhadap norma || ||c : ๐
|| ๐ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=๐ ๐๐ | untuk setiap ๐ฅ = { xk } anggota Co ( C, ๐ถโ ). Bukti : Cukup jelas bahwa, jika ๐ฅ dan ๐ฆ anggotanya dan sebarang bilangan ๐ผ benar bahwa 1
-
|| ๐ฅ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ | โฅ 0 dan || ๐ฅ ||c = 0 โบ ๐ฅ = ๐,
-
|| ๐ผ๐ฅ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ผ๐ฅ๐ | = | ๐ผ |. supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ |
1
1
= | ๐ผ |.|| ๐ฅ ||c , 1
1
|| ๐ฅ + ๐ฆ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=1(๐ฅ๐ + ๐ฆ๐ ) | โค supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ |
-
1
+ supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ฆ๐ | = || ๐ฅ ||c + || ๐ฆ ||c . Jadi terbukti bahwa Co ( C, ๐ถโ ) ruang bernorma. Diambil sebarang ๐
barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam Co ( C, ๐ถโ ). Berarti untuk sebarang bilangan real ๐ โฅ 0 terdapat bilangan asli no sehingga setap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa
Barisan daan deret
๐
1
๐ก
1
|| ๐ฅ - ๐ฅ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=1(๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ โบ |๐ โ๐๐=1(๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ โน | ๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy untuk setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } konvergen untuk setiap k, katakan ke ๐
bilangan xk ( lim ๐ฅ๐๐ = xk ). Jadi, karena ๐ฅ ๐ Co ( C, ๐ถโ ), lim ๐ฅ ๐ โโ
๐
๐ โโ
= ๐ฅ = { xk } dan 1
1
|| ๐ฅ ||c = supn>0|๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ | = lim supn>0 | ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐๐ | ๐ โโ
berarti barisan Cesaro ๐ฅ konvergen ke 0 ( konvergen, terbatas ) atau ๐ฅ ๐ Co ( C, ๐ถโ ) atau terbukti nahwa Co ( C, ๐ถโ ) ruang Banach.
โ
141
Ruang barisan-selisih Cesaro Seperti pada ruang barisan terbatas yang telah dikembangkan menjadi barisan-selisih terbatas, pada ruang barisan Cesaro dimungkinkan dapat pula menjadi ruang barisan-selisih Cesaro. Jika ๐ฅ = { xk } suatu barisan bilangan, maka barisan-selisih Cesaro adalah barisan ๐
{ ๐ โ๐๐=๐ โxk } dengan โxk = xk - xk-1 dan xo = 0. Jadi dapat di bangun koleksi-koleksi ; ๐
๐ช(โ)๐ = { ๐ = { xk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=๐ โxk } konvergen ke 0 }, ๐
C(โ)= { ๐ = { xk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=๐ โxk } konvergen }, dan ๐
๐ช(โ)โ = { ๐ = { xk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=๐ โxk } terbatas }. Mudah difahami bahwa Teorema 6.3.2 : Co โ ๐ถ(โ)๐ , C โ C(โ) , ๐ถโ โ ๐ถ(โ)โ dan ๐ช(โ)๐ โ C(โ) โ ๐ช(โ)โ dan masing-masing merupakan ruang linear. 1
Bukti : Untuk setiap ๐ฅ = { ๐ฅ๐ } ๐ Co ,barisan { ๐ โ๐๐1 ๐ฅk } konvergen ke 0. Oleh karena itu barisan 1
1
1
1
{ ๐ โ๐๐=0 โxk } = { ๐ โ๐๐=1(xk โ xk-1) } = { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ }โ { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐โ1 }
Barisan dan deret
konvergen ke 0. Jadi terbukti Co โ ๐ถ(โ)๐ . Bukti bahwa C โ C(โ) dan ๐ถโ โ ๐ถ(โ)โ sejalan. Diambil sebaarang ๐ฅ = { ๐ฅ๐ } , ๐ฆ = { ๐ฆ๐ } ๐ ๐ถ(โ)๐ dan sebaraang bilangan ๐ผ. Hal ini berati barisan -barisan {
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ฅ๐ } dan {
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ฆ๐ }
masing-aingkonvegen ke 0. Oleh karena itu barisan-barisan {
1
โ๐ โ๐ผ๐ฅ๐ } = ๐ผ. { ๐ ๐=1
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ฅ๐ } dan
142
{
1 ๐
โ๐๐=1 โ(๐ฅ๐ + yk) = {
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ฅ๐ } + {
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ฆ๐ }
masing-masing konvergen ke 0. Dengan kata lain terbukti bahwa ๐ถ(โ)๐ merupkn rung linear. Bukti bahwa C(โ) dan ๐ถ(โ)โ merupakan ruang โ
linear sejalan.
Selanjutnya, teorema di bawah ini juga mudah dibuktikan. Teorema 6.3.3 : ๐ถ(โ)๐ , C(โ), dan ๐ถ(โ)โ masing-masing ruang Banach ter-hadaap norma || โฅ๐โ,โ : ๐
|| ๐ โฅ๐โ,โ = | x1 | + supn>0| ๐ โ๐๐=๐ โxk | untuk setiap ๐ฅ ๐ ๐ถ(โ)๐ , ( C(โ), ๐ถ(โ)โ ) Bukti : Karena bukti bahwa ๐ถ(โ)๐ , C(โ) , dan ๐ถ(โ)โ masing-masing ruang Banach sejalan, maka cup di butikan salah satu saja, yaitu C(โ) ๐
saja. Diambil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } d dalam C(โ) . Jadi untuk sebarang bilangan ๐ โฅ 0 terdapat bilangan asli no sehingga untuk setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa ๐
1
๐ก
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅ๐โ,โ = | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ก | + supn>0| ๐ โ๐๐=1( ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ โบ 1
| ๐ โ๐๐=1( ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐
untuk setiap n โน
| ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk
setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy untuk setiap k โบ{ ๐ฅ๐๐ } konvergen, katakana ke xk untuk setiap k ( lim ๐ฅk ). Dibentuk barisan ๐ โโ
๐ฅ = { xk }; jadi diperoleh
Barisan dan deret
๐ฅ = { xk } = lim { ๐ฅ๐๐ } = lim ๐ฅ ๐ โโ
๐
๐ โโ
yang berakibat barisan 1
1
{ ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ } = lim { ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐๐ } konvergen ๐ โโ
yang berarti ๐ฅ anggota C(โ) atau terbukti bahwa C(โ) lengkap ( ruang Banach ). โ Ruang barisan-selisih Cesaro terbatas order-m Seperti pada ruang barisan terbataas, pada ruang barisan Cesaro dimungkinkan membangun barisan-selisih Cesaro tingkat yang lebih
143
tinggi ; yaitu sebagai berkut. Untuk setiap barisan ๐ฅ = { xk } barisanselisih Cesaro tingkat ke-2, tingkat ke-3, dan seterusnya adalah : 1
1
{ ๐ โ๐๐=1 โ2xk }, { ๐ โ๐๐=1 โ3xk }, dan seterusnya yang bentuk umumnya ๐
{ ๐ โ๐๐=๐ โmxk } yang disebut barisan-selisih Cesaro order-m. Oleh karena itu terbentuklah koleksi-koleksi : 1
C(โ๐ )o = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=1 โmxk } konvergen ke 0 }, 1
C(โ๐ ) = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : { โ๐๐=1 โmxk } konvergen }, ๐
1
C(โ๐ )โ = { ๐ฅ = { xk } ๐ S : { ๐ โ๐๐=1 โmxk } terbatas }. Teorema 6.3.4 : C{โ๐ )o โ ๐ช(โ๐+๐ )๐ , C(โ๐ ) โ C(โ๐+๐ ) , ๐ช(โ๐ )โ โ ๐ช(โ๐+๐ )โ dan ๐ช(โ๐ )๐ โ C(โ๐ ) โ ๐ช(โ๐ )โ dan masing-masing merupakan ruang linear. Bukti : Dibuktikan dahulu bahwa C(โ๐ ) โ C(โ๐+1 ). Diambil sebarang ๐ฅ = { xk } anggota C(โ๐ ); jadi barisan 1
1
{ ๐ โ๐๐=1 โmxk } dan { ๐ โ๐๐=1 โmxk-1 } konvergen. Oleh karena itu barisan
Barisan dan deret
1
1
{ ๐ โ๐๐=1 โm+1xk } = { ๐ โ๐๐=1 โ(โmxk) } 1
1
= { ๐ โ๐๐=1 โmxk } - { ๐ โ๐๐=1 โmxk-1 } konvergen, yang ๐ฅ anngota C(โ๐+1 ) atau terbukti bahwa C(โ๐ ) โ C(โ๐+1 ). Bukti bahwa C{โ๐ )o โ ๐ถ(โ๐+1 )๐ dan ๐ถ(โ๐ )โ โ C(โm+1 )โ sejalan. Bukti bahwa C(โm )o โ C(โm ) โ C(โm )โ
144
cukup jelas berdasarkan definisi pembentukannya. Selanjutnya, dibuktikan masing-masing merupakan ruang linear. Dibuktikan lebih
dahulu bahwa C(โ๐ ) ruang linear. Untuk sebarang bilangan ๐ผ dan ๐ฅ, ๐ฆ anggota C(โ๐ ) diperoleh ๐ผ๐ฅ, ๐ฅ + ๐ฆ ๐ C(โ๐ ), sebab : dua barisan 1
1
1
{ ๐ โ๐๐=1 โm๐ผxk } = { ๐ โ๐๐=1 ๐ผโmxk } = ๐ผ. { ๐ โ๐๐=1 โmxk } dan 1
1
{ ๐ โ๐๐=1 โm(xk + yk) } = { ๐ โ๐๐=1(โmxk + โ๐ yk) } 1
1
= { ๐ โ๐๐=1 โmxk } + { ๐ โ๐๐=1 โmyk } konvergen. Bukti bahwa C(โ๐ )o dan C(โ๐ )โ masing-masing ruang linear sejalan. โ Teorema 6.3.5 : C(โ๐ )o , C(โ๐ ) , dan C(โ๐ )โ masing-masing merukan ruang Banach, untuk setiap m, terhadap norma || โฅ๐โ๐ ,โ : 1
๐ || ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | xk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ xk |
Untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ C(โ๐ )o ( C(โ๐ ) , C(โ๐ )โ ). Bukti : Telah terbukti bahwa karena Co, C, dan ๐ถโ masing-masing ruang Banach, berturut-turut mengakibatkan C(โ)o , C(โ) , dan C(โ)โ juga ruang Banach. Oleh karena iitu, dengan induksi matematika, cukup dibuktikan dengan anggapan C(โ๐โ1 )o , C(โ๐โ1 ) , dan C(โ๐โ1 )โ merupakan ruang Banach,dibuktikan bahwa C(โ๐ )o , C(โ๐ ) , dan C(โ๐ )โ
Barisan daan deret
juga merupakan ruang Banach. Karena bukti sejalan, cukup dibuktikan salah satu saja, yaitu akan dibuktikan C(โ๐ ) merupakan ruang Banach. Diambil sebarang bilangan ๐ผ dan ๐ฅ , ๐ฆ ๐ C(โ๐ ). Diperoleh 1
๐ - || ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | xk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ xk | โฅ 0, cukup jelas, dn 1
๐ ๐ || ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | xk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ xk | = 0 โบ โ๐=1 | xk | = 0 1
dan | ๐ โ๐๐=1 โ๐ xk | = 0 untuk setiap n โน x1 = x2 = . . . = xm = 0 dan 1
| ๐ โ๐๐=1 โ๐ xk | = 0 untuk setiap n โน x1 = x2 = . . . . = 0 โน ๐ฅ = ๐.
145
Sebaliknya, jika ๐ฅ = ๐ โน || ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = 0 cukyp jelas. 1
๐ ๐ || ๐ผ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | ๐ผxk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ ๐ผ xk | = | ๐ผ |.โ๐=1 | xk |
-
1
+ | ๐ผ |.| ๐ โ๐๐=1 โ๐ xk | = | ๐ผ |.|| ๐ฅ โฅ๐โ๐,โ . 1
๐ || ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | xk + yk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ (xk + yk)
-
1
๐ ๐ โค โ๐ ๐=1 | xk | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ xk | + โ๐=1 | yk | + 1
supn>0| ๐ โ๐๐=1 โ๐ yk | = || ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ + || ๐ฆ โฅ๐โ๐ ,โ . Sampai di sini terbukti bahwa C(โ๐ ) merupakan ruang bernorma. ๐
Selanjutnya diambil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam C(โ๐ ). Jadi untuk sbarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga untuk setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa ๐
1
๐ก
๐ ๐ก ๐ ๐ ๐ก || ๐ฅ โ ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,โ = โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ | + supn>0| ๐ โ๐=1 โ๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ) | < ๐ 1
๐ ๐ก ๐ ๐ ๐ก โน โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ | < ๐ dan | ๐ โ๐=1 โ๐ (๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ) | < ๐ untuk setiap n
โน | ๐ฅ๐๐ โ ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy untuk setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } konvergen, katakan ke bilangan xk , untuk setiap ๐
k. Selanjutnya dibentuk barisan ๐ฅ = { xk }; jadi lim ๐ฅ = lim {๐ฅ๐๐ } ๐ โโ
๐ โโ
๐
= ๐ฅ dan karena ๐ฅ = { ๐ฅ๐๐ } konvergen ( anggota C(โ๐ ) ), maka ๐ฅ = { xk } konvergen ( anggota C(โ๐ ) ). Dengan kata lain terbukti bahwa C(โ๐ ) lengkap ( ruang Banach ).
โ
Barisan dan deret
BAB VII RUANG BARISAN ๐๐ ( 1 โค ๐ < โ )
7.1 Ruang barisan ๐๐ Ruang barian terbatas ๐ โ telah terskala oleh ruang barisan Co dan ruang barisan C. Penskalaan ruang barisan ๐ โ dengan cara yang lain di
146
ataranya dengan cara sebagai berikut. Untuk setiap bilangan real p dengan 1 โค p < โ dibentuk koleksi barisan : p ๐๐ = { ๐ = { xk } ๐ S : โโ ๐=๐ | xk | < โ }.
Untuk memperlihatkan bahwa ๐ ๐ merupakan ruang Banach terhadap norma || ||p : p 1/p || ๐ ||p = || { xk } ||p = { โโ ๐=๐ | xk | }
untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ perlu beberapa limma di bawah ini. Lemma 7.1.1 : ( Ketidaksamaan Young ) Diketahui 0 < p, q < โ sehingga
1 ๐
+
1 ๐
= 1. Unttuk sebarang dua
bialangan ๐ผ dan ๐ฝ benar bahwa | ๐ถ๐ท | โค 1
|๐ถ|๐ ๐
+
|๐ท|๐ ๐
.
1
๐
Bukti : Karena ๐ + ๐ = 1 diperoleh p + q = pq,
๐
1
= ๐โ1 dan
๐ ๐
1
= ๐โ1 .
Diambil kurva y = xp-1 ; jadi x = yq-1 . Oleh karena itu ( Llihat gambar ) diperoleh | ๐ผ๐ฝ | = luas persegi panjang โค luas I + luas II yang br |๐ผ|
|๐ฝ|
| ๐ผ๐ฝ | โค โซ0 ๐ฅ ๐โ1 dx + โซ0 ๐ฆ ๐โ1 dy =
|๐ผ|๐ ๐
+
|๐ฝ|๐ ๐
.
โ
Lemma 7.1.2 : ( Ketidaksamaan Holder ) (i)
Jika ๐ฅ = { xk } ๐ ๐1 dan ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ โ , maka
Barisan dan deret
โ | โโ ๐=๐ ๐k.yk | โค โ๐=๐ | xk.yk | โค || ๐ ||1.|| ๐ โฅโ
(ii)
1
1
Diketahui 1 < p, q < โ dan ๐ + ๐ = 1. Jika ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ dan ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ ๐ , maka โ | โโ ๐=๐ ๐k.yk | โค โ๐=๐ | xk.yk | โค || ๐ ||p.|| ๐ โฅ๐ .
Bukti : (i) : Jika ๐ฅ = { xk } ๐ ๐1 dan ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ โ cukup jelas bahwa โ โ | โโ ๐=1 ๐ฅ k.yk | โค โ๐=1 | xk.yk | = โ๐=1 |๐ฅ k|.|yk |
โค โโ ๐=1 | xk|.๐ ๐ข๐๐โฅ1 |yk | = || ๐ฅ ||1.|| ๐ฆ โฅโ . (ii) : Jika ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ dan ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ ๐ cukup jelas bahwa
147 โ โ | โโ ๐=1 ๐ฅ k.yk | โค โ๐=1 | xk.yk | = โ๐=1 |๐ฅ k|.|yk |. Karena
1 ๐
1
+ = 1, ๐
tinggal membuktikan bahwa |๐ฅ | |๐ฆ |
๐ ๐ โ โโ ๐=1 | xk|.|yk | โค || ๐ฅ ||p.|| ๐ฆ โฅ๐ atau โ๐=1 โฅ๐ฅโฅ .โฅ๐ฆโฅ โค 1. ๐
๐
Dengan Lemma Young diperoleh โโ ๐=1
|๐ฅ๐ | |๐ฆ๐ |
.
โฅ๐ฅโฅ๐ โฅ๐ฆโฅ๐
1
|๐ฅ |
1
|๐ฅ |
๐ ๐ p q โค โโ ๐=1{ ( ๐( โฅ๐ฅโฅ ) + ( ๐ ( โฅ๐ฆโฅ ) } ๐
1
๐
|๐ฅ |
1
๐
๐
๐ p = ๐ โโ ๐=1( โฅ๐ฅโฅ ) +
โโ ๐=1(
|๐ฅ๐ | โฅ๐ฆโฅ๐
)q } =
1 ๐
1
+ ๐ = 1. โ
Lemma 7.1.3 : ( Ketidaksamaan Minkowski ) 1 โค p โค โ. Jika ๐ฅ = { xk } , ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ ๐ maka โฅ ๐ + ๐ โฅ๐ โค โฅ ๐ โฅ๐ + โฅ ๐ โฅ๐ . Bukti : Jika p = โ, diperoleh : โฅ ๐ฅ + ๐ฆ โฅโ = ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | xk + yk | โค ๐ ๐ข๐๐โฅ1 {| xk |+| yk |} โค ๐ ๐ข๐๐โฅ1| xk | + ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | yk | = || ๐ฅ โฅโ + || ๐ฆ โฅโ . Jika p = 1 diperoleh โ โ โฅ ๐ฅ + ๐ฆ โฅ1 = โโ ๐=1 | xk + yk | โค โ๐=1 | xk | + โ๐=1 | yk |
= โฅ ๐ฅ โฅ1 + โฅ ๐ฆ โฅ1 . Jika 1 < p < โ ,
Barisan dan deret
| xk + yk |p = |xk + yk |.| xk + yk |p-1 โค |xk |.| xk + yk |p-1 + | yk |.| xk + yk |p-1 untuk setiap k.. Dijumlah untuk seluruh k dan kemudian memfaatkan ketidaksamaan Holder, diperoleh โ p p-1 p-1 โโ + โโ ๐=1 | xk + yk | โค โ๐=1 | xk |.| xk + yk | ๐=1 | yk |.| xk + yk | 1
1
โ p-1 q ๐ p-1 q ๐ โค || ๐ฅ ||p . { โโ ๐=1{ | xk + yk | } } + || ๐ฆ ||p . {โ๐=1{ || xk + yk | } } 1
p ๐ = ( || ๐ฅ ||p + || ๐ฆ ||p ).โโ ๐=1{ | xk + yk | }
atau
148 1
p ๐ || ๐ฅ + ๐ฆ ||p = { โโ ๐=1 | xk + yk | } โค || ๐ฅ ||p + || ๐ฆ ||p .
โ
Teorema 7.1.4 : ๐ ๐ ( 1 โค p < โ ) merupakan ruang Banach terhadap norma || ||p . Bukti : Diambil sebarang ๐ฅ = { xk }, ๐ฆ = { yk } ๐ ๐ ๐ dan sebarang bilangan ๐ผ. Berdasarkan definisi ๐ ๐ diperoleh : p p โ p ๐ โโ dan ๐=1 | ๐ผxk | = | ๐ผ | .โ๐=1 | xk | < โ yang berarti ๐ผ๐ฅ ๐ ๐
menurut ketidaksamaan Minkowski diperoleh p || ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐ โค โฅ ๐ฅ โฅ๐ + โฅ ๐ฆ โฅ๐ < โ yang berarti โโ ๐=1 | xk + yk |
< โ atau ๐ฅ + ๐ฆ ๐ ๐ ๐ . Sampai di sini terbukti bahwa ๐ ๐ ruang linear. (i) (ii) (iii)
p 1/p || ๐ฅ ||p = { โโ โฅ 0, ๐=1 | xk | } || ๐ฅ ||p = 0 โบ xk = 0 untuk setiap k โบ ๐ฅ = ๐ , p 1/p p 1/p || ๐ผ๐ฅ ||p = { โโ = | ๐ผ |.{ โโ ๐=1 | ๐ผxk | } ๐=1 | xk | } = | ๐ผ |.|| ๐ฅ ||p . Berdasarkan ketidaksamaan Minkowski di atas ; || ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐ โค โฅ ๐ฅ โฅ๐ + โฅ ๐ฆ โฅ๐ .
Jadi, sampai di sini terbukti bahwa ๐ ๐ merupakan ruang bernorma. TingGal membuktikan bahwa ๐ ๐ lengkap. Diambil sebarang barisan Cauchy ๐
๐
{ ๐ฅ } โ ๐ ๐ dengan ๐ฅ = { ๐ฅ๐๐ }. Jadi untuk sebarang bilangan real ๐ < 0 terdapat bilangan asli no sehingga untuk setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa
Barisan dan deret
๐
๐ก
๐ ๐ก p 1/p || ๐ฅ - ๐ฅ ||p = { โโ < ๐. ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | }
Oleh karena itu diperoleh ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐
|
untuk setiap k
atau { ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan bilangan Cauchy untuk setiap k yang berarti { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan yang konvergen, katakan ke bilangan xk , untuk setiap k ( lim ๐ฅ๐๐ = xk ). Selanjutnya dibentuk barisan ๐ฅ = ๐ โโ
๐
{ xk }. Ternyata diperoleh { ๐ฅ } konvergen ke ๐ฅ, karena ๐
๐
๐ก
๐ ๐ก p 1/p || ๐ฅ - ๐ฅ ||p = lim โฅ ๐ฅ - ๐ฅ ||p = lim { โโ < ๐. ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | } ๐กโโ
๐กโโ
149
Lebih lanjut, karena ๐
๐
|| ๐ฅ ||p โค || ๐ฅ - ๐ฅ ||p + || ๐ฅ ||p < โ ๐
dapat disimpulkn bahwa barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ ๐ konvergen ke ๐ฅ ๐ ๐ ๐ atau terbukti bahwa ๐ ๐ lengkap ( ruang Banach ). โ Teorema 7.1.5 : Jika 1 < p < q < โ, maka ๐1 โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ โ . Bukti : Jika ๐ฅ = { xk } ๐ ๐1 maka untuk sebarang bilangan 0 < ๐ < 1 terdapat bilangan asli no sehinggga โ๐>๐๐ | xk | < ๐. Karena | xk |p < | xk | ( k > no ) diperoleh โ๐>๐๐ | xk |p < โ๐>๐๐ | xk | < ๐ yang berarti ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ . Dengan cara yang sama, diambil sebarang ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ . Jadi untuk sebarang bilangan 0 < ๐ < 1 terdapat bilangan asli nโ sehinggga โ๐>๐โฒ | xk |p < ๐. Karena p < q dan k > nโ diperoleh | xk |q < | xk |p yang berakibat โ๐>๐โฒ | xk |q < โ๐>๐โฒ | xk |p < ๐ atau ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ . Diambil sebarang ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ . Jadi ada bilangan real M โฅ 0 sehingga q โโ ๐=1 | xk | โค M
Barisan dan deret
yang berakibat | xk |q โค M atau | xk | โค M1/q untuk setiap k yang berarti ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ โ .
7.2 Ruang barisan-selisih ๐๐ Seperti pada ruang barisan-selisih terbatas, dapat dibangun pula ruang barisan-selisih ๐ ๐ ( 1 โค p < โ ) sebagai berikut. ๐๐ (โ) = { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ ๐๐ } ๐๐ (โ๐ )= { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ ๐ ๐๐ } dengan โ๐ฅ = { โxk } = { xk - xk-1 } dan โ2 ๐ฅ = โ(โ๐ฅ) = {xk - 2xk-1 + xk-2 }
150
yang bentuk umumnya adalah ๐๐ (โ๐ )= { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ ๐ ๐๐ } dengan i ๐ โ ๐ ๐ = { โ๐ ๐=๐(-1) ( ๐ )xk+m-i }.
Lebih dahulu dibuktikan teorema di bawah ini . Teorema 7.2.1 : ๐ ๐ โ ๐ ๐ (โ) dan ๐ ๐ (โ) merupakan ruang Banach terhadap norma || โฅโ,๐ : || ๐ โฅโ,๐ = | x1 | + || โ๐ ||p . Bukti : Jika ๐ฅ = { xk } anggota ๐ ๐ , maka { xk-1 } juga anggota ๐ ๐ dan oleh karena itu โ๐ฅ = { โxk } = { xx โ xk-1 } = { xx } โ { xk-1 } ๐ ๐ ๐ yang dengan kata lain, menurut definisi di atas, ๐ฅ = { xk } anggota ๐ ๐ (โ). Jadi terbukti ๐ ๐ โ ๐ ๐ (โ) . Selanjutnya ๐ ๐ (โ) , sebab jika ๐ผ sebarang bilangan real dan ๐ฅ ,๐ฆ ๐ ๐ ๐ (โ) berarti โ(๐ผ๐ฅ) = ๐ผ.โ๐ฅ dan โ(๐ฅ + ๐ฆ) = โ๐ฅ + โ๐ฆ anggota ๐ ๐ yang dengan kata lain ๐ผ๐ฅ dan ๐ฅ + ๐ฆ anggota ๐ ๐ (โ). Tinggal membuktikan bahwa ๐ ๐ (โ) merupakan ruang Banach ( ruang bernorma yang lengkap ). Untuk setiap bilangan ๐ผ dan ๐ฅ, ๐ฆ ๐ ๐ ๐ (โ) diperoleh : || ๐ฅ โฅโ,๐ = | x1 | + || โ๐ฅ ||p < โ karena โ๐ฅ ๐ ๐ ๐ dan terlihat pula
(a)
|| ๐ฅ โฅโ,๐ = | x1 | + || โ๐ฅ || = 0 jika dan hanya jika ๐ฅ = ๐ . || ๐ผ๐ฅ โบโ,๐ = | ๐ผx1 | + || โ(๐ผ๐ฅ) ||p = | ๐ผ |.| x1 | + | ๐ผ |.|| โ๐ฅ ||[
(b)
Barisan dan deret
= | ๐ผ |.|| ๐ฅ โฅโ,๐ . || ๐ฅ + ๐ฆ โฅโ,๐ = | x1 + y1 | + || โ(๐ฅ + ๐ฆ ||p โค | x1 | + | y1 |
(c)
+ || โ๐ฅ ||p + || โ๐ฆ ||p = || ๐ฅ โฅโ,๐ + || ๐ฆ โฅโ,๐ . Sampai di sini terbukti bahwa ๐ ๐ (โ) merupakan ruang bernorma. Diam๐
bil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } = { ๐ฅ๐๐ } di dalam ๐ ๐ (โ). Jadi, untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa ๐
๐ก
๐
๐ก
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ,๐ = | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ก | + || โ(๐ฅ - ๐ฅ 0 ||p
151 ๐
๐ก
= | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ก | + || โ๐ฅ - โ๐ฅ ||p < ๐ โน | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ก | < ๐ ๐
๐ก
๐
dan || โ๐ฅ - โ๐ฅ ||p < ๐ โบ { ๐ฅ1๐ } barisan bilangan Cauchy dan { โ๐ฅ } barisan Cauchy di dalam ๐ ๐ โบ kedua barisan konvergen โบ ada bilangan x1 sehingga{ ๐ฅ1๐ } konvergen ke x1 ( lim ๐ฅ1๐ = x1 ) dan ada ๐ โโ
๐
bilangan xk sehingga barisan { โ๐ฅ } konvergen ke โ๐ฅ = โ{ xk } ๐
= { โ๐ฅk} ( lim โ๐ฅ = โ๐ฅ ). Karena ๐ ๐ lengkap maka โ๐ฅ ๐ ๐ ๐ yang ๐ โโ
berarti ๐ฅ ๐ ๐ ๐ (โ) atau terbukti ๐ ๐ (โ) lengkap ( ruang Banach ).
โ
Seperti telah ditulis di atas bahwa ๐๐ (โ๐ )= { ๐ = { xk } ๐ S : โ๐ ๐ ๐ ๐๐ }, dengan
(โ๐ )= ๐๐ dan ๐๐ (โ๐ )= ๐๐ (โ) .
Teorema 7.2.2 : ๐ ๐ (โ๐โ1 ) โ ๐ ๐ (โ๐ ) dan masing-masing merupakan ruang Banach untuk setiap m ( m = 1, 2, . . . ) terhadap norma || โฅโ๐,๐ : || ๐ โฅโ๐ ,๐ = โ๐ ๐=๐ | xk | + || โ๐ ๐ ||p untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ ๐ . Bukti : Menurut Teorema 7.2.1 teorema tersebut benar untuk m = 1. Jadi, menurut induksi matematika, cukup dianggap teorema benar untuk m-1 dan dibuktikan teorema benar untuk m dengan m > 1. Jika ๐ฅ = { ๐ฅ๐ } ๐ ๐ ๐ (โ๐โ1 ), maka โ๐โ1 ๐ฅ ๐ ๐ ๐ dan โ๐ ๐ฅ = โ๐ { xk } =(โ๐โ1 โ{ xk }) = โ๐โ1 { xk } - โ๐โ1 { xk-1 } ๐ ๐ ๐
Barisan dan deret
dengan kata lain terbukti ๐ฅ ๐ ๐ ๐ (โ๐ ) atau terbukti ๐ ๐ (โ๐โ1 ) โ ๐ ๐ (โ๐ ). ๐ ๐ (โ๐ ) ruang linear, sebab untuk setiap ๐ฅ , ๐ฆ dua anggota ๐ ๐ (โ๐ ) dan sebarang bilangan ๐ผ diperoleh : ๐ i ๐ i ๐ โ๐ (๐ผ๐ฅ) = { โ๐ ๐=0(-1) ( ๐ )๐ผxk } = ๐ผ.{ โ๐=0(-1) ( ๐ )xk } = ๐ผ. โ๐ (๐ผ๐ฅ) dan i ๐ โ๐ (๐ฅ + ๐ฆ) = { โ๐ ๐=0(-1) ( ๐ )(xk + yk)}
๐ i ๐ i ๐ = { โ๐ ๐=0(-1) ( ๐ )xk } + { โ๐=0(-1) ( ๐ )yk } = โ๐ ๐ฅ + โ๐ ๐ฆ .
152
๐ ๐ (โ๐ ) ruang bernorma, sebab untuk setiap ๐ฅ , ๐ฆ dua anggota ๐ ๐ (โ๐ ) dan sebarang bilangan ๐ผ diperoleh : || ๐ฅ โฅโ๐ ,๐ = โ๐ ๐=1 | xk | + || โ๐ ๐ฅ ||p โฅ 0 dan || ๐ฅ โฅโ๐ ,๐ = 0 โบ
-
๐ โ i ๐ p 1/p โ๐ =0 ๐=1 | xk | = 0 dan || โ๐ ๐ฅ ||p = { โ๐=1 | โ๐=0(-1) ( ๐ )xk | } ๐ i ๐ โบ โ๐ ๐=1 | xk | = 0 dan | โ๐=0(-1) ( ๐ )xk | = 0 untuk setiap k โบ
xk = 0 untuk setiap k โบ ๐ฅ = ๐ . || ๐ผ๐ฅ โฅโ๐ ,๐ = โ๐ ๐=1 |๐ผ xk | + || โ๐ ๐ผ๐ฅ ||p
-
= | ๐ผ |.โ๐ ๐=1 | xk | + | ๐ผ |.|| โ๐ ๐ฅ ||p = | ๐ผ |.|| ๐ฅ โฅโ๐ ,๐ . ๐ || ๐ฅ + ๐ฆ โฅโ๐ ,๐ = โ๐ ๐=1 | xk + yk | + || โ๐ (๐ฅ + ๐ฆ )||p โค โ๐=1 | xk |
-
+ โ๐ ๐=1 | xk | + || โ๐ ๐ฅ ||p + || โ๐ ๐ฆ ||p = || ๐ฅ โฅโ๐ ,๐ + || ๐ฆ โฅโ๐ ,๐ . ๐ ๐ (โ๐ ) ( ruang bernorma ) lenkap, sebab jika diambil barisan Caughy ๐
{ ๐ฅ } di dalam ๐ ๐ (โ๐ ) maka untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 ada bilangan asli no sehingga untuk setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa ๐
๐ก
๐
๐ก
๐ ๐ก ๐ || ๐ฅ - ๐ฅ โฅโ๐,๐ < ๐ atau โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | + || โ๐ (๐ฅ - ๐ฅ )||p = โ๐=1 | ๐
๐ก
๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | + || โ๐ ๐ฅ - โ๐ ๐ฅ ||p < ๐ โน { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy ๐
untuk setiap k = 1, 2, . . . ,m dan { โ๐ ๐ฅ } barisan Cauchy di dalam ๐ ๐ ๐
โบ terdapat barisan bilangan ๐ฅ = { xk } sehingga { โ๐ ๐ฅ } konvergen
Barisan dan deret
ke โ๐ ๐ฅ dan karena ๐ ๐ lengkap maka โ๐ ๐ฅ ๐ ๐ ๐ โบ ๐ฅ ๐ ๐ ๐ (โ๐ ) atau terbukti ๐ ๐ (โ๐ ) ruang Banach.
โ
7.3 Ruang barisan Cesaro Telah diketahui bahwa jika ๐ฅ = { xk } suatu barisan bilangan, maka barisan
153 1
{ โ๐๐=1 ๐ฅk } ๐
disebut barisan Cesaro. Sejalan dengan terbentuknya ruang barisan ๐ ๐ dengan 1 โค p โค โ, dapat dibentuk pula koleksi barisan ๐
๐ชโ = { ๐ = { xk } ๐ S : ๐ฌ๐ฎ๐ฉ | ๐ โ๐๐=๐ ๐๐ | < โ } ๐โฅ๐
๐
๐ p ๐ช๐ = { ๐ = { xk } ๐ S : โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ ๐๐ | < โ }, 1 โค p < โ.
Teorema 7.3.1 : ๐ถ โ merupakan ruang Banach terhadap norma : ๐
โฅ ๐ โฅ๐โ = ๐ฌ๐ฎ๐ฉ | ๐ โ๐๐=๐ ๐๐ | ๐โฅ๐
untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ถ โ . Bukti : Diambil sebarang bilaangan ๐ผ dan ๐ฅ, ๐ฆ ๐ ๐ถ โ . Diperoleh : 1
sup | ๐ โ๐๐=1 ๐ผ๐ฅ๐ | = | ๐ผ |. ๐ ๐ข๐๐โฅ1 | ๐โฅ1
1 ๐
โ๐๐=1 ๐ฅ๐ | < โ
yang berarti ๐ผ๐ฅ ๐ ๐ถ โ dan 1
1
1
sup | ๐ โ๐๐=1 | xx + yk | โค sup | ๐ โ๐๐=1 | xx | + sup | ๐ โ๐๐=1 | yk | ๐โฅ1
๐โฅ1
๐โฅ1
< โ yang berarti ๐ฅ + ๐ฆ ๐ ๐ถ โ . Jadi terbukti ๐ถ โ merupakan ruang linear. Selanjutnya, berdasarkan dua hasil tersebut di atas dapat disimpulkan pula bahwa : || ๐ผ๐ฅ โฅ๐โ = | ๐ผ |.|| ๐ฅ โฅ๐โ
|| ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐โ โค || ๐ฅ โฅ๐โ + || ๐ฆ โฅ๐โ .
dan
Dan, mudah difahami bahwa : || ๐ฅ โฅ๐โ โฅ 0 dan || ๐ฅ โฅ๐โ = 0 โบ ๐ฅ = ๐. Sampai di sini terbukti bahwa ๐ถ โ merupakan ruang bernorma dan tinggal membuktikan bahwa ๐ถ โ lengkap. Diambil sebarang barisan Cauchy ๐
{ ๐ฅ } di dalam ๐ถ โ . Jadi, untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga setiap dua bilangan asli s, t โฅ no benar bahwa ๐
1
๐ก
|| ๐ฅ - ๐ฅ โฅ๐โ = sup | ๐ โ๐๐=1( ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ ๐โฅ1
1
yang berakibat |๐ โ๐๐=1( ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ untuk setiap n. Oleh karena itu setelah disubstitusi berturut-turut n = 1, n = 2, dan seterusnya diperoleh dan dpat disimpulkan | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk setiap k
154
yang berarti { ๐ฅ๐๐ } barisan bilangan Cauchy ; jadi { ๐ฅ๐๐ } konvergen, katakan konvergen ke xk untuk setiap k. Kemudian dibentuk barisan ๐ฅ ๐
= { xk }. Diperoleh lim ๐ฅ = lim { ๐ฅ๐๐ } = { xk } = ๐ฅ dan ๐ โโ
๐ โโ
๐
|| ๐ฅ โฅ๐โ = lim || ๐ฅ โฅ๐โ < โ. ๐ โโ
๐
Jadi dapat disimpulkan bahwa barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ถ โ konvergen ke suatu ๐ฅ ๐ ๐ถ โ atau berarti ๐ถ โ lengkap ( ruang Banach ).
โ
Teorema 7.3.2 : ๐ถ ๐ merupakan ruang Banach terhadap norma : ๐
๐ p 1/p โฅ ๐ โฅ๐๐ ={โโ ๐=๐ | โ๐=๐ ๐๐ | } ๐
untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ถ ๐ . Bukti : Diambil sebarang bilaangan ๐ผ dan ๐ฅ, ๐ฆ ๐ ๐ถ ๐ . Diperoleh : ๐
๐
๐ ๐ โ p p p โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ ๐ถ๐๐ | = | ๐ผ | . โ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ ๐๐ | < โ dan ๐
๐
๐ p 1/p โค {โโ | โ๐ p 1/p { โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐(๐๐ + ๐๐ )| } ๐=๐ ๐ ๐=๐ ๐๐ | } ๐
๐ p 1/p < โ ; +{โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ ๐๐ | }
jadi ๐ถ ๐ ruang linear. Dari ketidaksamaan pertama diperoleh โฅ ๐ผ๐ฅ โฅ๐๐ = | ๐ผ |.โฅ ๐ฅ โฅ๐๐ dan dari ketidaksamaan ke-dua diperoleh โฅ ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐๐ โค โฅ ๐ฅ โฅcp + โฅ ๐ฆ โฅcp dan jelas bahwa dari definisi dipe roleh 1
โฅ ๐ฅ โฅ๐๐ โฅ 0 dan โฅ ๐ฅ โฅ๐๐ = 0 jika dan hanya jika | ๐ โ๐๐=1 ๐ฅ๐ | = 0 untuk setiap n โบ untuk n = 1 menghasilkan x1 = 0, untuk n = 2 menghasilkan x2 = 0, dan seterusnya โบ ๐ฅ = ๐ ; jadi ๐ถ ๐ ruang bernorma. Tinggal membuktikan bahwa ruang bernorma ๐ถ ๐ lengkap. Diambil se๐
barang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ถ ๐ . Jadi untuk sebarang bilangan ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga untuk setiap dua bilangan asli
Barisan dan deret
s, t โฅ no benar bahwa ๐
๐ก
1
๐ ๐ ๐ก p 1/p โฅ ๐ฅ - ๐ฅ โฅ๐๐ = { โโ <๐โน ๐=1 | ๐ โ๐=1(๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ )| }
155
|
1 ๐
โ๐๐=1( ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก ) | < ๐ untuk setiap n. Oleh karena itu, jika
dihitung berturut-turut mulai dengan n = 1, dilanjutkan dengan n = 2, dan seterusnya diperoleh berturut-turut | ๐ฅ1๐ - ๐ฅ1๐ก | < ๐ , | ๐ฅ2๐ - ๐ฅ2๐ก | < ๐ , ๐ก | ๐ฅ3๐ - ๐ฅ1=3 | < ๐ , . . . . . , umumnya | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐ untuk setiap k . Jadi
{ ๐ฅ๐๐ } merupakan barisan bilangan Cauchy { barisan konvergen ) untuk setiap k, yang berarti ada bilangan xk sehingga lim ๐ฅ๐๐ = xk ; jika ๐ฅ = ๐ โโ
๐
{ xk } berarti ๐ฅ = lim ๐ฅ๐๐ = lim ๐ฅ dan ๐ โโ
๐ โโ
1
1
๐ ๐ ๐ p โ โโ ๐=1 | ๐ โ๐=1 ๐ฅ๐ | = lim โ๐=1 | ๐ โ๐=1 ๐ฅ๐ | < โ ๐ โโ
atau ๐ฅ ๐ ๐ถ ๐ atau ๐ถ ๐ lengkap ( ruang Banach ).
โ
Ruang barisan-selisih Cesaro ๐๐ Telah diketahui untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ S dapat dibentuk barisanselisih order-1 โ๐ฅ = { โxk }, barisan-selisih order-2 โ2 ๐ฅ = { โ2 xk }, dan seterusnya yang umumnya barisan-selisih order-m adalah barisan โ๐ ๐ฅ = { โ๐ xk } dengan i ๐ โ๐ xk = โ๐ ๐=๐(-1) ( ๐ )xk .
Oleh karena itu koleksi-koleksi barisan-selisih Cesaro ๐ ๐ yang terkait adalah: ๐
๐ p ๐ช๐ (โ) = { ๐ = { xk } ๐ S ; โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ โxk | < โ }, ๐
๐ p ๐ช๐ (โ๐ ) = { ๐ = { xk } ๐ S ; โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ โ๐ xk | < โ },
yang bentuk umumya adalah ๐
๐ p ๐ช๐ (โ๐ ) = { ๐ = { xk } ๐ S ; โโ ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ โ๐ xk | < โ }.
Akan ditunjukkan bahwa masng-masing mrupakan ruang Banach ; ๐ช๐ (โ๐ ) akan disebut ruang barisan-selisih Cesaro ๐๐ order-m.
Barisan dan deret
156
Teorema 7.3.2 : ๐ถ ๐ (โ๐ ) ( m โฅ 1 ) merupakan ruang Banach terhadap norma โฅ โฅ๐โ๐ ,๐ : ๐
๐ โ p 1/p โฅ ๐ โฅ๐โ๐ ,๐ = โ๐ ๐=๐ | ๐๐ | + { โ๐=๐ | ๐ โ๐=๐ โmxm+k | }
untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐ถ ๐ (โ๐ ). Lebih lanjut ๐ถ ๐ โ ๐ถ ๐ (โ๐ ) โ ๐ถ ๐ (โ๐+1 ). Bukti : Diambil sebarang bilangan ๐ผ dan ๐ฅ , ๐ฆ ๐ ๐ถ ๐ (โ๐ ). Oleh karena itu diperoleh 1
1
๐ ๐ p โ p p {โโ ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ ๐ผxk | = | ๐ผ | . โ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ xk | < โ dan 1
1
๐ ๐ p 1/p p 1/p { โโ โค { โโ ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ (xk + yk) | } ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ xk | } 1
๐ p 1/p + { โโ < โ ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ yk | }
yang berarti ๐ผ๐ฅ dan ๐ฅ + ๐ฆ anggota ๐ถ ๐ (โ๐ ) atau ๐ถ ๐ (โ๐ ) ruang linear. Dari ketidaksamaan pertama diperoleh pula โฅ ๐ผ๐ฅ โฅ๐โ๐,๐ = | ๐ผ |.โฅ ๐ฅ โฅ๐โ๐,๐ dan dari ketidaksamaan ke-dua diperoleh โฅ ๐ฅ + ๐ฆ โฅ๐โ๐,๐ โค โฅ ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,๐ + โฅ ๐ฆ โฅ๐โ๐,๐ Sementara itu jelas bahwa โฅ ๐ฅ โฅ๐โ๐,๐ โฅ 0 . โฅ ๐ฅ โฅ๐โ๐,๐ = 0 โบ โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ | = 0 dan โบ xj = 0 ( 1 โค j โค m ) dan
1
โ๐ โ xm+k = 0 untuk setiap ๐ ๐=1 ๐ 1 ๐ โ โ๐ (-1)i(๐๐)xm+k-i untuk setiap n ๐ ๐=1 ๐=0
n
โบ xj = 0 ( 1 โค j โค m ) dan { xm+1 = 0 (k=1), xm+2 = 0 (k=2), xm+3 = 0 (k=3), . . . . } โบ ๐ฅ = ๐ . Sampai di sini terbukti bahwa ๐ถ ๐ (โ๐ ) merupakan ruang bernorma. ๐
Sekarang diambil sebarang barisan Cauchy { ๐ฅ } di dalam ๐ถ ๐ (โ๐ ). Oleh karena itu untuk sebarang bilangan real ๐ > 0 terdapat bilangan asli no sehingga untuk sebarang dua bilangan asli s, t โฅ no diperoleh ๐
๐ก
1
๐ ๐ก ๐ ๐ ๐ก โ p 1/p โฅ ๐ฅ - ๐ฅ โฅ๐โ๐ ,๐ = โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ |+{ โ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ (๐ฅ๐+๐ - ๐ฅ๐+๐ ) | }
Barisan dan deret
157 1
๐ ๐ก ๐ ๐ ๐ก < ๐ โน โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | < ๐ dan | โ๐=1 โ๐ (๐ฅ๐+๐ - ๐ฅ๐+๐ ) | < ๐ ๐
untuk setiap n โน 1
๐ ๐ก ๐ ๐ ๐ก ๐ i ๐ โ๐ ๐=1 | ๐ฅ๐ - ๐ฅ๐ | < ๐ dan | ๐ โ๐=1 โ๐=0(-1) ( ๐ )(๐ฅ๐+๐โ๐ - ๐ฅ๐+๐โ๐ ) | < ๐ ๐ ๐ก untuk setiap n โน | ๐ฅ๐๐ - ๐ฅ๐๐ก | < ๐ ( 1โค jโคm ) dan { | ๐ฅ๐+1 - ๐ฅ๐+1 |< ๐ ๐ก ๐ (๐ = 1), | ๐ฅ๐+2 - ๐ฅ๐+2 | < ๐ (k=2), . . . . . } โบ { ๐ฅ๐๐ } barisan bi-
langan Cauchy untuk setiap k โบ { ๐ฅ๐๐ } barisan konvergen untuk setiap k , katakan konvergen ke xk ( lim ๐ฅ๐๐ = xk ). Selanjutnya dibentuk ๐ โโ
barisan ๐ฅ = { xk } dan diperoleh ๐
๐ฅ = { xk } = lim { ๐ฅ๐๐ } = lim ๐ฅ . ๐ โโ
๐ โโ
Oleh karena โโ ๐=1 |
1
1
๐ ๐ p โ๐๐=1 โ๐ xm+k |p = lim โโ ๐=1 | ๐ โ๐=1 โ๐ ๐ฅ๐+๐ | < โ
๐
๐ โโ
maka dapat disimpulkan bahwa ๐ฅ ๐ ๐ถ ๐ (โ๐ ) yang berarti ๐ถ ๐ (โ๐ ) lengkap ( ruang Banach ). Diambil sebarang barisan ๐ฅ ๐ ๐ถ ๐ (โ๐ ) ; jadi โโ ๐=1 | { โโ ๐=1 |
1 ๐
= { โโ ๐=1 |
1 ๐
โ๐๐=1 โ๐ xm+k |p < โ yang berakibat 1
๐ p 1/p โ๐๐=1 โ๐+1 xm+k |p }1/p = โโ ๐=1 | โ๐=1 โ๐ (xm+k - xm+k-1 ) | } ๐
1 ๐
โ๐๐=1(โ๐ xm+k - โ๐ ๐ฅ๐+๐โ1 ) |p }1/p < โ
yang berarti ๐ฅ ๐ ๐ถ ๐ (โ๐+1 ) atau terbukti ๐ถ ๐ (โ๐ ) โ ๐ถ ๐ (โ๐+1 ).
โ
7.4 Ruang barisan Orlicz Ruang barisan Orlicz dapat dianggap sebagai pengitlakan generalization ) ruang barisan ๐ ๐ melalui pembentukan fungsi Orlicz lebih dahulu. Definisi 7.4.1 : Fungsi kontinu dan genap ๐ : โ โ โ disebut fungsi Orlicz atau fungsi-N jika memenuhi sifat-sifat : (i) (ii) (iii)
๐(0) = 0 dan ๐ naik monoton pada (0,โ), lim
๐(๐ฅ)
๐ฅโโ ๐ฅ ๐(๐ฅ)
lim
๐ฅโ0
Barisan dan deret
๐ฅ
=โ = 0.
158
Sebagai contoh fungsi Orlicz adalah : ๐(x) = | x |p dengan p > 1 ๐(x) = ๐ |๐ฅ| - 1. Karena fungsi Orlicz ๐ fungsi kontinu, naik monoton pada (0,โ) dan dan memenuhi sifat-sifat (i), (ii), dan (iii) maka ๐โฒ(x) ada hampeir di mana-mana dan ๐โฒ(x) โฅ 0, ๐โฒ naik monoto pada [0,โ), ๐ โฒ (๐ฅ) = 0, da lim = โ. Oleh karena itu ๐โฒ terintegral Lebesque pada setiap
๐ฅโโ
[0,u] dan ๐ข
๐(u) = โซ0 ๐โฒ(t)dt. Jika dibentuk fungsi ๐โฒ dengan rumus ๐โฒ(v) = inf{ u โฅ 0 : ๐โฒ(u) โฅ v }, diperoleh fungsi ๐ : ๐ฃ
๐(v) = โซ0 ๐โฒ(t)dt. Selanjutnya, jika ๐ dianggap fungsi genap maka ๐ merupakan fungsi Orlicz pula. ๐ disebut fungsi Orlicz komplementer terhadap ๐. Berdasarkan tiga definisi dan rumus terakhir diproleh teorema di bawah ini. Teorema 7.4.2 : ( Ketidaksamaan Young ) Jika ๐ fungsi Orlicz dan ๐ fungsi Orlicz komplementernya maka, uv โค ๐(u) + ๐(v) untuk setiap u โฅ 0 dan v โฅ 0. Bukti : Berdasrkn rumus ke-dua di atas, dipeoleh ๐ฃ
๐(v) = โซ0 ๐โฒ(t)dt โฅ uv - ๐(u) uv โค ๐(u) + ๐(v).
atau โ
Definisi 7.4.3 : Fungsi Orlicz ๐ dikatakan memenuhi sifat (ฮ-2) jika ada bilangaan real M > 0 sehingga ๐(2u) โค M.๐(u) untuk setiap u โฅ 0. Teorema 7.4.4 : Jika fungsi Orlicz ๐ memenuhi sifat (ฮ-2), maka untuk setiap bilangan real ๐ผ terdapat bilangan asli n sehingga
159
Barisan dan deret
๐(๐ผu) โค Mn.๐(u). Bukti : Tentu ada bilangan asli n sehingga ๐ผ โค | ๐ผ | โค 2n dan karena ๐ fungsi nauk monoton untuk x โฅ 0, diperoleh ๐(๐ผu) โค ๐(|๐ผ|.u) โค ๐(2n.u) โค Mn.๐(u).
โ
Sekarang dibentuk koleksi-koleksi barisan bilangan real di bawah ini. ๐ ๐ = { ๐ฅ = { xk } : { ๐(xk) } konvergen }, ๐
๐๐ = { ๐ฅ = { xk } : { ๐(xk) } konvergen ke 0 }, ๐
๐โ = { ๐ฅ = { xk } : { ๐(xk) } terbatas }. Teorema 7.4.5 : Jika ๐ fungsi Oelicz memenuhi sifat (ฮ-2), maka ๐
๐
๐๐ โ ๐ ๐ โ ๐โ dan masing-masing ruang bernorma terhadap norma || โฅ๐ : || ๐ฅ โฅ๐ = ๐ ๐ข๐๐โฅ1 ๐(xk) ๐
๐
untuk setiap ๐ฅ = { xk } ๐ ๐๐ ( ๐ ๐ , ๐โ ). ๐
๐
Bukti : Cukup jalas bahwa : ๐๐ โ ๐ ๐ โ ๐โ . Sekarang, dibuktikan dahulu bahwa masing-masing ruang linear. Diambil sebarang bialangan ๐
๐
real ๐ผ dan๐ฅ = { xk }, ๐ฆ = { ๐ฆ๐ } ๐ ๐๐ ( ๐ ๐ , ๐โ ). Menurut Teorema 7.4.4 diperoleh ๐(๐ผxk) โค Mn.๐(xk)
untuk suatu n dan untuk setiap k.
Berdasarkan kenyataan ini berarti { ๐(๐ผxk) } konvergen ke 0 ( konver๐
๐
gen, terbatas ) atau ๐ผ๐ฅ ๐ ๐๐ ( ๐ ๐ , ๐โ ). Selanjutnya, ๐(xk + yk) โค ๐(maks{2.|xk|,|yk|}) โค M.๐(maks{|xk|,|yk|})
160
โค M.{๐(xk) + ๐(yk)} yang berakibat barisan { ๐(xk + yk) } โค M,( {๐(xk)} + {๐(yk)} konver๐
๐
gen ke 0 ( konvergen, terbatas ) atau ๐ฅ + ๐ฆ ๐ ๐๐ ( ๐ ๐ , ๐โ ). Sampai di ๐
๐
sini terbukti bahwa ๐๐ ( ๐ ๐ , ๐โ ) ruang linear.
161
|
162
163
164
Indeks
165
Aksioma Peano, 4 bagian imaginer, bagian imaginer bilangan komplex, 14 bagian real, bagian real bilangan komplex, 14 barisan (sequence), 18 barisan bilangan real, 18 barisan bilangan komplex, 33 barisan bagian, 20 barisan bagian imaginer, 33 barisan bagian real, 33 barisan bilangan real, 18 barisan Cauchy, barisan Cauchy bilangan, 31 barisan Cauchy fungsi, 74 barisan Cauchy fungsi seragam, 74 barisan fundamental, baisan fundamntal bilangan, 31 barisan fundamental fungsi, 74 barisan fungsi, 70 barisan jumlah parsial, 35 barisan fungsi jumlah parsial, 81 barisan divergen, 20 barisan konvergen, 20 barisan fungsi naik monoton, 77 barisan fungsi turun monoton, 77 barisan naik monoton, 26 barisan turun monoton, 26 barisan terbatas, 25 barisan fungsi terbatas ke-atas, 77 barisan fungsi terbatas ke-bawah, 77
166 Barisan dan deret
barisan terbatas ke-atas, 25 barisan terbatas ke-bawah, 25 batas atas, batas atas barisan, 25 batas atas, batas atas himpunan, 10 batas bawah, batas bawah barisan, 25 batas bawah, batas bawah himpunan, 10 bat,batas atas terkecil barisan, 25 bat, batas atas terkecil himpunan, 11 bbt, batas bawah terbesar barisan, 25 bbt, batas bawah terbesar himpunan, 11 bilangan asli, 3 bilangan bulat, 3 bilangan cacah, 3 bilangan Euler, 28, 29 bilangan komplex, 14 bilangan positif, 6 bilangan rasional, 3 bilangan real, 3 bukti induksi matematika, 4 deret, deret bilangan real, 34 deret ayun ( alternating series ), deret Fourier, 90 deret Fourier cosinus, 72 deret Fourier sinus, 72 deret fungsi, 81 deret fungsi ortogonal, 89 deret Gauss, 126 deret geometrik ( geometric series), 37 deret harmonik ( harmonic series ) order p, 37 deret konvergen, 35
167
Barisan dan deret
deret mutlak, 48 deret pangkat ( power series ), 56 deret Mac Laurin, 67 deret Taylor, 66 Dirichlet conditions, 95 fungsi Bessel jenis pertama, 125 fungsi ganjil ( even function ) , 88 fungsi genap ( odd f7unction ), 88 fungsi periodik ( periodic function ), 88 grup, terhadap operasi jumlahan, 1 grup, terhadsp operasi perkalian, 2 himpunan bilangan positif, 5 himpunan terbatas, 12 himpunan terbatas ke-atas, 11 himpunan terbatas ke-bawah, 11 inf ( infimum ) = bbt = glb, 25 interval ( selang ) terbuka, 9 interval ( selang ) tertutup, 9 interval fungsi terbuka, 77 interval fungsi tertutup, 77 interval ( selang ) kekonvergenan, 58, 59 inverse, 2 jari-jari kekonvergenan, 58, 59 jumlah parsial n suku pertama, deret bilanagan, 35 jumlah parsial n suku pertama, deret fungsi, 81 jumlah parsial n suku pertama, deret pangkat, 56 konvergen, barisan bilangan konvergen, 15 konvergen, deret bilanagn konvergen, 36 konvergen bersyarat, deret bilangan konvergen bersyarat, 49 konvergen mutlak, deret bilangan konvergen mutlak,
168
Barisan dan deret
konvergen, barisan fungsi konvergen, 69 konvergen, deret fungsi konvergen, 81 konvergen lokal, barisan fungsi konvergen lokal, 72,73, 83 konvergen seragam, barisan fungsi konvergen seragam, 71 konvergen titik demi titik, 71 kesalahan mutlak, 56 kesahan (nilai koreksi ) Taylor, 63 kesamaan Parseval, 97 ketidaksamaan Bessel, 104 lub ( the lest upper bound ) = bat = sup, 25 limit, limit barisan, 20 limit, limit deret, 51 masalah syarat batas ( boudary value problems ), 98 negasi, 2 nilai koreksi ( kesalahan ) Taylor, 63 nilai pendekatan Taylor, 52 perioda ( period ), 88 persamaan indisial ( indicial equation ), persamaan diferensial Bessel, 124 persamaan diferensial Gauss, 125 persamaan diferensial Legendre, 120 polinomial Legendre, 122 polinomial Taylor, 63 rumus iteratif ( iterative formula ), 29 rumus rekursi ( recursian formula ), 104 rumus Rodrigues, 122 suku ke-k, 34, 56 sup ( supremum ) = bat = lub, 25 Teorema nilai pendekatan pertama, 62 Teorema nilai rata-rata pertama, 62 Seri Kalkulus Lanjut
169
Barisan dan deret
Teorema Rolle, 60 Teorema sisa Taylor, 63 terbatas seragam, 84 Tes Abel, 85 Tes akar ke-n, 30, 45 Tes banding, 39 Tes Dirichlet, 84 Tes integral, 40 Tes Kuosien, 41 Tes-M Weierstrass, 83 Tes Raabe, 50 Tes Rasio, 44, 49 urutan, 1, 5
170
Barisan dan deret
Daftar Pustaka : Alberto Torchinski, โReal Variablesโ(1988), Addison-Wesley Pub. Co.: Reading, Massachusetts, California New York, Amsterdam, Bonn, Sydney, Singapore, Tokyo. Bartle, R. G. and Sherbert, D.R. , Introduction to Real Analysisโ (1994), John Wiley and Sons, Inc., :Singapore, New York, BrisBane, Chichester, Toronto (Second Edition). Darmawijaya S., โPengantar Analysis Realโ(2006), Jurusan Matematika โ FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Frank Ayres, โTheory and Problems : Differential Equetionsโ(1952), Schaum Publishing Company : New York. Murray R. Spiegel, โTheory and Problems : Advanced Calculusโ (1968), MacGraw Hill Book Co. : New York, San Francisco, Toronto, Sydney. Ng Peng Nung, โOn Normed Kothe Sequence Spacesโ(1976), Desertation, Nanyang University. Protter, M. H.,โA First Course in Real Analysisโ(1991), Springer-Verlag : New York, Berlin, Heidelberg, Barcelona, Budapest, HongKong, London, Milan, Paris, San Clara, Singapore, Tokyo. (Second Edition). Sri Daru Unoningsih and Lee Peng Yee, โThe Second Duals of some Sequence Spacesโ, Collective papers edited by Pawan K. Jain and Eberhard Malowsky, Narosa Publishing Hause, New Delhi, Madras,Bombay, Calcuta, London. Subhas, C. S. and Shah, S. M. , โIntroduction to Real Variable Theoryโ(1980), Prenties-Hall of India Private Limitted: New Delhi. Wilfred Kaplan, โAdvanced Calculusโ(1959), Addison-Wesley Pub. Com. , Inc. : Reading Massachusetts.
171
Penyusun :
Soeparna Darmawijaya yang lahir di Ponorogo pada bulan Januaari tahun 1938 adalah seorang profesor dalam bidang Analisis Matematika, khususnya pada bidang Teori Integral dan Analisis Abstrak. Beliau memperoleh sarjana utamanya (doktorandus) pada bidang matematika dari Jurusan Matematika FMIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan di instansi itu pula beliau meniti kariernya sebagai dosen. Gelar doktornya dalam bidang matematika diperoleh dari Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung atas bimbingan Prof. Dr. Moedomo dan Prof. Dr. Lee Peng Yee dari National University of Singapore. Banyak karya ilmiah hasil penelitian yang dihasilkan dan dibublikasikan, baik hasil penelitian sendiri maupun hasil penelitian bersama mahasiswa-mahasiswa program magister dan program doktor bimbingan beliau. Sebagai pegawai negeri beliau pensiun pada umur 70 tahun. Meskipun demikian beliau masih aktif di dalam pendidikan, pembimbingan, dan penelitian. Selain itu beliau telah menulis beberapa buku, di antaranya adalah Pengantar Analisis Real, Pengantar Analisis Abstrak, Teori Bilangan, Seri Kalkulus Lanjut : Barisan dan Deret, dan Transformasi Laplace.